Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kemajuan suatu negara sangat ditentukan oleh kemampuan dan
keberhasilannya dalam melaksanakan pembangunan. Pembangunan
sebagaisuatu proses perubahan yang direncanakan mencakup semua aspek
kehidupan masyarakat. Efektifitas dan keberhasilan pembangunan terutama
ditentukan oleh dua faktor, yaitu sumber daya manusia, yakni (orang-orang
yang terlihat sejak dari perencanaan sampai pada pelaksanaan) dan
pembiayaan. Diantara dua faktor tersebut yang paling dominan adalah faktor
manusianya.Indonesia merupakan salah satu negara terkaya di Asia dilihat dari
keanekaragaman kekayaan sumber daya alamnya.
Tetapi ironisnya, negara tercinta ini dibandingkan dengan negara lain di
kawasan Asia bukanlah merupakan sebuah negara yang kaya malahan
termasuk negara yang miskin.Mengapa demikian? Salah satu penyebabnya
adalah rendahnya kualitas sumber daya manusianya. Kualitas tersebut bukan
hanya dari segi pengetahuan atau intelektualnya tetapi juga menyangkut
kualitas moral dan kepribadiannya.
Rapuhnya moral dan rendahnya tingkat kejujuran dari aparat
penyelenggara negara menyebabkan terjadinya korupsi.Korupsi di Indonesia
dewasa ini sudah merupakan patologi social (penyakit social) yang sangat
berbahaya yang mengancam semua aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara. Korupsi telah mengakibatkan kerugian materiil keuangan
negara yang sangat besar. Namun yang lebih memprihatinkan lagi adalah
terjadinya perampasan dan pengurasan keuangan negara yang dilakukan secara
kolektif oleh kalangan anggota legislatif dengan dalih studi banding, THR,
uang pesangon dan lain sebagainya di luar batas kewajaran.
Bentuk perampasan dan pengurasan keuangan negara demikian terjadi
hampir di seluruh wilayah tanah air. Hal itu merupakan cerminan rendahnya
moralitas dan rasa malu, sehingga yang menonjol adalah sikap kerakusan dan
aji mumpung. Persoalannya adalah dapatkah korupsi diberantas? Tidak ada

1
jawaban lain kalau kita ingin maju, adalah korupsi harus diberantas. Jika kita
tidak berhasil memberantas korupsi,atau paling tidak mengurangi sampai pada
titik nadir yang paling rendahmaka jangan harap Negara ini akan mampu
mengejar ketertinggalannya dibandingkan negara lain untuk menjadi sebuah
negara yang maju. Karena korupsi membawa dampak negatif yang cukup luas
dan dapat membawa negara ke jurang kehancuran.
Kartu Tanda Penduduk (KTP) merupakan identitas resmi penduduk serta
bukti diri yang berlaku di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia. KTP konvensional yang telah bertahun – tahun diberlakukan oleh
pemerintah Indonesia serta digunakan oleh masyarakat Indonesia dianggap
memiliki beberapa kekurangan –kekurangan seperti tidak efektif untuk
memberikan data kependudukan karena KTP konvensional memungkinkan
satu penduduk Indonesia memiliki beberapa KTP. Hal ini seringkali
menyulitkan pemerintah dalam pembuatan suatu kebijakan terutama kebijakan
untuk daerah tertentu karena KTP konvensional tidak dapat merepresentasikan
data penduduk setempat secara tepat. Selain itu, KTP konvensional juga
memberi peluang kepada penduduk yang ingin berbuat curang pada negara
dengan menduplikasi KTP nya supaya dapat melakukan hal – hal
seperti:menghindari pajak, memudahkan pembuatan paspor yang tidak dapat
dibuat di seluruh kota dan mengamankan korupsi.
Akhirnya pemerintah Indonesia mengeluarkan Undang-Undang No. 23
Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan dimana dalam pasal 1
disebutkan bahwa penduduk hanya diperbolehkan memiliki 1 KTP. Untuk
dapat mengelola penerbitan KTP yang bersifat tunggal dan terwujudnya basis
data kependudukan yang lengkap dan akurat diperlukan dukungan teknologi
yang dapat menjamin dengan tingkat akurasi tinggi untuk mencegah pemalsuan
dan penggandaan. Pemerintah berusaha berinovasi dengan menerapkan
teknologi informasi dalam sistem KTP dan menjadikan KTP konvensional
menjadi KTP elektronik (e - KTP) yang menggunakan pengamanan berbasis
biometrik. Harapannya adalah tidak adalagi duplikasi KTP dan dapat
menciptakan kartu identitas multifungsi.

