D
Direktur Kependudukan, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak - Bappenas
2
1. Pengertian
Bonus Demografi
3
Demographic Dividend
(Bonus Demografi)
• Terjadi akibat adanya transisi demografi yaitu penurunan tingkat kematian
(mortality) yang diikuti oleh penurunan tingkat fertilitas (fertility)
4
Mekanisme terjadinya
Bonus Demografi
1. Labor supply
Meningkatkan jumlah angkatan kerja dengan usia produktif
Jumlah anak yang sedikit, meningkatkan peluang perempuan untuk bekerja
2. Savings (tabungan)
Usia produktif menghasilkan lebih banyak pendapatan sehingga dapat menabung
lebih banyak
Tabungan akan lebih banyak jika tanggungan anak lebih sedikit
Saving merupakan sumber investasi dan pertumbuhan ekonomi
3. Human capital
• Jumlah anak yang sedikit memungkinkan peningkatan investasi terhadap pendidikan
dan kesehatan anak
• Jumlah anak yang sedikit memungkinan peningkatan kesehatan perempuan
5
Pengalaman Internasional
Turunnya dependency ratio 1960 - 2000
berkontribusi bagi pertumbuhan Pert. Kontribusi (%) Bonus
ekonomi GDP/th (%) Demografi thd pert.
ekonomi
Cina 7.0 9.2
Korsel 7.3 13.2
Singapura 8.2 13.6
Thailand 6.6 15.5
7
Prasyarat
• Bonus Demografi merupakan peluang:
Meningkatnya jumlah dan proporsi penduduk
usia produktif memberikan peluang untuk
pertumbuhan ekonomi
9
3. Bonus Demografi di Indonesia
10
Jumlah penduduk Indonesia diperkirakan terus meningkat
Juta Jiwa
320
310
300 305.7
290 296.4
280 284.8 Tahun LPP
270
271.1 2000-2010 1,49
260
2010-2015 1,38
250 255.5 1,19
2015-2020
240 2020-2025 1,00
230 238.5
2025-2030 0,80
220
2030-2035 0,62
210
2010 2015 2020 2025 2030 2035
Tahun
Dengan laju pertumbuhan yang diproyeksikan turun dari 1,49% untuk kurun
waktu 2000-2010 menjadi 1,19% pada tahun 2015-2020, jumlah penduduk
masih diperkirakan meningkat sebesar 32,6 juta dalam kurun waktu 10 tahun
11
(2010-2020)
Perubahan Struktur Umur Penduduk
penduduk 2010-2025:
250
- Usia 0-14 : 2,7%
200
- Usia 15-59 :18,9%
- Usia 60+ : 86,8%
150
• Terjadi penurunan angka ketergantungan dengan meningkatnya penduduk usia kerja yang
memberi peluang terjadinya bonus demografi
• Trend dependency ratio dapat tercapai, asumsi proyeksi tercapai:
• Fertilitas menurun (TFR = 2,1 pada tahun 2025)
• Angka Kematian Bayi menurun= 22,3 pada tahun 2025 Bonus Demografi tidak otomatis,
tetapi dapat diraih dengan
kebijakan tepat:
- SDM sehat dan terdidik
(usia anak s/d lansia,
perempuan dan laki-laki)
- Tenaga kerja produktif,
termasuk tenaga kerja
perempuan
- Stabilitas ekonomi,
meningkatnya lapangan kerja
10
• Potensi Indonesia:
0
• Mengisi kebutuhan naker di
1980
1970
1975
1985
1990
1995
2000
2005
2010
2015
2020
2025
2030
2035
2040
2045
2050
tingkat regional
• Menampung industri padat
tenaga kerja
15
Perbedaan Rasio Ketergantungan
Menurut Provinsi (1)
Momen
