Anda di halaman 1dari 43

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GLAUKOMA

Ditujukan untuk tugas


Mata Kuliah : Keperawatan Medikal Bedah III
Dosen : Ns. Wati Jumaiyah, M.Kep., Sp.KMB

Disusun oleh
Kelompok :3
Kelas : 5.D

1. Alifia Salsabila Rahmah (2017720062) 7. Dewi Anisah (2017720073)


2. Anggi Ayu Lestari (2017720008) 8. Dwirima Saputri (2017720075)
3. Annisa (2017720066) 9. Evi Anggarini H. (2017720077)
4. Annisa Dwi Kurniati (2017720067) 10. Puji Wulandari (2017720104)
5. Arnita Rahmawati (2017720069) 11. Putri Yani Utami S. (2017720106)
6. Desti Citraresmi H. V. (2017720127) 12. Yaya Apriyani (2017720174)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat dan
rahmat-Nyalah kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.

Terima kasih kami ucapkan pada dosen pembimbing mata kuliah Keperawatan Medikal
Bedah III yang telah membimbing kami dalam pembuatan makalah yang berjudul “ASUHAN
KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GLAUKOMA”

Tidak lupa juga kami ucapkan pada teman–teman yang telah membantu menyelesaikan
makalah ini sehingga makalah ini dapat terselesaikan.

Kami menyadari makalah ini tidak lepas dari sempurna, untuk itu saran dan kritik yang
bersifat membangun dari semua pihak sangat diharapkan untuk kesempurnaan makalah – makalah
berikutnya. Semoga makalah yang kami buat ini dapat bermanfaat bagi semua kalangan.

Jakarta, September 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Kata pengantar...................................................................................... …………...ii

Daftar Isi ................................................................................................................... iii

BAB I KONSEP DASAR PENYAKIT


A. Anatomi dan Fisiologi Mata ........................................................................... 1
B. Definisi ........................................................................................................... 11
C. Klasifikasi....................................................................................................... 13
D. Etiologi dan Faktor Risiko ............................................................................. 15
E. Manifestasi Klinis .......................................................................................... 16
F. Penatalaksanaan ............................................................................................. 17

BAB II KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GLAUKOMA


A. Pengkajian ...................................................................................................... 19
B. Diagnosa ......................................................................................................... 19
C. Intervensi ........................................................................................................ 20

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GLAUKOMA


A. Skenario Kasus............................................................................................... 21
B. Data Fokus…..................................................................................................21
C. Analisa Data ................................................................................................... 22
D. Patofisiologi ................................................................................................... 24
E. Diagnosa Keperawatan .................................................................................. 25
F. Intervensi ........................................................................................................ 25

BAB IV INTEGRASI HASIL PENELITIAN


A. Judul ............................................................................................................... 31
B. Peneliti ............................................................................................................ 31
C. Asal................................................................................................................. 31
D. Tujuan Penelitian............................................................................................ 31
E. Latar Belakang ............................................................................................... 31

iii
F. Desain Penelitian ............................................................................................ 32
G. Tempat dan Waktu ......................................................................................... 32
H. Sampel ............................................................................................................ 32
I. Hasil ............................................................................................................... 32
J. Diskusi ............................................................................................................ 33
K. Kesimpulan..................................................................................................... 34
L. Saran ............................................................................................................... 34

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan .................................................................................................... 38
B. Saran .............................................................................................................. 38

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 39

iv
BAB I

KONSEP DASAR PENYAKIT

A. Anatomi dan Fisiologi Mata


Kelopak atau palpebra mempunyai fungsi melindungi bola mata, serta mengeluarkan sekresi
kelenjar yang membentuk film air mata didepan kornea. Kelopak merupakan alat menutup
mata yang berguna untuk melindungi bola mata terhadap trauma, trauma sinar dan keringnya
bola mata.
Anatomi Kelopak Mata
Kelopak mempunyai lapis kulit yang tipis pada bagian depan sedang di bagian belakang
ditutupi selaput lendir tarsus yang disebut konjungtiva tarsal. Konjungtiva tarsal hanya dapat
dilihat dengan melakukan eversi kelopak. Konjungtiva tarsal melalui forniks menutup bulbus
okuli. Konjungtiva merupakan membran mukosa yang mempunyai sel goblet yang
menghasilkan musin.
Gangguan penutupan kelopak akan mengakibatkan keringnya permukaan mata sehingga
terjadi keratitis et lagoftalmos.
Pada kelopak terdapat bagian-bagian:
– Kelenjar seperti: kelenjar sebasea, kelenjar Moll atau kelenjar keringat, kelenjar Zeis pada
pangkal rambut, dan kelenjar Meibom pada tarsus.
– Otot seperti : M. orbikularis okuli yang berjalan melingkar di dalam kelopak atas dan
bawah, dan terletak di bawah kulit kelopak. Pada dekat tepi margo palpebra terdapat otot
orbikularis okuli yang disebut sebagai M. Rioland. M. orbikularis berfungsi menutup bola
mata yang dipersarafi N. facial M. levator palpebra, yang berorigo pada anulus foramen
orbita dan berinsersi pada tarsus atas dengan sebagian menembus M. orbikularis okuli
menuju kulit kelopak bagian tengah. Bagian kulit tempat insersi M. levator palpebra
terlihat sebagai sulkus (lipatan) palpebra. Otot ini dipersarafi oleh n. III, yang berfungsi
untuk mengangkat kelopak mata atau membuka mata.
– Di dalam kelopak terdapat tarsus yang merupakan jaringan ikat dengan kelenjar di
dalamnya atau kelenjar Meibom yang bermuara pada margo palpebra.
– Septum orbita yang merupakan jaringan fibrosis berasal dari rima orbita merupakan
pembatas isi orbita dengan kelopak depan.

1
– Tarsus ditahan oleh septum orbita yang melekat pada rima orbita pada seluruh lingkaran
pembukaan rongga orbita. Tarsus (terdiri atas jaringan ikat yang merupakan jaringan
penyokong kelopak dengan kelenjar Meibom (40 bush di kelopak atas dan 20 pada kelopak
bawah).
– Pembuluh darah yang memperdarahinya adalah a. palpebra.
– Persarafan sensorik kelopak mata atas didapatkan dari ramus frontal N.V, sedang kelopak
bawah oleh cabang ke II saraf ke V.
Anatomi Sistem Lakrimal
Sistem sekresi air mata atau lakrimal terletak di daerah temporal bola mata. Sistem ekskresi
mulai pada pungtum lakrimal, kanalikuli lakrimal, sakus lakrimal, duktus nasolakrimal, meatus
inferior.
Sistem lakrimal terdiri atas 2 bagian, yaitu :
– Sistem produksi atau glandula lakrimal. Glandula lakrimal terletak di temporo antero
superior rongga orbita.
– Sistem ekskresi, yang terdiri atas pungtum lakrimal, kanalikuli lakrimal, sakus lakrimal
dan duktus nasolakrimal. Sakus lakrimal terletak dibagian depan rongga orbita. Air mata
dari duktus lakrimal akan mengalir ke dalam rongga hidung di dalam meatus inferior.
Film air mata sangat berguna untuk kesehatan mata. Air mata akan masuk ke dalam sakus
lakrimal melalui pungtum lakrimal. Bila pungtum lakrimal tidak menyinggung bola mata,
maka air mata akan keluar melalui margo palpebra yang disebut epifora. Epifora juga akan
terjadi akibat pengeluaran air mata yang berlebihan dari kelenjar lakrimal.
Untuk melihat adanya sumbatan pada duktus nasolakrimal, maka sebaiknya dilakukan
penekanan pada sakus lakrimal. Bila terdapat penyumbatan yang disertai dakriosistitis, maka
cairan berlendir kental akan keluar melalui pungtum lakrimal.
Anatomi Konjungtiva
Konjungtiva merupakan membran yang menutupi sklera dan kelopak bagian belakang.
Bermacam-macam obat mata dapat diserap melalui konjungtiva ini. Konjungtiva mengandung
kelenjar musin yang dihasilkan oleh sel Goblet. Musin bersifat membasahi bola mata terutama
kornea.
Selaput ini mencegah benda-benda asing di dalam mata seperti bulu mata atau lensa kontak
(contact lens), agar tidak tergelincir ke belakang mata. Bersama-sama dengan kelenjar

2
lacrimal yang memproduksi air mata, selaput ini turut menjaga agar cornea tidak kering.
Konjungtiva terdiri atas tiga bagian, yaitu :
– Konjungtiva tarsal yang menutupi tarsus, konjungtiva tarsal sukar digerakkan dari tarsus.
– Konjungtiva bulbi menutupi sklera dan mudah digerakkan dari sklera di bawahnya.
– Konjungtiva fornises atau forniks konjungtiva yang merupakan tempat peralihan
konjungtiva tarsal dengan konjungtiva bulbi.
Konjungtiva bulbi dan forniks berhubungan dengan sangat longgar dengan jaringan di
bawahnya sehingga bola mata mudah bergerak.
Anatomi Bola Mata
Bola mata berbentuk bulat dengan panjang maksimal 24 mm. Bola mata di bagian depan
(kornea) mempunyai kelengkungan yang lebih tajam sehingga terdapat bentuk dengan 2
kelengkungan yang berbeda. Bola mata dibungkus oleh 3 lapis jaringan, yaitu :
1. Sklera merupakan jaringan ikat yang kenyal dan memberikan bentuk pada mata,
merupakan bagian terluar yang melindungi bola mata. Bagian terdepan sklera disebut
kornea yang bersifat transparan yang memudahkan sinar masuk ke dalam bola mata.
Kelengkungan kornea lebih besar dibanding sklera.
2. Jaringan uvea merupakan jaringan vaskular. Jaringan sklera dan uvea dibatasi oleh ruang
yang potensial mudah dimasuki darah bila terjadi perdarahan pada ruda paksa yang
disebut perdarahan suprakoroid. Jaringan uvea ini terdiri atas iris, badan siliar, dan koroid.
Pada iris didapatkan pupil yang oleh 3 susunan otot dapat mengatur jumlah sinar masuk
ke dalam bola mata. Otot dilatator terdiri atas jaringan ikat jarang yang tersusun dalam
bentuk yang dapat berkontraksi yang disebut dengan sel mioepitel. Sel ini dirangsang oleh
sistem saraf simpatetik yang mengakibatkan sel berkontraksi yang akan melebarkan pupil
sehingga lebih banyak cahaya masuk. Otot dilator pupil bekerja berlawanan dengan otot
kontraktor yang mengecilkan pupil yang mengakibatkan cahaya kurang masuk kedalam
mata.
iris dan otot siliar di persarafi oleh parasimpatis. Otot siliar yang terletak di badan siliar
mengatur bentuk lensa untuk kebutuhan akomodasi.
Badan siliar yang terletak di belakang iris menghasilkan cairan bilik mata (akuos humor),
yang dikeluarkan melalui trabekulum yang terletak pada pangkal iris di batas kornea dan
sklera.