2
Sayangnya, keniatan untuk membuat kartu identitas penduduk berbasis
teknologi informasi yang akurat, multifungsi serta mencegah adanya duplikasi
kartu identitas tersebut disalahgunakan oleh oknum – oknum yang juga
merupakan bagian dari stakeholder pelaksanaan program e-KTP. Proyek e-
KTP tersebut dikorupsi oleh stakeholder yang terlibat seperti politisi, birokrat
dan juga pengusaha.

1.2 RumusanMasalah
1. Apa yang dimaksud dengan korupsi dan e-KTP?
2. Bagaimana kronologi kasus korupsi e-KTP?
3. Bagaimana solusi dari kasus korupsi e-KTP?

1.3 TujuanPenulisan
1. Mengetahui apa itu korupsi dan e-KTP
2. Mengetahui kronologi kasus korupsi e-KTP
3. Mengetahui solusi dari kasus korupsi e-KTP

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Korupsi dan E-KTP


 Pengertian Korupsi
Korupsi berasal dari Bahasa latin yaitu corruptio dari kata
kerja corrumpere yang bermakna busuk, rusak, menggoyahkan, memutar
balik, menyogok) adalah tindakan pejabat publik,
baik politisi maupun pegawai negeri, serta pihak lain yang terlibat dalam
tindakan itu yang secara tidak wajar dan tidak legal menyalahgunakan
kepercayaan publik yang dikuasakan kepada mereka untuk mendapatkan
keuntungan sepihak.
Dari sudut pandang hukum, tindak pidana korupsi secara garis besar
memenuhi unsur-unsur sebagai berikut:

 Perbuatan melawan hukum.

 Penyalahgunaan kewenangan, kesempatan, atau sarana.

 Memperkaya diri sendiri, orang lain, atau korporasi.

 Merugikan keuangan negara atau perekonomian negara.


Jenis tindak pidana korupsi di antaranya, namun bukan semuanya,
adalah:

 Memberi atau menerima hadiah atau janji (penyuapan).

 Penggelapan dalam jabatan pemerasan dalam jabatan.

 Ikut serta dalam pengadaan (bagi pegawai negeri/penyelenggara negara).

 Menerima gratifikasi(bagi pegawai negeri/penyelenggara negara).


Dalam arti yang luas, korupsi atau korupsi politis adalah
penyalahgunaan jabatan resmi untuk keuntungan pribadi. Semua bentuk
pemerintah|pemerintahan rentan korupsi dalam praktiknya. Beratnya
korupsi berbeda-beda, dari yang paling ringan dalam bentuk penggunaan
pengaruh dan dukungan untuk memberi dan menerima pertolongan, sampai
dengan korupsi berat yang diresmikan, dan sebagainya. Titik ujung korupsi

4
adalah kleptokrasi, yang arti harafiahnya pemerintahan oleh para pencuri, di
mana pura-pura bertindak jujur pun tidak ada sama sekali.
Korupsi yang muncul di bidang politik dan birokrasi bisa berbentuk
sepele atau berat, terorganisasi atau tidak. Walau korupsi sering
memudahkan kegiatan kriminal seperti penjualan narkotika, pencucian
uang, dan prostitusi, korupsi itu sendiri tidak terbatas dalam hal-hal ini saja.
Untuk mempelajari masalah ini dan membuat solusinya, sangat penting
untuk membedakan antara korupsi dan kejahatan.
Tergantung dari negaranya atau wilayah hukumnya, ada perbedaan
antara yang dianggap korupsi atau tidak. Sebagai contoh, pendanaan partai
politik ada yang legal di satu tempat namun ada juga yang tidak legal di
tempat lain.
Jadi pada hakekatnya korupsi adalah suatu tindakan yang melawan
hukum, karena korupsi sangat merugikan banyak pihak, baik negara ataupun
masyarakat yang terikat langsung dengan korupsi itu sendiri, korupsi dapat
muncul dengan niat atau tidak atas niat sekalipun, jika ada kesempatan
korupsi bisa saja muncul disana, pada jaman sekarang korupsi lebih banyak
muncul karena ada suatu desakan baik pribadi atau kepentingan suatu
oknum.

