Anda di halaman 1dari 30

1

DAFTARI ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii

BAB I

LATAR BELAKANG ............................................................................................ 1

BAB II

ISI

A. Permasalahan Sungai Citarum yang Tak Kunjung Selesai .............................. 3


B. Upaya Indonesia Bersihkan Sungai Terkotor di Dunia .................................... 11
1. Tentara dan Warga Angkat 80 Ribu Ton Sampah dan Endapan ...................... 13
2. Pemerintah siapkan strategi atasi pencemaran di sungai Citarum .................... 15
3. Ini Solusi untuk Sungai Citarum yang Dipaparkan Ridwan Kamil di Depan
Menteri Luhut .................................................................................................. 16
4. Partisipasi Masyarakat dibutuhkan untuk tangani pencemaran Citarum .......... 17

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan...................................................................................................... 19
B. Saran................................................................................................................ 19

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 20

BIOGRAFI PENULIS ..................................................................................... 21

i
KATA PENGANTAR

Dengan memohon rahmat dan ridho Allah SWT serta mengucap


syukur kepada-Nya atas segala limpahan karunia-Nya kami diberi kekuatan
untuk menulis buku yang berjudul “Urgensi Edukasi Green Behavior: Warga
Daerah Aliran Sungai Citarum, Untuk Optimalisasi Program Citarum Harum”.

Tujuan dari penulisan buku ini adalah untuk pemenuhan tugas Bahasa
Indonesia yang diampu oleh Aprilia Eki Saputri, M.Pd. yang merupakan dosen
mata kuliah Pendidikan Lingkungan Hidup. Tak lupa pula kami mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung dan membantu proses
penyusunan karya ilmiah ini sehingga bisa selesai tepat pada waktunya.

Kami memiliki harapan yang sangat besar bahwa karya ini bisa
memberikan manfaat kepada semua pihak, khususnya bagi para pembaca
untuk memperluas wawasan dan juga pengetahuan mengenai pentingnya
menanamkan green bahavior pada diri setiap individu. Sebagaimana kita
ketahui bersama bahwa banyak permasalahan lingkungan muncul disebabkan
oleh ulah manusia yang tidak memelihara kelestarian lingkungan. Oleh karena
itu, karya ini berupaya memberikan sedikit sumbangsih mengenai bagaimana
seharusnya peran masyarakat dan pemerintah dalam memelihara lingkungan,
khususnya untuk warga Citarum.

Kami sangat menyadari bahwa karya ini masih sangat jauh dari kata
sempurna karena berbagai keterbatasan yang kami miliki. Oleh karena itu,
berbagai bentuk kritikan dan juga saran yang membantun akan sangat kami
harapkan untuk perbaikan dan penyempurnaan karya tulis ini.

Bandung, 31 Mei 2019

Penulis

ii
BAB I

LATAR BELAKANG

Dewasa ini permasalahan lingkungan muncul disebabkan oleh ulah


manusia yang tidak memelihara kelestarian lingkungan. Keadaan tersebut
tercermin pada masyarakat Kota Bandung. Banyaknya tempat pembuangan
sampah liar, baik itu di jalanan atau pun di sungai-sungai sehingga mencemari
air, udara dan tanah yang ada di sekitarnya.
Salah satu sungai yang tercemar adalah Sungai Citarum . Sungai
Citarum merupakan sungai terpanjang yang ada di Jawa Barat. Sejak
digulirkannya program Citarum Harum pada Februari 2018 oleh pemerintah
pusat, kondisi Sungai Citarum kini sudah mulai membaik. Sungai Citarum
yang dulu menyandang predikat sungai paling tercemar di dunia, kini mulai
tertangani
Meski mulai tertangani dengan program yang dibuat oleh pemerintah
yaitu program Citarum Harum, Sungai Citarum akan tetap saja tercemar.
Dikarena perilaku masyarakat kota Bandung yang terus menerus membuang
sampah ke Sungai Citarum dan tidak pernah mau berubah. Maka dari itu,
program sebagus apapun yang dibuat oleh pemerintah jika masyarakat tidak
mau berubah, hal tersebut mustahil dapat terlaksana dengan baik.
Salah satu solusi yang dapat dilaksanakan untuk membantu program
pemerintah adalah dengan mensiosialisasikan Green Behavior atau perilaku
hijau kepada masyarakat Kota Bandung. Hal tersebut untuk membantu
mengubah perilaku kebiasaan mereka terhadap membuang sampah di Sungai
Citarum. Green behaviour merupakan tindakan yang dilandasi oleh nilai,
norma dan kasih sayang terhadap alam semesta yang muncul karena adanya
kesadaran manusia untuk mencintai alam semesta.

1
Pendidikan Lingkungan Hidup ‖ Kelompok 3 PGSD 4B
Tiga prinsip kunci dalam pengembangan green behaviour adalah
dengan menghormati bumi, menghargai kehidupan, serta penggunaan
produksi, konsumsi, dan perilaku daur ulang. Dengan menghormati bumi,
individu dapat melakukannya dengan cara menjaga kelestarian segala sesuatu
yang ada di bumi dan memanfaatkannya dengan bijak dalam perilaku
menghargai hidup, manusia selain menjaga kelestarian alamnya diharapkan
dapat menghargai hidupnya dengan melakukan pola hidup sehat untuk
kebaikan dirinya sendiri. Selain itu juga konsumsi, produksi, dan daur ulang
juga berandil besar dalam menjaga kelestarian bumi, karena dapat
meminimalisisr limbah yang sulit terurai.
Green behaviour diharapkan menjadi sebuah gaya hidup yang dimiliki
oleh seluruh individu pada abad 21. Green behaviour sebagai gaya hidup akan
menciptakan keseimbangan ekosistem sehingga alam dan makhluk hidup di
dalamnya dapat hidup sejahtera. Tentunya hal tersebut bukanlah seseuatu yang
dapat diciptakan tanpa adanya usaha nyata. Pola-pola green behaviour dapat
dilihat dari perilaku individu sehari-hari seperti memelihara kebersihan
lingkungan rumah, membuang sampah pada tempatnya, mengonsumsi
makanan sehat, mendaur ulang sampah rumah tangga, menggunakan listrik
dan air seperlunya.
Melihat fenomena yang ada diatas. Penulis bermaksud untuk
mengedukasi masyarakat melalui buku panduan sederhana ini. Yang
bertemakan Green Behaviour. Seperti yang telah dibahas sebelumnya, penulis
mengangkat salah satu masalah yang terjadi di Sungai Citarum. Penulis sangat
berharap dengan adanya buku panduan sederhana ini dapat membantu
menangani masalah yang terjadi di Sungai Citarum.

