(Skripsi)
Oleh
Maulana Eka Pratikta
Oleh
Oleh
Skripsi
Pada
anak pertama dari tiga bersaudara pasangan Bapak Aris Sugiri, S.Sos dan Ibu
SMP Negeri 1 Pringsewu pada tahun 2011, dan pendidikan menengah atas di SMA
Universitas Lampung pada tahun 2013 melalui jalur Seleksi Bersama Masuk
desa Bangun Rejo, Kecamatan Bangun Rejo, Kabupaten Lampung Tengah dan
(“Jangan menunda apa yang harus anda kerjakan saat ini. Penundaan hanya
membuat anda tertinggal”)
Persembahan
Kupersembahkan karya kecil ini sebagai tanda cinta & kasih sayangku
kepada:
Kedua orang tuaku tercinta, Papa (Aris Sugiri, S.Sos.) dan Mama
(Retnaningtias Wahyuni, S.E.) yang tidak pernah lelah memberikan kasih
sayang, semangat, dan doanya. Sehingga anakmu ini dapat sampai sekarang
dan yakin bahwa Allah selalu memberikan yang terbaik untuk hamba-Nya.
Adikku Adji Mas Nuswantoro dan Harya Mukti Adiyaksa yang telah
memberikan dukungan dan bantuannya padaku.
Seluruh keluarga besar Medfu & Pendidikan Matematika 2013, yang terus
memberikan do’anya, terima kasih.
Semua sahabat yang selalu ada dan begitu tulus menyayangiku dengan
segala kekuranganku yang tidak terbatas.
Alhamdulillahi Robbil „Alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah
Sholawat serta salam semoga selalu tercurah atas manusia yang akhlaknya paling
mulia, yang telah membawa perubahan luar biasa, menjadi uswatun hasanah, yaitu
Pair Share (TPS) terhadap Pemahaman Konsep Matematis Siswa (Studi Pada
2016/2017)” adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan
tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan
1. Papa (Aris Sugiri, S.Sos) dan Mama (Retnaningtias Wahyuni S.E) tercinta,
atas perhatian dan kasih sayang yang telah diberikan selama ini yang tidak
ii
untuk membimbing, memberikan perhatian, dan memotivasi selama
3. Bapak Dr. Sugeng Sutiarso, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing II yang telah
4. Ibu Dra. Arnelis Djalil, M.Pd., selaku pembahas yang telah memberikan
Lampung beserta staff dan jajarannya yang telah memberikan bantuan dalam
6. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan PMIPA yang telah mem-
7. Bapak Dr. Haninda Bharata, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan
ini.
8. Bapak dan Ibu dosen Pendidikan Matematika di Fakultas Keguruan dan Ilmu
9. Bapak Drs. Irwan Qalbi, M.Pd, selaku Kepala SMP Negeri 23 Bandarlampung
10. Ibu Asnawati S.Pd., selaku guru mitra yang telah banyak membantu dalam
penelitian.
11. Bapak dan Ibu Dewan Guru SMP Negeri 23 Bandarlampung yang telah
penelitian.
iii
12. Siswa/siswi kelas VIII D dan VIII F SMP Negeri 23 Bandarlampung Tahun
13. Adik-adikku Adji Mas Nuswantoro dan Harya Mukti Adiyaksa yang selalu
membantu dan keluarga besarku yang telah memberikan doa, semangat, dan
motivasi kepadaku.