 Pengertian e-KTP
Menurut Undang Undang Republic Indonesia No. 23 Tahun 2006
tentang Administrasi Kependudukan. Kartu Tanda Penduduk Elektonik
(KTP) adalah identitas resmi penduduk sebagai bukti diri yang ditertibkan
oleh instansi pelaksana yang berlaku diseluruh wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Ini berarti Kartu Tanda Penduduk merupakan salah satu
dokumen kependudukan yang wajib dimiliki oleh setiap masyarakat guna
terciptakan tertib administrasi kependudukan. Menurut Permendagri No. 9
Tahun 2011 tentang pedoman penerbitan Kartu Tanda Penduduk berbasis
Nomor Induk kependudukan secara Nasional dalam pasal 2 ayat (1)
menjelaskan tujuan pemerintahan menerbitkan KTP Elektronik untuk
mewujudkan kepemilikan satu KTP untuk satu penduduk yang memiliki

5
kode keamanan dan rekaman elektronik data kependudukan yang berbasis
NIK secara nasional
Program e-KTP diluncurkan oleh Kementerian Dalam Negeri
Republik Indonesia pada bulan Februari 2011 dimana pelaksanannya terbagi
dalam dua tahap. Program e-KTP dilatar belakangi oleh sistem pembuatan
KTP konvensional/nasional di Indonesia yang memungkinkan seseorang
dapat memiliki lebih dari satu KTP. Hal ini disebabkan belum adanya basis
data terpadu yang menghimpun data penduduk dari seluruh Indonesia. Fakta
tersebut memberi peluang penduduk yang ingin berbuat curang dalam hal-
hal tertentu dengan manggandakan KTP-nya. Misalnya dapat digunakan
untuk: Menghindari pajak, Memudahkan pembuatan paspor yang tidak
dapat dibuat diseluruh kota, Mengamankan korupsi, Menyembunyikan
identitas (seperti teroris).
Oleh karena itu, didorong oleh pelaksanaan pemerintahan elektronik
(e-Government) serta untuk dapat meningkatkan kualitas pelayanan kepada
masyarakat, Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia menerapkan
suatu sistem informasi kependudukan yang berbasiskan teknologi yaitu
Kartu Tanda Penduduk elektronik atau e-KTP.Adapun Fungsi dan
kegunaan e-KTP adalah : Sebagai identitas jati diri, Berlaku Nasional,
sehingga tidak perlu lagi membuat KTP lokal untuk pengurusan izin,
pembukaan rekening Bank, Mencegah KTP ganda dan pemalsuan KTP;
Terciptanya keakuratan data penduduk untuk mendukung program
pembangunan.

2.2 Kronologi Kasus Korupsi e-KTP


Sumber :
https://nasional.kompas.com/read/2017/12/28/09531001/melihat-perjalanan-
setya-novanto-dalam-kasus-e-ktp-pada-2017
https://nasional.kompas.com/read/2017/12/28/09531001/melihat-perjalanan-
setya-novanto-dalam-kasus-e-ktp-pada-2017
https://www.kompasiana.com/ingepratiwi/5a0da7dc9346084ba41251f4/analisi
s-kasus-setya-novanto

6
Tahapan dan proses megaproyek e-KTP yang dimulai dari tahun 2009
penuh keganjilan dan sarat korupsi. Megaproyek itu sejak awal melibatkan
KPK dan LKPP tapi setengah hati dan hanya sebatas basa-basi politik. Kini e-
KTP menimbulkan masalah krusial bagi pemerintah sekarang. Masalah krusial
itu antara lain berupa krisis pengadaan blangko e-KTP di berbagai daerah.
Krisis itu merupakan bukti buruknya perencanaan dan kinerja vendor terkait e-
KTP. Sejak semula megaproyek e-KTP sudah penuh keganjilan. Namun
pemerintah saat itu mengabaikan saran para pakar dan kritik masyarakat.

Sejak awal terlihat pihak vendor e-KTP tidak menggunakan perangkat


lunak sumber terbuka atau open source. Akibatnya, Kemdagri kesulitan
mengembangkan lebih lanjut sistem tersebut dan kegiatan pemeliharaan selalu
tergantung vendor sepanjang waktu. Selain itu masih banyak terjadi kesalahan
database terkait kolom isian dalam e-KTP.

Kondisi proyek e-KTP yang tidak berjalan dengan baik dan sangat
merugikan negara itu telah diusut oleh KPK. Sistem dan perangkat e-KTP
mestinya tidak boleh melalui pengadaan nasional yang monopolistik dan
bernuansa kolusi oleh vendor. Mestinya megaproyek itu melibatkan sebanyak
mungkin pengembang dan perusahaan dalam negeri. Kemudian proyek e-KTP
yang melibatkan langsung pemerintah pusat hanya terkait sistem business
intelegent terkait dengan data base dan analisis kependudukan untuk
pembangunan dan kondisi darurat.

