PENDAHULUAN
1
jawaban lain kalau kita ingin maju, adalah korupsi harus diberantas. Jika kita
tidak berhasil memberantas korupsi,atau paling tidak mengurangi sampai pada
titik nadir yang paling rendahmaka jangan harap Negara ini akan mampu
mengejar ketertinggalannya dibandingkan negara lain untuk menjadi sebuah
negara yang maju. Karena korupsi membawa dampak negatif yang cukup luas
dan dapat membawa negara ke jurang kehancuran.
Kartu Tanda Penduduk (KTP) merupakan identitas resmi penduduk serta
bukti diri yang berlaku di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia. KTP konvensional yang telah bertahun – tahun diberlakukan oleh
pemerintah Indonesia serta digunakan oleh masyarakat Indonesia dianggap
memiliki beberapa kekurangan –kekurangan seperti tidak efektif untuk
memberikan data kependudukan karena KTP konvensional memungkinkan
satu penduduk Indonesia memiliki beberapa KTP. Hal ini seringkali
menyulitkan pemerintah dalam pembuatan suatu kebijakan terutama kebijakan
untuk daerah tertentu karena KTP konvensional tidak dapat merepresentasikan
data penduduk setempat secara tepat. Selain itu, KTP konvensional juga
memberi peluang kepada penduduk yang ingin berbuat curang pada negara
dengan menduplikasi KTP nya supaya dapat melakukan hal – hal
seperti:menghindari pajak, memudahkan pembuatan paspor yang tidak dapat
dibuat di seluruh kota dan mengamankan korupsi.
Akhirnya pemerintah Indonesia mengeluarkan Undang-Undang No. 23
Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan dimana dalam pasal 1
disebutkan bahwa penduduk hanya diperbolehkan memiliki 1 KTP. Untuk
dapat mengelola penerbitan KTP yang bersifat tunggal dan terwujudnya basis
data kependudukan yang lengkap dan akurat diperlukan dukungan teknologi
yang dapat menjamin dengan tingkat akurasi tinggi untuk mencegah pemalsuan
dan penggandaan. Pemerintah berusaha berinovasi dengan menerapkan
teknologi informasi dalam sistem KTP dan menjadikan KTP konvensional
menjadi KTP elektronik (e - KTP) yang menggunakan pengamanan berbasis
biometrik. Harapannya adalah tidak adalagi duplikasi KTP dan dapat
menciptakan kartu identitas multifungsi.
2
Sayangnya, keniatan untuk membuat kartu identitas penduduk berbasis
teknologi informasi yang akurat, multifungsi serta mencegah adanya duplikasi
kartu identitas tersebut disalahgunakan oleh oknum – oknum yang juga
merupakan bagian dari stakeholder pelaksanaan program e-KTP. Proyek e-
KTP tersebut dikorupsi oleh stakeholder yang terlibat seperti politisi, birokrat
dan juga pengusaha.
1.2 RumusanMasalah
1. Apa yang dimaksud dengan korupsi dan e-KTP?
2. Bagaimana kronologi kasus korupsi e-KTP?
3. Bagaimana solusi dari kasus korupsi e-KTP?
1.3 TujuanPenulisan
1. Mengetahui apa itu korupsi dan e-KTP
2. Mengetahui kronologi kasus korupsi e-KTP
3. Mengetahui solusi dari kasus korupsi e-KTP
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
adalah kleptokrasi, yang arti harafiahnya pemerintahan oleh para pencuri, di
mana pura-pura bertindak jujur pun tidak ada sama sekali.
Korupsi yang muncul di bidang politik dan birokrasi bisa berbentuk
sepele atau berat, terorganisasi atau tidak. Walau korupsi sering
memudahkan kegiatan kriminal seperti penjualan narkotika, pencucian
uang, dan prostitusi, korupsi itu sendiri tidak terbatas dalam hal-hal ini saja.
Untuk mempelajari masalah ini dan membuat solusinya, sangat penting
untuk membedakan antara korupsi dan kejahatan.
Tergantung dari negaranya atau wilayah hukumnya, ada perbedaan
antara yang dianggap korupsi atau tidak. Sebagai contoh, pendanaan partai
politik ada yang legal di satu tempat namun ada juga yang tidak legal di
tempat lain.
Jadi pada hakekatnya korupsi adalah suatu tindakan yang melawan
hukum, karena korupsi sangat merugikan banyak pihak, baik negara ataupun
masyarakat yang terikat langsung dengan korupsi itu sendiri, korupsi dapat
muncul dengan niat atau tidak atas niat sekalipun, jika ada kesempatan
korupsi bisa saja muncul disana, pada jaman sekarang korupsi lebih banyak
muncul karena ada suatu desakan baik pribadi atau kepentingan suatu
oknum.
