Varices Esofagus
Varices Esofagus
PENDAHULUAN
1
Dalam referat ini akan dibahas mengenai varises esofagus dan berbagai
macam terapi untuk mengatasi perdarahan varises esofagus mulai dari profilaksis
primer, penatalaksanaan pedarahan akut sampai pada profilaksis sekunder untuk
mencegah terjadinya perdarahan ulang pada varises esofagus.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Varises esofagus adalah penyakit yang ditandai dengan pembesaran
abnormal pembuluh darah vena di esofagus bagian bawah. Perdarahan varises
esofagus adalah, perdarahan dari varises esofagus atau lambung yang ditemukan
pada saat dilakukan endoskopi, atau adanya varises esofasus besar dengan darah
dalam lambung dan tidak ada penyebab perdarahan lain yang dapat dikenali.1
Perdarahan secara klinis bermakna jika memerlukan transfusi sebanyak 2
unit darah atau lebih dalam waktu 24 jam dari saat pasien datang ke rumah sakit,
disertai dengan tekanan darah sistolik < 100 mmHg, atau ada perubahan postural
lebih dari 20 mmHg dan/atau frekuensi nadi > 100 x/menit.1
2.2 Anatomi
3
Gambar 2. Anatomi Esofagus7
4
sederhana. Fungsi esofagus terutama untuk penelanan yaitu akan mendorong dan
meneruskan makanan, karena :
a. Kontraksi dari otot-otot yang menyebabkan gelombang-gelombang
peristaltik, terutama terhadap makanan padat.
Sebaliknya untuk makanan cair, maka fungsi esofagus adalah meneruskan
makanan cair tersebut, karena gaya berat sendiri.
5
angiotensin II, leukotrien, dan tromboxan A2. Selain itu, tonus vascular tersebut
juga diperkuat oleh vasodilator (nitric oxide). Pada sirosis, peningkatan tekanan
vena porta juga diakibatkan karena imbalans dari komponen vasokontriktor dan
vasodilator.5
Hipertensi portal ditandai dengan adanya peningkatan curah jantung dan
penurunan dari resistensi vascular sistemik yang dapat mengakibatkan adanya
suatu kondisi sirkulasi yang hiperdinamik dengan vasodilatasi pembuluh darah
splanik dan sistemik. Vasodilatasi arteri splanik mengakibatkan adanya
peningkatan aliran darah portal yang pada akhirnya justru mengakibatkan
terjadinya peningkatan tekanan portal yang lebih parah. Adanya vasodilatasi arteri
splanik tersebut diakibatkan karena adanya pelepasan vasodilator endogen, seperti
nitric oxide, glucagon, dan vasointestinal active peptide.5
Peningkatan gradient tekanan portokaval akan mengajibatkan terjadinya
pembentukan vena kolateral di sistemik sebagai usaha untukdekompresi sistem
vena porta. Varises esophagus merupakan salah satu produk kolateral yang paling
penting karena memiliki kemungkinan besar untuk berdarah. Varises esofagus
dapat terbentuk ketika tekanan gradien vena meningkat di atas 10 mmHg. Seluruh
faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya pendarahan varises antara lain
adalah terjadinya perburukan dari penyakit hepar, intake makanan, intake alkohol,
ritme sirkardian, aktivitas fisik, dan peningkatan tekanan intra abdominal.
Beberapa obat ternyata juga ditemukan mampu mempengaruhi keadaan dari
dinding varises, antara lain adalah ASA dan NSAID lainnya ternyata mampu
meningkatkan risiko pendarahan. Infeksi bakteri dapat meningkatkan risiko
pendarahan awal dan kambuhannya juga.6
6
2.4.1 Tekanan Portal
Dalam semua keadaan, tekanan portal mencerminkan tekanan intravarises.
Gradien tekanan vena hepatik lebih dari 12 mmHg cukup untuk menimbulkan
varises dan perdarahan varises esofagus. Gradien tekanan vena hepatik cenderung
lebih tinggi pada penderita yang mengalami perdrahan dan juga pada pasien
dengan varises yang lebih besar. Grozmann dkk, memperlihatkan bahwa
perdarahan varises tidak terjadi jika gradien tekanan portal dapat diturunkan
sampai < 12 mmHg. Oleh karena itu, tekanan tersebut diterima sebagai tujuan
terapi farmakologis hipertensi portal.