Mantan ketua DPR, Setya Novanto, melalui perjalanan Panjang pada


tahun 2017 hingga akhirnya disidang sebagai terdakwa kaskus dugaan korupsi
proyek e-KTP. Pada awalnya mantan Direktur pengelola Informasi
Administrasi Kependudukan Direktorat jendral Kependudukan dan Pencatatam
Sipil Kemendagri, Sugiaharto dan mantan Direktur Jendral Kependudukan dan
Pencacatan Sipil, Irmal menjadi terdawa.

Dalam dakwaan yang di bacakan jaksa KPK di Pengadilan Tipikor, pada


tanggal 9/3/2017, Setya Novanto disebut memiliki peran dalam mengatur
besaran anggaran e-KTP yang mencapai nilai yang cukup besar yaitu Rp 5,9

7
triliun. Dan pada akhirnya Setya Novanto menjalani sidang perdananya sebagai
terdakwa dalam kasus korupsi e-KTP pada 13 Desember 2017.
Dalam sidang perdana kasus korupsi e-KTP pada hari Kamis, 9 Maret
2017 di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Jakarta. Irene Putri selaku Jaksa
penuntut umum (JPU) KPK membeberkan kongkalikong yang dilakukan para
anggota DPR, pejabat Kementerian, dan sejumlah pihak swasta dalam
pengadaan proyek e-KTP. Dalam sidang perdana ini, 2 terdakwa kasus korupsi
e-KTP juga dihadirkan, keduanya adalah Irman, mantan Dirjen Dukcapil di
Kemendagri dan Sugiharto, mantan Direktur Pengelola Informasi Administrasi
Kependudukan Ditjen Dukcapil Kemendagri. Dalam sidang tersebut, JPU KPK
juga menuturkan bahwa Irman dan Sugiharto selaku pejabat pembuat
komitmen, bersama pengusaha Andi Agustinus alias Andi Narogong.
Dikutip dari m.tempo.com edisi 9 Maret 2017, Jaksa Irene Putri
mengungkapkan korupsi proyek KTP elektronik bermula dari usulan Gamawan
Fauzi selaku Menteri Dalam Negeri untuk mengubah sumber pembiayaan
proyek yang semula dari pinjaman hibah luar negeri (PLHN) menjadi
bersumber dari anggaran rupiah murni pada 2009. Pada tanggal 9 Maret 2017
pengadilan Tipikor membacakan dakwaan Irman dan Sugiharto yang menyebut
keterlibatan Setnov dalam korupsi e-KTP, pada awalnya Setnov ditemui
sejumlah pejabar Kementrian Dalam Negeri untuk minta dukuangan terkait
proyek e-KTP pada gebruari 2010 di Hotel Gran Melia, Jakarta, saat itu yang
menemui Novanto adalah dua terdakwa yang juga pejabat Kemendagri, Irman
dan Sugiharto, Sekjen Kemendagri Diah Anggraini, dan pengusaha Andi
Agustinus, Setnov menyatakan dukungan.
Saat ditanya bentuk dukungan, Setnov menjawab akan mengoordinasikan
dengan pimpinan fraksi yang lain, kemudia sekitar Juli-Agustus 2010, proyek
e-KTP dibahas dalam pembahasan Rancangan APBN anggaran 2011, dalam
dakwaan Andi Agustinus diketahui beberapa kali melakukan pertemuan
dengan Setnov dan hingga akhirnya Setnov Bersama Andi, Anas dan
Nazaruddin disebut telah menyepakati anggaran proyek e-KTP sebesar Rp 5,9
triluin. Dari anggaran itu, rencananya 51 persen atau Rp 2,662 triliun akan
digunakan untuk belanja modal pembiayaan proyek e-KTP, sementara 49

8
persen atau sebesar Rp 2,558 triliun, akan dibagi-bagikan kesejumlah pihak
terkait dan Setnov, Andi, Anas dan Nazarrudin disebut mengatur pembagian
anggaran dari 49 persen yang rencananya akan dibagi-nagi tersebut.
Penjelasan penbagian sebagai berikut :

 7 persen (Rp 365,4 miliar) untuk pejabat Kementan.

 5 persen (Rp 261 miliar) untuk anggota Komisi II DPR.

 15 persen (Rp 783 miliar) untuk rekanan/pelaksana pekerjaan.

 11 persen (Rp 574,2 miliar) direncanakan untuk Setnov dan Andi.

 11 persen (Rp 574,2 miliar) direncanakan untuk Anas dan Nazaruddin.


Novanto membantah keterlibatan dirinya dalam kasus dugaan korupsi
pengadaan e-KTP ini. Setnov mengaku tidak mengetahui apa pun terkait
pembagian uang kepada sejumlah anggota DPR dan membantah tidak
menerima sejumlah uang dari proyek tersebug senilai 11 persen.

