Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH DEMAM BERDARAH

Disusun oleh :

1. AMIN SALAPUDIN (170102002)


2. ANIS WAHYU EKA PRATIWI (170102003)
3. ANNISA SALSABILLA R (170102004)
4. ANNIZAHRO NURRUL SAFITRI (170102005)
5. ANTI AFRIANI (170102006)
6. APRILIA INDRIYANI (170102007)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HARAPAN BANGSA


PURWOKERTO
KATA PENGANTAR

Berkat rahmat Allah SWT yang telah melimpahkan hidayah-Nya kepada kita semua
sahingga penyusun dapat menyelesaikan tugas makalah “KMB I tentang penyakit Typoid”.
Terima kasih kami ucapkan kepada ibu Suci khasanah, S.Kep.,Ns.,M.Kep. selaku koordinator
Pendidikan dan dosen KMB I yang telah membimbing penyusun dalam penyelesaian
makalah.Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna, maka saran dan kritik
sangat kami nantikan dari para mahasiswa dan pengajar sehingga akan semakin memperbaiki
makalah ini. Akhir kata kami selaku penulis mengucapkan mohon maaf apabila ada
kesalahan dan kami berharap semoga makalah ini dapat memberi manfaat bagi para
mahasiswa lainnya.

Purwokerto' 30 September 2018


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................3
BAB I.........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN......................................................................................................................4
A. Latar Belakang.............................................................................................................4
B. Rumusan Masalah.......................................................................................................4
C. Tujuan Penulisan.........................................................................................................4
BAB II........................................................................................................................................5
PEMBAHASAN........................................................................................................................5
A. Pengertian....................................................................................................................5
B. Penyebab dan faktor resiko.........................................................................................5
C. Tanda dan gejala..........................................................................................................6
D. Pemeriksaan penunjang...............................................................................................6
E. Tatalaksana Obat..........................................................................................................7
F. Tatalaksana Keperawatan................................................................................................8
G. Pengkajian.................................................................................................................11
H. Diagnosa....................................................................................................................12
I. Rencana Intervensi........................................................................................................15
J. Evaluasi.........................................................................................................................15
K. Daftar Pustaka.................................................................................................................16
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus
Dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti yang ditandai dengan demam
mendadak, sakit kepala, nyeri belakang bola mata, mual dan manifestasi perdarahan seperti
uji tourniquet (rumple lead) positif, bintik-bintik merah di kulit (petekie), mimisan, gusi
berdarah dan lain sebagainya.
Faktor-faktor yang berperan terhadap peningkatan kasus DBD antara lain kepadatan
vektor, kepadatan penduduk yang terus meningkat sejalan dengan pembangunan kawasan
pemukiman, urbanisasi yang tidak terkendali, meningkatnya sarana transportasi (darat, laut
dan udara), perilaku masyarakat yang kurang sadar terhadap kebersihan lingkungan, serta
perubahan iklim (climate change).
Pengendalian penyakit Deman Berdarah Dengue (DBD) telah diatur dalam Keputusan
Menteri Kesehatan Nomor 581/MENKES/SK/VII/1992 tentang Pemberantasan Penyakit
Demam Berdarah dan Keputusan Menteri Kesehatan nomor 92 tahun 1994 tentang
perubahan atas lampiran Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 581/ MENKES/SK/1992,
dimana menitikberatkan pada upaya pencegahan dengan gerakan pemberantasan
sarang nyamuk (PSN) selain penatalaksanaan penderita DBD dengan memperkuat kapasitas
pelayanan kesehatan dan sumber daya, memperkuat surveilans epidemiologi dan optimalisasi
kewaspadaan dini terhadap Kejadian Luar Biasa (KLB) DBD.

B. RUMUSAN MASALAH
a. Apa itu DBD?
b. Bagaimana tersebarnya dan penularan DBD?
c. Apa aja gejala DBD?
d. Bagaimana pengobatan DBD?