Provinsi 2010 2015 2020 2025 2030 2035 Bonus
Demografi
Aceh 56.3 54.7 53.5 50.9 48.0 45.9 2028
Sumatera Utara 58.0 56.4 55.3 53.6 51.6 50.8 -
Sumatera Barat 57.7 55.6 54.7 53.6 51.9 50.5 -
Riau 54.1 51.6 49.7 48.4 47.0 46.5 2021
Jambi 50.7 47.3 44.6 43.2 42.5 42.6 2012
Sumatera Selatan 51.3 49.6 48.4 47.3 45.9 45.4 2016
Bengkulu 51.3 47.9 46.0 45.1 44.5 44.4 2013
Lampung 51.2 49.6 48.6 47.2 45.6 45.4 2016
Bangka Belitung 48.7 46.1 44.9 44.2 43.4 43.1 2005
Kepulauan Riau 46.8 49.6 46.4 41.8 38.2 38.0 2008
DKI Jakarta 37.4 39.8 41.9 42.2 40.2 39.6 1980an
Jawa Barat 50.0 47.6 46.6 46.3 46.2 46.8 2011
Jawa Tengah 49.9 48.1 47.7 48.4 49.9 51.7 2012
DI Yogyakarta 45.9 45.0 45.4 46.8 47.7 48.4 1996
Jawa Timur 46.1 44.2 43.7 44.4 46.1 48.3 1998
Banten 48.6 46.4 45.4 43.8 41.7 41.0 2007
Bali 47.2 45.6 43.4 42.2 43.2 45.8 1990an16
Perbedaan Rasio Ketergantungan
Menurut Provinsi (2)
Momen
Provinsi 2010 2015 2020 2025 2030 2035 Bonus
Demografi
Nusa Tenggara Barat 55.6 53.7 52.2 50.3 48.6 48.0 2027
Nusa Tenggara Timur 70.6 66.7 63.5 61.8 61.7 61.5 -
Kalimantan Barat 52.6 50.9 49.8 48.8 47.3 46.6 2022
Kalimantan Tengah 50.3 46.2 43.4 41.6 40.3 39.9 2011
Kalimantan Selatan 49.2 48.7 47.7 46.2 44.6 44.7 2006
Kalimantan Timur 48.7 46.2 44.5 43.7 43.0 43.3 2005
Sulawesi Utara 48.0 46.6 46.3 46.9 47.3 48.4 2000
Sulawesi Tengah 52.5 50.4 49.7 49.4 48.4 48.6 2025
Sulawesi Selatan 56.0 52.9 51.3 50.4 49.6 49.6 2030
Sulawesi Tenggara 63.5 60.4 58.0 54.6 52.7 51.7 -
Gorontalo 51.8 48.6 47.6 47.6 47.7 47.8 2014
Sulawesi Barat 60.4 56.0 53.9 52.7 51.5 51.0 -
Maluku 63.1 59.8 58.1 57.4 55.9 54.3 -
Maluku Utara 61.1 58.7 56.0 53.5 51.6 50.8 -
Papua Barat 53.7 49.9 47.1 45.5 44.4 43.6 2016
Papua 53.7 47.5 43.8 41.9 41.6 42.4 2014
Indonesia 50.5 48.6 47.7 47.2 46.9 47.3 201317
Pentingnya memastikan asumsi-
asumsi yang digunakan dalam
proyeksi dapat tercapai
18
Berbagai Asumsi TFR
untuk Perhitungan Proyeksi Penduduk oleh PBB
23
Kebijakan Kesehatan,
Kependudukan dan KB
• Menjamin kesehatan tenaga kerja, terutama:
– Perluasan JKN, integrasi peserta Jamsostek dan pekerja informal
– Menengendalikan penyakit tidak menular (stroke, diabetes, janntung, dll)
yang umumnya terjadi pada usia kerja dan lansia
– Kesehatan dan keselamatan kerja
• Menjamin keberlangsungan hidup anak (child survival) untuk menekan
keinginan punya anak lagi
24
Kebijakan Pendidikan
• Memperluas pendidikan menengah universal:
– Memperkuat peran swasta dalam pendidikan
– Program school-to-work transition untuk persiapan
memasuki dunia kerja
– Menyelaraskan bidang studi dengan kegiatan ekonomi
utama sesuai pusat pertumbuhan ekonomi.
26
Pendidikan penduduk perempuan terus meningkat dari waktu ke waktu, tetapi
partisipasi angkatan kerja perempuan tidak banyak meningkat. Pelu upaya strategis
agar upaya menangkap bonus demografi menjadi maksimal.