KPK mengumumkan Setya Novanto sebagai tersangka pada tanggal 17


Juli 2017 ia diduga megatur agar anggaran proyek e-KTP senilai Rp 5,9 triliun
disetujui anggota DPR. Selain itu Setnov juga diduga telah mengondisikan
pemenang lelang dalam proyek e-KTP, Bersama Andi Agustinus, Setnov
diduga ikut menyebabkan kerugian negara Rp 2,3 tirilun. Pada tanggal 4
september 2017 Setnov melakukan praperadilan setelah satu bulan berstatus
tersangka Setnov lakukan praperadila terhadap KPK ke Pengadilan Negeri
Jakarta Selatan. Gugatan terdaftar dalam nomor
97/pid.Prap/2017PN Jak.Sel dalan praperadilan ini Setnov meminta penetapan
statusnya sebagai tersangka dibatalkan KPK. Lalu pada tanggal 11 September
2017 Setnov dipanggil oleh KPK sebagai tersangka namun tidak dapat hadir
dengan alasan sakit, Menurut Idrus, Novanto saat itu masih menjalani
perawatan di RS Siloam, Semanggim Jakarta. Hasil pemeriksaan medis, gula
darah Novanto naik setelah melakukan olahraga.

Kasus dimana Novanto kecelakaan adalah salah satu kasus yang sangat
membingungkan banyak orang, karena kejadian karena tercium bau bau
dramatisir kejadian, atau dalam kata lain adalah suatu kecelakaan yang dibuat

9
buat, pada tanggal 16 November 2017 dikabarkan mengalami kecelakaan
mobil lalu dilarikan ke Rumah Sakit Medika Permata Hijau, Jakarta Selatan.
Pengacara Novanto, Fredirch Yunadi kecelakaan tersebut tidak jauh dari
rumah sakit tersebut, Setya Novanto menjalani sidang perdana sebagai
terdakwa pada tanggal 13 Desember 2017 pada saat sidang Novanto sering
mengelak saat diberi pertanyaan,18 September KPK kembali memanggil Setya
Novanto untuk diperiksa sebagai tersangka. Namun lagi-lagi Novanto tidak
hadir karena sakit. Bahkan kali ini kondisi kesehatannya memburuk. Novanto
harus menjalani kateterisasi jantung di Rumah Sakit Premier Jatinegara, Jakarta
Timur.

Pada tanggal 22 September Hakim Cepi menolak eksepsi yang diajukan


KPK dalam praperadilan Setya Novanto. KPK menganggap keberatan Novanto
soal status penyelidik dan penyidik KPK adalah keliru. Kepala Biro Hukum
KPK Setiadi menilai, pengacara Novanto sebaiknya mempermasalahkan status
penyelidik dan penyidik melalui Pengadilan Tata Usaha Negara, bukan
praperadilan. Namun, Hakim Cepi tak sependapat dengan Setiadi. Menurut dia,
status penyidik dan penyelidik KPK yang dipersoalkan pihak Novanto bukan
merupakan sengketa kepegawaian tata usaha negara.

25 September Partai Golkar menggelar rapat pleno yang menghasilkan


keputusan agar Setya Novanto non-aktif dari posisi Ketum. Internal Partai
Golkar mulai bergejolak dengan kondisi Novanto yang berstatus tersangka
KPK dan tengah sakit. Hasil kajian tim internal, elektabilitas Golkar terus
merosot tajam. Golkar ingin segera ada pelaksana tugas ketua umum untuk
menggantikan peran Novanto memimpin partai. Rapat pleno lanjutan terkait
penonaktifan Setya Novanto rencananya digelar pada 27 September. Namun,
atas permintaan Novanto, rapat pleno itu ditunda. Sampai putusan praperadilan
Novanto diketok, rapat pleno belum juga terlaksana.

26 September DPR memperpanjang masa kerja panitia khusus hak


angket terhadap KPK. Berdasarkan Undang-undang, Pansus melaporkan masa
kerjanya ke rapat paripurna 60 hari setelah terbentuk. Namun dalam rapat

10
paripurna, pansus justru meminta persetujuan agar masa kerjanya diperpanjang.
Pengesahan perpanjangan masa kerja pansus ini diwarnai aksi walkout dari
Fraksi Gerindra, PKS dan PAN karena interupsi mereka tak digubris. Di hari
yang sama, sidang praperadilan Novanto kembali berjalan. Pihak Novanto
mengajukan bukti tambahan berupa laporan hasil pemeriksaan (LHP) dari BPK
terhadap KPK pada tahun 2016. LHP itu terkait pengangkatan penyidik di
KPK. Namun KPK keberatan dengan bukti itu karena didapatkan dari Pansus
Angket terhadap KPK di DPR.