7
2.4.3 Dinding Varises dan Tegangannya
Polio dan Drozmann dengan menggunakan model in vitro memperlihatkan
ruptur varises mempunyai hugungan dengan tegangan pada dindingnya. Tegangan
pada dinding varises tergantung pada radius varises, peningkatan ukuran varises
dan penurunan ketebalan dinding varises menybabkan rupturnya varises. Pada
dinding varises yang menegang terdapat gambaran endoskopik yakni “red spot”
dan “wale”, gambaran tersebut dianggap penting dalam memprediksi perdarahan
varises. Gambaran ini menandakan perubahan pada struktur dinding dan tegangan
yang berkaitan dengan terbentuknya mikrotalangiektasia. Dalam sebuah studi
dijelaskan bahwa 80% pasien yang mempunyai varises biru atau cherry red spot
mengalami perdarahan varises.
Kategori 1 2 3
Ensefalopati 0 I/II III/IV
Asites Tidak ada Ringan-sedang Berat
Bilirubin (umol/L) <34 34-51 >51
Albumin (g/dl) >35 28-35 <28
INR atau <1,3 1,3-1,5 >1,5
PT meningkat 1-3 detik 4-6 detik > 6 detik
8
2.5 Diagnosis dan Diferensial Diagnosis
Esophagogastroduodenoscopy adalah gold standart untuk mendiagnosis
varises esofagus. Jika Esophagogastroduodenoscopy tidak tersedia, maka langkah
yang digunakan untuk mendiagnosis selanjutnya adalah USG Doppler dari
sirkulasi darah (bukan USG Endoscopy). Walaupun ini merupakan pilihan kedua
yang tidak begitu bagus tetapi ini dapat dengan pasti menentukan keberadaan
varises. Alternatif lainnya adalah radiografi dengan menggunakan kontras barium,
dan angiografi vena porta dan manometri.4
Sangat penting untuk menentukan lokasi (esofagus atau lambung) dan
ukuran dari varises, kemudian tanda apakah ini merupakan imminent, akut, atau
perdarahan yang berulang, dan juga penting untuk menentukan penyebab dan
keparahan dari penyakit livernya.4
9
4. Perdarahan varises terdiagnosis berdasarkan 1 dari beberapa temuan ini
pada endoskopi :
a. Perdarahan aktif dari varises
b. “white nipple” menyelimuti varises
c. Clot yang menyelimuti varises
d. Varises tanpa sumber lain yang potensial
Sedangkan untuk diferensial diagnosis varises esofagus dapat berasal dari seluruh
penyebab perdarahan saluran cerna atas, yaitu :
a. Schistosomiasis
b. Severe congestive heart failure
c. Hemochromatosis
d. Wilson Disease
e. Autoimmune hepatitis
f. Portal/sphlenic vein thrombosis
g. Sarcoidosis
h. Budd-Chiari syndrome
i. Chronic pancreatitis
j. Hep B, C
k. Alcoholic cirrhosis
l. Primary biliary cirrhosis (PBC)
m. Primary sclerosing cholangitis (PSC)
10
2.6 Penatalaksanaan Varises Esofagus
Penatalaksanaan varises esofagus meliputi profilaksis primer,
penatalaksanaan pada perdarahan akut serta profilakis sekunder. 1,2
11
2.6.1 Profilaksis Primer
Profilaksis primer merupakan merupakan suatu usaha yang dilakukan
untuk mencegah terjadinya pendarahan awal pada seseorang yang memiliki
varises esofagus dan peningkatan tekanan vena porta. Oleh karena 30-50% pasien
hipertensi portal akan mengalami perdarahan varises dan sekitar 50% nya
meninggal akibat perdarahan pertama, maka logis bila dikembangkan suatu
tindakan profilaktik untuk mencegah terjadinya varises.1,2
Profilaksis primer tersebut dilakukan setelah ditegakkannya diagnosis
sirosis. Hal ini dikarenakan lebih dari 50% pasien yang terdiagnosis pada saat itu
ternyata sudah didapatkan adanya pembesaran varises esofagus. Setelah
penegakan diagnosis, hal selanjutnya yang dilakukan adalah melakukan grading
atau pembagian derajat varises esofagus menggunakan endoskopi. Apabila tidak
didapatkan adanya varises, endoskopi dapat diulang 3-4 tahun lagi sedangkan
apabila didapatkan varises grade I maka endoskopi dapat diulang setelah 1 tahun
lagi. Tindakan profilaksis dapat dilakukan ketika varises sudah mencapai grade II
atau III dimana tindakan yang dilakukan adalah dengan diberikannya propanolol
80-160 mg/hari atau jika didapatkan adanya intoleransi maka dapat
dipertimbangkan untuk dilakukannya ligasi vena.