Pengertian e-KTP
Menurut Undang Undang Republic Indonesia No. 23 Tahun 2006
tentang Administrasi Kependudukan. Kartu Tanda Penduduk Elektonik
(KTP) adalah identitas resmi penduduk sebagai bukti diri yang ditertibkan
oleh instansi pelaksana yang berlaku diseluruh wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Ini berarti Kartu Tanda Penduduk merupakan salah satu
dokumen kependudukan yang wajib dimiliki oleh setiap masyarakat guna
terciptakan tertib administrasi kependudukan. Menurut Permendagri No. 9
Tahun 2011 tentang pedoman penerbitan Kartu Tanda Penduduk berbasis
Nomor Induk kependudukan secara Nasional dalam pasal 2 ayat (1)
menjelaskan tujuan pemerintahan menerbitkan KTP Elektronik untuk
mewujudkan kepemilikan satu KTP untuk satu penduduk yang memiliki
5
kode keamanan dan rekaman elektronik data kependudukan yang berbasis
NIK secara nasional
Program e-KTP diluncurkan oleh Kementerian Dalam Negeri
Republik Indonesia pada bulan Februari 2011 dimana pelaksanannya terbagi
dalam dua tahap. Program e-KTP dilatar belakangi oleh sistem pembuatan
KTP konvensional/nasional di Indonesia yang memungkinkan seseorang
dapat memiliki lebih dari satu KTP. Hal ini disebabkan belum adanya basis
data terpadu yang menghimpun data penduduk dari seluruh Indonesia. Fakta
tersebut memberi peluang penduduk yang ingin berbuat curang dalam hal-
hal tertentu dengan manggandakan KTP-nya. Misalnya dapat digunakan
untuk: Menghindari pajak, Memudahkan pembuatan paspor yang tidak
dapat dibuat diseluruh kota, Mengamankan korupsi, Menyembunyikan
identitas (seperti teroris).
Oleh karena itu, didorong oleh pelaksanaan pemerintahan elektronik
(e-Government) serta untuk dapat meningkatkan kualitas pelayanan kepada
masyarakat, Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia menerapkan
suatu sistem informasi kependudukan yang berbasiskan teknologi yaitu
Kartu Tanda Penduduk elektronik atau e-KTP.Adapun Fungsi dan
kegunaan e-KTP adalah : Sebagai identitas jati diri, Berlaku Nasional,
sehingga tidak perlu lagi membuat KTP lokal untuk pengurusan izin,
pembukaan rekening Bank, Mencegah KTP ganda dan pemalsuan KTP;
Terciptanya keakuratan data penduduk untuk mendukung program
pembangunan.
6
Tahapan dan proses megaproyek e-KTP yang dimulai dari tahun 2009
penuh keganjilan dan sarat korupsi. Megaproyek itu sejak awal melibatkan
KPK dan LKPP tapi setengah hati dan hanya sebatas basa-basi politik. Kini e-
KTP menimbulkan masalah krusial bagi pemerintah sekarang. Masalah krusial
itu antara lain berupa krisis pengadaan blangko e-KTP di berbagai daerah.
Krisis itu merupakan bukti buruknya perencanaan dan kinerja vendor terkait e-
KTP. Sejak semula megaproyek e-KTP sudah penuh keganjilan. Namun
pemerintah saat itu mengabaikan saran para pakar dan kritik masyarakat.
Kondisi proyek e-KTP yang tidak berjalan dengan baik dan sangat
merugikan negara itu telah diusut oleh KPK. Sistem dan perangkat e-KTP
mestinya tidak boleh melalui pengadaan nasional yang monopolistik dan
bernuansa kolusi oleh vendor. Mestinya megaproyek itu melibatkan sebanyak
mungkin pengembang dan perusahaan dalam negeri. Kemudian proyek e-KTP
yang melibatkan langsung pemerintah pusat hanya terkait sistem business
intelegent terkait dengan data base dan analisis kependudukan untuk
pembangunan dan kondisi darurat.
7
triliun. Dan pada akhirnya Setya Novanto menjalani sidang perdananya sebagai
terdakwa dalam kasus korupsi e-KTP pada 13 Desember 2017.