3
3. Retina yang terletak paling dalam dan mempunyai susunan lapis sebanyak 10 lapis yang
merupakan lapis membran neurosensoris yang akan merubah sinar menjadi rangsangan
pada saraf optik dan diteruskan ke otak. Terdapat rongga yang potensial antara retina dan
koroid sehingga retina dapat terlepas dari koroid yang disebut ablasi retina.
Badan Kaca mengisi rongga di dalam bola mata dan bersifat gelatin yang hanya
menempel papil saraf optik, makula dan pars plana. Bila terdapat Jaringan ikat di dalam
badan kaca disertai dengan tarikan pada retina, maka akan robek dan terjadi ablasi retina.
Lensa terletak di belakang pupil yang dipegang di daerah ekuatornya pada badan siliar
melalui Zonula Zinn. Lensa mata mempunyai peranan pada akomodasi atau melihat
dekat sehingga sinar dapat difokuskan di daerah makula lutea. Terdapat 6 otot penggerak
bola mata, dan terdapat kelenjar lakrimal yang terletak di daerah temporal atas di dalam
rongga orbita.
Sklera
Bagian putih bola mata yang bersama-sama dengan kornea merupakan pembungkus dan
pelindung isi bola mata. Sklera berhubungan erat dengan kornea dalam bentuk lingkaran
yang disebut limbus Sklera berjalan dari papil saraf optik sampai kornea.
Sklera anterior ditutupi oleh 3 lapis jaringan ikat vaskular. Sklera mempunyai kekakuan
tertentu sehingga mempengaruhi pengukuran tekanan bola mata. Walaupun sklera kaku dan
tipisnya 1 mm ia masih tahan terhadap kontusi trauma tumpul. Kekakuan sklera dapat
meninggi pada pasien diabetes melitus, atau merendah pada eksoftalmos goiter, miotika, dan
minum air banyak.
Kornea
Kornea (Latin cornum = seperti tanduk) adalah selaput bening mata, bagian selaput mata
yang tembus cahaya, merupakan lapis jaringan yang menutup bola mata sebelah depan dan
terdiri atas lapis:
1. Epitel
 Tebalnya 550 um, terdiri atas 5 lapis sel epitel tidak bertanduk yang saling tumpang
tindih; satu lapis sel basal, sel poligonal dan sel gepeng.
 Pada sel basal sering terlihat mitosis sel, dan sel muda ini terdorong ke depan
menjadi lapis sel sayap dan semakin maju ke depan menjadi sel gepeng, sel basal
berikatan erat dengan sel basal di sampingya dan sel poligonal di depannya melalui

4
desmosom dan makula okluden; ikatan ini menghambat pengaliran air, elektrolit,
dan glukosa yang merupakan barrier.
 Sel basal menghasilkan membran basal yang melekat erat kepadanya. Bila terjadi
gangguan akan mengakibatkan erosi rekuren.
 Epitel berasal dari ektoderm permukaan.
2. Membran Bowman
 Terletak di bawah membran epitel basal kornea yang merupakan kolagen yang
tersusun tidak teratur seperti stroma dan berasal dari bagian depan stroma.
 Lapisan ini tidak mempunyai daya regenerasi
3. Stroma
 Menyusun 90% ketebalan kornea.
 Terdiri atas lamel yang merupakan susunan kolagen yang sejajar satu dengan
lainnya, pada permukaan terlihat anyaman yang teratur sedang di bagian perifer
serat kolagen ini bercabang; terbentuknya kembali serat kolagen memakan waktu
lama yang kadang-kadang sampai 15 bulan. Keratosit merupakan sel stroma
kornea yang merupakan fibroblas terletak di antara serat kolagen stroma. Diduga
keratosit membentuk bahan dasar dan serat kolagen dalam perkembangan embrio
atau sesudah trauma.
4. Membran Descement
 Merupakan membran aselular dan merupakan batas belakang stroma kornea
dihasilkan sel endotel dan merupakan membran basalnya.
 Bersifat sangat elastik dan berkembang terus seumur hidup, mempunyai tebal 40
um.
5. Endotel
 Berasal dari mesotelium, berlapis satu, bentuk heksagonal, besar 20-40 um.
Endotel-melekat pada membran descement melalui hemidesmosom dan zonula
okluden.
Kornea dipersarafi oleh banyak saraf sensoris terutama berasal dari saraf siliar longus, saraf
nasosiliar, saraf ke V saraf siliar longus berjalan suprakoroid, masuk ke dalam stroma
kornea, menembus membran Bowman melepaskan selubung Schwannya. Seluruh lapis
epitel dipersarafi sampai pada kedua lapis terdepan tanpa ada akhir saraf. Bulbus Krause

5
untuk sensasi dingin ditemukan di daerah limbus. Daya regenerasi saraf sesudah dipotong di
daerah limbus terjadi dalam waktu 3 bulan.
Trauma atau penyakit yang merusak endotel akan mengakibatkan sistem pompa endotel
terganggu sehingga dekompensasi endotel dan terjadi edema kornea. Endotel tidak
mempunyai daya regenerasi.
Kornea merupakan bagian mata yang tembus cahaya dan menutup bola mata di sebelah
depan. Pembiasan sinar terkuat dilakukan oleh kornea, dimana 40 dioptri dari 50 dioptri
pembiasan sinar, masuk kornea.
Uvea
Lapis vaskular di dalam bola mata yang terdiri atas iris, badan siliar dan koroid. Perdarahan
uvea dibedakan antara bagian anterior yang diperdarahi oleh 2 buah arteri siliar posterior
longus yang masuk menembus sklera di temporal dan nasal dekat tempat masuk saraf optik
dan 7 buah arteri siliar anterior, yang terdapat 2 pada setiap otot superior, medial inferior
pada otot rektus lateral. Arteri siliar anterior dan posterior ini bergabung menjadi satu
membentuk arteri sirkularis mayor pada badan siliar. Uvea posterior mendapat perdarahan
dari 15 - 20 buah arteri siliar posterior brevis yang menembus sklera di sekitar tempat masuk
saraf optik.
Persarafan uvea didapatkan dari ganglion siliar yang terletak antara bola mata dengan otot
rektus lateral, 1 cm di depan foramen optik, yang menerima 3 akar saraf di bagian posterior
yaitu :
1. Saraf sensoris, yang berasal dari saraf nasosiliar mengandung serabut sensoris untuk
kornea, iris, dan badan siliar.
2. Saraf simpatis membuat pupil berdilatasi, yang berasal dari saraf simpatis yang
melingkari arteri karotis; mempersarafi pembuluh darah uvea dan untuk dilatasi pupil.
3. Akar saraf motor akan memberikan saraf parasimpatis untuk mengecilkan pupil.
Pada ganglion siliar hanya saraf parasimpatis yang melakukan sinaps. Iris terdiri atas bagian
pupil dan bagian tepi siliar, dan badan siliar terletak antara iris dan koroid. Batas antara
korneosklera dengan badan siliar belakang adalah 8 mm temporal dan 7 mm nasal. Di dalam
badan siliar terdapat 3 otot akomodasi yaitu longitudinal, radiar, dan sirkular.
Iris mempunyai kemampuan mengatur secara otomatis masuknya sinar ke dalam bola mata.
Reaksi pupil ini merupakan juga indikator untuk fungsi simpatis (midriasis) dan parasimpatis

6
(miosis) pupil. Badan siliar merupakan susunan otot melingkar dan mempunyai sistem
ekskresi di belakang limbus. Radang badan siliar akan mengakibatkan melebarnya
Pembuluh darah di daerah limbus, yang akan mengakibatkan mata merah, merupakan
gambaran karakteristik peradangan intraocular.
Otot longitudinal badan siliar yang berinsersi di dae berkontraksi akan membuka anyaman
trabekula dan aliran cairan mata melalui sudut bilik mata.
Otot melingkar badan siliar bila berkontraksi pada akomodasi akan mengakibatkan
mengendornya zonula Zinn sehingga terjadi pencembungan lensa. Kedua otot ini dipersarafi
oleh saraf parasimpatik dan ber terhadap obat parasimpatomimetik.
Pupil
Pupil anak-anak berukuran kecil akibat belum berkembangnya saraf sir Orang dewasa
ukuran pupil adalah sedang, dan pupil akan meng rasa silau yang dibangkitkan oleh lensa
yang sklerosis. Pupil pada saat tidur kecil, hal ini dipakai sebagai ukuran tidur saat koma dan
tidur sesungguhnya. Pupil kecil waktu tidur akibat dari:
1. Berkurangnya rangsangan simpatis
2. Kurang rangsangan hambatan miosis
Bila subkorteks bekerja sempurna maka terjadi miosis. Pada waktu bangun, korteks
menghambat pusat subkorteks sehingga terjadi midriasis Waktu tidur hambatan subkorteks
hilang sehingga terjadi kerja subkorteks yang sempurna yang akan menjadikan miosis.
Fungsi mengecilnya pupil untuk mencegah aberasi kromatis pada akomodasi dan untuk
memperdalam fokus seperti pada kamera foto yang difragmanya dikecilkan.