Urgensi Edukasi Green Behavior


2
BAB II

ISI

A. Permasalahan Sungai Citarum yang Tak Kunjung Selesai

Pada tahun 2013 Green Cross Switzerland dan Blacksmith Institute


menyatakan Sungai Citarum sebagai salah satu tempat paling tercemar di
dunia. Sungai ini ada di posisi tiga, hanya kalah dari Agbogbloshie, gunung
sampah elektronik di Ghana, dan Chernobyl, kota yang mati akibat radiasi
nuklir di Rusia.

Sungai sepanjang 269 kilometer ini diidentifikasi punya tiga masalah


utama. Di hulu sungai terdapat lahan kritis yang menyebabkan erosi tanah; di
sepanjang aliran muncul pengendapan yang menyebabkan banjir; ditambah
pencemaran kotoran ternak, sampah rumah tangga, dan limbah pabrik.
Berbagai senyawa beracun pun muncul di daerah aliran sungai (DAS) Citarum
yang berdampak buruk pada 35 juta orang di 13 kabupaten/kota yang
dilaluinya.

Berbagai upaya dilakukan pemerintah untuk membersihkan sungai


terpanjang ketiga di Indonesia ini. Salah satunya pemerintah membuat
program “Citarum Harum”. Program ini menjadi tanggung jawab Satgas
Citarum yang dikomandani gubernur Jawa Barat. Satgas ini bekerjasama
dengan Kodam III Siliwangi dan Kodam Jaya khususnya Babinsa TNI AD
untuk memulihkan ekosistem sungai. Program ini melibatkan partisipasi
masyarakat. Kegiatan dari program ini adalah melakukan rutin pengambilan
sampah dari sungai, menanam pohon, dan membuat biopori di daerah aliran
Sungai Citarum.

3
Pendidikan Lingkungan Hidup ‖ Kelompok 3 PGSD 4B
Namun karena melibatkan banyak pihak yang berpartisipasi program ini
kurang terkoordinasi. Sehingga Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil akan
membentuk kantor tunggal bagi Satgas Citarum dimana “segala keputusan
dibuat”.

Selain itu, kesadaran masyarakat daerah aliran Sungai Citarum terhadap


lingkungan yang rendah menyebabkan program ini terkendala. Pemerintah
sudah berupaya memberlakukan peraturan dan sanksi bagi pelaku pembuangan
sampah ataupun limbah pabrik ke sungai.

Program yang dibangun pemerintah tidak akan berjalan optimal jika tidak
ada partisipasi dari masyarakatnya. Hal yang paling penting untuk upaya dari
penanganan Sungai Citarum adalah dengan sosialisasi dan pengubahan cara
berpikir warga sekitar untuk memiliki green behavior. Green behaviour
menurut Indikka (2012, hlm. 30) dimaknai sebagai suatu perilaku yang
tindakannya didasari oleh suatu nilai, norma dan aturan yang mengutamakan
kepedulian terhadap lingkungan. Penjelasan tersebut sejalan dengan yang
diungkapkan oleh Yusuf (1988, hlm. 15) bahwa green behaviour melingkupi
proses mengorganisasikan nilai dan memperjelas konsep untuk membina
keterampilan dan sikap untuk memahami dan menghargai hubungan antar
manusia, kebudayaan dan lingkungan fisiknya

Green behaviour terlahir disebabkan oleh masalah kerusakan lingkungan


hidup yang semakin meresahkan kehidupan manusia dan makhluk hidup
lainnya di bumi. Seperti yang diungkapkan oleh Goleman (2010, hlm 39)
bahwa “kita menunjukkan empati seperti itu saat merasa sedih melihat tanda-
tanda ‘penderitaan’ bumi, atau ketika bertekad untuk membuat segalanya
menjadi lebih baik”. Menurunnya kualitas lingkungan hidup hendaknya dapat
ditanggulangi dengan tepat. Salah satu caranya, yaitu dengan cara merubah

Urgensi Edukasi Green Behavior


4
Pendidikan Lingkungan Hidup ‖ Kelompok 3 PGSD 4B
pola hidup menjadi lebih peduli terhadap lingkungan. Hal tersebut dapat
dilakukan dari hal yang terkecil melalui kebiasaan kita sehari-hari. Menurut
Steg & Vlek dalam Dewanti (2013, hlm. 25) “pro-envyronmental or green
behaviour is behaviour that minimizes harm to the environmental as much as
possible, or even benefits is”. Jadi, contoh perilaku meminimalkan kerusakan
lingkungan adalah dengan cara meminimalisir penggunaan energi dan
mengurangi limbah. Green behaviour tersebut merupakan tanggung jawab
bersama antara individu, warga, otoritas publik, dan industri (Sonigo et al.,
2012, hlm. 2). Individu dapat memberikan kontribusi yang signifikan untuk
mencapai jangka panjang kelestarian lingkungan dengan mengadopsi pola
perilaku pro-lingkungan (Steg & Vlek dalam Dewanti 2013, hlm. 25).