C. TUJUAN PENULISAN
Makalah ini bertujuan untuk lebih memahami penyakit demam berdarah.dan
pencegahan penuran penyakit demam berdarah.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Demam berdarah atau demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan
oleh infeksi virus Dengue. Virus ini masuk ke dalam tubuh manusia melalui gigitan nyamuk
Aedes aegypti dan Aedes albopictus, yang hidup di wilayah tropis dan subtropis.
Diperkirakan terdapat setidaknya 50 juta kasus demam berdarah di seluruh dunia tiap
tahunnya. Menurut data yang dihimpun Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, demam
berdarah telah menjadi penyakit endemik di Indonesia sejak tahun 1968. Sejak itu, penyakit
ini menjadi salah satu masalah utama di Indonesia, dengan penyebaran dan jumlah penderita
yang cenderung meningkat setiap tahun.Sepanjang 2017, diketahui ada sekitar 59.000 kasus
demam berdarah di seluruh Indonesia, dengan lebih dari 400 kasus di antaranya berakhir
dengan kematian. Karena jumlah penduduknya yang juga banyak, Provinsi Jawa Tengah dan
Jawa Timur, menyumbang kasus DBD terbanyak untuk tahun 2017, yaitu lebih dari 7000
kasus di masing-masing provinsi.

B. Penyebab dan faktor resiko


Demam berdarah disebabkan oleh virus Dengue yang dibawa oleh nyamuk Aedes aegypti
dan Aedes albopictus. Virus tersebut akan masuk ke aliran darah manusia melalui gigitan
nyamuk. Biasanya, jenis nyamuk ini menggigit di pagi hari sampai sore menjelang petang.
Penularan virus Dengue terjadi bila seseorang yang terinfeksi digigit oleh nyamuk
perantara. Virus dari orang yang terinfeksi akan dibawa oleh nyamuk, dan menginfeksi orang
lain yang digigit nyamuk tersebut. Virus Dengue hanya menular melalui nyamuk, dan tidak
dari orang ke orang.
Virus Dengue terbagi menjadi empat tipe, yaitu DEN 1, DEN 2, DEN 3, dan DEN 4.
Ketika seseorang terinfeksi salah satu tipe virus Dengue dan berhasil pulih, maka tubuhnya
akan membentuk kekebalan seumur hidup terhadap tipe virus tersebut. Akan tetapi,
kekebalan terhadap salah satu virus tidak menutup kemungkinan terjadinya infeksi oleh tipe
virus Dengue yang lain. Bahkan, seseorang yang pernah terinfeksi virus Dengue lebih
berisiko terinfeksi untuk kedua kalinya. Selain pernah mengalami infeksi virus Dengue,
faktor lain yang dapat meningkatkan risiko seseorang terkena demam berdarah adalah tinggal
atau bepergian ke daerah tropis. Demam berdarah juga lebih berisiko dialami oleh bayi, anak-
anak, lansia, dan orang dengan kekebalan tubuh lemah.
C. Tanda dan gejala
1. Demam.
Demam terjadi secara mendadak berlangsung selama 2 – 7 hari kemudian turun menuju
suhu normal atau lebih rendah. Bersamaan dengan berlangsung demam, gejala – gejala klinik
yang tidak spesifik misalnya anoreksia. Nyeri punggung , nyeri tulang dan persediaan, nyeri
kepala dan rasa lemah dapat menyetainya.
2. Perdarahan.
Perdarahan biasanya terjadi pada hari ke 2 dan 3 dari demam dan umumnya terjadi pada
kulit dan dapat berupa uji torniguet yang positif mudah terjadi perdarahan pada tempat fungsi
vena, petekia dan purpura. Perdarahan ringan hingga sedang dapat terlihat pada saluran cerna
bagian atas hingga menyebabkan haematemesis (Nelson, 1993 ; 296).
Perdarahan gastrointestinal biasanya di dahului dengan nyeri perut yang hebat (Ngastiyah,
1995 ; 349).
3. Hepatomegali.
Pada permulaan dari demam biasanya hati sudah teraba, meskipun pada anak yang kurang
gizi hati juga sudah. Bila terjadi peningkatan dari hepatomegali dan hati teraba kenyal harus
di perhatikan kemungkinan akan tejadi renjatan pada penderita.
4. Renjatan (Syok).
Permulaan syok biasanya terjadi pada hari ke 3 sejak sakitnya penderita, dimulai dengan
tanda – tanda kegagalan sirkulasi yaitu kulit lembab, dingin pada ujung hidung, jari tangan,
jari kaki serta sianosis disekitar mulut. Bila syok terjadi pada masa demam maka biasanya
menunjukan prognosis yang buruk.