Terapi dengan menggunakan β-blocker ternyata memiliki efektifitas yang
baik dalam mencegah perdarahan pertama dari varises esofagus pada berbagai
macam penelitian. Pada zaman dahulu, profilaksis primer ini merupakan
pemberian obat tersebut secara per oral dua kali sehari dan melakukan titrasi dosis
berdasarkan toleransi yang dimiliki oleh pasien. Akan tetapi, beberapa penelitian
terbaru membuktikan bahwa pemberian dosis tunggal satu kali sehari dari long
acting propanolol ternyata sudah cukup dan efektif untuk mencegah terjadinya
perdarahan awal varises esofagus (80 mg atau 160 mg tergantung ketersediaan
yang ada di masing-masing negara). Pemberian β-blocker ini harus diberikan
secara terus menerus khususnya pada pasien yang berisiko hal ini dikarenakan
penghentian terapi β-blocker ternyata dapat berpengaruh terhadap kemunculan
perdarahan varises esofagus.1,2
12
Berikut ini usulan algoritma surveilans dan profilaksis primer:
Diagnosis Sirosis
Endoskopi saluran
cerna atas
13
dan menurunkan resistensi intrahepatik masih belum banyak diketahui. Hingga
saat ini mekanisme yang diyakini efek nitrat untuk menurunkan tekanan portal
adalah dengan pelepasan dari nitric oxide. ISMN merupakan satu-satunya nitrat
yang telah diuji melalui uji klinik yang dapat memberikan efek pada varises
esofagus.
Minat untuk menggunakan vasodilator seperti ISMN meningkat sejak obat
ini memperlihatkan penurunan tekanan portal seefektif propanolol. Suatu uji
klinik membandingkan ISMN dan propanolol memperlihatkan tidak ada
perbedaan bermakna di antara keduanya. Dosis dari ISMN adalah 20 mg dua kali
sehari. Tidak direkomendasikan pemakaian secara tunggal.1,2
Kombinasi nadolol dan ISMN telah dibandingkan dengan nadolol saja
dalam suatu uji klinik acak dengan pembanding. Terapi kombinasi ini
menurunkan frekuensi perdarahan secara bermakna tetapi tidak ada perbedaan
bermakna yang didapat dalam hal mortalitas.
14
Gambar 2.2 Skelroterapi pada varises esofagus3
15
2.7 Penatalaksanaan Pendarahan Varises Esofagus Akut
Pendarahan varises esofagus akut merupakan tindakan yang dapat
mengancam nyawa seseorang, oleh karena itu penatalaksanaan pendarahan varises
esofagus akut harus benar-benar dipahami oleh seorang tenaga kesehatan,
khususnya oleh dokter. Langkah pertama yang terpenting dalam penatalaksanaan
perdarahan varises akut adalah resusitasi dini dan proteksi jalan nafas untuk
mencegah aspirasi. Pemberian transfusi darah harus diberikan secara hati-hati dan
secara konservatif dengan menggunakan plasma ekspander untuk
mempertahankan hemodinamik yang stabil, dan pemberian packed red cell (PRC)
juga dapat dipertimbangkan untuk mempertahankan Hb sekitar 8 g/dl atau
hematokrit sekitar 27 %. Apabila dimungkinkan, pemeriksaan endoskopi dini
dapat dilakukan untuk pemeriksaan saluran cerna atas dan diagnosis akurat lokasi
perdarahan serta keputusan penatalaksanaan. Hal ini dapat dilakukan apabila
terdapat fasilitas endoskopi yang dilakukan dalam waktu 24 jam setelah masuk
rumah sakit dan hemodinamik pasien stabil terutama pada pasien yang diduga
sirosis dengan perderahan yang secara klinis bermakna.1,3
Pemasangan selang nasogastrik atau nasogastric tube (NGT) juga dapat
dilakukan. Pemasangan NGT yang dilanjutkan dengan kumbah lambung ini dapat
berperan dalam berbagai hal, meliputi sebagai metode diagnostik letak
pendarahan saluran cerna, dekompresi, serta sebagai pembersihan saluran cerna
dari darah melalui kumbah lambung. Pasien yang mengalami pendarahan aktif
akibat pecahnya varises esofagus dapat dipertimbangkan untuk menjalani puasa
terlebih dahulu hingga pendarahan dapat dibuktikan telah berhenti.