Adapun beberapa prinsip kunci green behaviour adalah :

No Keys Principles Green behaviour


a. Membuang sampah pada tempatnya
b. Memilah sampah organik dan anorganik
c. Menanam dan memelihara pohon di
1. Respect for the Earth
sekolah
d. Mematikan listrik pada ruang yang tidak
dipakai
a. Memilih makanan organik
b. Memakai masker saat bepergian di jalan
raya
2. Care for Life c. Menegur teman yang melakukan tindakan
tidak ramah lingkungan
d. Menghindari produk makanan yang
mengandung pengawet

Urgensi Edukasi Green Behavior


5
Pendidikan Lingkungan Hidup ‖ Kelompok 3 PGSD 4B

a. menghindari penggunaan kantung plastik


Adopt Patterns of b. Mengkonsumsi barang yang ramah
Production, lingkungan
3.
Consumption, and c. Menggunakan satu botol plastik yang bisa
Reproduction. diisi ulang sebagai tempat minum air
d. Mendaur ulang kertas
Sumber: Supriatna (2012, hlm. 5)
Tiga prinsip kunci dalam pengembangan green behaviour adalah dengan
menghormati bumi, menghargai kehidupan, serta penggunaan produksi,
konsumsi, dan perilaku daur ulang. Dengan menghormati bumi, individu dapat
melakukannya dengan cara menjaga kelestarian segala sesuatu yang ada di
bumi dan memanfaatkannya dengan bijak dalam perilaku menghargai hidup,
manusia selain menjaga kelestarian alamnya diharapkan dapat menghargai
hidupnya dengan melakukan pola hidup sehat untuk kebaikan dirinya sendiri.
Selain itu juga konsumsi, produksi, dan daur ulang juga berandil besar dalam
menjaga kelestarian bumi, karena dapat meminimalisisr limbah yang sulit
terurai.

Warga harus diedukasi mengenai green behaviour misalnya melalui


sosialisasi yang diadakan pemerintah. Karena green behaviour adalah suatu
perilaku yang harus dibiasakan mulai dari aktivitas kecil yang rutin kita
lakukan sehari-hari namun dapat berdampak besar bagi bumi.

Sumber : Makalah kel. 4 yang A dan B

Atasi Pencemaran Sungai Citarum, Pengolahan Limbah Pabrik Disarankan


Gunakan Bakteri

Urgensi Edukasi Green Behavior


6
Pendidikan Lingkungan Hidup ‖ Kelompok 3 PGSD 4B
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Atasi Pencemaran
Sungai Citarum, Pengolahan Limbah Pabrik Disarankan Gunakan Bakteri",

Atasi Pencemaran Sungai Citarum, Pengolahan Limbah Pabrik Disarankan


Gunakan Bakteri KONTRIBUTOR BANDUNG, AGIE PERMADI
Kompas.com - 24/03/2018, 10:15 WIB Joko Sri Wisnu Murti, Owner Bio alam
lestari tengah memaparkan proses pengolahan limbah mikrobiologi yang
dimilikinya.(KOMPAS.com/AGIEPERMADI) BANDUNG, KOMPAS.com -
Pencemaran Sungai Citarum bukan hanya terjadi karena sampah, tetapi juga
karena limbah pabrik yang dialirkan langsung ke sungai. Untuk itu, limbah
pabrik seharunya diolah sebelum dibuang agar tidak mencemari lingkungan.
Namun, dana untuk pengolahan limbah sendiri tentu tidak murah. Rata-rata
pabrik mengeluarkan jutaan rupiah per harinya. Cost yang tinggi kerap menjadi
alasan para pemilik perusahaan untuk membangun pengolahan limbah yang
representatif. Melalui program Citarum Harum, Komandan Sektor 4 Citarum
Harum Kolonel Sutomo menyarakan para pengusaha mengolah limbah
menggunakan mikroba. Menurutnya langkah ini dapat menormalisasi Sungai
Citarum yang tercemar merkuri dan logam yang dihasilkan dari limbah. Foto
udara permukiman terdampak banjir di Dayeuh Kolot, Kabupaten Bandung,
Jawa Barat, Senin (26/2). Luapan Sungai Citarum yang merendam sedikitnya
9.000 rumah di 8 kecamatan Kabupaten Bandung akibat hujan dengan
intensitas tinggi sejak Jumat (23/2), hingga saat ini belum surut. ANTARA
FOTO/Raisan Al Farisi/ama/18(RAISAN AL FARISI) "Untuk menormalisasi
tentunya harus ada proses, ada Pak Joko yang menggunakan bakteri ramah
lingkungan, maka kita uji coba. Hasilnya nanti kami kirimkan ke pihak
berwenang seperti lingkungan hidup dan Polda. Silahkan yang berwenang
yang akan tentukan," jelasnya di Makodam III Siliwangi, Kota Bandung,Jumat
(23/3/2018). seperti Beranda Rumah Kita Menurutnya, pengolahan limbah
menggunakan bakteri ini adalah alternatif ramah lingkungan yang
Urgensi Edukasi Green Behavior
7
Pendidikan Lingkungan Hidup ‖ Kelompok 3 PGSD 4B
ditawarkannya. "Ini alternatif ramah lingkungan, output juga sesuai baku mutu.
Ini menawarkan langkah, dipakai atau tidak tergantung yang bersangkutan,"
ujarnya. Sementara itu Joko Sri Wisnu Murti, Owner Bio alam lestari
merupakan perusahaan pengolahan limbah dengan mengunakan mikrobiologi
mengatakan, dengan menggunakan mikrobiologi dapat memangkas biaya
pengolahan limbah 40 persen dibanding pengelolaan seperti biasanya yang
menggunakan kimia. Menurutnya, pengolahan limbah yang menggunakan
bahan kimia, pengusaha pabrik seperti tekstil dan lainnya dapat mengeluarkan
biaya jutaan rupiah untuk mengolah limbah mereka. Biasanya pengeluaran itu
tergantung dari banyaknya limbah yang dikeluarkan. Baca juga : Dukung
Citarum Harum, Gabungan Komunitas di Karawang Tanam 1.000 Bambu dan
Tebar Ikan "Pabrik itu mengeluarkan cost perhari perkiraan Rp 34 juta. Dengan
mikrobiologi dipangkas 40 persen dari pengeluaran itu," katanya.
Mikrobiologi yang dikeluarkan sendiri merupakan fermentasi dari urine sapi
yang diambilnya dari para peternak sapi. Mikrobiologi ini akan mendegradasi
polutan yang dihasilkan limbah, di mana dengan mikrobiologi yang
dimilikinya limbah yang dikeluarkan terbebas dari serat yang juga merupakan
B3. "Mikrobiologi mendegradasi polutan tadi. Untuk hasil akhir kami tak
menghasilkan serat," jelasnya.

Solusi yang dapat diambil, antara lain adalah sebagai berikut :

1. Normalisasi alur sungai Citarum , baik menyangkut (1) pengerukan dasar


sungai yang dangkal, (2) pelebaran kembali lebar sungai yang sempat
menyempit, maupun (3) pelurusan alur sungai yang dianggap perlu
dengan membuat alur baru, agar arus air menjadi lebih lancar dan
meminimalkan dampak banjir bagi willayah di sekitar pemukiman
penduduk yang padat.