D. Pemeriksaan penunjang.
1. HB, Hematokrit / PCV meningkat sama atau lebih dari 20 %.
Normal : PCV / Hm = 3 x Hb.
Nilai normal :
– HB : L = 12,0 – 16,8 g/dl.
P = 11,0 – 15,5 g/dl.
– PCV /Hm : L = 35 – 48 %.
P = 34 – 45 %.
2. Trombosit menurun  100.000 / mm3.
Nilai normal : L = 150.000 – 400.000/mm3.
P = 150.000 – 430.000/mm3.
3. Leucopenia, kadang-kadang Leucositosis ringan.
Nilai normal = L/P = 4.600 – 11.400/mm3.
4. Waktu perdarahan memanjang.
Nilai normal = 1 – 5 menit.
5. Waktu protombin memanjang.
Nilai normal = 10 – 14 detik.
E.Tatalaksana Obat
 Perlakukan hal ini sebagai gawat darurat. Berikan oksigen 2-4 L/menit secarra nasal.
 Berikan 20 ml/kg larutan kristaloid seperti Ringer laktat/asetat secepatnya.
 Jika tidak menunjukkan perbaikan klinis, ulangi pemberian kristaloid 20 ml/kgBB
secepatnya (maksimal 30 menit) atau pertimbangkan pemberian koloid 10-
20ml/kgBB/jam maksimal 30 ml/kgBB/24 jam.
 Jika tidak ada perbaikan klinis tetapi hematokrit dan hemoglobin menurun
pertimbangkan terjadinya perdarahan tersembunyi; berikan transfusi darah/komponen.
 Jika terdapat perbaikan klinis (pengisian kapiler dan perfusi perifer mulai membaik,
tekanan nadi melebar), jumlah cairan dikurangi hingga 10 ml/kgBB/jam dalam 2-4
jam dan secara bertahap diturunkan tiap 4-6 jam sesuai kondisi klinis dan
laboratorium.
 Dalam banyak kasus, cairan intravena dapat dihentikan setelah 36-48 jam. Ingatlah
banyak kematian terjadi karena pemberian cairan yang terlalu banyak daripada
pemberian yang terlalu sedikit.

F. Tatalaksana Keperawatan
Penatalaksanaan penderita dengan DHF adalah sebagai berikut :
1. Tirah baring atau istirahat baring.
2. Diet makan lunak.
3. Minum banyak (2-2,5 liter/24 jam) dapat berupa : susu, teh manis, sirup dan
beri penderita sedikit oralit, pemberian cairan merupakan hal yang paling penting
bagi penderita DHF.
4. Pemberian cairan intravena (biasanya ringer laktat, NaCl Faali) merupakan
cairan yang paling sering digunakan.
5. Monitor tanda-tanda vital tiap 3 jam (suhu, nadi, tensi, pernafasan) jika
kondisi pasien memburuk, observasi ketat tiap jam.
6. Periksa Hb, Ht dan trombosit setiap hari.g.Pemberian obat antipiretik
sebaiknya dari golongan asetaminopen.
7. Monitor tanda-tanda perdarahan lebih lanjut.
8. Pemberian antibiotik bila terdapat kekuatiran infeksi sekunder.
9. Monitor tanda-tanda dan renjatan meliputi keadaan umum, perubahan tanda-
tanda vital, hasil pemeriksaan laboratorium yang memburuk.
10. Bila timbul kejang dapat diberikan Diazepam. Pada kasus dengan renjatan
pasien dirawat di perawatan intensif dan segera dipasang infus sebagai pengganti
cairan yang hilang dan bila tidak tampak perbaikan diberikan plasma atau plasma
ekspander atau dekstran sebanyak 20 30 ml/kg BB.Pemberian cairan intravena
baik plasma maupun elektrolit dipertahankan 12 48 jam setelah renjatan teratasi.
Apabila renjatan telah teratasi nadi sudah teraba jelas, amplitudo nadi cukup besar,
tekanan sistolik 20 mmHg, kecepatan plasma biasanya dikurangi menjadi 10
ml/kg BB/jam.Transfusi darah diberikan pada pasien dengan perdarahan
gastrointestinal yang hebat. Indikasi pemberian transfusi pada penderita DHF
yaitu jika ada perdarahan yang jelas secara klinis dan abdomen yang makin tegang
dengan penurunan Hb yang mencolok.Pada DBD tanpa renjatan hanya diberi
banyak minum yaitu 1½-2 liter dalam 24 jam. Cara pemberian sedikit demi sedikit
dengan melibatkan orang tua. Infus diberikan pada pasien DBD tanpa renjatan
apabila :
a. Pasien terus menerus muntah, tidak dapat diberikan minum sehingga
mengancam terjadinya dehidrasi.
b. Hematokrit yang cenderung mengikat.