Sudut bilik mata depan


Sudut bilik mata yang dibentuk jaringan korneosklera dengan pangkal iris. Pada bagian ini
terjadi pengaliran keluar cairan bilik mata. Bila terdapat hambatan pengaliran keluar cairan
mata akan terjadi penimbunan cairan bilik mata di dalam bola mata sehinga tekanan bola
mata meninggi atau glaukoma. Berdekatan dengan sudut ini didapatkan jaringan trabekulum,
kanal Schelmm, baji sklera, garis Schwalbe dan jonjot iris.
Sudut filtrasi berbatas dengan sklera kornea dan disini ditemukan spur yang membuat cincin
melingkar 360 derajat dan merupakan sudut filtrasi serta tempat insersi otot siliar

7
longitudinal. aman trabekula mengisi kelengkungan sudut filtrasi yang mempunyai dua
komponen yaitu badan siliar dan uvea.
Pada sudut fitrasi terdapat garis Schwalbe yang merupakan akhir perifer endotel dan
membran descement, serta kanal Schlemm yang menampung cairan mata keluar ke
salurannya.
Sudut bilik mata depan sempit terdapat pada mata berbakat glaukoma sudut tertutup,
hipermetropia, blokade pupil, katarak intumesen, dan sinekia posterior perifer.
Lensa mata
Jaringan ini berasal dari ektoderm permukaan yang berbentuk lensa di dalam mata dan
bersifat bening. Lensa di dalam bola mata terletak di belakang iris yang terdiri dari zat
tembus cahaya berbentuk seperti cakram yang dapat menebal dan menipis pada saat
terjadinya akomodasi.
Lensa berbentuk lempeng cakram bikonveks dan terletak di dalam bilik mata belakang.
Lensa akan dibentuk oleh sel epitel lensa yang membentuk serat lensa di dalam kapsul lensa.
Epitel lensa akan membentuk serat lensa terus-menerus sehingga mengakibatkan
memadatnya serat lensa di bagian sentral lensa sehingga membentuk nukleus lensa. Bagian
sentral lensa merupakan serat lensa yang paling dahulu dibentuk atau serat lensa yang tertua
di dalam kapsul lensa. Di dalam lensa dapat dibedakan nukleus embrional, fetal dan dewasa.
Di bagian luar nukleus ini terdapat serat lensa yang lebih muda dan disebut sebagai korteks
lensa. Korteks yang terletak di sebelah depan nukleus lensa disebut sebagai korteks anterior,
sedang di belakangnya korteks posterior. Nukleus lensa mempunyai konsistensi lebih keras
di banding korteks lensa yang lebih muda. Di bagian perifer kapsul lensa terdapat zonula
Zinn yang menggantungkan lensa di seluruh ekuatornya pada badan siliar.
Secara fisiologik lensa mempunyai sifat tertentu, yaitu :
– Kenyal atau lentur karena memegang peranan terpenting dalam akomodasi untuk
menjadi cembung
– Jernih atau transparan karena diperlukan sebagai media penglihatan,
– Terletak di tempatnya.
Keadaan patologik lensa ini dapat berupa:
– Tidak kenyal pada orang dewasa yang akan mengakibatkan presbiopia,

8
– Keruh atau apa yang disebut katarak, Tidak berada di tempat atau subluksasi dan
dislokasi.
– Lensa orang dewasa di dalam perjalanan hidupnya akan menjadi bertambah besar dan
berat.
Badan kaca
Badan kaca merupakan suatu jaringan seperti kaca bening yang terletak antara lensa dengan
retina. Badan kaca bersifat semi cair di dalam bola mata. Mengandung air sebanyak 90%
sehingga tidak dapat lagi menyerap air. Sesungguhnya fungsi badan kaca sama dengan
fungsi cairan mata, yaitu mempertahankan bola mata agar tetap bulat. Peranan nya mengisi
ruang untuk meneruskan sinar dari lensa ke retina. Badan kaca melekat pada bagian tertentu
jaringan bola mata. Perlekatan itu terdapat pada bagian yang disebut ora serata, pars plana,
dan papil saraf optik Kebeningan badan kaca disebabkan tidak terdapatnya pembuluh darah
dan sel. Pada pemeriksaan tidak terdapatnya kekeruhan badan kaca akan memudahkan
melihat bagian retina pada pemeriksaan funduskopi.
Retina
Retina atau selaput jala, merupakan Pemeri bagian mata yang mengandung reseptor yang
menerima rangsangan cahaya. Retina berbatas dengan koroid dengan sel pigmen epitel
retina, dan terdiri atas lapisan:
1. Lapis fotoreseptor, merupakan lapis terluar retina terdiri atas sel batang yang
mempunyai bentuk ramping, dan sel kerucut
2. Membran limtan eksterna yang merupakan Maya.
3. Lapis nukleus luar, merupakan susunan lapis nukleus sel kerucut dan batang Ketiga lapis
di atas avaskular dan mendapat metabolisme dari kapiler yang koroid.
4. Lapis pleksiform luar, merupakan lapis aselular dan merupakan tempat sinapsis sel
fotoreseptor dengan sel bipolar dan sel horizontal
5. Lapis nukleus dalam, merupakan tubuh sel bipolar, sel horizontal dan sel Muller Lapis
ini mendapat metabolisme dari arteri retina sentral
6. Lapis pleksiform dalam, merupakan lapis aselular merupakan tempat sinaps sel bipolar,
sel amakrin dengan sel ganglion
7. Lapis sel ganglion yang merupakan lapis badan sel daripada neuron kedua

9
8. Lapis serabut saraf, merupakan lapis akson sel ganglion menuju ke arah saraf optik. Di
dalam lapisan-lapisan ini terletak sebagian besar pembuluh darah retina.
9. Membran limitan interna, merupakan membran hialin antara retina dan badan kaca.
Warna retina biasanya jingga, kadang pucat pada anemia dan iskemia, merah pada
hiperemia. Pembuluh darah di dalam retina merupakan cabang arteri oftalmika, arter retina
sentral masuk retina melalui papil saraf optik yang akan memberikan nutrisi pada retina
dalam. Lapisan luar retina atau sel kerucut dan batang mendapat nutrisi dari koroid.
Untuk melihat fungsi retina maka dilakukan pemeriksaan subyektif retina seperti: tajam
penglihatan, penglihatan warna dan lapang pandang. Pemeriksaan obyektif adalah
elektroratinagrafi (ERG), elektrookulografi (EOG), dan visual evoked respon (VER)
Saraf optik
Saraf optik yang keluar dari polus posterior bola mata membawa 2 jenis serabut saraf, yaitu:
saraf penglihat dan serabut pupilomotor. Kelainan saraf optik menggambarkan gangguan
yang diakibatkan tekanan langsung atau tidak langsung terhadap saraf optik ataupun
perubahan toksik dan anoksik yang mempengaruhi penyaluran aliran listrik.
Bila terdapat kelainan fungsi saraf optik maka perlu diperhatikan komponen penting pada
saraf optic.
Rongga Orbita
Rongga orbita adalah rongga yang berisi bola mata dan terdapat 7 yang tulang yang
membentuk dinding orbita yaitu: lakrimal, etmoid, sfenoid, frontal, dan dasar orbita yang
terutama terdiri atas tulang maksila, tulang palatinum dan zigomatikus.
Rongga orbita yang berbentuk piramid ini terletak pada kedua sisi ut dan capiler rongga
hidung. Dinding lateral orbita membentuk sudut 45 derajat dengan dinding medialnya.
Dinding orbita terdiri atas tulang:
1. Atap atau superior: os.frontal
2. Lateral: os.frontal, os. zigomatik, ala magna os. sfenoid 11 ron
3. Inferior : os. zigomatik, os. maksila, os. palatina
4. Nadal : os. maksila, os. lakrimal, os. Etmoid
Foramen optik terletak pada apeks rongga orbita, dilalui oleh saraf optik, arteri, vena, dan
saraf simpatik yang berasal dari pleksus karotid.