14. Keluargaku Pakde Sipur, Bude Har, Om Mamin, Teh Nova, Mba Lia, Dimas,
Padang Pamungkas, Wahyu Setiawan yang selama ini dari awal kuliah tinggal
satu atap dan sama-sama berjuang di Pendidikan Matematika terima kasih atas
16. Sahabat seperjuangan Syawalia Fitriyani, Ria Septiana, Peggy Nurida, Retna
Melati, Ridha Pangastuti, Janet, Nanda, Medi, Hadi, Septi, Amel, Siti, Fitri,
Shinta, Chintya, Afria, Djakia, Kiki, dan Diah terima kasih atas semua
17. Sahabat “Medfu SIP” Yuli Artanto, Ariesta Yanada Putri, Julia Sekar Mentari,
Yunda Setyowati, Purnama Dewi, Sandy K.A, Eka, Fandy, Rifan terima kasih
18. Keluarga besar BEM FKIP Universitas Lampung terima kasih atas segala
iv
19. Teman-teman tersayang di Pendidikan Matematika angkatan 2013 kelas A dan
B terima kasih atas semua bantuan yang telah diberikan. Semoga kebersamaan
2011 serta adik-adikku angkatan 2014, 2015, dan 2016 terima kasih atas
kebersamaannya.
21. Tim Timbar dari KKN Desa Bangun Rejo dan PPL di SMA MA Ma‟arif 08
Bangun Rejo: Edo, Ewid, Ekha, Evi, Eka, Ella, Ery, Dessy, Marissa terima
23. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.
Semoga kebaikan, bantuan, dan dukungan yang telah diberikan mendapat balasan
pahala yang setimpal dari Allah SWT dan semoga skripsi ini bermanfaat.
Penulis
v
DAFTAR ISI
Halaman
I. PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
B. Kerangka Pikir.......................................................................................... 20
C. Anggapan Dasar....................................................................................... 23
D. Hipotesis................................................................................................... 23
1. Hipotesis Umum................................................................................. 23
2. Hipotesis Khusus................................................................................ 23
III. METODE PENELITIAN .......................................................................... 24
B. Pembahasan ............................................................................................. 42
vii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Distribusin Rata-rata Nilai Mid Semester Ganjil Siswa Kelas VIII
Tabel 4.1 Data Nilai Tes Pemahaman Konsep Matematis Siswa .................... 39
Siswa ................................................................................................ 41
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran B.1 Kisi-kisi Instrumen Tes Pemahaman Konsep Matematis ......... 145
ix
Lampiran C.5 Nilai Tes Pemahaman Konsep Matematis
Kelas VIII F (Kelas Kontrol) .................................................... 164
Lampiran C.8 Uji-t Data Pemahaman Konsep Matematis Siswa .................... 170
x
1
I. PENDAHULUAN
maupun potensi dirinya baik sebagai pribadi maupun sebagai warga masyarakat.
Hal ini sesuai dengan yang dinyatakan dalam Undang-Undang (UU) No. 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 Ayat (1) (2003: 3) yang
menyebutkan bahwa:
dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3
(2003: 5) yaitu mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.
2
secara terstruktur dan berjenjang dimulai dari pendidikan usia dini, pendidikan
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab VI Pasal 18 (2003: 7) yaitu
menciptakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya dan dapat
tinggi.
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang selalu ada pada setiap
adalah salah satu ilmu dasar, baik aspek terapannya maupun aspek penalarannya
mempunyai peranan yang penting dalam upaya penguasaan ilmu dan teknologi.
seharusnya setiap siswa baik dari jenjang pendidikan usia dini hingga menengah
standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah (2006: 2) tujuan
yang diperoleh;
matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
Pada peraturan menteri pendidikan nasional nomor 22 tahun 2006 tentang standar
isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah terlihat bahwa pemahaman
jalan dengan pendapat O’Connell (2007: 18) yang menyatakan bahwa, dengan
Pemahaman konsep adalah salah satu aspek penting yang harus dimiliki siswa.