27 September Hakim Cepi menolak permintaan KPK untuk memutar


rekaman di persidangan. Padahal, KPK yakin rekaman tersebut bisa
menunjukkan bukti kuat mengenai keterlibatan Novanto dalam proyek E-KTP.
Di hari yang sama, Foto Setya Novanto tengah terbaring di rumah sakit viral di
jagad maya. Dalam foto tersebut, Setya Novanto tengah tertidur dengan
bantuan alat pernapasan serta infus. Ia tengah dijenguk oleh Endang Srikarti
Handayani, anggota DPR dari Fraksi Partai Golkar. Kemunculan foto Novanto
tersebut tak membuat kebanyakan netizen memperlihatkan empati. Para
netizen justru menjadikan foto itu sebagai guyonan

29 September. Setelah menjalani serangkaian sidang, Hakim tunggal


Cepi Iskandar mengabulkan sebagian permohonan Novanto. Penetapan
Novanto sebagai tersangka oleh KPK dianggap tidak sah alias batal. Hakim
juga meminta KPK untuk menghentikan penyidikan terhadap Novanto. Hakim
Cepi beralasan, penetapan tersangka Setya Novanto tidak sah karena dilakukan
di awal penyidikan, bukan di akhir penyidikan. Hakim juga
mempermasalahkan alat bukti yang digunakan KPK untuk menjerat Novanto.
Sebab, alat bukti itu sudah digunakan dalam penyidikan terhadap Irman dan
Sugiharto, dua pejabat Kementerian Dalam Negeri yang sudah divonis di
pengadilan.

Ketua Harian Partai Golkar Nurdin Halid mengatakan, putusan


praperadilan tidak berkaitan dengan dinamika politik di internal partai. Apapun
hasil praperadilan atas penetapan tersangka Setya Novanto, Golkar akan tetap

11
melakukan evaluasi terhadap kinerjanya selama memimpin partai. Hal ini
menyusul hasil Tim Kajian Elektabilitas Partai Golkar yang menyatakan bahwa
partai berlambang pohon beringin itu mengalami penurunan elektabilitas
karena status tersangka Setya Novanto dalam kasus korupsi E-KTP. Proyek e-
KTP merupakan proyek yang besar yang tentunya melibatkan banyak pihak.
Begitu juga korupsinya, karena tidak mungkin hanya satu orang saja dapat
berhasil mengkorupsi dana proyek e-KTP yang besar, butuh kerjasama bahkan
bisa saja hingga membentuk sistem.

Dalam kasus korupsi e-KTP, dari tiga jenis kekuasaan tersebut yang
paling selaras dengan usaha para pelaku korupsi e-KTP adalah kekuasaan
bersama orang lain. Dalam hal ini para stakeholder proyek e-KTP yang
memiliki kekuasaan dan sama – sama memiliki tujuan untuk mengalirkan dana
proyek e-KTP untuk diri mereka sendiri, saling bekerja sama menyusun
strategi bagaimana supaya mereka bisa mark-up dana proyek e-KTP. Mereka
bersama-sama menyusun proyek e-KTP sebelum adanya tender. Mulai dari
konsorsium dan perusahaan-perusahaan mana yang akan dimenangkan
tendernya serta tugas dari masing – masing perusahaan, dan juga besarnya
mark-up yang akan dilakukan. Para pemilik kekuasaan tersebut bersama –
sama melakukan hal tersebut hingga pengajuan proposal ke DPR. Mereka
merancang semua melalui pertemuan – pertemuan informal yang mereka atur
bersama tempat dan waktunya. Hal ini sangat selaras dengan teori kekuasaan
bersama orang lain dimana bila ingin mencapai tujuan yang kita inginkan kita
harus bekerja sama dengan orang lain.

Dalam kasus korupsi proyek e-KTP ini juga membuktikan teori bahwa
kekayaan dapat memberikan kekuasaan, semakin banyak kekayaan yang kita
miliki, semakin besar pula kekuasaan kita. Terlihat bagaimana sang pengusaha
Andi Narogong pemilik perusahaan yang sudah terbiasa menjadi rekanan
Kemendagri menyiapkan uang sejumlah 4 juta dolar AS untuk diantarkan ke
gedung DPR lantai 12 untuk kemudian dibagikan ke pimpinan Komisi II,
Anggota Banggar Komisi II dan pimpinan Banggar. Tidak hanya itu, Andi