Dalam sidang perdana kasus korupsi e-KTP pada hari Kamis, 9 Maret
2017 di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Jakarta. Irene Putri selaku Jaksa
penuntut umum (JPU) KPK membeberkan kongkalikong yang dilakukan para
anggota DPR, pejabat Kementerian, dan sejumlah pihak swasta dalam
pengadaan proyek e-KTP. Dalam sidang perdana ini, 2 terdakwa kasus korupsi
e-KTP juga dihadirkan, keduanya adalah Irman, mantan Dirjen Dukcapil di
Kemendagri dan Sugiharto, mantan Direktur Pengelola Informasi Administrasi
Kependudukan Ditjen Dukcapil Kemendagri. Dalam sidang tersebut, JPU KPK
juga menuturkan bahwa Irman dan Sugiharto selaku pejabat pembuat
komitmen, bersama pengusaha Andi Agustinus alias Andi Narogong.
Dikutip dari m.tempo.com edisi 9 Maret 2017, Jaksa Irene Putri
mengungkapkan korupsi proyek KTP elektronik bermula dari usulan Gamawan
Fauzi selaku Menteri Dalam Negeri untuk mengubah sumber pembiayaan
proyek yang semula dari pinjaman hibah luar negeri (PLHN) menjadi
bersumber dari anggaran rupiah murni pada 2009. Pada tanggal 9 Maret 2017
pengadilan Tipikor membacakan dakwaan Irman dan Sugiharto yang menyebut
keterlibatan Setnov dalam korupsi e-KTP, pada awalnya Setnov ditemui
sejumlah pejabar Kementrian Dalam Negeri untuk minta dukuangan terkait
proyek e-KTP pada gebruari 2010 di Hotel Gran Melia, Jakarta, saat itu yang
menemui Novanto adalah dua terdakwa yang juga pejabat Kemendagri, Irman
dan Sugiharto, Sekjen Kemendagri Diah Anggraini, dan pengusaha Andi
Agustinus, Setnov menyatakan dukungan.
Saat ditanya bentuk dukungan, Setnov menjawab akan mengoordinasikan
dengan pimpinan fraksi yang lain, kemudia sekitar Juli-Agustus 2010, proyek
e-KTP dibahas dalam pembahasan Rancangan APBN anggaran 2011, dalam
dakwaan Andi Agustinus diketahui beberapa kali melakukan pertemuan
dengan Setnov dan hingga akhirnya Setnov Bersama Andi, Anas dan
Nazaruddin disebut telah menyepakati anggaran proyek e-KTP sebesar Rp 5,9
triluin. Dari anggaran itu, rencananya 51 persen atau Rp 2,662 triliun akan
digunakan untuk belanja modal pembiayaan proyek e-KTP, sementara 49
8
persen atau sebesar Rp 2,558 triliun, akan dibagi-bagikan kesejumlah pihak
terkait dan Setnov, Andi, Anas dan Nazarrudin disebut mengatur pembagian
anggaran dari 49 persen yang rencananya akan dibagi-nagi tersebut.
Penjelasan penbagian sebagai berikut :
Kasus dimana Novanto kecelakaan adalah salah satu kasus yang sangat
membingungkan banyak orang, karena kejadian karena tercium bau bau
dramatisir kejadian, atau dalam kata lain adalah suatu kecelakaan yang dibuat
9
buat, pada tanggal 16 November 2017 dikabarkan mengalami kecelakaan
mobil lalu dilarikan ke Rumah Sakit Medika Permata Hijau, Jakarta Selatan.
Pengacara Novanto, Fredirch Yunadi kecelakaan tersebut tidak jauh dari
rumah sakit tersebut, Setya Novanto menjalani sidang perdana sebagai
terdakwa pada tanggal 13 Desember 2017 pada saat sidang Novanto sering
mengelak saat diberi pertanyaan,18 September KPK kembali memanggil Setya
Novanto untuk diperiksa sebagai tersangka. Namun lagi-lagi Novanto tidak
hadir karena sakit. Bahkan kali ini kondisi kesehatannya memburuk. Novanto
harus menjalani kateterisasi jantung di Rumah Sakit Premier Jatinegara, Jakarta
Timur.
10
paripurna, pansus justru meminta persetujuan agar masa kerjanya diperpanjang.
Pengesahan perpanjangan masa kerja pansus ini diwarnai aksi walkout dari
Fraksi Gerindra, PKS dan PAN karena interupsi mereka tak digubris. Di hari
yang sama, sidang praperadilan Novanto kembali berjalan. Pihak Novanto
mengajukan bukti tambahan berupa laporan hasil pemeriksaan (LHP) dari BPK
terhadap KPK pada tahun 2016. LHP itu terkait pengangkatan penyidik di
KPK. Namun KPK keberatan dengan bukti itu karena didapatkan dari Pansus
Angket terhadap KPK di DPR.