G. Pengkajian
1. Identitas Klien.
Nama, umur (Secara eksklusif, DHF paling sering menyerang anak – anak dengan
usia kurang dari 15 tahun. Endemis di daerah tropis Asia, dan terutama terjadi pada saat
musim hujan (Nelson, 1992 : 269), jenis kelamin, alamat, pendidikan, pekerjaan.
2. Keluhan Utama : Panas atau demam.
3. Riwayat Kesehatan.
a) Riwayat penyakit sekarang.
Ditemukan adanya keluhan panas mendadak yang disertai menggigil dengan
kesadaran kompos mentis. Turunnya panas terjadi antara hari ke 3 dan ke 7 dan
keadaan anak semakin lemah. Kadang disertai keluhan batuk pilek, nyeri telan, mual,
diare/konstipasi, sakit kepala, nyeri otot, serta adanya manifestasi pendarahan pada
kulit
b) Riwayat penyakit yang pernah diderita.
Penyakit apa saja yang pernah diderita klien, apa pernah mengalami serangan ulang
DHF.
c) Riwayat imunisasi.
Apabila mempunyai kekebalan yang baik, maka kemungkinan akan timbulnya
komplikasi dapat dihindarkan.
d) Riwayat gizi.
Status gizi yang menderita DHF dapat bervariasi, dengan status gizi yang baik
maupun buruk dapat beresiko, apabila terdapat faktor predisposisinya. Pasien yang
menderita DHF sering mengalami keluhan mual, muntah, dan nafsu makan menurun.
Apabila kondisi ini berlanjut dan tidak disertai dengan pemenuhan nutrisi yang
mencukupi, maka akan mengalami penurunan berat badan sehingga status gizinya
menjadi kurang.
e) Kondisi lingkungan.
Sering terjadi di daerah yang padat penduduknya dan lingkungan yang kurang bersih (
seperti air yang menggenang dan gantungan baju dikamar ).
4. Acitvity Daily Life (ADL)
a) Nutrisi : Mual, muntah, anoreksia, sakit saat menelan.
b) Aktivitas : Nyeri pada anggota badan, punggung sendi, kepala, ulu hati,
pegal-pegal pada seluruh tubuh, menurunnya aktivitas sehari-hari.
c) Istirahat, tidur : Dapat terganggu karena panas, sakit kepala dan nyeri.
d) Eliminasi : Diare / konstipasi, melena, oligouria sampai anuria.
e) Personal hygiene : Meningkatnya ketergantungan kebutuhan perawatan diri.
5. Pemeriksaan fisik, terdiri dari :
a) Inspeksi, adalah pengamatan secara seksama terhadap status kesehatan klien
(inspeksi adanya lesi pada kulit).
b) Perkusi, adalah pemeriksaan fisik dengan jalan mengetukkan jari tengah ke jari
tengah lainnya untuk mengetahui normal atau tidaknya suatu organ tubuh.
c) Palpasi, adalah jenis pemeriksaan fisik dengan meraba klien.
d) Auskultasi, adalah dengan cara mendengarkan menggunakan stetoskop (auskultasi
dinding abdomen untuk mengetahu bising usus).
Adapun pemeriksaan fisik pada anak DHF diperoleh hasil sebagai berikut:
a) Keadaan umum :
Berdasarkan tingkatan (grade) DHF keadaan umum adalah sebagai berikut :
1) Grade I : Kesadaran kompos mentis, keadaan umum lemah, tanda – tanda
vital dan nadi lemah.
2) Grade II : Kesadaran kompos mentis, keadaan umum lemah, ada perdarahan
spontan petekia, perdarahan gusi dan telinga, serta nadi lemah, kecil, dan tidak
teratur.
3) Grade III : Keadaan umum lemah, kesadaran apatis, somnolen, nadi lemah,
kecil, dan tidak teratur serta tensi menurun.
4) Grade IV : Kesadaran koma, tanda – tanda vital : nadi tidak teraba, tensi tidak
terukur, pernapasan tidak teratur, ekstremitas dingin berkeringat dan kulit tampak
sianosis.
b) Kepala dan leher.
1) Wajah : Kemerahan pada muka, pembengkakan sekitar mata, lakrimasi dan
fotobia, pergerakan bola mata nyeri.
2) Mulut : Mukosa mulut kering, perdarahan gusi, lidah kotor, (kadang-kadang)
sianosis.
3) Hidung : Epitaksis
4) Tenggorokan : Hiperemia
5) Leher : Terjadi pembesaran kelenjar limfe pada sudut atas rahang daerah
servikal posterior.
c) Dada (Thorax) : Nyeri tekan epigastrik, nafas dangkal.
Pada Stadium IV :
Palpasi : Vocal – fremitus kurang bergetar.
Perkusi : Suara paru pekak.
Auskultasi : Didapatkan suara nafas vesikuler yang lemah.
d) Abdomen (Perut).
Palpasi : Terjadi pembesaran hati dan limfe, pada keadaan dehidrasi turgor kulit
dapat menurun, suffiing dulness, balote ment point (Stadium IV).
e) Anus dan genetalia.
Eliminasi alvi : Diare, konstipasi, melena.
Eliminasi uri : Dapat terjadi oligouria sampai anuria.
f) Ekstrimitas atas dan bawah.
Stadium I : Ekstremitas atas nampak petekie akibat RL test.
Stadium II – III : Terdapat petekie dan ekimose di kedua ekstrimitas.
Stadium IV : Ekstrimitas dingin, berkeringat dan sianosis pada jari tangan dan
kaki.
6. Pemeriksaan laboratorium.
Pada pemeriksaan darah klien DHF akan dijumpai :
a. Hb dan PCV meningkat ( ≥20%).
b. Trambositopenia (≤100.000/ml).
c. Leukopenia.
d. Ig.D. dengue positif.
e. Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan : hipoproteinemia, hipokloremia, dan
hiponatremia.
f. Urium dan Ph darah mungkin meningkat.
g. Asidosis metabolic : Pco2<35-40 mmHg.
h. SGOT/SGPT mungkin meningkat.