Menurut Arends (2007: 322), konsep adalah dasar untuk bernalar dan
tersebut pula, bila siswa tidak memahami konsep dalam belajar, maka siswa akan
Sehingga pemahaman konsep yang baik menjadi hal yang penting pada
pembelajaran.
memahami konsep matematis. Hal ini tercermin dari hasil laporan Trends in
bahwa capaian rata-rata siswa Indonesia adalah 386 yang berarti berada pada level
penurunan dari capaian rata-rata pada TIMSS 2007 yaitu 397. Banyak faktor
2011: 1).
aktif dalam pembelajaran. Selain model pembelajaran yang kurang efektif, siswa
biasanya hanya mencatat jawaban soal yang telah dibahas tanpa mengetahui
disampaikan oleh guru tanpa tahu asal-usulnya, sehingga pada pembelajaran ini
hanya terjadi komunikasi satu arah. Siswa jarang diberi kesempatan untuk
pembelajaran yang masih berpusat pada guru dengan penyampaian materi ajar
matematis siswa.
Kondisi ini juga terjadi pada siswa SMP Negeri 23 Bandarlampung. SMP Negeri
belajaran konvensional. Selain itu, dari hasil wawancara dengan guru dan siswa
juga diperoleh informasi bahwa pada umumnya siswa mengerti pada saat guru
menjelaskan, tetapi siswa sulit untuk mengungkapkan kembali dari apa yang telah
dipelajari. Siswa mengerti pada saat guru memberikan contoh-contoh soal dan
yang berbeda dari contoh-contoh yang diberikan guru, siswa sulit untuk
6
yang diterapkan harus membuat siswa untuk dapat berpikir dan mengilustrasikan
dapat meningkatkan rasa percaya diri, gigih, dan ulet, kreatif dalam menemukan
adalah model pembelajaran langsung yang membuat siswa lebih sering bekerja
secara individu, akan tetapi ketika menemukan masalah dalam belajar siswa
dalam kelas, mereka tidak malu untuk saling bertanya kepada pasangan duduknya
karena sudah mengenal karakteristik pasangannya satu sama lain. Oleh karena itu
Model pembelajaran kooperatif tipe TPS menurut Nurhadi (2004: 23) adalah
menarik perhatian dan minat belajar siswa, karena pada saat proses pembelajaran
siswa dituntut untuk aktif dan mandiri dalam memahami konsep dari suatu
diskusi antar siswa, sehingga selain siswa dapat berkreasi dengan idenya masing-
konsep matematis siswa. Hal ini diperkuat oleh Noorie (2016: 44) pada
matang dan pengelolaan yang tepat agar suasana belajar semakin kondusif
matematis siswa.
8
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini
C. Tujuan Penelitian
kooperatif tipe TPS terhadap pemahaman konsep matematis siswa VIII SMP
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
matematis.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi guru dan calon guru, diharapkan penelitian ini dapat memberikan
b. Bagi peneliti lain, diharapkan penelitian ini dapat dijadikan referensi untuk
dijelaskan agar tidak terjadi perbedaan persepsi antara peneliti dengan pembaca.
berpikir (Think) atas pertanyaan atau masalah yang diberikan guru secara
belajaran yang dilakukan yaitu ceramah, pemberian contoh soal dan latihan
siswa dalam memahami konsep dan dalam prosedur (algoritma) secara luwes,
A. Kajian Teori
Belajar adalah suatu kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan
manusia pada umumnya dan pendidikan pada khususnya baik sengaja maupun
tidak sengaja. Hal ini sesuai dengan kodrati manusia ingin selalu maju ke arah
maka belajar sangat mutlak diperlukan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Slameto
(2003: 2) yang menyatakan belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
lingkungannya.