10
Fisura orbita superior di sudut orbita atas temporal dilalui oleh saraf lakrimal (V), saraf
frontal (V), saraf troklear (IV), saraf okulomotor (II), 4 Nasal saraf nasosiliar (V), abdusen
(VI), dan arteri vena oftalmik.
Fisura orbita inferior terletak di dasar tengah temporal orbita oleh saraf infra-orbita dan
zigomatik serta arteri irfa Orbita
Fosa lakrimal terletak di sebelah temporal atas tempat duduknva kelenjar lakrimal.
Otot Penggerak Mata
Otot ini menggerakkan mata dengan fungsi ganda dan untuk pergerak- Pemeri engar mula
kan mata tergantung pada letak dan sumbu penglihatan sewaktu aksi otot
Otot penggerak mata terdiri atas 6 otot yaitu:
1. Oblik inferior, dipersarafi saraf ke III
2. Oblik superior, dipersarafi saraf ke IV
3. Rektus inferior, dipersarafi saraf ke II
4. Rektus lateral, dipersarafi saraf ke VI, untuk menggerakkan otot ke arah lateral
5. Rektus medius, dipersarafi saraf ke III
6. Rektus superior, dipersarafi saraf ke II

B. Definisi
Glaukoma adalah kondisi peningkatan tekanan cairan mata (aqueous humor) di dalam
mata. Kondisi ini memiliki awitan bertahap tanpa disadari dan berbahaya, biasanya terjadi
setelah usia 40 tahun dan memiliki kecenderungan diturunkan dalam keluarga. Glaukoma
merupakan salah satu utama kebutaan di Amerika Serikat. Gangguan pada keseimbangan
normal antara produksi dan drainase cairan dapat menyebabkan glaukoma sehingga
meningkatkan tekanan intraokular. Peningkatan tekanan ini merusak retina dan saraf optik
penglihatan penyebab mata secara permanen. Jika tidak diatasi, perubahan utama untuk
mencegah dan kebutaan dapat terjadi. Diagnosis dan terapi dini merupakan hal yang paling
kehilangan penglihatan. (Caroline Bunker Rosdhl, dalam Buku Ajar Keperawatan Dasar Edisi
10).
Glaukoma berasal dari kata Yunani glaukos yang berarti hijau kebiruan, yang memberikan
kesan warna tersebut pada pupil penderita glaukoma. Kelainan mata glaukoma ditandai dengan

11
meningkatnya tekanan bola mata, atrofi papil saraf optik, dan menciutnya lapang pandang.
Penyakit yang ditandai dengan peninggian tekanan intraokular ini, disebabkan:
– Bertambahnya produksi cairan mata oleh badan siliar
– Berkurangnya pengeluaran cairan mata di daerah sudut bilik mata atau di celah pupil
(glaukoma hambatan pupil).
Pada glaukoma akan terdapat melemahnya fungsi mata dengan terjadinya cacat lapang
pandang dan kerusakan anatomi berupa ekskavasi (penggaungan) serta degenerasi papil saraf
optik, yang dapat berakhir dengan kebutaan.
Ekskavasi glaukomatosa, penggaungan atau ceruk papil saraf optik akibat glaukoma pada saraf
optik. Luas atau dalamnya ceruk ini pada glaukoma kongenital dipakai sebagai indikator
progresivitas glaukoma. (dalam Buku Ilmu Penyakit Mata, FKUI).
Glaukoma merupakan sekumpulan gangguan okular yang ditandai dengan peningkatan
tekanan intraokular, atrofi saraf optik dan kehilangan lapang pandang. Glaukoma diperkirakan
menyebabkan kebutaan pada 80.000 orang di Amerika Serikat. Insiden glaukoma sekitar 1,5%
dan pada ras kulit hitam berusia 45-65 tahun prevalensi meningkat lima kali lipat dibanding
kulit putih dengan rentang umur yang sama. Pada kebanyakan kasus, kebutaan dapat dicegah
dengan pemberian terapi dini. (dalam Buku Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Buku 3).
Glaukoma adalah kondisi yang ditandai dengan neuropati optik dengan kehilangan
penglihatan perifer perlahan, dan, biasanya, peningkatan tekanan intraokular mata. Glaukoma
merupakan pencuri yang diam-diam "merampas" penglihatan. Pasien biasanya tidak
mengalami manifestasi, kecuali penyempitan lapang pandang, yang terjadi sangat bertahap
sehingga tidak disadari hingga proses penyakit sudah sangat lanjut. (Priscilla LeMone, dkk,
dalam Buku Ajar Keperawatan Bedah).
Jadi, definisi glaukoma adalah kondisi peningkatan tekanan bola mata, atrofi papil saraf
optik, dan menciutnya lapang pandang. Penyakit ini ditandai dengan peninggian tekanan
intraokuler, disebabkan:
– Bertambahnya produksi cairan mata oleh badan siliar. bertambahnya produksi cairan mata
dikarenakan adanya obstruksi di jaringan trabekular.
– Berkurangnya pengeluaran cairan mata di daerah sudut bilik mata atau di celah pupil
(glaukoma hambatan pupil)

12
Nilai tekanan bola mata/tekanan intraokuler normal menurut WHO adalah 10-21 mmHg. Dan
menurut buku KMB edisi 8 adalah 12-22 mmHg. Peningkatan intraokuler abnormal pada
pasien glaukoma adalah >23 mmHg menurut buku KMB edisi 8.

C. Klasifikasi

Glaukoma sudut terbuka Glaukoma sudut tertutup Glaukoma sekumder


primer primer
Frekuensi : Frekuensi : Frekuensi :
Jenis glaukoma yang paling Jarang terjadi, kecuali pada Bervariasi
lazim populasi beresiko tinggi
Penyebab meliputi :
Penyebab : Penyebab :
● Kondisi inflamasi pada mata
Awitan yang tersembunyi, Obstruksi tiba-tiba pada sudut dengan edema menutup kanal
perlahan, dan ruang anterior oleh iris perifer. Schlemm
membahayakan akibat Dapat bersifat akut
● Tumor intraokular yang
abnormalitas struktural di (kedaruratan medis), subakut,
menghalangi aliran keluar cairan
dalam jaring trabekular, atau kronis
aqueous
yang menyebabkan
Populasi yang paling beresiko
penurunan aliran keluar ● Trauma dengan perdarahan
tinggi :
cairan aqueous. intraokular yang menghalangi kanal
● Populasi Asia Timur ( Schlemm
Populasi yang paling
penduduk jepang dan china
beresiko tinggi : ● Trauma dalam bentuk edema
dari singapura dan hongkong)
kornea dan jaringan parut dapat
● Populasi Afrika Amerika terdiri atas 87% kasus akibat
menghambat aliran keluar cairan
dan Hispanik karena defek anatomis yang
aqueous
predisposisi genetik diturunkan yang
menyebabkan ruang anterior
● Individu paruh baya dan
dangkal.
lansia, karena penuaan Pengobatan yang dikaitkan dalam
memperbesar dan ● Individu lansia karena lensa perkembangan glaukoma sudut
mendorong lensa ke depan membesar seiring penuaan, tertutup sekunder adalah :
yang mendorong iris ke depan
● Peningkatan TIO yang ● Glukokortikoid
telah ada sebelumnya ● Wanita
memperburuk respons ● Agonis adrenergik
● Rabun jauh, karena individu
yang hiperopia memiliki ● Kolinergik
terhadap cairan aqueous
tambahan
ruang anterior yang lebih kecil ● Sediaan yang mengandung sulfat
● Riwayat keluarga dengan sudut yang lebih
(keluarga generasi pertama sempit ●SSRI

13
Glaukoma sudut terbuka Glaukoma sudut tertutup Glaukoma sekumder
primer primer
yang mengalami glaukoma) ● Antidepresan trisiklik
● Rabun dekat (miopia), ● Antikoagulan
akibat pemanjangan aksial
● Penyelat histamin
berlebihan yang berkaitan
dengan pendataran kornea
● Diabetes atau hipertensi
akibat spasme pembuluh
darah perifer

Glukoma Sudut Terbuka Kronik


Glaukoma sudut terbuka kronik (sederhana) sudut lebar merupakan jenis glaukoma yang paling
umum. Pada kondisi ini, drainase aqueous humor melalui pembuluh darah kompleks trabekular
(pendukung) (yang terletak pada sudut ruang anterior mata) tidak adekuat. Akibatnya adalah
akumulasi cairan aqueous di dalam ruang anterior, yang menyebabkan peningkatan tekanan
intraokular. Kedua mata umumnya akan terganggu.

Glaukoma Sudut Tertutup Akut


Glaukoma sudut akut, sudut tertutup akut, sudut sempit akut, atau sudut tertutup merupakan suatu
kedaruratan yang perlu dideteksi dan diterapi dengan segera guna mencegah perubahan
penglihatan permanen dan kebutaan. Glaukoma sudut akut yang tidak ditangani dapat
menyebabkan kebutaan dalam 2 sampai 5 hari. Salah satu atau kedua mata mungkin terganggu.
Dalam glukoma sudut akut, aqueous humor tersumbat oleh penggembungan iris di ruang anterior
sebelum cairan disaring melalui pembuluh darah kompleks trabekular. Hasilnya adalah akumulasi
aqueous humor, yang menyebabkan peningkatan tekanan intraokular
Dalam beberapa kasus, penyebab glaukoma sudut akut mungkin iatrogenik (disebabkan oleh
intervensi medis), seperti ketika mendilatasi pupil dengan obat untuk pemeriksaan mata rutin.
Gejala biasanya terjadi secara mendadak, namun juga dapat terjadi secara bertahap dan intermiten.

14
Gejala tersebut terdiri atas pandangan kabur, terdapat halo di sekitar cahaya, nyeri mata hebat,
sakit kepala, dan sesekali mual dan muntah.

Glaukoma Sekunder
Glaukoma sekunder biasanya terjadi akibat pembengkakan, infeksi, perdarahan atau trauma mata.
Glaukoma ini umumnya terjadi secara bertahap dan tidak menimbulkan nyeri. Terapi pada
glaukoma sekunder sama sudut terbuka.