Urgensi Edukasi Green Behavior


8
Pendidikan Lingkungan Hidup ‖ Kelompok 3 PGSD 4B
2. Rehabilitasi dan reboisasi atas lahan kritis (1) di bagian hulu sungai
Citarum, seperti di Gunung Malabar atau Patuha, serta (2) di sepanjang
DAS, terutama di daerah yang paling parah terjadi perubahan alih fungsi
DAS, baik menjadi area lahan pertanian, atau berubah menjadi
pemukiman liar, antara lain di daerah sekitar Baleendah atau Dayeuhkolot,
Kabupaten Bandung, serta (3) di sejumlah aliran anak Sungai Citarum,
seperti Sungai Cikapundung, Cisaranten, Citepus, Cilaki, Cisangkuy,
Cipamokolan, dan lain-lain.
3. Relokasi pemukiman warga di sekitar hulu sungai atau di sepanjang DAS,
terutama yang terkait langsung sebagai (1) penyebab masalah sungai
terjadi dan sekaligus terkait langsung sebagai (2) pihak yang terkena
dampak masalah sungai, antara lain dampak banjir yang terjadi tidak lagi
setiap tahun, namun hampir di setiap hujan cukup deras terjadi di hulu
sungai. Pindahnya ibukota Kabupaten Bandung yang semula di
Baleendah, menjadi berpindah ke Soreang beberapa puluh tahun yang lalu,
juga sebagai akibat banjir yang hampir sulit diatasi di sekitar daerah ini.
4. Sosialisasi dan edukasi yang berlangsung secara terus-menerus dan
konsisten kepada warga di sekitar yang selama ini memanfaatkan jasa
sungai Citarum sebagai saluran pembuangan limbah rumah tangga atau
pasar, agar lebih peduli untuk bersikap ramah terhadap lingkungan, seperti
tidak membuang sampah ke selokan atau sungai, tidak membuang limbah
yang dikategorikan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3).
5. Perlu adanya penegakan hukum secara tanggap (cepat dan segera),
konsisten dan berkelanjutan agar memberi efek jera bagi mereka yang
melakukan pelanggaran lingkungan, seperti membuang sampah
seenaknya di sungai, pembuangan limbah industri tanpa melalui proses
pengolahan limbah internal terlebih dahulu secara benar, atau
memanfaatkan lahan tidak sebagaimana fungsinya DAS, sekaligus

Urgensi Edukasi Green Behavior


9
Pendidikan Lingkungan Hidup ‖ Kelompok 3 PGSD 4B
merupakan penerapan edukasi yang efektif tentang pentingnya peduli
lingkungan bersama.
6. Relokasi sejumlah industri, khususnya yang memiliki limbah industri
dalam skala besar, dan terbukti telah turut mencemari lingkungan, yang
sesuai rencana pemprov Jabar, antara lain akan direlokasikan di daerah
Majalengka, di sekitar Jalan Tol Cikampek - Palimanan, atau Bandara
Kertajati, Jawa Barat, sekaligus agar turut mengurangi beban fungsi
sungai akibat kepadatan jumlah penduduk yang mendiami di sekitar DAS.
7. Perlu adanya manajemen pengelolaan DAS Citarum yang lebih efektif,
semacam Badan Khusus Otorita Citarum, yang memiliki kewenangan
lebih besar dalam hal (1) mengkoordinasikan berbagai pihak yang terkait,
seperti pemkab/pemkot di sekitar DAS, pemprov Jabar, Kementerian PU,
dan lain-lain, (2) pemanfaatan DAS, baik secara sosial, maupun ekonomi,
(3) penegakkan hukum bagi para pelanggar lingkungan, dan (4) upaya
pemeliharaan DAS secara rutin dan berkelanjutan.
8. Perlunya revisi UU terkait, seperti UU tentang Lingkungan Hidup, UU
tentang Tata Guna Air, dan pemanfaatan Sungai, (1) agar lebih
memberikan kepastian hukum yang lebih kuat dalam pengelolaan DAS
Citarum secara benar dan fungsional, (2) adanya penegasan sanksi hukum
yang lebih berat dan jelas bagi mereka yang melanggar atau mencemari
lingkungan.
9. Perlunya komitmen bersama, berbagai pihak terkait (pemerintah daerah
Kab/Kota, Prov Jabar dan Pusat) terutama terkait dengan (1) penyediaan
alokasi anggaran yang sangat besar, hingga mencapai angka Triliuan
rupiah, (2) realisasinya sesuai dengan perencanaan yang matang, dan (3)
sistem pengawasan proyek (terutama soal keuangan) secara ketat,
transparan dan akuntabel.

Urgensi Edukasi Green Behavior


10
Pendidikan Lingkungan Hidup ‖ Kelompok 3 PGSD 4B
10. Optimalisasi dalam perencanaan pemanfaatan DAS, yang menyangkut
berbagai hal antara lain menjadikan sungai Citarum sebagai (1) sumber air
baku, (2) sumber air irigasi pertanian, (3) sumber tenaga listrik, (4) sarana
budidaya ikan tawar, (5) tempat industri ekowisata dan olahraga, (6) danau
buatan yang besar di sekitar hulu yang sempat diwacanakan, (7) taman
atau ruang terbuka hijau (RTH) di sepanjang DAS, (8) daerah konservasi
hayati dan cagar budaya, sekaligus dijadikan sebagai (9) taman hutan
pendidikan dan peninggalan budaya.

B. Upaya Indonesia Bersihkan Sungai Terkotor di Dunia

Sungai Citarum di Jawa Barat menyandang predikat salah satu tempat


paling tercemar di
dunia. Berbagai upaya
dilakukan pemerintah
untuk membersihkan
sungai terpanjang ketiga
di Indonesia ini.
Program terbaru,
bertajuk “Citarum
Harum”, diklaim memberikan dampak yang signifikan dalam tahun
pertamanya.

Pada tahun 2013 Green Cross Switzerland dan Blacksmith Institute


menyatakan Sungai Citarum sebagai salah satu tempat paling tercemar di
dunia. Sungai ini ada di posisi tiga, hanya kalah dari Agbogbloshie, gunung
sampah elektronik di Ghana, dan Chernobyl, kota yang mati akibat radiasi
nuklir di Rusia.