Hilgard dan Marquis dalam Ar-rahman (2013: 13) berpendapat bahwa belajar
merupakan proses mencari ilmu yang terjadi dalam diri seseorang melalui latihan,
Mursell dalam Ar-rahman (2013: 14) menyatakan bahwa belajar adalah upaya
memperoleh sendiri. Lain halnya yang dikemukakan oleh Sardiman (2007: 20)
11
tingkah laku yang baru. Tingkah laku yang diperoleh diimbangi pula dengan
pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Sejalan dengan
sehingga terjadi perbedaan perilaku ke arah yang lebih baik. Selain itu, Dimyati
dan Mudjiono (2009: 157) berpendapat bahwa pembelajaran adalah proses yang
dilakukan antara guru ke siswa atau sebaliknya, dan siswa ke siswa. Dalam proses
awalnya meminta guru untuk mengetahui kemampuan dasar yang dimiliki oleh
merupakan hal yang terpenting dalam penyampaian bahan ajar dan menjadi
merupakan proses interaksi peserta didik dengan pendidik, peserta didik dengan
yang berkerja sebagai tim untuk memecahkan masalah, menyelesaikan tugas atau
untuk proses belajar dimana siswa akan lebih mudah menemukan secara
lainnya tentang problem yang dihadapi. Hal ini sejalan dengan pendapat Karli dan
Sri (2002: 70) yang menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu
strategi pembelajaran yang menekankan pada sikap atau perilaku bersama dalam
bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerjasama yang teratur
dalam kelompok, yang terdiri atas dua orang atau lebih. Keberhasilan kerja
sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri.
13
Johnson dan Johnson dalam Trianto (2009: 60) mengungkapkan ada empat
Johnson dalam Lie (2004: 31) bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap
pembelajaran kooperatif, untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur tipe
Think Pair Share adalah salah satu tipe model pembelajaran kooperatif. Think
Pair Share (TPS) ini dikembangkan oleh Frank Lyman, dkk. dari Universtas
Maryland pada tahun 1981. Pembelajaran kooperatif tipe TPS merupakan salah
satu jenis pembelajaran kooperatif yang dinilai efektif untuk mengganti suasana
pola diskusi di kelas. Menurut Nurhadi (2004: 23) TPS merupakan struktur
akademik dan keterampilan siswa. TPS memiliki prosedur yang ditetapkan untuk
memberi waktu yang lebih banyak kepada siswa dalam berpikir, menjawab, dan
(fase) TPS yaitu (a) berpikir (thinking), guru mengajukan suatu pertanyaan atau
waktu beberapa menit untuk berpikir sendiri jawaban atau masalah, (b)
diskusikan apa yang telah mereka peroleh, dan (c) berbagi (sharing), guru
Dengan model pembelajaran kooperatif tipe TPS, siswa diberi kesempatan lebih
banyak untuk berfikir, merespon, dan bekerja secara mandiri serta membantu
teman lain secara positif untuk menyelesaikan tugas, sesuai dengan pendapat Lie
(2004: 57) yang menyatakan bahwa TPS merupakan salah satu model
15
siswa untuk bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang lain. Keunggulan
lanjut, menurut Eggen dan Kauchak (2012: 134) model pembelajaran kooperatif
tipe TPS adalah strategi kerja kelompok yang meminta siswa individual di dalam
Untuk itu, guru harus membuat perencanaan yang seksama sehingga dapat
Dalam penerapannya, model pembelajaran kooperatif tipe TPS akan efektif jika
setiap siswa aktif berpartisipasi dalam proses pembelajaran kooperatif tipe TPS.