H. Diagnosa
Nursalam (2001) dan Nanda (2009) menyatakan, diagnosa keperawatan yang dapat
timbul pada klien dengan DHF adalah :
1. Peningkatan suhu tubuh (hipertermi) berhubungan dengan peningkatan laju
metabolisme. Ditandai oleh :
a. Konvulsi.
b. Kulit kemerahan.
c. Peningkatan suhu tubuh diatas kisaran normal.
d. Kejang.
e. Takikardi.
f. Takipnea.
g. Kulit terasa hangat.
2. Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif.
a. Perubahan status mental.
b. Penurunan tekanan darah.
c. Penurunan tekanan nadi.
d. Penurunan volume nadi.
e. Penurunan turgor kulit.
f. Penurunan turgor lidah.
g. Pengeluaran haluaran urine.
h. Penurunan pengisian vena.
i. Membrane mukosa kering.
j. Kulit kering.
k. Peningkatan hematokrit.
l. Peningkatan suhu tubuh.
m. Peningkatan frekuensi nadi.
n. Peningkatan konsentrasi urine.
o. Penurunan berat badan tiba-tiba.
p. Haus.
q. Kelemahan
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan
untuk mencerna makanan.
a. Kram abdomen.
b. Nyeri abdomen.
c. Menghindari makanan.
d. Berat badan turun 20 % atau lebih di bawah berat badan ideal.
e. Kerapuhan kapiler.
f. Diare.
g. Kehilangan rambut berlebihan.
h. Bising usus hiperaktif.
i. Kurang makanan.
j. Kurang informasi.
k. Kurang minat pada makanan.
l. Penurunan berat badan dengan asupan makanan adekuat.
m. Kesalahan konsepsi.
n. Kesalahan informasi.
4. Perubahan perfusi jaringan kapiler berhubungan dengan perdarahan.
a. kematian jaringan pada ekstremitas seperti dingin, nyeri, pembengkakan kaki.
5. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan tidak familiar dengan sumber informasi.
a. Perilaku hiperbola.
b. Ketidakakuratan mengikuti perintah.
c. Ketidakakuratan melakukan tes.
d. Perilaku tidak tepat.
e. Pengungkapan masalah.