Pasien yang mengalami perdarahan varises esofagus aktif harus
dipertimbangkan untuk dilakukan terapi baik terapi farmakologis, endoskopis,
maupun terapi lainnya. Kegagalan mengatasi perdarahan aktif juga harus
diperhatikan. Dalam hal perdarahan yang sulit diatasi, sebuah Sengstaken tube
harus dipasang sampai terapi endoskopik, TIPSS, atau tidakan bedah dapat
dikerjakan. Dalam hal ini diharapkan untuk mencari bantuan khusus dan perlu
dipertimbangkan untuk memindahkan pasien ke institusi yang lebih spesialistik.
Cara terapi lain, seperti tidakan bedah (misalnya transeksi esofagus) atau TIPSS
16
dapat dipikirkan dengan pertimbangan seberapa banyak teknik ini telah dilakukan
oleh Institusi dimana pasien nantinya akan dirawat.
Berikut ini merupakan skema umum penatalaksanaan perdarahan saluran
cerna atas akibat pecahnya varises esofagus:
Perdarahan Sal Cerna Atas
(SCA)
resusitas
i
Ada endoskopi
Ya ? tidak
TIPSS/beda Kekambuhan
Eradikasi : perdarahan varises
Follow up 3 dan 6 bulan,
kemudian setahun sekali
Pertimbangkan merujuk
untuk TIPSS atau bedah
17
2.7.1 Terapi Farmakologis
Dua kelompok utama yang telah digunakan untuk mengatasi perdarahan
varises akut adalah vasopresin dan analognya (baik tunggal atau kombinasi
dengan nitrogliserin) dan somatostatin atau analognya. Bila ada perdarahan obat-
obatan vasoaktif harus diberikan secepat mungkin sebelum dikerjakan diagnosis
dengan endoskopi. Pengobatan ini harus dipertahankan selama 2 – 5 hari pada
perdarahan varises.1,2
18
Akan tetapi, ditemukan ternyata Terlipressin ini ternyata justru dapat
menginduksi komplikasi iskemia, terutama pada pasien dengan syok hipovolemik
dan dikontraindikasikan pada pasien dengan penyakit kardiovaskular (penyakit
arteri dengan obstruksi yang berat, insufisiensi jantung, aritmia, dan hipertensi).
19
menurunkan kegagalan mengatasi perdarahan dan terkait degan efek samping
yang lebih sedikit. Somatostatin ternyata juga dibuktikan memiliki efek yang
serupa dalam keampuhannya mengatasi perdarahan dibandingkan dengan
Terlipressin.1,2
Ocreotide dan vapreotide memiliki waktu paruh yang lebih panjang
dibandingkan dengan somatostatin dan sangat bermanfaat dalam penatalaksanaan
menghadapi pendarahan varises esofagus akut. Ocreotide dapat menurunkan
gradien tekanan vena hepar dan aliran darah vena azigos tetapi tidak menurunkan
tekanan varises. Akan tetapi, efek dari Ocreotide ini masih kontroversial. Obat ini
mencegah peningkatan dari aliran darah hepar setelah makan dan dikatakan
memiliki efektivitas seperti Terlipressin pada penatalaksanaan perdarahan varises
esofagus dan meningkatkan efikasi dari terapi endoskopi. Tidak didapatkan
adanya efek samping maupun toksisitas yang bermakna yang berkaitan dengan
pemberian Somatostatin ataupun analognya yaitu Ocreotide.
20
2.6.2.2 Ligasi Varises
Hingga saat ini, ligasi varises merupakan terapi pilihan pertama dari terapi
endoskopi untuk mengatasi varises esofagus. Teknik ini merupakan modifikasi
dari yang digunakan untuk ligasi hemoroid interna. Penggunaannya pada manusia
pertama kali diperkenalkan pada tahun 1988 dan uji klinik acak berikutnya
membandingkan ligasi dengan skleroterapi memperlihatkan penurunan bermakna
dalam hal angka komplikasi dan perbaikan kelangsungan hidup.