D. Etiologi dan Faktor Risiko


Sekitar 90% glaukoma primer terjadi pada orang dengan sudut terbuka. Oleh karena itu
tidak ada manifestasi klinis sebagai tanda pemeriksaan awal, maka pemeriksaan fisik teratur
termasuk pemeriksaan tonometri dan pengkajian saraf mata (diskus) sangat diperlukan.
Penyebab utama glaukoma sudut terbuka kronis merupakan proses degeneratif pada jaringan
trabekular sehingga terjadi penurunan aliran humor aquous. Hipertensi, penyakit
kardiovaskular, diabetes, dan obesitas berhubungan dengan perkembangan glaukoma.
Peningkatan tekanan intraokular juga terjadi karena uveitis (inflamasi pada uvea, struktur
penyaring). Penekanan akibat tumor yang tumbuh cepat dan penggunaan kortikosteroid
topikal kronis juga dapat menghasilkan manifestasi glaukoma sudut terbuka. Penyebab
glaukoma tekanan rendah atau mengapa saraf optik rusak walaupun tekanan intraokular normal
(antara 12 dan 22 mm Hg) tidak diketahui. Seseorang dengan riwayat keluarga dengan
glaukoma tekanan normal, keturunan Jepang, dan riwayat penyakit jantung sistemik seperti
gangguan irama jantung dapat memiliki risiko tinggi untuk mengalami glaukoma tekanan
rendah.
Glaukoma biasanya kondisi primer, tanpa penyebab yang teridentifikasi. Glaukoma primer
paling sering terjadi pada individu dewasa di atas 60 tahun, tetapi dapat menjadi kondisi
kongenital pada bayi dan anak.
Glaukoma sekunder terjadi akibat edema, cedera pada mata (hifema), inflamasi, tumor, dan
proses lanjut katarak dan diabetes. Jaringan edematosa dapat menghambat aliran humor aquous
melalui jaringan trabekular. Penyembuhan Iuka tepi kornea yang terlambat dapat
menyebabkan pertumbuhan sel epitel di ruang okuli anterior.

15
E. Manifestasi Klinis
Glaukoma sudut tertutup akut menyebabkan nyeri berat dan penglihatan kabur atau
kebutaan. Beberapa klien melihat gambaran halo (lingkaran seperti pelangi di sekeliling
cahaya), dan beberapa mengalami mual-muntah.
Glaukoma sekunder memberikan gejala yang sama dengan glaukoma sudut tertutup akut.
Penyempitan lapang pandang terjadi akibat kehilangan suplai darah ke area di retina. Respons
individu pada tekanan intraokular bervariasi, beberapa klien dapat mengalami kerusakan
akibat tekanan intraokular yang rendah sedangkan yang lain mengalami kerusakan.
Pemeriksaan mata menunjukkan atrofi (warna pucat dan cupping (indentasi) diskus saraf
optik. Pemeriksaan lapang pandang penglihatan digunakan untuk menentukan kehilangan
penglihatan perifer. Pada glaukoma awal sudut terbuka tampak skotoma (bintik buta) sebagai
garis lengkung. Pada glaukoma sudut akibat tekanan intraokular yang tinggi tertutup akut,
lapang pandang yang hilang lebih luas.
Pada klien dengan glaukoma sudut tertutup, pemeriksaan slit-lamp dapat menunjukkan
konjungtiva eritem dan kornea yang berkabut. Humor aquous pada ruang okuli anterior
tampak turbid (berkabut) dan pupil menjadi non-reaktif. Penigkatan tekanan intraokular
meningkat (> 23 mm Hg) membutuhkan evaluasi lanjutan. Gonioskopi dilakukan untuk
menentukan kedalaman sudut ruang okuli anterior dan untuk memeriksa lingkar sudut pada
perubahan sistem jaringan filtrasi.

16
F. Penatalaksanaan
PEMERIKSAAN
 Gonioskopi mengevaluasi sudut drainase mata gonio tiga cermin (diletakkan pada mata)
untuk menentukan apakah sudut terbuka, menyempit, atau tertutup, dan untuk

menyingkirkan setiap kondisi lain yang dapat meningkatkan tekanan intraokular.


 Tonometri untuk mengukur tekanan intraokular. Rentang normal adalah 10 hingga 21
mmHg.
 Biomikroskopi menggunakan lampu celah untuk memeriksa kornea, pupil, dan ruang
anterior.
 Oftalmoskopi untuk memeriksa saraf optik dan diskus optik guna mengetahui adanya
edema, kerusakan, dan kerusakan struktural.

MANAJEMEN MEDIS
Mengurangi Tekanan Intraokular (Meningkatkan Aliran Humor Aquous)
Tekanan intraokular dapat dikurangi dengan meningkatkan aliran humor aquous. Pada
glaukoma sudut sempit, pupil dikonstriksikan dengan memberikan miotik topikal atau
epinefrin, yang dapat membuka kanalis Schlemm dan melancarkan aliran humor aquous.
Produksi humor aquous juga dapat dikurangi dengan menggunakan penyekat beta atau agen
alfa adrenergik atau inhibitor karbonat anhidrase Oral.

MANAJEMEN BEDAH
 Trabekuloplasti Laser
Penggunaan laser untuk membuat lubang kecil di jaringan trabekular sering diindikasikan
sebelum pembedahan penyaringan dilakukan. Laser menghasilkan jaringan parut pada
jaringan trabekular menyebabkan pencangan serat trabeluka. Serabut yang bertambah
kencang menyebabkan penambahan aliran humor aquous. Tekanan intraokular dapat

17
berkurang hingga 80% kasus. Efek laser ini semakin berkurang seiring waktu, dan prosedur
ini perlu diulang. Terapi medis dengan tetes mata biasanya tetap dilanjutkan.
 Trabekulektomi
Trabekulektomi adalah pembuatan lubang untuk mengeluarkan humor aquous. Lubang ini
kemudian ditutup sebuah katup dengan tebal setengah sklera yang dijahit dengan longgar
sehingga menyebabkan absorbsi humor aquous subkonjungtiva (Figur 65-1, C).
 Prosedur Penyaringan
Operasi sepertitrefinasi, sklerostomi termal, dan sklerektonmi Prosedur Penyaringan ruang
okuli anterior ke ruangan. Humor aquous diserap oleh pembuluh darah di konjungtiva.
Pada 25% kasus, lubang ini menyebabkan pembentukan jaringan parut dan membutuhkan
pembedahan ulang. Prosedur ini kurang berhasil jika diterapkan pada klien muda dan
berkulit hitam, yang cenderung memiliki kemampuan jaringan parut yang lebih tebal.
Kortikosteroid topikal digunakan pascaoperasi karena aksi antiinflamasinya dapat
menghambat proliferasiP fibroblas pada tempat pembedahan.
 Iridotomi
Iridotomi adalah pembuatan jalur baru humor aquous menuju ke jaringan trabekular. Laser
digunakan untuk membuat lubang baru pada iris.
 Teknik Lain
Pemberian 5-fluorourasil (5-FU), mitomisin, dan antimetabolit lain kadang disuntikkan ke
subkonjungtiva karena dapat menghambat proliferasi fibroblas sehingga mengurangi
pembentukan jaringan parut pascaoperasi. Perangkat implan okular (seperti implan
Molteno, seton Baerveldt) kadang digunakan untuk humor aquous pada klien dengan
glaukoma yang mengalami komplikasi. Perangkat yang dijahitkan pada permukaan luar
bola mata pada sklera antara otot-otot okular. Probe kecil diinsersikan di bawah klep sklera
ke ruang okuli anterior yang menyebabkan mengalirnya humor aquous lebih jauh ke
belakang dibandingkan prosedur penyaringan lain.
 Prosedur Siklodestruktif
Ketika prosedur bedah lain gagal, siklokrioterapi (aplikasi ujung pembeku) atau
siklofotokoagulasi (yang diaplikasikan dengan laser) dapat digunakan untuk merusak
badan siliar dan mengurangi produksi humor aquous.

18
BAB II
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GLAUKOMA

A. Pengkajian
Pengkajian keperawatan meliputi menggali data demografis, umur, dan ras Karena
glaukosa sudut terbuka lebih sering terjadi pada klien berumur lebih dari 40 tahun dan pada
ras kulit hitam. Tentukan apakah ada riwayat glaukoma pada keluarga atau masalah mata yang
lain dan apakah klien pernah mengalami pembedahan mata, infeksi, atau trauma. Penting
untuk membuat sebuah daftar akurat mengenai obat-obatan yang sedang di konsumsi karena
beberapa obat sistemik (seperti antihistamin) dapat melebarkan pupil, meningkatkan resiko
glaukoma sudut tertutup, selalu perhatikan riwayat reaksi alergi terutama pada obat atau zat
pewarnaan.
Minta klien untuk mendeskripsikan semua perubahan pada penglihatan. Walaupun
manifestasi glaukoma sudut terbuka primer terjadi mendadak, klien dapat mendeskripsikan
titik buta pada daerah Perifer dan penurunan ketajaman penglihatan disertai penurunan
sensitivitas terhadap kontras. Ketajaman penglihatan yang menurun dan tidak dapat dikoreksi
biasanya terjadi ketika terdapat kerusakan saraf optic.
Jika klien telah di ketahui menderita gangguan penglihatan karena glaukoma, kaji apakah
klien dapat menghadapi gangguan ini. Walaupun seseorang dapat beradaptasi pada gangguan
penglihatan dengan berbagai cara, biasanya tetap muncul rasa sedih dan kehilangan pada
berbagai tahap penyakit. Klien dapat mengalami kecemasan selama pemeriksaan karena takut
akan terjadinya kehilangan penglihatan yang lebih luas. Kaji persepsi klien tentang glaukoma
dan efeknya pada kualitas hidup. Bantu klien mengidentifikasi kemampuan adaptasi yang
efektif yang telah di pakai sebelumnya.