11
melakukan evaluasi terhadap kinerjanya selama memimpin partai. Hal ini
menyusul hasil Tim Kajian Elektabilitas Partai Golkar yang menyatakan bahwa
partai berlambang pohon beringin itu mengalami penurunan elektabilitas
karena status tersangka Setya Novanto dalam kasus korupsi E-KTP. Proyek e-
KTP merupakan proyek yang besar yang tentunya melibatkan banyak pihak.
Begitu juga korupsinya, karena tidak mungkin hanya satu orang saja dapat
berhasil mengkorupsi dana proyek e-KTP yang besar, butuh kerjasama bahkan
bisa saja hingga membentuk sistem.
Dalam kasus korupsi e-KTP, dari tiga jenis kekuasaan tersebut yang
paling selaras dengan usaha para pelaku korupsi e-KTP adalah kekuasaan
bersama orang lain. Dalam hal ini para stakeholder proyek e-KTP yang
memiliki kekuasaan dan sama – sama memiliki tujuan untuk mengalirkan dana
proyek e-KTP untuk diri mereka sendiri, saling bekerja sama menyusun
strategi bagaimana supaya mereka bisa mark-up dana proyek e-KTP. Mereka
bersama-sama menyusun proyek e-KTP sebelum adanya tender. Mulai dari
konsorsium dan perusahaan-perusahaan mana yang akan dimenangkan
tendernya serta tugas dari masing – masing perusahaan, dan juga besarnya
mark-up yang akan dilakukan. Para pemilik kekuasaan tersebut bersama –
sama melakukan hal tersebut hingga pengajuan proposal ke DPR. Mereka
merancang semua melalui pertemuan – pertemuan informal yang mereka atur
bersama tempat dan waktunya. Hal ini sangat selaras dengan teori kekuasaan
bersama orang lain dimana bila ingin mencapai tujuan yang kita inginkan kita
harus bekerja sama dengan orang lain.
Dalam kasus korupsi proyek e-KTP ini juga membuktikan teori bahwa
kekayaan dapat memberikan kekuasaan, semakin banyak kekayaan yang kita
miliki, semakin besar pula kekuasaan kita. Terlihat bagaimana sang pengusaha
Andi Narogong pemilik perusahaan yang sudah terbiasa menjadi rekanan
Kemendagri menyiapkan uang sejumlah 4 juta dolar AS untuk diantarkan ke
gedung DPR lantai 12 untuk kemudian dibagikan ke pimpinan Komisi II,
Anggota Banggar Komisi II dan pimpinan Banggar. Tidak hanya itu, Andi
12
Narogong dan konsorsium juga memberikan uang kepada panitia tender
beberapa kali mulai Juli 2010 - Februari 2011.
Di kasus korupsi proyek e-KTP ini, terlihat bahwa kekuasaan itu ada dan
berperan besar dalam ekonomi politik. Para pemilik kekuasaan/jabatan seperti
anggota DPR dan juga anggota dari Kemendagri mendapatkan kekuasaan dari
jabatannya. Pimpinan perusahaan dan konsorsium memperoleh kekuasaan dari
kekayaannya. Kemudian terdapat hubungan timbal balik akibat dari kekuasaan
yang mereka miliki. Ini membuktikan bahwa kekuasaan dalam hubungan
ekonomi politik itu sangat penting. Itulah mengapa pendekatan ekonomi politik
berbasis pada kekuasaan berbeda dengan pendekatan neoklasik yang lebih
meminimalisir kekuasaan.
13
sendiri. Adapun tindakan pencegahan yang dilakukan oleh pemerintah
dalam rangka melakukan upaya pemberantasan korupsi di wilayah
negara Indonesia
3. Upaya pencegahan sebagai bentuk upaya pemberantasan korupsi yang
dilakukan oleh pemerintah dapat dilakukan melalui penerimaan aparatur
negara secara jujur dan terbuka. Kejujuran dan keterbukaan dalam
penerimaan pegawai yang dilakukan oleh pemerintah menunjukkan
usaha pemerintah yang serius untuk memberantas tindak pidana korupsi
yang berkaitan dengan suap menyuap dalam penerimaan pegawai.
Pemerintah yang sudah berupaya melakukan tindakan pencegahan dalam
penerimaan pegawai perlu disambut baik oleh masyarakat terutama
dalam mendukung upaya pemerintah tersebut.
4. Upaya edukasi yang dilakukan pemerintah dalam usahanya untuk
memberantas korupsi adalah upaya yang dilakukan melalui proses
pendidikan. Proses pendidikan di Indonesia dilakukan dalam tiga jenis
yaitu pendidikan formal, informal, dan non formal. Melalui proses
edukasi, masyarakat diberikan pendidikan anti korupsi sejak dini agar
masyarakat sadar betul akan bahaya korupsi bagi negara-negara
khususnya negara Indonesia.