Hal ini sesuai dengan pendapat Eggen dan Kauchak (2012: 134) yang menyatakan
bahwa keefektifan model pembelajaran kooperatif tipe TPS dapat terjadi jika
model pembelajaran ini dapat mengundang respons dari semua orang di dalam
kelas dan dapat menempatkan semua siswa dalam peran-peran yang aktif secara
kognitif, selain itu setiap anggota dari pasangan diharapkan untuk berpartisipasi
Jadi, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe TPS diawali dengan
proses think (berpikir) yaitu siswa terlebih dahulu berfikir secara individu
terhadap masalah yang disajikan oleh guru, dilanjutkan oleh tahap pair
pasangannya tentang apa yang telah dipikirkannya secara individu, dan diakhiri
salah satu pasangan membagikan kepada seluruh kelas apa yang menjadi
3. Pembelajaran Konvensional
proses atau cara menjadikan orang atau makhluk hidup belajar, sedangkan
pada guru. Dalam hal ini, guru memberi materi melalu i ceramah, latihan soal
sebagai penyerapan arti dari suatu materi yang dipelajari. Dalam kamus Besar
Bahasa Indonesia, paham berarti mengerti dengan tepat. Hal tersebut sejalan
dengan pendapat Sardiman (2008: 42) yang menyatakan bahwa pemahaman dapat
diartikan menguasai sesuatu dengan pikiran. Oleh sebab itu, belajar harus
mengerti dengan baik makna dan filosofinya, maksud dan implikasi serta aplikasi-
banyak pengalaman. Konsep adalah ide abstrak yang dapat digunakan untuk
mengatakan bahwa jika siswa belajar tanpa memahami konsep, proses belajar
mengajar tidak akan berhasil secara optimal. Oleh karena itu dengan memahami
konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan
antar berbagai ide, memahami bagaimana ide-ide matematik saling terkait satu
yang diajarkan kepada siswa bukan hanya sekedar menghapal atau mengingat
konsep yang dipelajari melainkan mampu menyatakan ulang suatu konsep yang
bentuk lain yang mudah dimengerti, memberikan interpretasi data dan mampu
Pemahaman matematis lebih bermakna jika dibangun oleh siswanya sendiri. Oleh
karena itu kemampuan pemahaman tidak dapat diberikan dengan paksaan. Siswa
bagaimana ide-ide matematik saling terkait satu sama lain sehingga terbangun
matematika.
memahami konsep dan dalam prosedur (algoritma) secara luwes, akurat, efisien
konsepnya)
objek-objek menurut sifat-sifat tertentu; memberi contoh dan non contoh dari
B. Kerangka Pikir
pemahaman konsep matematis siswa terdiri dari satu variabel bebas dan dan satu
variabel terikat. Dalam penelitian ini, yang menjadi variabel bebas adalah model
pembelajaran kooperatif tipe TPS (X) dan variabel terikatnya adalah pemahaman
informasi dalam kelas dan waktu tertentu. Salah satu model pembelajaran yang
yang dikaitkan dengan pelajaran. Fase model pembelajaran kooperatif tipe TPS
dimulai dari orientasi siswa pada masalah secara individual. Siswa diminta untuk
Fase pertama adalah orientasi siswa pada masalah secara individual. Pada fase
ini, guru mengajukan suatu masalah yang dikaitkan dengan pelajaran dan
jawaban dari masalah yang diajukan. Fase ini dimaksudkan agar siswa memiliki
pengetahuan awal yang baik mengenai materi sebelum pembelajaran yang lebih
detail, siswa dapat mempersiapkan diri untuk dapat belajar secara mandiri, serta
pembelajaran. Selain itu, pada langkah ini guru juga memberikan pertanyaan-
yang telah mereka pelajari dengan materi yang akan dipelajari, memberi contoh
Aktivitas ini akan mendorong siswa untuk dapat mengaitkan antar konsep,
kemudian membimbing secara individual maupun kelompok. Dalam fase ini guru
meminta siswa untuk berpasangan dan mendiskusikan apa yang telah mereka
peroleh. Interaksi selama waktu yang disediakan dapat menyatukan jawaban jika
suatu masalah yang diajukan menyatukan gagasan apabila suatu masalah khusus
akan memiliki pengetahuan yang cukup untuk dapat berpartisipasi aktif saat
secara berpasangan, siswa didorong untuk dapat memahami konsep lebih luas dan
materi. Hal tersebut karena pada saat pembelajaran dalam kelompok siswa dapat
22
Fase terakhir adalah mengembangkan dan sharing (berbagi). Pada langkah akhir,
pahaman konsep pada siswa. Sharing juga dapat dilakukan pada saat pelajaran
vensional yaitu guru menjelaskan materi kemudian memberikan contoh soal dan
siswa diberikan latihan soal yang penyelesaiannya mirip dengan contoh soal,
miliki karena siswa cenderung hanya mengikuti cara pengerjaan contoh soal yang
C. Anggapan Dasar
tahun pelajaran 2016-2017 memperoleh materi yang sama dan sesuai dengan
D. Hipotesis Penelitian
1. Hipotesis Umum
Pelajaran 2016/2017.