Urgensi Edukasi Green Behavior


11
Pendidikan Lingkungan Hidup ‖ Kelompok 3 PGSD 4B
Sungai sepanjang 269 kilometer ini diidentifikasi punya tiga masalah
utama. Di hulu sungai terdapat lahan kritis yang menyebabkan erosi tanah; di
sepanjang aliran muncul pengendapan yang menyebabkan banjir; ditambah
pencemaran kotoran ternak, sampah rumah tangga, dan limbah pabrik.
Berbagai senyawa beracun pun muncul di daerah aliran sungai (DAS) Citarum
yang berdampak buruk pada 35 juta orang di 13 kabupaten/kota yang
dilaluinya.

Bupati Bandung Dadang Nasser, yang daerahnya dilewati 35 kilometer


aliran Citarum, mengatakan perlu solusi menyeluruh.

“Kalau dari atas: sedimentasi, karena hutan lahan kritis. Di situ ada juga
kotoran ternak. Mulai turun ke bawah, turun ke (daerah) Majalaya (di
Kabupaten Bandung) nah itu mulai ada pabrik,” ujarnya dalam Rapat Evaluasi
Satu Tahun “Citarum Harum” di Bandung, Selasa (15/1).

Pemerintah Provinsi Jawa Barat telah menerapkan setidaknya dua


program untuk memulihkan ekosistem sungai. Pada 2000-2003 pernah ada
“Citarum Bergetar” yang fokus pada pengendalian pencemaran. Pada 2013
muncul “Citarum Bestari” yang secara ambisius ingin air Sungai Citarum
layak minum dalam 5 tahun - target yang akhirnya gagal dipenuhi.

Program terbaru, “Citarum Harum”, didorong langsung oleh Presiden


Joko Widodo dan bergulir sejak 2018. Upaya pemerintah ini, ditambah inisiatif
warga di banyak titik, berangsur memperbaiki kondisi Citarum, ujar Dadan
Hermawan, mantan pengurus Walhi Jawa Barat.

“Jadi sebenarnya tidak ujug-ujug (tiba-tiba). Tidak akan ada Citarum Harum
kalau tidak ada Citarum Bestari. Tidak ada Citarum Bestari kalau tidak ada
Citarum Bergetar,” ujar Dadan di sela-sela acara.
Urgensi Edukasi Green Behavior
12
Pendidikan Lingkungan Hidup ‖ Kelompok 3 PGSD 4B
Belum ada data yang menunjukkan tingkat pencemaran Citarum
berkurang. Namun kata Dadan, hal itu bisa dilihat kasat mata melalui air yang
lebih jernih dan sampah yang berkurang. Kini, beberapa badan sungai sudah
bisa dipakai untuk kegiatan.

“Kalau dulu budug (bahasa Sunda=penyakit kulit). Dulu tuh jarang dipakai.
Biasanya latihan river rescue di Situ (Cisanti) sekarang bisa dipakai di
beberapa badan sungai,” jelasnya.

Dadan menambahkan, warga juga telah berkontribusi memulihkan


sungai. “Banyak juga eco-village di 162 desa, ada saber, ada Zero Waste, dan
ada kelompok-kelompok masyarakat yang tidak punya kelompok tapi dia
punya karya,” paparnya.

1. Tentara dan Warga Angkat 80 Ribu Ton Sampah dan Endapan

Citarum Harum menjadi tanggung jawab Satgas Citarum yang


dikomandani gubernur Jawa
Barat. Satgas ini bekerjasama
dengan Kodam III Siliwangi dan
Kodam Jaya untuk memulihkan
ekosistem.
Pangdam III Siliwangi Tri Soewandono berbicara keoada wartawan usai rapat
evaluasi satu tahun "Citarum Harum" di Bandung, Selasa (15/1).

Pangdam III Siliwangi Tri Soewandono mengatakan telah mengangkut


80 ribu ton sampah dan endapan dari Sungai Citarum. Hal itu dilakukan oleh
1.700 personel militer bersama 1.300 warga setempat.

“Kalau kita lihat kasat mata, bersihnya dulu. Baru bersihnya dulu. Saya
optimis lima tahun ke depan (bisa selesai),” jelasnya kepada wartawan dalam
kesempatan yang sama.

Urgensi Edukasi Green Behavior


13
Pendidikan Lingkungan Hidup ‖ Kelompok 3 PGSD 4B
Namun endapan dan sampah ini sebagian masih tertumpuk di daratan
dan belum diangkut ke tempat pembuangan akhir (TPA) karena sejumlah hal.
Petugas pun membuat pengolahan sampah di beberapa titik.

“Sementara masih kita buat incinerator (tempat pengolahan sampah) tapi itu
pun baru beberapa titik. Dan itu ke depan nya akan lebih fokus lagi
dibicarakan,” jelas Tri lagi.

Tentara bersama warga setempat juga telah menanam 1,4 juta pohon
“bernilai ekonomis dan ekologis” di kawasan hulu dari total target 125 juta
pohon. Pada 2018, pemulihan ekosistem sudah berlangsung di 13 sektor dan
sisa 10 sektor akan digarap mulai 2019.

Kendala: Koordinasi dan Sumber Daya

Namun berbagai upaya ini, yang melibatkan banyak kementerian dan


lembaga, menemukan kendala koordinasi. Beberapa titik DAS Citarum yang
melewati 13 kabupaten kota bahkan dikelola oleh Perhutani atau Perkebunan
Nusantara VIII. Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil akan membentuk kantor
tunggal bagi Satgas Citarum dimana “segala keputusan dibuat”.

“Sehingga tidak ada lagi pekerjaan-pekerjaan yang tidak sinkron. Karena ada
puluhan elemen yang bekerja demi Citarum tapi satu sama lain seringkali
masih belum terkoneksi,” jelasnya usai rapat evaluasi.

Pria yang akrab disapa Kang Emil ini juga berencana mendirikan unit
kerja khusus yang akan memiliki truk sampah dan manajemen tersendiri
khusus untuk Citarum.