5. Open Contracting Partnership (OCP) yang mendorong transformasi
‘public contracting & procurement’ dari yang semula tertutup menjadi
terbuka. Merujuk dari definisi OCP, Open contracting adalah tentang
mempublikasikan dan menggunakan informasi terkait kontrak
pemerintah yang terbuka, aksesibel, dan tepat waktu guna melibatkan
masyarakat dan bisnis dalam mengidentifikasi dan memperbaiki berbagai
masalah.
Sumber :
https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-39329629
http://www.tribunnews.com/nasional/2017/11/29/pencegahan-bisa-jadi-
solusi-pemberantasan-korupsi-yang-paling-efektif?page=2
https://news.okezone.com/read/2017/10/06/337/1790497/kpk-melakukan-
upaya-upaya-penanganan-kasus-e-ktp-sesuai-aturan-hukum-yang-berlaku
14
Solusi Pribadi
1. Pemerintah Indonesia harus bertindak cepat , sigap dan tegas dalam
menghadapi kasus korupsi. Jika tidak terselesaikan masalah ini akan
berdampak buruk bagi ke depannya, akan lebih banyak kritikan negatif
dari masyarakat Indonesia .
2. Pemerintah harus mengawasi setiap kebijakan atau proyek akan dibuat,
serta mengawasi anggaran yang digunakan dalam proyek tersebut,
sehingga meminimalisir terjadinya korupsi.
3. Pemerintah mempertegas hukum yang ada di Indonesia, yaitu sesuai
dengan yang tercantum di UUD 1945
4. Penanaman semangat nasional yang positif dilakukan oleh pemerintah
Indonesia dalam bentuk penyuluhan atau diksusi umum terhadap nilai-
nilai Pancasila sebagai kepribadian bangsa Indonesia. Dengan adanya
penanaman semangat nasional Pancasila dalam diri masyarakat,
kesadaran masyarakat akan dampak korupsi bagi negara dan masyarakat
akan bertambah. Hal ini akan mendorong masyarakat Indonesia untuk
menghindari berbagai macam bentuk perbuatan korupsi dalam kehidupan
sehari-hari demi kelangsungan hidup bangsa dan negaranya.
5. KPK harus lebih sering melakukan penyadapan agar siapa saja yang
teridentifikasi melakukuan korupsi bisa tertangkap oleh KPK.
15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Korupsi adalah suatu tindak perdana yang memperkaya diri yang secara
langsung merugikan negara atau perekonomian negara. Jadi, unsur dalam
perbuatan korupsi meliputi dua aspek. Aspek yang memperkaya diri dengan
menggunakan kedudukannya dan aspek penggunaan uang Negara untuk
kepentingannya. Dalam arti yang luas, korupsi atau korupsi politis adalah
penyalahgunaan jabatan resmi untuk keuntungan pribadi. Semua bentuk
pemerintah|pemerintahan rentan korupsi dalam praktiknya. Beratnya korupsi
berbeda-beda, dari yang paling ringan dalam bentuk penggunaan pengaruh dan
dukungan untuk memberi dan menerima pertolongan, sampai dengan korupsi
berat yang diresmikan, dan sebagainya.
Jadi pada hakekatnya korupsi adalah suatu tindakan yang melawan
hukum, karena korupsi sangat merugikan banyak pihak, baik negara ataupun
masyarakat yang terikat langsung dengan korupsi itu sendiri, korupsi dapat
muncul dengan niat atau tidak atas niat sekalipun, jika ada kesempatan korupsi
bisa saja muncul disana, pada jaman sekarang korupsi lebih banyak muncul
karena ada suatu desakan baik pribadi atau kepentingan suatu oknum.
3.2 Saran
1. Pemerintah Indonesia harus bertindak cepat , sigap dan tegas dalam
menghadapi kasus korupsi. Jika tidak terselesaikan masalah ini akan
berdampak buruk bagi ke depannya, akan lebih banyak kritikan negatif
dari masyarakat Indonesia .
2. Pemerintah harus mengawasi setiap kebijakan atau proyek akan dibuat,
serta mengawasi anggaran yang digunakan dalam proyek tersebut,
sehingga meminimalisir terjadinya korupsi.
3. Pemerintah mempertegas hukum yang ada di Indonesia, yaitu sesuai
dengan yang tercantum di UUD 1945.
16
DAFTAR PUSTAKA
17