12
Narogong dan konsorsium juga memberikan uang kepada panitia tender
beberapa kali mulai Juli 2010 - Februari 2011.

Andi Narogong memberi uang Rp10 miliar kepada Irman sebagai


Pelaksana Tugas (Plt) Dirjen Kependudukan dan Catatan Sipil (Dukcapil).
Tidak lain tujuan semua ini adalah supaya usulan anggaran yang telah mereka
susun disetujui oleh Komisis II DPR RI. Dan pada akhirnya Komisi II DPR RI
menyetujui proposal anggaran yang mereka rancang, tender pun dimenangkan
oleh Konsorsium PNRI. Semua ini membuktikan bahwa kekayaan bisa
memberikan kekuasaan, termasuk memberikan kekuasaan mempengaruhi
orang – orang yang berkuasa. Para anggota DPR yang memiliki kekuasaan pun
dapat dipengaruhi untuk melakukan sesuatu yang diminta oleh si pemilik
kekayaan.

Di kasus korupsi proyek e-KTP ini, terlihat bahwa kekuasaan itu ada dan
berperan besar dalam ekonomi politik. Para pemilik kekuasaan/jabatan seperti
anggota DPR dan juga anggota dari Kemendagri mendapatkan kekuasaan dari
jabatannya. Pimpinan perusahaan dan konsorsium memperoleh kekuasaan dari
kekayaannya. Kemudian terdapat hubungan timbal balik akibat dari kekuasaan
yang mereka miliki. Ini membuktikan bahwa kekuasaan dalam hubungan
ekonomi politik itu sangat penting. Itulah mengapa pendekatan ekonomi politik
berbasis pada kekuasaan berbeda dengan pendekatan neoklasik yang lebih
meminimalisir kekuasaan.

2.3 Solusi Dari Kasus Korupsi e-KTP


 Solusi dari pemerintah
1. Mendorong KPK untuk beralih dari penindakan dengan membawa para
koruptor ke pengadilan dengan tindakan pencegahan , karena tugas KPK
berdasarkan Undang – Undang No 30 Tahun 2002 tentang KPK tidak
hanya melakukan penindakan tetapi juga pencegahan.
2. Upaya pencegahan tindakan korupsi dilakukan oleh permerintah
berdasarkan nilai-nilai dasar Pancasila agar dalam tindakan
pencegahannya tidak bertentangan dengan nilai-nilai dari Pancasila itu

13
sendiri. Adapun tindakan pencegahan yang dilakukan oleh pemerintah
dalam rangka melakukan upaya pemberantasan korupsi di wilayah
negara Indonesia
3. Upaya pencegahan sebagai bentuk upaya pemberantasan korupsi yang
dilakukan oleh pemerintah dapat dilakukan melalui penerimaan aparatur
negara secara jujur dan terbuka. Kejujuran dan keterbukaan dalam
penerimaan pegawai yang dilakukan oleh pemerintah menunjukkan
usaha pemerintah yang serius untuk memberantas tindak pidana korupsi
yang berkaitan dengan suap menyuap dalam penerimaan pegawai.
Pemerintah yang sudah berupaya melakukan tindakan pencegahan dalam
penerimaan pegawai perlu disambut baik oleh masyarakat terutama
dalam mendukung upaya pemerintah tersebut.
4. Upaya edukasi yang dilakukan pemerintah dalam usahanya untuk
memberantas korupsi adalah upaya yang dilakukan melalui proses
pendidikan. Proses pendidikan di Indonesia dilakukan dalam tiga jenis
yaitu pendidikan formal, informal, dan non formal. Melalui proses
edukasi, masyarakat diberikan pendidikan anti korupsi sejak dini agar
masyarakat sadar betul akan bahaya korupsi bagi negara-negara
khususnya negara Indonesia.
5. Open Contracting Partnership (OCP) yang mendorong transformasi
‘public contracting & procurement’ dari yang semula tertutup menjadi
terbuka. Merujuk dari definisi OCP, Open contracting adalah tentang
mempublikasikan dan menggunakan informasi terkait kontrak
pemerintah yang terbuka, aksesibel, dan tepat waktu guna melibatkan
masyarakat dan bisnis dalam mengidentifikasi dan memperbaiki berbagai
masalah.
Sumber :
https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-39329629
http://www.tribunnews.com/nasional/2017/11/29/pencegahan-bisa-jadi-
solusi-pemberantasan-korupsi-yang-paling-efektif?page=2
https://news.okezone.com/read/2017/10/06/337/1790497/kpk-melakukan-
upaya-upaya-penanganan-kasus-e-ktp-sesuai-aturan-hukum-yang-berlaku