Urgensi Edukasi Green Behavior


14
Pendidikan Lingkungan Hidup ‖ Kelompok 3 PGSD 4B
“Karena melintasi belasan kota kabupaten, koordinasi terlalu berat.
Sehingga untuk urusan-urusan sampah yang sering kali ping pong, dan
kapasitas terbatas, nanti kita akan beli truk sampah sendiri, akan hire orang
yang mengurus sampah sendiri,” jelasnya lagi.

Di samping itu, proses pengangkutan endapan dan sampah


memerlukan biaya besar. Komandan Satgas Citarum ini tengah menunggu
dana 640 miliar dari pemerintah pusat. Kata dia, setengahnya akan diserahkan
kepada pihak militer untuk tugas pemulihan ekosistem. Dia mengatakan,
pemerintah provinsi Jawa Barat juga akan membeli 10 ekskavator guna
mendukung Citarum Harum, seraya berharap target program ini tercapai dalam
5 tahun.

Dipublikasi oleh Rio Tuasikal pada tanggal 17/01/2019

2. Pemerintah siapkan strategi atasi pencemaran di sungai Citarum

Aliran sungai Citarum mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah saat


ini. Kabarnya aliran sungai tersebut terkontaminasi zat dan menimbulkan
penyakit berbahaya. Pemerintah sudah melakukan upaya untuk mengurangi
dampak yang ditimbulkan.

Pemerintah sangat menyayangkan beberapa perilaku pengusaha industri


yang membuang limbahnya di sungai Citarum. Hal tersebut dapat
mempengaruhi kualitas aliran sungai Citarum sampai teluk jakarta. Pasalnya
air telah tercampur zat merkuri dan sianida. Padahal sungai Citarum terkadang
masih digunakan oleh sejumlah masyarakat.

Urgensi Edukasi Green Behavior


15
Pendidikan Lingkungan Hidup ‖ Kelompok 3 PGSD 4B
Luhut Binsar Pandjaitan mengutuk, oknum yang masih membuang limbah
ke sungai. Ia menekankan pemerintah tidak akan pandang bulu untuk
mengatasi masalah limbah. Walaupun beberapa industri masih kebal hukum.
Pemerintah akan menindak pelanggar sesuai aturan yang berlaku.

"Sekitar dua puluh juta orang yang hidup di pinggiran Sungai Citarum itu
pasti terkontaminasi dari limbah citarum." Jelas Luhut (11/5).

Ia menambahkan, berdasarkan hasil riset beberapa instansi dampak dari air


sungai Citarum sangat berbahaya. Selain merusak kulit, air sungai yang
terkontaminasi zat bahaya dapat menimbulkan keturunan kate/kuntet.

Pemerintah saat ini telah melakukan upaya untuk mengembalikan


fungsi sungai Citarum. Menteri Riset dan Teknologi, M Nasir mengatakan,
pemerintah telah melibatkan instansi pendidikan baik di Jawa Barat ataupun di
DKI Jakarta untuk mengamankan sungai Citarum. Pemerintah membagi tiga
sektor kajian.

Di bagian Hulu, pemerintah dan instansi lain akan berfokus pada


konservasi alam, penggundulan hutan, dan limbah di sungai. Bagian
Tengah dan Hilir pemerintah akan menyelesaikan masalah industri yang
membuang limbah ke sungai. Sejauh ini sudah ada enam universitas yang
membantu pemerintah dalam mengatasi masalah sungai Citarum.

3. Ini Solusi untuk Sungai Citarum yang Dipaparkan Ridwan Kamil di


Depan Menteri Luhut

Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil memaparkan sejumlah solusi jangka


pendek untuk mengatasi masalah di Sungai Citarum.

Hal itu dipaparkannya saat hadir dalam rapat terbuka membahas masalah
Citarum bersama Menkomaritim Luhut Binsar Pandjaitan di Sektor 8 Citarum,
Urgensi Edukasi Green Behavior
16
Pendidikan Lingkungan Hidup ‖ Kelompok 3 PGSD 4B
Jalan Cicukang, Kecamatan Margaasih, Kabupaten Bandung, Rabu
(5/12/2018).

Untuk persoalan sampah, pria yang akrab disapa Emil akan memasang
insenerator untuk mengurai sampah di 50 titik.

"Insenerator ini bukan untuk permanen. Pada saat kulturnya sudah


terbentuk fasilitas insenerator bisa hilang. Maka di 2019 sudah saya anggarkan
50 titik. Perintah saya, Dansektor tolong cari 50 titik itu di mana dan upayakan
lahannya jangan di lahan masyarakat, lahan di BBWS saja, kami koordinasi
dengan Menteri PUPR, satu diskresi selesai," tutur Emil.

Terkait masalah pengerukan sedimentasi, dia telah memesan eskavator


buatan PT Pindad. Dia meminta agar para komandan sektor mengawasi
kegiatan pengerukan dan menyimpan hasil pengerukan di bantaran sungai.

"Untuk sedimen, sudah saya anggarkan minimal 10 eskavator buatan


Pindad lebih canggih, lebih gesit, sedang saya pesan duluan walau belum ada
duitnya. Arahan saya buang sedimennya ke bantaran saja dulu. Kalau bapak
butuh lahan super besar untuk membuang tanahnya saya butuh waktu mencari,
selama enam bulan itu saja dulu," paparnya.

Adapun untuk masalah banjir, ia akan membuat kolam retensi sebagai


tempat parkir air. Untuk proyek itu, dia mengajukan anggaran sekitar Rp 200
miliar. Dia meminta, BBWS berkoordinasi dengan Pemprov Jabar soal
penentuan titiknya.

"Saya sudah minta anggaran Rp 200 miliar tapi saya lihat diterjemahkan
oleh BBWS menjadi tujuh lokasi. Nah sebelum memutuskan lokasi saya rapat

Urgensi Edukasi Green Behavior


17
Pendidikan Lingkungan Hidup ‖ Kelompok 3 PGSD 4B
dulu supaya anggaran Rp 200 miliar yang susah saya minta ini betul-betul
efektif di titik yang paling krusial," ungkapnya.

4. Partisipasi Masyarakat dibutuhkan untuk tangani pemcemaran


citarum

Penanganan masalah pencemaran sungai Citarum memerlukan kolaborasi


seluruh unsur. Demikian disampaikan peneliti dari Department of Ecosystem Science
and Sustainability Colorado State University Prof. Melinda Laituri, saat memberikan
kuliah umum di Auditorium Lantai 2 Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran,
Jatinangor, Kamis (20/9).