B. Diagnosa
– Diagnosis: gangguan persepsi sensori (visual). Peningkatan tekanan intraokular
mengganggu fungsi saraf optik dan menurunkan kemampuan penglihatan. Diagnosis
keperawatan gangguan persepsi sensori (visual) berhubungan dengan kehilangan
penglihatan lebih tepat digunakan jika gangguan penglihatan merupakan masalah baru
bagi klien. Keperawatan gangguan presepsi sensori (Visual) berhubungan dengan

19
kehilangan penglihatan lebih tepat digunakan jika gangguan penglihatan merupakan
masalah baru bagi klien.
– Diagnosis: Berduka. Kehilangan penglihatan pada glaukoma tidak dapat di perbaiki.
Walaupun dengan penatalaksanaan medis maupun bedah yang paling agresif, kehilangan
penglihatan tetap berlanjut. Diagnosis keperawatan adalah Berduka berhubungan dengan
kehilangan penglihatan. Kehilangan penglihatan yang signifikan akan membutuhkan
penerimaan dan adaptasi, baik bagi klien maupun keluarganya.

C. Intervensi
– Hasil yang diharapkan. Klien akan mempertahankan penglihatan sebaik mungkin,
melaporkan tidak ada peningkatan kehilangan penglihatan, adaptasi pada kehilangan
penglihatan, dapat melaksanakan aktifitas harian dan menyadari komplikasi manifestasi
klinis.
Intervensi. Yakinkan klien walaupun penglihatannya telah hilang dan tidak dapat di
perbaiki, kerusakan lanjut dapat dilalakukan sebagai usaha pencegahan.
– Hasil yang Diharapkan. Klien akan mengekspresikan kesedihan, mendeskripsikan
kehilangan penglihatannya, dan membagi kesedihannya kepada orang lain.
Intervensi. Kaji faktor-faktor penyebab dan yang berkontribusi yang mungkin menunda
kesedihan dan mempererat kedekatan keluarga. Estigma sosial kebutaan mendasari
kecemasan klien yang mengalami kehilangan penglihatan atau potensial untuk
mengalami kehilangan penglihatan. Kehilangan penglihatan total mengisolasi seseorang
di dalam kenyataan yang berbeda. Walaupun kebanyakan klien berhasil direhabilitasi,
beberapa kehilangan penglihatan bersifat permanen. Beberapa orang tetap terisolasi
secara sosial dengan berbagai sebab. Kesan bahwa seorang yang buta patut untuk
dikasihani dan harus menerima bantuan dari orang lain sering mengganggu klien.
Gunakan komunikasi terapeutik untuk menunjukkan empati karena klien mengalami
kehilangan berhubungan dengan kehilangan penglihatannya. Klien dengan kehilangan
penglihatan dapat menghadapi halangan pada hidup.

20
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GLAUKOMA

A. Skenario Kasus
Seorang wanita usia 40 tahun dirawat dengan keluhan orbita dextra terasa sakit jika di tekan
dan penglihatan kabur. Hasil pengkajian: tanda-tanda vital saat ini TD: 150/100 mmHg, nadi:
80x/menit, suhu: 370C, pernapasan: 20x/menit, skala nyeri 7 (1-10). Mengeluh mual, muntah
bila terasa nyeri, peningkatan air mata. Setelah dilakukan pemeriksaan ofthalmoscope,
onometri, dan ukur lapang pandang di diagnosa dengan glaukoma. Pasien merasa cemas dengan
penyakitnya dan mendengar informasi dari orang-orang bahwa glaukoma bisa mengalami
kebutaan. Pasien menderita kelainan thyroid 3 bulan yang lalu.

B. Data Fokus
DS:
– Klien mengatakan sakit pada mata kanan jika di tekan
– Klien mengatakan mual dan muntah jika terasa nyeri
– Klien mengatakan adanya peningkatan cairan mata
– Klien mengatakan tidak nafsu makan
– Klien mengatakan cemas dengan penyakitnya dan mendengar informasi dari orang lain
bahwa glaukoma dapat menyebabkan kebutaan.
– Klien mengatakan takut apabila tidak dapat melihat lagi
– Klien mengatakan penglihatannya menjadi kabur
– Klien mengatakan penglihatannya tidak jelas

DO:
– Tanda-tanda vital : TD (150/90 mmHg)
– Klien tampak meringis kesakitan saat matanya di tekan
– Skala nyeri 7 (0-10)
– Klien tampak kurus
– Klien tampak lemas
– Klien tampak hanya menghabiskan setengan porsi makannya

21
– Klien tampak murung dan bersedih dengan kondisinya saat ini
– Klien terlihat panik dan tidak tenang
– Pemeriksaan lapang pandang klien menurun
– Klien mengalami penurunan kemampuan identifikasi benda seperti saat di berikan pulpen
berwarna merah

C. Analisa Data
No. Data Etiologi Problem

1. DS: Peningkatan TIO Gangguan rasa nyaman


(nyeri)
– Klien mengatakan sakit
pada mata kanan jika di
tekan

DO:

– Tanda-tanda vital : TD
(150/90 mmHg)
– Klien tampak meringis
kesakitan saat matanya
di tekan
– Skala nyeri 7 (0-10)

2. DS: Output yang tidak adekuat Risiko gangguan


pemenuhan nutrisi
– Klien mengatakan mual
dan muntah jika terasa
nyeri
– Klien mengatakan
adanya peningkatan
cairan mata
– Klien mengatakan tidak
nafsu makan
DO:

– Klien tampak kurus


– Klien tampak lemas
– Klien tampak hanya
menghabiskan

22
setengan porsi
makannya
3. DS: Kurangnya pengetahuan Ansietas
tentang penyakit dan
– Klien mengatakan
prognosis
cemas dengan
penyakitnya dan
mendengar informasi
dari orang lain bahwa
gloukoma dapat
menyebabkan
kebutaan.
– Klien mengatakan takut
apabila tidak dapat
melihat lagi
DO:

– Klien tampak murung


dan bersedih dengan
kondisinya saat ini
– Klien terlihat panik dan
tidak tenang
4. DS: Kerusakan saraf akibat Penurunan persepsi
peningkatan TIO sensori (penglihatan)
– Klien mengatakan
penglihatannya
menjadi kabur
– Klien mengatakan
penglihatannya tidak
jelas
DO:

– Pemeriksaan lapang
pandang klien menurun
– Klien mengalami
penurunan kemampuan
identifikasi benda

23
seperti saat di berikan
pulpen berwarna merah

D. Patofisiologi

Usia

Kekakuan sklera badan silier dan jaringan trabekuler

Peningkatan produksi aquos humor

Peningkatan TIO

Tekanan pada saraf optic dan Iskemia Iritasi saraf vagal


reta (orbita dextra)

Nyeri Mual dan muntah


Kerusakan saraf optkdan retina
atrofi sel ganglion clifus
Resiko gangguan
kebutuhan nutrisi
Penipisan lapisan serat saraf dan
inti bagian dalam retina dan
berkurangnya akson di saraf optik

Hilangnya pandangan perifer


Cemas/takut
(ansietas)
Penglihatan kabur

Penurunan persepsi sensori

24
E. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) b.d peningkatan TIO
2. Risiko gangguan pemenuhan nutrisi b.d output yang tidak adekuat
3. Ansietas b.d Kurangnya pengetahuan tentang penyakit dan prognosis
4. Penurunan persepsi sensori (penglihatan) b.d kerusakan saraf akibat peningkatan TIO

F. Intervensi
Tujuan dan Kriteria
No. Dx Intervensi Rasional TTD
Hasil
1. Setelah dilakukan Mandiri :
tindakan keperawatan  Kaji derajat nyeri  Nyeri glaukoma
selama 3x24 jam setiap hari. umumnya sangat
masalah nyeri klien parah terutama pada
teratasi glaukoma sudut
Kriteria Hasil : tertutup.
- Skala nyeri 0 (0-
10)  Pertahankan tirah  Tekanan pada mata
- Klien tidak baring ketat pada meningkat jika tubuh
meringis kesakitan posisi semifowler dan datar dan manuver
- Klien sudah tidak cegah tindakan yang valsalva di aktifkan
merasakan sakit dapat meningkatkan seperti pada aktivitas
pada mata kanan TIO (seperti : batuk, tersebut
jika ditekan bersin, mengejan).
- Tekanan darah
klien dalam batas  Berikan lingkungan
normal gelap dan terang.  Stress dan sinar akan
Rasional : Stress dan meningkatkan TIO
sinar akan yang dapat
meningkatkan TIO mencetuskan nyeri.
yang dapat
mencetuskan nyeri.

 Observasi tekanan
darah tiap 24 jam jika  Mengidentifikasi
klien tidak menerima kemajuan atau
agen osmotik secara penyimpangan dari
intravena dan tiap 2 hasil yang di

25
jam jika klien harapkan.
menerima agen
osmotik intravena.

 Ajarkan tindakan
distraksi dan relaksasi  Untuk menurunkan
pada klien contohnya sensasi nyeri dan
seperti menonton film memblokir sensasi
kesukaan dan ajarkan nyeri menuju otak,
klien untuk teknik ini umumnya
melakukan tarik nafas efektif saat nyeri tidak
dalam. sangat mengganggu
klien.
 Ajarkan tindakan
distraksi dan relaksasi
pada klien contohnya  Untuk menurunkan
seperti menonton film sensasi nyeri dan
kesukaan dan ajarkan memblokir sensasi
klien untuk nyeri menuju otak,
melakukan tarik nafas teknik ini umumnya
dalam. efektif saat nyeri tidak
sangat mengganggu
Kolaborasi: klien.
 Berikan obat
analgetik.
 Analgetik berfungsi
untuk meningkatkan
ambang nyeri.
Biasanya analgetik
yang di berikan adalah
kelompok narkotik
atau sedatif.
2. Setelah dilakukan Mandiri:
tindakan keperawatan  Anjurkan klien  Untuk menetralisir
selama 3x24 jam makan sedikit tapi mual dan muntah
masalah risiko sering.
gangguan pemenuhan
nutrisi teratasi.  Kaji penurunan  Agar dapat dilakukan
Kriteria hasil : nafsu makan klien. intervensi dalam
- Klien tidak mual pemberian makanan.