2. Hipotesis Khusus
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII semester genap
dalam 10 kelas, yaitu kelas VIII-A sampai VIII-J. Pengambilan sampel pada
dengan mengambil 2 kelas dari 6 kelas yang diajarkan oleh guru matematika yang
sama dengan rata-rata nilai rata-rata ulangan mid semester yang hampir sama.
dipilih satu guru secara acak dan terpilihlah Ibu Asnawati, S.Pd. yang mengajar
kelas VIII-A sampai dengan VIII-F. Adapun rata-rata nilai rata-rata ulangan mid
semester ganjil mata pelajaran matematika siswa kelas VIII-A sampai dengan
Tabel 3.1 Nilai Rata-rata Ulangan Mid Semester Ganjil Siswa Kelas VIII
SMP Negeri 2 3 Bandar Lampung TP 2016/2017.
Dari tabel 3.1 dipilih kelas VIII-D yang terdiri dari 30 orang sebagai kelas
eksperimen yaitu kelas yang mendapatkan pembelajaran kooperatif tipe TPS dan
kelas VIII-F yang terdiri dari 30 orang yaitu kelas yang mendapatkan
pembelajaran konvensional.
B. Desain Penelitian
dalam penelitian ini adalah posttest only control group design yang melibatkan
posttest only control group design menurut Furchan (2007: 368) adalah sebagai
berikut:
Keterangan:
E = Kelas eksperimen
C = Kelas kontrol
tipe TPS
1. Tahap Perencanaan
kesukaran.
2. Tahap Pelaksanaan
b. Melaksanakan posttest pada kedua kelas sampel untuk melihat taraf akhir
3. Tahap Akhir
D. Data Penelitian
Data penelitian ini adalah data pemahaman konsep matematis siswa yang
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik tes,
vensional. Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes pemahaman
konsep yang berupa saol uraian. Pemberian tes ini bertujuan untuk melihat
F. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan adalah tes berbentuk uraian yang terdiri dari 5 soal.
Masing-masing soal terdiri atas lebih dari satu indikator. Data tentang
penyelesaian siswa pada setiap soal yang diberikan. Instrumen tes untuk
penskoran untuk soal tes uraian menurut Sasmita (2010: 30) dapat dilihat pada
tabel 3.3.
28
Untuk memperoleh data yang akurat tes yang digunakan adalah tes yang
memenuhi kriteria tes yang baik, yaitu valid, reliabel, daya pembeda yang baik,
1. Validitas Tes
Dalam penelitian ini, validitas yang digunakan adalah validitas isi. Validitas isi
dari suatu tes pemahaman konsep dapat diketahui dengan jalan membandingkan
antara isi yang terkandung dalam tes pemahaman konsep matematis dengan
29
indikator yang akan dicapai dalam pembelajaran. Penyusunan soal tes diawali
Penilaian terhadap kesesuaian isi tes dengan kisi-kisi tes yang diukur dan
guru mitra. Hasil konsultasi dengan guru menunjukkan bahwa tes yang digunakan
validitas isi, dapat dilihat pada Lampiran B.4. Selanjutnya instrumen dapat
2. Reliabilitas Tes
koefisien reliabilitas tes didasarkan pada pendapat Arikunto (2011: 109) yang
k b
2
r11 1
k 1 t 2
Keterangan:
k : banyaknya item
2
b : jumlah varians dari tiap-tiap item tes
t
2
: varians total.
30
sebagai berikut.
reliabilitas yang tinggi. Hasil perhitungan reliabilitas uji coba soal dapat dilihat
3. Daya Pembeda
Daya pembeda dari sebuah soal menyatakan seberapa jauh kemampuan butir soal
dengan sampel yang tidak dapat menjawab soal tersebut atau yang menjawab
salah. Setelah diketahui skor pada hasil tes uji coba, nilai daya pembeda tiap butir
Keterangan:
Menurut Guilford dalam Suherman (2003: 170) koefisien daya pembeda suatu
Berdasarkan hasil perhitungan uji coba instrumen tes, diperoleh bahwa nilai daya
pembeda tes adalah 0,23 sampai dengan 0,45. Hal ini menunjukkan bahwa
instrumen tes yang diujicobakan memiliki daya pembeda yang baik dan cukup.