Selama tiga hari kemarin, Prof. Melinda bersama perwakilan Kedutaan


Besar Amerika Serikat di Indonesia Nathan F. Austin, Kabid Pelatihan
Kemaritiman Kemenkomaritim RI Rofi Alhanif, bersama tim satgas Citarum
Harum telah menyusuri DAS Citarum mulai dari hulu hingga di sektor 8,
Kecamatan Katapang, Kabupaten Bandung.

Dari penelusuran tersebut, Prof. Melinda mengidentifikasi berbagai hal


yang mencemari sungai Citarum. Limbah domestik, industri, pertanian, dan
peternakan merupakan masalah sampah utama yang mencemari Citarum.
Selain itu, deforestasi hutan di wilayah hulu turut menjadi tantangan yang
harus diselesaikan.

“Untuk menyelesaikan itu, perlu adanya regulasi kebijakan yang kuat.


Seluruh masyarakat juga (harus) berubah,” ujar Prof. Melinda.

Seluruh pemangku kepentingan, kata Prof. Melinda, harus duduk bersama


menemukan solusi dari masalah Citarum. Upaya kerja sama ini yang terus
digelorakan Prof. Melinda dalam menyelesaikan berbagai masalah lingkungan
di sejumlah negara.

Urgensi Edukasi Green Behavior


18
Pendidikan Lingkungan Hidup ‖ Kelompok 3 PGSD 4B
Prof. Melinda mendorong pemerintah membangun jejaring dan bekerja
sama dengan perguruan tinggi, militer, industri, organisasi nonprofit,
masyarakat, hingga kelompok swadaya perempuan untuk membuat pilot
project. “Perempuan memegang peranan penting di aspek kepemimpinan dan
pencarian jalan keluar,” imbuhnya.

Direktur Pusat Geospasial Colorado State University menjelaskan,


mengatasi pencemaran di Citarum merupakan upaya yang sangat panjang.
Sebab, upaya ini mendorong perilaku masyarakat untuk berubah. Untuk itu,
edukasi kepada generasi muda harus masif dilakukan.

Kuliah umum tersebut dibuka secara resmi oleh Direktur Tata Kelola dan
Komunikasi Publik Unpad Aulia Iskandarsyah, PhD. Dalam sambutannya
Aulia mengatakan, hadirnya Prof. Melinda di Indonesia merupakan wujud
komitmen Amerika Serikat melalui kedutaan besarnya untuk berkontribusi
dalam program “Citarum Harum”.*

Urgensi Edukasi Green Behavior


19
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pendidikan lingkungan hidup perlu di perhatikan dan didukung oleh


semua pihak, sehingga membangun seseorang peduli akan lingkungan.
Berdasarkan observasi yang telah kami amati, bawa SD N Gegerkalong KPAD
sudah menerapkan pembelajaran plh selaras dengan yang tercantum dalam
misinya yaitu menciptakan budaya akrab lingkungan, seingga dapat
membentuk karakter siswa yang cinta akan lingkungan, seat dan bersih. Dalam
proses pembelajarannya PLH termasuk dalam muatan lokal mengacu kepada
kurikulum 2013, dan materi pembelajaran terpadu.

Dalam proses pembelajaran PLH terdapat perbedaan untuk kelas tinggi


dan rendah, mengacu pada aplikasinya untuk kelas rendah lebih ke pengenalan
jarang melakukan, dan untuk kelas tinggi mengaplikasikannya

Dalam penerapannya SD N Gegerkalong KPAD memiliki banyak


keunggulan seperti setiap 2 minggu sekali melakukan GPS, jumat sehat, sekola
sehat, hidroponik, dll. Oleh karena itu SD N Gegerkalong KPAD melakukan
kerja sama dengan puskesmas, pepsodent, detol, ultra milk, dan aqua.

B. Saran
1. Kepada para guru diarapkan untuk membuat proses pembelajaran yang
terus menarik agar siswa dapat terus mengingatnya.
2. Kepada pihak sekolah untuk lebih serius lagi dalam memberikan fasilitas
untuk mendukung keberlangsungan proses pembelajaran PLH

20
DAFTAR PUSTAKA

Capra. F, & Stone, K, Michael. (2010). Smart by Nature: Schooling for


Sustainability. The Journal of Sustanaibilty Education. [Online] June,
20, 2017. Retrived from:
http://www.susted.com/wordpress/content/trial-author-
change_2010_05/

Goleman, D,. & Barlow, Z (2012). Ecoliterate: how educators are cultivating
emotional, social an ecological intelligence. Jossey Bass. A Wiley
Imprint. USA Healdsburg, CA: Watershed Media.

https://regional.kompas.com/read/2018/12/05/13291341/ini-solusi-untuk-
sungai-citarum-yang-dipaparkan-ridwan-kamil-di-depan

http://www.unpad.ac.id/2018/09/partisipasi-masyarakat-dibutuhkan-untuk-
tangani-pencemaran-citarum/

https://www.google.com/amp/amp.kontan.co.id/news/pemerintah-siapkan-
strategi-atasi-pencemaran-di-sungai-citarum

https://www.voaindonesia.com/a/upaya-indonesia-bersihkan-sungai-terkotor-
di-dunia-(1)/4745640.html

21
BIOGRAFI PENULIS

Nama : Chintya Suci Yustianissa

Surel : Cicinischintya@gmail.com

Chintya Suci Yustianissa atau


yang akrab disapa Cicin merupakan
dara kelahiran Bandung, 30 Juli 1999.
Chintya adalah anak pertama dari 2
bersaudara. Saat ini Chintya sedang
menempuh pendidikan untuk mencapai gelar sarjana sebagai Mahasiswi tingkat
dua di Universitas Pendidikan Indonesia Program Studi Pendidikan Guru
Sekolah Dasar. Disela kesibukannya menjalani aktifitas sebagai mahasiswi, dara
yang mempunyai hobi menonton film dan membaca novel ini juga sibuk
mengajar les private untuk anak SD dan SMP.