I. Intervensi
Nanda (2009) dan Doenges (2000), menyatakan bahwa rencana tindakan keperawatan
yang dapat disusun untuk setiap diagnose adalah :
1. Peningkatan suhu tubuh (hipertermi) berhubungan dengan peningkatan laju
metabolisme.
Tujuan Rencana Rasional
a. Mempertahankan suhu a. Ukur tanda-tanda a. Suhu 38,90C-41,10C
tubuh normal. vital (suhu). menunjukkan proses
b. KH : Suhu tubuh antara b. Berikan kompres
penyakit infeksi akut.
0
36 – 37 C. hangat. b. Kompres hangat
c. Membrane mukosa c. Tingkatkan intake
akan terjadi perpindahan
basah. cairan.
panas konduksi.
d. Nyeri otot hilang.
c. Untuk mengganti
cairan tubuh yang hilang
akibat evaporasi.

2. Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif.


Tujuan Rencana Rasional
a. Kebutuhan cairan a. Observasi tanda- a. Penurunan sirkulasi
terpenuhi. tanda vital paling sedikit darah dapat terjadi dari
b. KH : Mata tidak
setiap tiga jam. peningkatan kehilangan
cekung.
b. Observasi dan cata cairan mengakibatkan
c. Membrane mukosa intake dan output. hipotensi dan takikardia.
b. Menunjukkan status
tetap lembab. c. Timbang berat
d. Turgor kulit baik. volume sirkulasi,
badan.
terjadinya / perbaikan
d. Monitor pemberian
perpindahan cairan, dan
cairan melalui intravena
respon terhadap terapi.
setiap jam.
c. Mengukur
keadekuatan penggantian
cairan sesuai fungsi ginjal.
d. Mempertahankan
keseimbangan
cairan/elektrolit.

3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan


untuk mencerna makanan.
Tujuan Rencana Rasional
a. Kebutuhan nutrisi a. Berikan makanan a. Mengganti
adekuat. yang disertai dengan kehilangan vitamin karena
b. KH : Berat badan
suplemen nutrisi untuk malnutrisi/anemia.
stabil atau meningkat. b. Porsi lebih kecil
meningkatkan kualitas
dapat meningkatkan
intake nutrisi.
masukan.
b. Anjurkan kepada
c. Mengawasi
orang tua untuk
penurunan berat badan.
memberikan makanan d. Mulut yang bersih
dengan teknik porsi kecil meningkatkan selera
tapi sering secara makan dan pemasukan
bertahap. oral.
e. Jelaskan pentingnya
c. Timbang berat
intake nutrisi yang adekuat
badan setiap hari pada
untuk penyembuhan
waktu yang sama dan
penyakit.
dengan skala yang sama.
d. Pertahankan
kebersihan mulut klien.
e. Jelaskan pentingnya
intake nutrisi yang
adekuat untuk
penyembuhan penyakit.

4. Perubahan perfusi jaringan kapiler berhubungan dengan perdarahan.


Tujuan Rencana Rasional
a. Perfusi jaringan a. Kaji dan catat tanda- a. Penurunan sirkulasi
perifer adekuat. tanda vital. darah dapat terjadi dari
b. KH : TTV stabil. b. Nilai kemungkinan
peningkatan kehilangan
terjadinya kematian
cairan mengakibatkan
jaringan pada ekstremitas
hipotensi.
seperti dingin, nyeri, b. Kondisi kulit
pembengkakan kaki. dipengaruhi oleh sirkulasi,
nutrisi, dan immobilisasi.