28
Kebijakan Strategis 2015-2019
Sosial Budaya dan Kehidupan Agama
Mengendalikan jumlah kelahiran, pertambahan, dan laju pertumbuhan
penduduk melalui keluarga berencana dan pembangunan keluarga
Memantapkan pelaksanaan Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN)
Bidang Kesehatan
Melaksanakan Wajib Belajar 12 Tahun
Meningkatkan pemerataan akses pendidikan tinggi
Meningkatkan relevansi dan daya saing pendidikan tinggi
Meningkatkan akses, kualitas, dan relevansi pendidikan dan pelatihan
keterampilan kerja
Meningkatkan kualitas pendidikan karakter untuk membina budi
pekerti, watak, dan kepribadian peserta didik
29
Kebijakan Strategis 2015-2019
Ekonomi Peningkatan iklim investasi dan iklim usaha melalui kepastian hukum,
dan penyederahaan perijinan investasi, insentif, dan fasilitasi investasi
Tenaga Peningkatan investasi yang inklusif melalui pengutamaan peningkatan
Kerja investasi; penyebaran investasi di daerah yang lebih berimbang; dan
pengembangan investasi lokal dan investasi keluar
Memperluas lapangan kerja melalui memperkuat daya saing tenaga kerja
dalam memasuki pasar tenaga kerja secara global
Mengembangkan ekonomi kreatif
Pelaksanaan Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) bagi para pekerja
Mendorong kerja sama ekonomi internasional yang lebih selektif dengan
mengutamakan kepentingan nasional dalam rangka mendorong pertumbuhan
ekonomi yang berkelanjutan, khususnya melalui peningkatan ekspor,
pariwisata, dan investasi, bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Peningkatan iklim ketenagakerjaan yang lebih kondusif
Memperluas kerjasama dalam rangka melindungi hak dan keselamatan tenaga
30
migran
Kebijakan Strategis 2015-2019
Sumber Pengamanan produksi untuk kemandirian dan diversifikasi konsumsi pangan
Daya Alam Penguatan pasokan, bauran dan efisiensi konsumsi energi
dan
Peningkatan kualitas lingkungan hidup, pengembangan pola produksi dan konsumsi
Lingkungan
berkelanjutan dan pelestarian dan pemanfaatan keekonomian KEHATI
Hidup
33
REVOLUSI MENTAL
34
Kebijakan Kesehatan dan Gizi Masyarakat
1. Akselerasi Pemenuhan Akses Pelayanan Kesehatan Ibu, Anak, Remaja, dan Lanjut
Usia yang Berkualitas
2. Mempercepat Perbaikan Gizi Masyarakat
3. Meningkatkan Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
4. Meningkatan Akses Pelayanan Kesehatan Dasar yang Berkualitas
5. Meningkatan Akses Pelayanan Kesehatan Rujukan yang Berkualitas
6. Meningkatkan Ketersediaan, Keterjangkauan, Pemerataan, dan Kualitas Farmasi
dan Alat Kesehatan
7. Meningkatkan Pengawasan Obat dan Makanan
8. Meningkatkan Ketersediaan, Persebaran, dan Mutu Sumber Daya Manusia
Kesehatan
9. Meningkatkan Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
10. Menguatkan Manajemen, Penelitian Pengembangan dan Sistem Informasi
11. Memantapkan Pelaksanaan Sistem Jaminan Sosial Nasional Bidang Kesehatan
12. Mengembangkan dan Meningkatkan Efektifitas Pembiayaan Kesehatan
35
Kebijakan Keluarga Berencana
1. Menguatkan advokasi dan KIE tentang program kependudukan, keluarga
berencana, dan pembangunan keluarga (KKBPK) di setiap wilayah dan kelompok
masyarakat
2. Menguatkan akses pelayanan KB dan KR yang merata dan berkualitas, terutama
dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) Kesehatan
3. Meningkatkan pemahaman remaja mengenai keluarga berencana dan kesehatan
reproduksi, dalam penyiapan kehidupan dalam berkeluarga
4. Meningkatkan peran dan fungsi keluarga dalam pembangunan keluarga
5. Menguatkan landasan hukum dan menyerasikan kebijakan pembangunan bidang
kependudukan dan keluarga berencana
6. Menata, menguatkan, dan meningkatkan kapasitas kelembagaan pembangunan