Hasil perhitungan daya pembeda uji coba soal dapat dilihat pada Lampiran C.3.
4. Tingkat Kesukaran
Untuk menghitung tingkat kesukaran soal, digunakan rumus yang dikutip dari
Keterangan:
IT : jumlah skor maksimum yang dapat diperoleh siswa pada suatu butir soal.
32
Untuk mengetahui tingkat kesukaran suatu butir soal digunakan kriteria indeks
kesukaran menurut Thorndike dan Hagen dalam Sudijono (2008: 372) yang
Skor Interpretasi
TK < 0,30 Sangat Sukar
0,30 ≤ TK ≤ 0,70 Sukar
0,70 < TK Terlalu Mudah
Berdasarkan hasil perhitungan uji coba instrumen tes, diperoleh bahwa nilai
tingkat kesukaran tes adalah 0,23 sampai dengan 0,70. Hal ini menunjukkan
bahwa instrumen tes yang diujicobakan memiliki tingkat kesukaran yang sukar
dan sangat sukar. Hasil perhitungan tingkat kesukaran uji coba soal dapat dilihat
Setelah dilakukan analisis reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran soal
tes kemampuan pemahaman konsep matematis diperoleh rekapitulasi hasil tes uji
No Tingkat
Reliabilitas Daya Pembeda Kesimpulan
Soal Kesukaran
1a 0,27 (cukup) 0,23 (sangat sukar) Dipakai
1b 0,27 (cukup) 0,50 (sukar) Dipakai
1c 0,27 (cukup) 0,68 (sukar) Dipakai
1d 0,45 (baik) 0,68 (sukar) Dipakai
1e 0,23 (cukup) 0,52 (sukar) Dipakai
2a 0,72 0,23 (cukup) 0,61 (sukar) Dipakai
2b (Reliabilitas 0,41 (baik) 0,66 (sukar) Dipakai
2c tinggi) 0,36 (cukup) 0,68 (sukar) Dipakai
3a 0,42 (baik) 0,70 (sukar) Dipakai
3b 0,26 (cukup) 0,69 (sukar) Dipakai
4 0,21 (cukup) 0,68 (sukar) Dipakai
5a 0,36 (cukup) 0,68 (sukar) Dipakai
5b 0,64 (baik) 0,68 (sukar) Dipakai
Dari Tabel 3.7 terlihat bahwa koefisien reliabilitas soal adalah 0,72 yang berarti
soal memiliki reliabilitas yang tinggi. Daya pembeda untuk soal dikategorikan
baik dan cukup, serta tingkat kesukaran untuk soal dikategorikan sukar dan sangat
sukar. Karena semua soal sudah valid dan sudah memenuhi kriteria reliabilitas,
daya pembeda dan tingkat kesukaran yang sudah ditentukan maka soal tes
Data yang diperoleh dari posttest ini merupakan data kemampuan pemahaman
prasyarat yaitu uji normalitas dan uji homogenitas. Hal ini dilakukan untuk
34
menentukan uji statistik yang akan digunakan dalam pengujian hipotesis. Adapun
1. Uji Normalitas
Uji normalitas data dilakukan untuk melihat apakah populasi berdistribusi normal
atau tidak berdasarkan data skor rata-rata aktivitas sampel. Uji Normalitas dalam
berikut:
b. Statistik uji
x
D = max |F (zi) – S(zi)| dengan zi =
Keterangan:
xi = data ke-i
x = rata-rata data
c. Keputusan Uji
Tolak H0 jika D > D(a,n) , dengan D(a,n) adalah nilai kritis uji Kolmogorov-
Tabel 3.8.