14
 Solusi Pribadi
1. Pemerintah Indonesia harus bertindak cepat , sigap dan tegas dalam
menghadapi kasus korupsi. Jika tidak terselesaikan masalah ini akan
berdampak buruk bagi ke depannya, akan lebih banyak kritikan negatif
dari masyarakat Indonesia .
2. Pemerintah harus mengawasi setiap kebijakan atau proyek akan dibuat,
serta mengawasi anggaran yang digunakan dalam proyek tersebut,
sehingga meminimalisir terjadinya korupsi.
3. Pemerintah mempertegas hukum yang ada di Indonesia, yaitu sesuai
dengan yang tercantum di UUD 1945
4. Penanaman semangat nasional yang positif dilakukan oleh pemerintah
Indonesia dalam bentuk penyuluhan atau diksusi umum terhadap nilai-
nilai Pancasila sebagai kepribadian bangsa Indonesia. Dengan adanya
penanaman semangat nasional Pancasila dalam diri masyarakat,
kesadaran masyarakat akan dampak korupsi bagi negara dan masyarakat
akan bertambah. Hal ini akan mendorong masyarakat Indonesia untuk
menghindari berbagai macam bentuk perbuatan korupsi dalam kehidupan
sehari-hari demi kelangsungan hidup bangsa dan negaranya.
5. KPK harus lebih sering melakukan penyadapan agar siapa saja yang
teridentifikasi melakukuan korupsi bisa tertangkap oleh KPK.

15
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Korupsi adalah suatu tindak perdana yang memperkaya diri yang secara
langsung merugikan negara atau perekonomian negara. Jadi, unsur dalam
perbuatan korupsi meliputi dua aspek. Aspek yang memperkaya diri dengan
menggunakan kedudukannya dan aspek penggunaan uang Negara untuk
kepentingannya. Dalam arti yang luas, korupsi atau korupsi politis adalah
penyalahgunaan jabatan resmi untuk keuntungan pribadi. Semua bentuk
pemerintah|pemerintahan rentan korupsi dalam praktiknya. Beratnya korupsi
berbeda-beda, dari yang paling ringan dalam bentuk penggunaan pengaruh dan
dukungan untuk memberi dan menerima pertolongan, sampai dengan korupsi
berat yang diresmikan, dan sebagainya.
Jadi pada hakekatnya korupsi adalah suatu tindakan yang melawan
hukum, karena korupsi sangat merugikan banyak pihak, baik negara ataupun
masyarakat yang terikat langsung dengan korupsi itu sendiri, korupsi dapat
muncul dengan niat atau tidak atas niat sekalipun, jika ada kesempatan korupsi
bisa saja muncul disana, pada jaman sekarang korupsi lebih banyak muncul
karena ada suatu desakan baik pribadi atau kepentingan suatu oknum.
3.2 Saran
1. Pemerintah Indonesia harus bertindak cepat , sigap dan tegas dalam
menghadapi kasus korupsi. Jika tidak terselesaikan masalah ini akan
berdampak buruk bagi ke depannya, akan lebih banyak kritikan negatif
dari masyarakat Indonesia .
2. Pemerintah harus mengawasi setiap kebijakan atau proyek akan dibuat,
serta mengawasi anggaran yang digunakan dalam proyek tersebut,
sehingga meminimalisir terjadinya korupsi.
3. Pemerintah mempertegas hukum yang ada di Indonesia, yaitu sesuai
dengan yang tercantum di UUD 1945.

16
DAFTAR PUSTAKA

Muzadi, H. 2004. MENUJU INDONESIA BARU, Strategi Pemberantasan


Tindak Pidana Korupsi. Malang : Bayumedia Publishing.

Saleh, Wantjik. 1978. Tindak Pidana Korupsi Di Indonesia . Jakarta :


GhaliaIndonesia
https://nasional.kompas.com/read/2017/12/28/09531001/melihat-perjalanan-setya-
novanto-dalam-kasus-e-ktp-pada-2017
https://nasional.kompas.com/read/2017/12/28/09531001/melihat-perjalanan-setya-
novanto-dalam-kasus-e-ktp-pada-2017
https://www.kompasiana.com/ingepratiwi/5a0da7dc9346084ba41251f4/analisis-
kasus-setya-novanto
https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-39329629
http://www.tribunnews.com/nasional/2017/11/29/pencegahan-bisa-jadi-solusi-
pemberantasan-korupsi-yang-paling-efektif?page=2
https://news.okezone.com/read/2017/10/06/337/1790497/kpk-melakukan-upaya-
upaya-penanganan-kasus-e-ktp-sesuai-aturan-hukum-yang-berlaku

17

Anda mungkin juga menyukai