bidang kependudukan dan keluarga berencana di tingkat pusat dan daerah
7. Meningkatkan kualitas data dan informasi kependudukan yang memadai, akurat,
dan tepat waktu untuk dijadikan basis dalam memberikan pelayanan dasar
kepada masyarakat dan sekaligus pengembangan kebijakan dan program
pembangunan
36
Kebijakan Pendidikan
1. Melaksanakan Wajib Belajar 12 Tahun dengan melanjutkan upaya untuk memenuhi hak
seluruh penduduk mendapatkan layanan pendidikan dasar sembilan tahun berkualitas
2. Melaksanakan Wajib Belajar 12 Tahun dengan memperluas dan meningkatkan
pemerataan pendidikan menengah yang berkualitas
3. Memperkuat jaminan kualitas (quality assurance) pelayanan pendidikan
4. Memperkuat kurikulum dan pelaksanaannya
5. Memperkuat sistem penilaian pendidikan yang komprehensif dan kredibel
6. Meningkatkan profesionalisme, kualitas, dan akuntabilitas guru dan tenaga kependidikan
7. Meningkatkan pemerataan akses pendidikan tinggi
8. Meningkatkan kualitas pendidikan tinggi
9. Meningkatkan relevansi dan daya saing pendidikan tinggi
10. Meningkatkan akses Pendidikan Anak Usia Dini
11. Meningkatkan kualitas layanan Pendidikan Anak Usia Dini
12. Meningkatkan akses, kualitas, dan relevansi pendidikan dan pelatihan keterampilan kerja
13. Meningkatkan kualitas pendidikan orang dewasa
37
Pendidikan Karakter
1. Meningkatkan layanan pendidikan keagamaan yang berkualitas
2. Meningkatkan kualitas pendidikan agama di sekolah untuk memperkuat pemahaman dan
pengamalan untuk membina akhlak mulia dan budi pekerti luhur
3. Mengembangkan pendidikan kewargaan di sekolah untuk menumbuhkan jiwa kebangsaan,
memperkuat nilai-nilai toleransi, menumbuhkan penghargaan pada keragaman sosial-
budaya, memperkuat pemahaman mengenai hak-hak sipil dan kewargaan, serta tanggung
jawab sebagai warga negara yang baik (good citizen)
4. Meningkatkan kualitas pendidikan karakter untuk membina budi pekerti, watak, dan
kepribadian peserta didik
5. Meningkatkan budaya gemar membaca
6. Menumbuhkan budaya olahraga dan prestasi
7. Meningkatnya pelayanan kepemudaan yang berkualitas untuk menumbuhkan jiwa
patriotisme, budaya prestasi, dan profesionalitas, serta untuk meningkatkan partisipasi dan
peran aktif pemuda di berbagai bidang pembangunan
8. Memperkukuh karakter bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, dinamis, dan
berorientasi iptek
9. Meningkatkan pemahaman, penghayatan, pengamalan dan pengembangan nilai-nilai
keagamaan untuk memperkuat peran dan fungsi agama sebagai landasan moral dan etika
dalam pembangunan 38
Kesejahteraan Sosial
39
Revolusi Mental...(1)
Kedaulatan Politik
1. Peningkatan kualitas peran dan fungsi lembaga-lembaga demokrasi; jaminan
pemenuhan kebebasan sipil dan hak-hak politik rakyat, termasuk peningkatan
peran organisasi masyarakat sipil dan peningkatan keterwakilan perempuan dalam
politik dan pengambilan keputusan publik.
2. Pemantapan iklim kondusif bagi terpeliharanya stabilitas sosial politik yang
ditandai dengan menurunnya konflik sosial polit
3. Peningkatan kepatuhan dan penegakan hukum serta reformasi peradilan secara
konsisten dan berintegritas untuk menciptakan ketertiban sosial dan mewujudkan
keadilan, serta pelaksanaan reformasi birokrasi untuk mendukung
penyelenggaraan pemerintahan dan layanan perizinan yang bersih, transparan,
dan ak
4. Peningkatan kontribusi dan kualitas peran kebijakan luar negeri Indonesia dalam
berbagai forum internasional untuk mendukung pencapaian kepentingan nasional
di dalam negeri, serta sebagai upaya untuk turut mewujudkan perdamaian dan
keadilan dunia.untabel, yang sejalan dengan pengembangan budaya pelayanan.