26
dan muntah
- Klien mengatakan  Dengan pengetahuan
sudah nafsu makan  Jelaskan pentingnya yang baik tentang
- Klien dapat makanan bagi proses nutrisi akan
menghabiskan 1 penyembuhan. memotivasi untuk
porsi makannya meningkatkan
- Klien tampak lebih pemenuhan nutrisi.
segar
 Mengidentifikasikan
 Dokumentasikan ketidakseimbangan
masukan oral selama kebutuhan nutrisi.
24 jam, riwayat
makanan, dan
jumlah makanan.
 Membuat waktu
 Ciptakan suasana makan yang lebih
makan yang menyenangkan, yang
menyenangkan. dapat meningkatkan
nafsu makan.

 Untuk memudahkan
 Beri makanan selagi proses makan.
hangat.

Kolaborasi:  Ahli gizi adalah


 Kolaborasikan spesialis dalam ilmu
dengan ahli gizi gizi yang membantu
untuk membantu klien memilih
memilih makanan makanan sesuai
yang dapat dengan keadaan
memenuhi sakitnya, usia, tinggi,
kebutuhan gizi dan berat badan.
selama sakit.
3. Setelah dilakukan Mandiri:
tindakan keperawatan  Kaji derajat  Umumnya faktor
selama 3x24 jam kecemasan, faktor yang menyebabkan
masalah kecemasan yang menyebabkan kecemasan adalah
klien teratasi. kecemasan, tingkat kurangnya
Kriteria hasil : pengetahuan, dan pengetahuan dan
- Klien mengatakan ketakutan klien akan ancaman aktual

27
sudah tidak cemas penyakit. terhadap diri. Pada
terhadap klien glaukoma, rasa
penyakitnya. nyeri dan penurunan
- Klien mengatakam lapang pandang
sudah tidak merasa menimbulkan
takut ketakutan utama.
- Klien tampak lebih
tenang  Orientasikan tentang  Meningkatkan
penyakit yang pemahaman akan
dialami klien, penyakit, jangan
prognosis, dan memberikan
tahapan perawatan keamaan palsu
yang akan dijalani seperti : mengatakan
klien. penglihatan akan
pulih atau nyeri akan
segera hilang.

 Berikan kesempatan  Menimbulkan rasa


pada klien untuk aman dan perhatian
bertanya tentang bagi klien.
penyakitnya.

 Beri dukungan  Dukungan psikologis


psikologis. dapat berupa
penguatan tentang
kondisi klien, peran
serta aktif klien
dalam perawatan
maupun
mengorientasikan
bagaimana kondisi
penyakit yang sama
menimpa klien yang
lain.

 Jelaskan setiap  Mengurangi rasa


prosedur yang ketidaktahuan dan
dilakukan dan kecemasan yang
jelaskan tahapan terjadi.
perawatan yang akan

28
dijalani seperti
riwayat kesehatan,
pemeriksaan fisik,
foto toraks, EKG,
diet, serasi, operasi,
dll.

 Bantu klien  Memberi kesempatan


mengekspresikan klien berbagi
kecemasan dna perasaan dan
ketakutan dengan pendapat dan
mendengarkan aktif. menurunkan
ketegangan pikiran.

 Beri informasi  Mengorientasikan


tentang penyakit pada penyakit dan
yang dialami oleh kemungkinan
klien yang realistik sebagai
berhubungan dengan konsekuensi penyakit
kebutaan. dan menunjukan
realitas.

4. Setelah dilakukan Mandiri:


tindakan keperawatan  Kaji ketajaman  Mengidentifikasi
selama 3x24 jam penglihatan klien. kemampuam visual
masalah klien teratasi. klien
Kriteria hasil :
- Klien  Lakukan tindakan  Untuk mencegah
mengidentifikasi untuk mencegah semakin
faktor-faktor yang semakin tingginya meningkatnya
memengaruhi TIO, meliputi diet tekanan TIO.
fungsi penglihatan rendah natrium,
- Klien pembatasan kafein,
mengidentifikasi mencegah
dan menunjukkan konstipasi,
pola-pola alternatif mencegah manuver
untuk valsalva, dan
meningkatkan mengurangi stress.
penerimaan
rangsang

29
penglihatan  Pantau kemampuan  Klien mampu
klien untuk melihat melihat dengan jelas.
dengan jelas. Tanyai
klien secara rutin
tentang terjadinya
perubah visual.

 Berikan alternatif  Memberikan


untuk optimalisasi keakuratan
sumber rangsangan. penglihatan dan
perawatannya.

 Berikan lingkungan
untuk optimalisasi
penglihatan :
 Orientasikan
klien terhadap
ruang rawat
 Letakkan alat
yang sering
digunakan
didekat klien
atau pada sisi
mata yang lebih
sehat
 Berikan
pencahayaan
yang cukup
 Letakkan alat di
tempat yang
lebih tepat
 Hindari cahaya
menyilaukan

30
BAB IV
INTEGRASI HASIL PENELITIAN

A. Judul
“Hasil Laser Micropulse dalam Pengobatan Glaukoma Sudut Terbuka di Rumah Sakit
Pinggiran Negara Bagian Rivers, Nigeria: Pengalaman Awal Kami”

B. Peneliti
Elizabeth A. Awoyesuku1* dan Bassey Fiebai1

C. Asal
1
Department of Ophthalmology, University of Port Harcourt, Nigeria.

D. Tujuan Penelitian
Untuk menentukan Intraocular Pressure (IOP) dan perubahan ketajaman visual sebelum
dan sesudah perawatan laser Micropulse di antara pasien dengan glaukoma sudut terbuka.

E. Latar Belakang
Glaukoma terus menjadi ancaman nyata bagi penglihatan dan lebih lagi di negara
berkembang. Bukti yang tersedia menunjukkan bahwa kebutuhan glaukoma di wilayah kami
masih belum terpenuhi [1]. Pendekatan baru untuk diagnosis dan pengobatan berkembang
pesat.

Trabeculectomy adalah pilihan bedah standar emas untuk mencapai kontrol tekanan
intra okular pada glaukoma meskipun ada risiko [2].

Operasi glaukoma invasif minimal (MIGS) sebagian besar tidak tersedia di wilayah
kami dan perawatan medis adalah penatalaksanaan utama meskipun penuh dengan banyak
masalah kepatuhan.

31
Terapi laser adalah pilihan non invasif yang berguna dalam pengelolaan glaukoma.
Trans scleral diode laser cyclophotocoagulation (TSCPC) adalah metode ablasi tubuh ciliary
yang awalnya dicadangkan untuk mata dengan sedikit atau tanpa potensi visual. Kelemahan
utamanya adalah efek laser yang tidak dapat diprediksi seperti hipotonik, phthisis bulbi,
hyphaema, koroid dan ablasi retina [3].

Teknologi baru ini adalah bentuk MIGS dan telah dicatat menyebabkan penurunan TIO
hingga 45% dari awal dengan minimal atau tanpa efek samping [3,4,5,6]. Bentuk pengobatan
glaukoma non invasif di negara berkembang ini sangat menjanjikan.

Sejauh pengetahuan kami, tidak ada data yang terdokumentasi tentang bentuk perawatan
laser ini di wilayah kami.

F. Desain Penelitian
Quasi Experiment

G. Tempat dan Waktu


The Ophthalmic Specialists, praktik kelompok oftalmologis perifer di Rivers State antara
Februari 2018 dan Desember 2018.

H. Sampel
Dua belas pasien yang memenuhi syarat dengan glaukoma sudut terbuka sedang dan
lanjut pada perawatan medis (topikal) direkrut setelah mereka memberikan persetujuan.
Ketajaman visual dasar (VA) dan tekanan intra okular (TIO) diperoleh sebelum penggunaan
perawatan laser micropulse. Setelah perawatan laser, VA dan IOP dinilai pada satu hari, satu
minggu, satu bulan dan 6 bulan setelah laser. p = 0,05 dianggap signifikan secara statistik.

I. Hasil
Sebanyak 12 pasien ditindaklanjuti selama 6 bulan. Usia rata-rata adalah 37,42 ± 7,00
tahun. Rentang usia adalah 24-46 tahun dengan rasio M: F = 1,4: 1. Perubahan rata-rata dalam
ketajaman visual selama periode waktu secara statistik signifikan (p = 0,0001). Berarti

32
perubahan TIO selama 6 bulan adalah 10,46 mmHg (38,20%, p = 0,0001). Jumlah rata-rata
obat yang digunakan oleh peserta turun dari 3 menjadi 1. (P = 0,002)

J. Diskusi
Micropulse transscleral cyclophotocoagulation adalah salah satu cara perawatan bedah
invasif minimal baru untuk glaukoma. Ini memiliki profil keamanan yang baik bila
dibandingkan dengan operasi filtrasi dalam menurunkan TIO [5]. Moster, dkk. [6], Noecker
[7] dan Radcliffe et al. [8] menunjukkan penurunan TIO masing-masing 51%, 41,6% dan
29,8%.

Laser Micropulse dapat digunakan untuk berbagai pasien termasuk mereka yang
memiliki glaukoma sudut terbuka primer, glaukoma bawaan, glaukoma pigmen dan glaukoma
yang diinduksi steroid [9]. Schlote, dkk. [10] dalam studi prospektif pada 100 pasien
menunjukkan tingkat keberhasilan yang tinggi dengan glaukoma inflamasi, POAG, dan
glaukoma Neovaskular sementara Emanuel, et al. dan Zaarour, mempelajari penggunaannya
pada pasien dengan glaukoma yang tidak terkontrol. Zaarour et al melaporkan tingkat
keberhasilan 81,4% dalam pengurangan TIO pada 6 bulan tanpa kehilangan penglihatan atau
komplikasi besar.