Kolmogorov-Smirnova
Kelas
Statistic df Sig.
Eksperimen 0.119 30 0.200
Kontrol 0.150 30 0.085
bahwa sig = 0,200 sehingga sig > maka H0 diterima. Hal ini berarti data tes
sig = 0,085 sehingga sig > maka H0 diterima. Hal ini berarti data tes
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kedua sampel berasal dari populasi
Lampiran C.6.
36
homogen atau tidak berdasarkan data skor pemahaman konsep yang diperoleh.
Menurut Sudjana (2005: 249) untuk menguji homogenitas data dapat digunakan
a. Hipotesis
c. Satitistik Uji
∑ ̅
F= dengan =
Keterangan :
= varians terbesar
= varians terkecil
d. Keputusan Uji
3.9.
Keputusan
Kelas Varians Keterangan
Uji
Eksperimen 321,95 Kedua populasi
1,2574 1,84 diterima
Kontrol 404,82 bervarians sama
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kedua populasi memiliki varians yang
Setelah melakukan uji normalitas data dan homogenitas varians, diketahui bahwa
data dari kedua sampel yang mewakili populasinya berdistribusi normal dan
memiliki varians yang sama. Menurut Sudjana (2005: 243), apabila data dari
kedua sampel berdistribusi normal dan memiliki varians yang sama maka analisis
pembelajaran kooperatif tipe TPS dan rata-rata nilai pemahaman matematis siswa
a. Hipotesis
konvensional.)
H1 : µ1 > µ2 (rata-rata nilai siswa yang mengikuti pembelajaran TPS lebih baik
b. Statistik yang digunakan untuk Uji-t dalam Sudjana (2005: 243) adalah:
̅ ̅
dengan
Keterangan:
= varians gabungan
A. Simpulan
matematis siswa. Hal ini dapat dilihat dari pemahaman konsep matematis siswa
konvensional.
B. Saran
berikut.
2. Pembaca dan peneliti lain yang ingin melakukan penelitian lanjutan mengenai
karakteristik-karakteristik siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Afrilianto, M. dan Tina, Rosyana. 2014. Strategi Thinking Aroud Pair Problem
Solving Untuk Meningkatkan Kemampuan Kelancaran Berprosedur Dan
Kompetensi Strategis Matematis Siswa SMP. Prosiding Seminar Nasional
Pendidikan Matematika. (Online), Vol. 02, Hlm. 45-53, (http://publi-
kasi.stkipsiliwangi.ac.id/files/2014/12/Prosiding-Semnas-STKIP-2014.pdf),
diakses 30 Nopember 2016.
Baharuddin dan Nur, Esa. 2008. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta:
Aruzzmedia.
BSNP. 2006. Permendiknas RI No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk
Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta.
Eggen, Paul. dan Kauchak, Don. 2012. Strategi dan Model Pembelajaran:
Mangajarkan Konten Dan Keterampilan Berpikir. Jakarta: Indeks.
Karli dan Sri. 2002. Implementasi kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Bina
Media Informasi.
Mudjiono dan Dimyati. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka
Cipta.
Mulyasa, E., 2007. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Noer, Sri Hastuti. 2010. Jurnal Pendidikan MIPA. Jurusan P.MIPA: Universitas
Lampung.
Sardiman, A.M. 2008. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Sesmita, Yulva. 2012. Efektifitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair
Share Ditinjau Dari Aktivitas dan Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematis. Skripsi. Bandarlampung: Universitas Lampung.
51
Usman, Husaini dan Akbar, Purnomo Setiadi. 2006. Pengantar Statistika. Jakarta:
Bumi Aksara.
Wardhani, Sri dkk. 2011. Instrumen Penilaian Hasil Belajar Matematika SMP:
Belajar dari PISA dan TIMSS. Badan Pengembangan Sumber Daya
Manusia Pendidikan dan Penjaminan Mutu Pendidikan. (Online),
(http://p4tkmatematika.org) diakses 6 Maret 2017.