40
Revolusi Mental...(2)
Kemandirian Ekonomi
1. Peningkatan kemandirian ekonomi nasional
2. Pemberdayaan pelaku usaha kecil-menengah, ekonomi dan industri kreatif, ekonomi rakyat
dan ekonomi subsisten, dengan meningkatkan pemerataan peluang dalam pengembangan
ekonomi dan distribusi aset-aset produktif yang adil.
3. Penguatan nilai-nilai persaingan usaha yang sehat di kalangan pelaku ekonomi, pemerintah
dan masyarakat untuk mencegah praktik monopoli yang menyebabkan kegiatan usaha tidak
sehat dan ekonomi tidak efisien
4. Peningkatan pemasyarakatan budaya produksi melalui peningkatan pemahaman dan
penyadaran bahwa konsumsi berlebihan (excessive consumption) tidak baik dan tidak bijak,
serta penyebaran pengetahuan teknik-teknik pembuatan barang dan jasa yang dilakukan
sendiri baik melalui jalur pendidikan maupun pemasyarakatan sehingga terbangun budaya
swadesi.
5. Peningkatan dan pengembangan iklim yang kondusif bagi inovasi melalui pemberian
penghargaan bagi temuan-temuan baru dan penegakan hak kekayaan intelektual, serta
penyediaan ruang publik yang mendorong kreativitas dan yang memfasilitasi perwujudan
ide kreatif ke dalam bentuk barang, audio, visual, grafis, koreografi, dan lain-lain. 41
Revolusi Mental...(3)
Kepribadian dalam Kebudayaan
1. Peningkatan pendidikan yang berkualitas untuk melahirkan manusia-manusia unggul,
yang mampu mengembangkan kebudayaan, daya cipta dan kreativitas, daya saing, serta
merancang masa depan bangsa yang maju, modern, dan mandiri.
2. Peningkatan kualitas lembaga pendidikan (sekolah/madrasah dan unversitas) sebagai
sarana dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek).
3. Peningkatan peran keluarga sebagai basis utama dan pertama pembentukan karakter dan
kepribadian anak
4. Peningkatan kesadaran masyarakat akan kemajemukan
5. Pengembangan karakter dan jati diri bangsa yang tangguh, berbudaya, dan beradab, serta
berdaya saing dan dinamis, yang dilandasi oleh iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa dan berdasarkan Pancasila
6. Pencanangan proyek percontohan dalam bentuk Komunitas Berkarakter sebagai
“kantung-kantung perubahan,”.
7. Peningkatan kampanye publik melalui berbagai media (film, sastra, iklan layanan
masyarakat), untuk menumbuhkan etos, semangat berkarya, daya juang, sikap
antikorupsi, orientasi mencari ilmu, hidup toleran dan menjaga harmoni sosial di dalam
masyarakat majemuk. 42
Tenaga Kerja
1. Memperkuat daya saing tenaga kerja dalam memasuki pasar tenaga kerja
secara global
2. Menciptakan Hubungan Industrial yang harmonis dan memperbaiki Iklim
Ketenagakerjaan
3. Meningkatkan akses angkatan kerja kepada sumber daya produktif
4. Mendorong Pengembangan Ekonomi Pedesaan
5. Memfungsikan pasar tenaga kerja
6. Memperluas Kerjasama dalam rangka melindungi hak dan keselamatan
tenaga migran
7. Meningkatkan Tata Kelola Penyelenggaraan Penempatan
8. Membekali Pekerja Migran dengan Pengetahuan, Pendidikan dan Keahlian
9. Memperbesar pemanfaatan Jasa Keuangan bagi Pekerja
10. Jaminan Sosial Bagi Pekerja Penerima Upah
11. Perluasan Kepesertaan Pekerja Bukan Penerima Upah dan Bukan Pekerja
12. Integrasi dan Sinkronisasi Berbagai Program Perlindungan Sosial ke dalam SJSN 43
Kesimpulan
• Pemanfaatan bonus demografi harus disesuaikan
dengan situasi dan kondisi kewilayahan.
• Peluang bonus demografi harus diketahui dan
dipahami dengan baik oleh seluruh pemangku
kebijakan, baik pusat maupun daerah.
• Bonus demografi tidak diperoleh secara otomatis,
tetapi harus diupayakan dan diraih dengan arah
kebijakan yang tepat.
44
Terima kasih
45