Nama : Devi Fitriyani

Surel : devifitriyani899@gmail.com

Devi Fitriyani atau yang akrab disapa


Devi merupakan dara kelahiran Bandung,
08 Januari 1999. Devi merupakan anak
pertama dari 2 bersaudara. Devi
merupakan seorang Mahasiswi tingkat dua
di Universitas Pendidikan Indonesia Program Studi Pendidikan Guru Sekolah
Dasar. Disela kesibukannya menjalani aktifitas sebagai mahasiwi, dara yang
mempunyai hobi membaca komik dan menonton film ini juga aktif dalam
kegiatan club bidang keolahragaan yaitu Volly.
22
Pendidikan Lingkungan Hidup ‖ Kelompok 3 PGSD 4B
Nama : Hanina Su’da

Surel : ninahanina266@gmail.com

Hanina Su’da atau yang akrab disapa


Hanina merupakan dara kelahiran Bekasi, 05
Januari 1998. Hanina adalah anak bungsu dari
6 bersaudara. Saat ini Hanina sedang
menempuh pendidikan untuk mencapai gelar
sarjana sebagai Mahasiswi tingkat dua di
Universitas Pendidikan Indonesia Program
Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Disela
kesibukannya menjalani aktifitas sebagai mahasiswi, dara yang mempunyai hobi
membaca, menulis, dan berenang ini juga sibuk dengan kegiatannya di luar
Kampus.

Nama : Has’na Aura Luthfiah

Surel : hasnaura09@gmail.com

Has’na Aura Luthfiah atau yang akrab


disapa Hasna merupakan dara kelahiran Jakarta,
09 Mei 1999. Hasna merupakan anak sulung dari
3 bersaudara. Hasna merupakan seorang
Mahasiswi tingkat dua di Universitas Pendidikan
Indonesia Program Studi Pendidikan Guru
Sekolah Dasar. Disela kesibukannya menjalani
aktifitas di bidang akademik, dara yang mempunyai hobi menonton film,
menulis, dan membaca novel ini juga sedang aktif dalam kegiatan Organisasi
Mahasiswa yang ada di lingkungan Kampus UPI.
Urgensi Edukasi Green Behavior
23
Pendidikan Lingkungan Hidup ‖ Kelompok 3 PGSD 4B
Nama : Luqmanto

Surel : luqmanto27@gmail.com

Luqmanto atau yang akrab


disapa Luqman merupakan pemuda
kelahiran Kebumen, 27 September
1999. Luqmanto adalah anak bungsu
dari 2 bersaudara. Saat ini Luqmanto
sedang menempuh pendidikan untuk mencapai gelar sarjana sebagai Mahasiswa
tingkat dua di Universitas Pendidikan Indonesia Program Studi Pendidikan Guru
Sekolah Dasar. Disela kesibukannya menjalani aktifitas akademik sebagai
mahasiswa, pemuda yang mempunyai hobi menulis ini juga sedang aktif dalam
kegiatan Organisasi Mahasiswa yang ada di lingkungan Kampus UPI.

Nama : Mutiara Rosalina

Surel : mutiararosalina77@gmail.com

Mutiara Rosalina atau yang akrab


disapa Rosa merupakan dara kelahiran
Brebes, 13 Mei 1999. Rosa merupakan
anak bungsu dari 2 bersaudara. Rosa
merupakan seorang Mahasiswi tingkat
dua di Universitas Pendidikan Indonesia Program Studi Pendidikan Guru
Sekolah Dasar. Disela kesibukannya menjalani aktifitas di bidang akademik, dara
yang mempunyai hobi dalam bidang kesenian ini juga sedang aktif dalam
kegiatan Organisasi Mahasiswa yang ada di lingkungan Kampus UPI yaitu
KABUMI.

Urgensi Edukasi Green Behavior


24
Pendidikan Lingkungan Hidup ‖ Kelompok 3 PGSD 4B
Nama : Nadya Ghassani Amelia

Surel : nadya.ghassani.amelia@gmail.com

Nadya Ghassani Amelia atau yang akrab


disapa Nanad merupakan dara kelahiran Bandung,
17 Oktober 1998. Nadya adalah anak bungsu dari 2
bersaudara. Saat ini Nadya sedang menempuh
pendidikan untuk mencapai gelar sarjana sebagai
Mahasiswi tingkat dua di Universitas Pendidikan
Indonesia Program Studi Pendidikan Guru Sekolah
Dasar. Disela kesibukannya menjalani aktifitas
akademik sebagai mahasiswi, dara yang mempunyai
hobi bernyanyi dan mempunyai motto hidup “Don’t let your dream be dream”
ini juga sedang aktif dalam kegiatan Organisasi Mahasiswa yang ada di
lingkungan Kampus UPI.

Nama : Nadya Nurafiffah

Surel : nadyanurafiffah@gmail.com

Nadya Nurafiffah atau yang akrab disapa Nadya


merupakan dara kelahiran Bandung, 23 April 1999. Nadya
merupakan anak sulung dari 2 bersaudara. Nadya merupakan
seorang Mahasiswi tingkat dua di Universitas Pendidikan
Indonesia Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.
Disela kesibukannya menjalani aktifitas di bidang akademik, dara yang
mempunyai hobi membaca dan mendengarkan musik ini juga sedang aktif dalam
kegiatan Organisasi Mahasiswa yang ada di lingkungan Kampus UPI yaitu
Mahacita.
Urgensi Edukasi Green Behavior
25
Pendidikan Lingkungan Hidup ‖ Kelompok 3 PGSD 4B

Nama : Nailil Faiqoh Putri Munir

Surel : faiqohnailil28@gmail.com

Nailil Faiqoh Putri Munir atau yang akrab disapa


Faiq merupakan dara kelahiran Bekasi, 28 Mei 1999.
Faiq adalah anak sulung dari 3 orang bersaudara. Saat
ini Faiq sedang menempuh pendidikan untuk mencapai
gelar sarjana sebagai Mahasiswi tingkat dua di
Universitas Pendidikan Indonesia Program Studi Pendidikan Guru Sekolah
Dasar. Disela kesibukannya menjalani aktifitas akademik sebagai mahasiswi,
dara yang mempunyai hobi desain dan video maker ini juga sedang aktif dalam
kegiatan Organisasi Mahasiswa yang ada di lingkungan Kampus UPI maupun
diluar.

Urgensi Edukasi Green Behavior


26
27

Anda mungkin juga menyukai