Uji klinik lainnya membuktikan bahwa ligasi varises dapat mengatasi
perdarahan varises akut dan tidak ada perbedaan yang bermakna dalam hal
mengendalikan perdarahan aktif antara ligasi dan skleroterapi. Lo dkk.
memperlihatkan bahwa perdarahan aktif lebih mudah diatasi dengan ligasi (94%)
dibandingkan dengan skleroterapi (80%).Komplikasi yang muncul pada ligasi ini
dilaporkan lebih sedikit dibandingkan dengan skleroterapi. Secara umum,
pendarahan setelah post ligasi juga jarang dilaporkan.1,3
21
Gambar 2.3 Transjugular Intrahepatic Portosystemic Stent Shunt2
22
2.7.3 Tamponade Balon
Tamponade balon merupakan suatu metode yang dapat digunakan untuk
mengatasi suatu pendarahan yang masif dan tidak terkontrol. Tamponade balon
ini menyediakan suatu “jembatan” bagi terapi definitif perdarahan varises
esofagus, yaitu TIPSS atau portosystemic surgical shunt. Balon yang paling sering
digunakan dalam prosedur ini adalah balon 4 lumen yang dimodifikasi dengan
selang Sengstaken-Blakemore.1,3
Terapi ini sangat efektif dalam mengatasi perdarahan akut sampai 90%
pasien meskipun sekitar 50% nya mengalami perdarahan ulang ketika balon
dikempiskan. Namun cara ini dapat menimbulkan komplikasi yang serius seperti
ulserasi esofagus dan pneumonia aspirasi pada 15-20% pasien. Meskipun begitu,
cara ini mungkin dapat menjadi terapi penyelamat pada perdarahan varises masif
yang tidak terkendali, sebelum dapat diberikan bentuk terapi lainnya.
23
pencarian organ Tidak ada uji klinik transplantasi hati pada perdarahan yang
tidak teratasi atau perdarahan aktif.
24
antara lain adalah TIPSS dan pembuatan jalur baru atau shunting melalui tindakan
pembedahan. TIPSS dibuktikan memiliki efektivitas yang lebih baik
dibandingkan dengan terapi endoskopis dan shunting juga dibuktikan lebih efektif
dibandingkan dengan skleroterapi endoskopis. Meskipun demikian, baik TIPSS
atau pembuatan shunting ternyata telah ditemukan memiliki risiko yang tinggi
terhadap ensefalopati.
Pencegahan sekunder atau profilaksis sekunder ini direkomendasikan
untuk dlakukan pada orang-orang yang tidak mendapatkan profilaksis primer.
Bagi orang yang tidak mendapatkan profilaksis primer, terapi dapat dilakukan
dengan cara memberikan β-blocker nonselektif atau dengan melakukan prosedur
ligasi varises. Bagi pasien yang pada awalnya sudah mendapatkan profilaksis
primer menggunakan β-blocker, pasien direkomendasikan untuk dievaluasi
apakah dosis yang diberikan sudah benar atau belum. Apabila pasien sudah
mendapatkan dosis yang sesuai, penggunaan β-blocker sebaiknya dihentikan dan
dilanjutkan dengan melakukan prosedur ligasi endoskopis. Akan tetapi, apabila
dosisnya masih belum terpenuhi, sebaiknya dosis β-blocker dinaikkan hingga
dosis optimal atau dilakukan ligasi endoskopis.
Pada pasien yang memiliki kontraindikasi atau tidak tahan terhadap
pemberian β-blocker sebaiknya segera dilakukan ligasi endoskopi. Jika ligasi
endoskopi gagal dalam profilaksis primer, TIPSS sebaiknya dilakukan untuk
mencegah terjadinya pendarahan. Pada keseluruhan kasus, prosedur transplantasi
hepar dapat direkomendasikan terutama pada pasien sirosis dengan Child-Pugh
kelas B atau C.
25
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Varises esofagus adalah penyakit yang ditandai dengan pembesaran
abnormal pembuluh darah vena di esofagus bagian bawah. Perdarahan varises
merupakan keadaan darurat medik, yang sering diikuti dengan angka kematian,
sekitar 20% yang terjadi dalam waktu 6 minggu. Faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi perdarahan varises esofagus antara lain tekanan portal yang tinggi,
besarnya varises, dinding dan tegangan varises serta derajat keparahan sirosis
hepatis. Penatalaksanaannya meliputi profilaksis primer, penatalaksanaan
perdarahan akut dan profilaksis sekunder. Penatalaksanaan depat menggunakan
terapi farmakologi, terapi endoskopi sebagai tindakan definitif dan
dipertimbangkan tindakan pembedahan.
26
DAFTAR PUSTAKA
27