5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak familiar dengan sumber informasi


Tujuan Rencana Rasional
a. Klien mengerti dan a. Tentukan a. Adanya keinginan
memahami proses kemampuan dan kemauan untuk belajar memudahkan
penyakit dan untuk belajar. penerimaan informasi.
b. Jelaskan rasional b. Dapat meningkatkan
pengobatan.
pengobatan, dosis, efek kerjasama dengan terapi
samping dan pentingnya obat dan mencegah
minum obat sesuai resep. penghentian pada obat dan
c. Beri pendidikan
atau interkasi obat yang
kesehatan mengenai
merugikan.
penyakit DHF. c. Dapat meningkatkan
pengetahuan pasien dan
dapat mengurangi
kecemasan.

J. Implementasi
Implementasi, yang merupakan komponen dari proses keperawatan, adalah kategori
dari perilaku keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil
yang diperkirakan dari asuhan keperawatan dilakukan dan diselesaikan. (Perry & Potter,
2005).
1. Tindakan Keperawatan Mandiri.
Tindakan yang dilakukan Tanpa Pesanan Dokter. Tindakan keperawatan mendiri
dilakukan oleh perawat. Misalnya menciptakan lingkungan yang tenang, mengompres
hangat saat klien demam.
2. Tindakan Keperawatan Kolaboratif.
Tindakan yang dilakukan oleh perawat apabila perawata bekerja dengan anggota
perawatan kesehatan yang lain dalam membuat keputusan bersama yang bertahan untuk
mengatasi masalah klien.

K. Evaluasi
Langkah evaluasi dari proses keperawatan mengukur respons klien terhadap tindakan
keperawatan dan kemajuan klien kea rah pencapaian tujuan. Evaluasi terjadi kapan saja
perawat berhubungan dengan klien. Penekanannya adalah pada hasil klien. Perawat
mengevaluasi apakah perilaku klien mencerminkan suatu kemunduran atau kemajuan dalam
diagnosa keperawatan (Perry Potter, 2005).
Hasil asuhan keperawatan pada klien dengan DHF sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan. Evaluasi ini didasarkan pada hasil yang diharapkan atau perubahan yang terjadi
pada pasien. Adapun sasaran evaluasi pada pasien demam berdarah dengue sebagai berikut :
a. Suhu tubuh pasien normal (360C - 370C), pasien bebas dari demam.
b. Pasien akan mengungkapkan rasa nyeri berkurang.
c. Kebutuhan nutrisi klien terpenuhi, pasien mampu menghabiskan makanan sesuai
dengan porsi yang diberikan atau dibutuhkan.
d. Keseimbangan cairan akan tetap terjaga dan kebutuhan cairan pada pasien terpenuhi.
e. Aktivitas sehari-hari pasien dapat terpenuhi.
f. Pasien akan mempertahankan sehingga tidak terjadi syok hypovolemik dengan tanda
vital dalam batas normal.
g. Infeksi tidak terjadi.
h. Tidak terjadi perdarahan lebih lanjut.
i. Kecemasan pasien akan berkurang dan mendengarkan penjelasan dari perawat tentang
proses penyakitnya.
DAFTAR PUSTAKA

Perry, Potter. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. EGC. Jakarta.Doenges, Marilynn
E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC. Jakarta.M. Nurs, Nursalam. 2005. Asuhan
Keperawatan pada bayi dan anak. Salemba Medika. Jakarta.Ngastiyah (1995), Perawatan
Anak Sakit, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.Doenges, Marilynn E, dkk, (2000),
Penerapan Proses Keperawatan dan Diagnosa Keperawatan, EGC ; Jakarta.
NAMA PENILIAN DARI TIAP MAHASISWA JUMLAH
NAMAHSISWA MHS MHS MHS MHS MHS RATA-RATA
1 2 3 4 5
Amin Salapudin 80 85 85 80 80 82
Anis Wahyu E 90 85 86 85 90 87,5
Annisa S R 80 80 85 80 80 81
Annizahro N S 85 85 88 80 90 85,6
Anti Afriani 85 85 89 80 90 85,8
Aprilia Indriani 80 85 90 80 85 84

Anda mungkin juga menyukai