Temuan ini juga dikuatkan oleh Kuchar et al. [13] pada pasien glaukoma lanjut, yang
melaporkan penurunan TIO rata-rata 40,1% dan waktu follo rata-rata 60 hari dengan
komplikasi minimal.

Singh et al. [14] mempelajari penggunaannya sebagai tindakan sementara untuk


menurunkan TIO sebelum trabeculectomy pada glaukoma refrakter dan melaporkan
penurunan TIO 51% dalam satu minggu. Populasi penelitian kami terdiri dari hanya pasien
POAG.

Komplikasi setelah penggunaan laser Micropulse biasanya sangat minimal dan


sementara dan mungkin termasuk tetapi tidak terbatas pada, kemerahan, hifa, detasemen

33
koroid serosa serempak, hipotonik, edema makula sistoid, penurunan penglihatan dan
kehilangan penglihatan.

Dalam penelitian kami, 61,5% peserta mengeluh kemerahan. Ada sedikit penurunan visi
pada hari pertama pasca laser tetapi tingkat pra laser dicapai dalam 6 bulan. Aquino et al,
Chew et al dan Moster, et al. [3-5] juga melaporkan pola yang sama yaitu sedikit penurunan
penglihatan dan komplikasi minimal. Studi lain melaporkan tingkat kehilangan penglihatan
yang lebih tinggi dengan efek samping yang lebih mendalam [11,15].

K. Kesimpulan
Micropulse Trans-scleral cyclophotocoagulation adalah cara yang aman dan efektif
untuk mengelola glaukoma. Itu menyebabkan penurunan rata-rata TIO 10,46 mmHg (38,20%)
selama 6 bulan dalam penelitian kami.

L. Saran
Perawatan laser micropulse ini diharapkan dapat berkembang dengan lebih baik lagi dan dapat
menjadi pengobatan yang menjanjikan untuk para penderita glaukoma.

34
Anamnesis
Gejala glaukoma tergantung dari kecepatan peningkatan tekanan intraokular. Glaukoma
sudut terbuka kronis dikaitkan dengan peningkatan perlahan tekanan dan ketiadaan gejala kecuali
pasien kemudian menjadi sadar akan adanya defisit penglihatan berat. Banyak pasien terdiagnosis
saat tanda glaukoma terdeteksi oleh ahli optometri.

Pada glaukoma sudut tertutup akut, terdapat peningkatan mendadak tekanan intraokular dan
mata terasa sangat nyeri serta fotofobia. Mata berair dan terjadi kehilangan penglihatan. Pasien
secara sistemik mungkin terlihat sakit dan mengalami nausea serta nyeri abdomen, gejala yang
membuat mereka pergi ke instalasi gawat darurat. Glaukoma sudut tertutup primer intermiten
terjadi ketika serangan akut menghilang secara spontan. Pasien dapat mengeluhkan nyeri, mata
kabur, dan melihat halo di sekitar cahaya.

Pemeriksaan Fisik
Penilaian dugaan glaukoma memerlukan pemeriksaan slie lamp lengkap. Mengukur tekanan
okular dengan tonometer. Tekanan normal sebesar 15,5 mmHg. Batasnya ditentukan sebagai 2
standar deviasi di atas dan di bawah rata-rata (11-21 mmHg). Pada glaukoma sudut terbuka kronis,
tekanan ini biasanya sebesar 22-40 mmHg. Pada glaukoma sudut tertutup, tekanan meningkat
hingga di atas 60 mmHg.
 Memeriksa sudut iridokornea dengan lensa gonioskopi untuk mengkonfirmasi adanya sudut
terbuka.
 Menyingkirkan penyakit mata lainnya yang dapat menyebabkan glaukoma sekunder.
 Memeriksa lempeng optik dan menentukan apakah mengalami cupping patologis.

Cupping merupakan ciri normal lempeng optic. Lempeng dinilai dengan memperkirakan
rasio vertikal mangkuk terhadap lempeng sebagai suatu keseluruhan (rasio mangkuk terhadap
lempeng, cup to disc ratio). Pada mata normal, rasio ini biasanya tidak lebih besar dari 0,4. Namun
terdapat kisaran angka yang cukup besar (0-0,8) dan ukuran mangkuk optik berkaitan dengan
ukuran lempeng optik.

35
Pada glaukoma kronis, akson yang memasuki papil saraf optik mati. Mangkuk sentral meluas
dan pinggir serabut saraf (pinggir neuroretina) menjadi lebih tipis. Papil saraf optik menjadi atrofi.
Rasio mangkuk terhadap lempeng pada bidang vertikal lebih besar dari 0,4 dan mangkuk menjadi
lebih dalam. lika mangkuk dalam namun rasio mangkuk terhadap lempeng lebih kecil dari 0,4
maka kemungkinan bukan glaukoma kronis kecuali bila lempeng sangat kecil. Takik pada pinggir
lempeng yang menandakan hilangnya akson fokal juga merupakan tanda kerusakan glaukomatosa.

Banyak penelitian dilakukan untuk memperoleh metode akurat untuk menganalisis dan
merekam tarnpilan lempeng. Salah satu di antaranya menggunakan scan lempeng optik dengan
oftalmoskop konfokal untuk menghasilkan gambaran lempeng. Daerah pinggir neuroretina dapat
di- perhitungkan dari gambaran tersebut. Teknik lain adalah dengan merekam ketebalan lapisan
serabut saraf di sekitar lempeng optik. Teknologi baru ini dapat membantu mendeteksi perubahan
sepanjang waktu untuk mengetahui apakah masih terjadi kerusakan progresif setelah terapi.

Tes lapang pandang (perimetri) digunakan untuk menegakkan adanya pulau-pulau lapang
pandang yang menghilang (skotomata) dan mengamati pasien untuk menentukan apakah
kerusakan visual bersifat progresif. Namun demikian, sebagian serabut saraf dapat mengalami
kerusakan sebelum timbul kehilangan lapang pandang. Hal ini menstimulasi pencarian metode
penilaian fungsi penglihatan yang lebih sensitif dengan berbagai bentuk perimetri (target biru pada
latar belakang kuning daripada target putih pada latar belakang putih), dan tes sensitivitas terhadap
gerakan pada lapang pandang perifer.

Pada pemeriksaan glaukoma sudut tertutup, tajam penglihatan berkurang. mata terlihat
merah, kornea berawan, dan pupil oval, terfiksasi, dan terdilatasi.

36
TERAPI GLAUKOMA
Obat Topikal Kerja Efek Samping
Penyekat beta (timolol, Menurun sekresi Eksaserbasi asma dan penyakit saluran
karteolol, levobunolol, napas kronis.
metipranolol, selektif- Hipotensi, bradikardia
betaksolol)
Parasimpatomimetik Meningkatkan aliran Penglihatan kabur pada pasien muda
(pilokarpin) keluar dan pasien katarak.
Awalnya sakit kepala karena spasme
siliar
Simpatomimetik (adrenalin, Meningkatkan aliran Mata merah
dipiverfin) keluar Sakit kepala
Menurunkan sekresi
Agonis alfa-2 (apra klonidin, Meningkatkan aliran Mata merah
brimonidin) keluar melalui jalur Lelah, rasa kantuk
uveosklera
Menurunkan sekresi
Penghambat anhydrase Menurunkan sekresi Rasa sakit
karbonat (dorzolamid, Rasa tidak enak
brinzolamid) Sakit kepala
Analog prostaglandin Meningkatkan aliran Meningkatkan pigmentasi iris dan kulit
(latanopros, travapros, keluar melalui jalur periokular
bimatopros, unoproston) uveosklera Bulu mata bertambah panjang dan
gelap, hyperemia konjungtiva
Jarang terjadi edema macular, uveitis
Obat Sistemik
Penghambat anhydrase Menurunkan sekresi Rasa kesemutan pada ekstremitas
karbonat (asetazolamid) Depresi, rasa kantuk
Batu ginjal
Sindrom Stevens-Johnson

37
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
definisi glaukoma adalah kondisi peningkatan tekanan bola mata, atrofi papil saraf optik,
dan menciutnya lapang pandang. Penyakit ini ditandai dengan peninggian tekanan intraokuler,
disebabkan:
– Bertambahnya produksi cairan mata oleh badan siliar. bertambahnya produksi cairan mata
dikarenakan adanya obstruksi di jaringan trabekular.
– Berkurangnya pengeluaran cairan mata di daerah sudut bilik mata atau di celah pupil
(glaukoma hambatan pupil)
Nilai tekanan bola mata/tekanan intraokuler normal menurut WHO adalah 10-21 mmHg.
Dan menurut buku KMB edisi 8 adalah 12-22 mmHg. Peningkatan intraokuler abnormal
pada pasien glaukoma adalah >23 mmHg

B. Saran
Diharapkan mahasiswa mampu mengerti dan memahami isi dalam makalah yang berjudul
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Glaukoma

38
DAFTAR PUSTAKA

Rosdahl, Caroline Bunker., Kowalski Mary T. 2017. Buku Ajar Keperawatan Dasar Ed 10. Jakarta
: EGC
Ilyas, Sidarta., Sri Rahayu Yulianti. 2015. Ilmu Penyakit Mata Ed 5. Jakarta : Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.
Hurst, Marlene. 2015. Belajar Mudah Keperawatan Medikal Bedah Vol 2. Jakarta : EGC
Black, Joyce M., Jane Hokanson Hawks. 2010. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : Elsevier

39

Anda mungkin juga menyukai