Seiring dengan semakin meningkatnya demokratisasi dan tuntunan
masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang lebih baik, maka sebagai penyedia layanan kesehatan dihadapkan kepada tantangan dalam upaya meningkatkan mutu pelayanannya. Saat ini masih masih banyak dijumpai kelemahan dalam pemberian pelayanan kesehatan secara umum sehingga belum dapat memenuhi kualitas yang diharapkan masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari ada banyaknya keluhan dari pasien yang disampaikan di media massa sehingga menurunkan kredibilitas tenaga kesehatan sebagai penyelenggara pelayanan. Ketika tingkat pendidikan, pendapatan, dan awareness masyarakat meningkat, maka pelayanan kesehatan yang tidak bermutu akan ditinggalkan, dan beralih ke penyedia layanan kesehatan yang lebih baik mutunya. Sebagai contoh, bila pelayanan kesehatan dalam negeri memiliki kualitas pelayanan yang buruk, maka masyarakat yang berpenghasilan tinggi yang membutuhkan pelayanan kesehatan akan beralih ke sarana kesehatan lain di luar negeri yang mutunya lebih baik sebagaimana fenomena ini mulai terlihat pada golongan ekonomi menengah atas. Jika hal ini terus berlanjut maka akan didapatkan pelayanan kesehatan kita hanya akan dipergunakan oleh masyarakat miskin atau berpenghasilan rendah yang tidak memiliki pilihan lain karena keterbatasan anggaran. Bila masyarakat miskin mendapat pelayanan kesehatan yang buruk, maka gangguan kesehatan yang dialaminya tidak dapat ditanggulangi. Kesehatan seseorang yang buruk menyebabkan penurunan produktivitas karena tidak dapat bekerja dengan efektif. Jika penyakit semakin berat, anggota keluarga yang harus membantu merawat anggota keluarga yang sakit akan kehilangan waktu untuk mendapatkan penghasilan dari pekerjaan. Pada akhirnya hal tersebut semakin menyebabkan penurunan pendapatan keluarga miskin. Demi mencegah terjadinya rantai masalah kesehatan tersebut, salah satu tindakan yang dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan. Mutu barang pada umumnya secara langsung dapat diukur, namun mutu jasa layanan kesehatan agak sulit untuk diukur karena multimidensi dan subjektif bergantung dengan persepsi, latar belakang, sosial ekonomi, norma, pendidikan, budaya bahkan kepribadian seseorang.