Anda di halaman 1dari 8

FADLU RAHMAN SM 1706042176

HIDRODINAMIKA KAPAL

RINGKASAN MATERI
GAYA APUNG DAN STABILITAS PADA KAPAL

A. Gaya Apung
Gaya apung (B), atau buoyancy, adalah gaya ke atas yang dikerjakan oleh fluida yang
melawan berat dari benda yang direndam. Pada sebuah kolom fluida, tekanan meningkat
seiring dengan bertambahnya kedalaman sebagai hasil dari akumulasi berat air di atasnya.
Sehingga benda yang tenggelam ke dalam fluida akan mengalami tekanan yang besar di dasar
kolom fluida dibandingkan dengan ketika berada di dekat permukaan.

Perbedaan tekanan ini merupakan gaya resultan yang cenderung mempercepat


pergerakan benda ke atas atau menjadikan percepatan ke bawah dari suatu benda berkurang
hingga nol dan mencapai kelajuan terminal. Besarnya gaya apung sebanding dengan besarnya
beda tekanan antara permukaan dan dasar kolom, dan setara dengan berat fluida
yang terpindahkan (displacement) yang seharusnya mengisi ruang yang ditempati oleh benda.
Sehingga benda yang memiliki massa jenis lebih besar dari fluida akan tenggelam, dan benda
yang memiliki massa jenis lebih rendah dari fluida akan mengapung.

Adapun hukum Archimedes adalah hukum yang menyatakan bahwa setiap benda yang
tercelup baik keseluruhan maupun sebagian dalam fluida, maka benda tersebut akan menerima
dorongan gaya ke atas (atau gaya apung). Besarnya gaya apung yang diterima, nilainya sama
dengan berat air yang dipindahkan oleh benda tersebut (berat = massa benda x percepatan
gravitasi) dan memiliki arah gaya yang bertolak belakang (arah gaya berat kebawah, arah gaya
apung ke atas). Ilustrasi mengenai hal ini dapat dilihat pada gambar 1.

Gambar 1 Ilustrasi Gaya Apung Suatu Benda yang Tercelup dalam Fluida

1
FADLU RAHMAN SM 1706042176
HIDRODINAMIKA KAPAL

Jika benda memiliki berat kurang dari berat air yang dipindahkannya, maka benda
tersebut akan mengapung (berat benda < gaya apung atau 𝜌𝑏𝑒𝑛𝑑𝑎 < 𝜌𝑎𝑖𝑟 ). Jika benda memiliki
berat lebih dari berat air yang dipindahkannya, maka benda tersebut akan tenggelam (berat
benda > gaya apung atau 𝜌𝑏𝑒𝑛𝑑𝑎 > 𝜌𝑎𝑖𝑟 ), dan benda akan melayang jika beratnya sama dengan
berat air yang dipindahkan (berat benda = gaya apung), yang berarti massa jenis benda sama
dengan massa jenis air (𝜌𝑏𝑒𝑛𝑑𝑎 = 𝜌𝑎𝑖𝑟 ).

Sesuai dengan bunyi hukum Archimedes di atas, maka besarnya gaya apung (B) dapat
dihitung dengan rumus hukum archimedes:

𝐵 = 𝜌𝑎𝑖𝑟 × 𝑔 × 𝑉𝑎𝑖𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑖𝑛𝑑𝑎ℎ𝑘𝑎𝑛 (1)

Dimana 𝜌𝑎𝑖𝑟 adalah massa jenis air, g adalah gravitasi bumi (9,8 m/s2), dan
𝑉𝑎𝑖𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑖𝑛𝑑𝑎ℎ𝑘𝑎𝑛 adalah volume air yang dipindahkan oleh benda yang tercelup.

Besarnya gaya apung (B), dapat pula langsung dicari dengan formula berikut:

𝐵 = 𝑚𝑎𝑖𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑖𝑛𝑑𝑎ℎ𝑘𝑎𝑛 × 𝑔 (2)

𝐵 = 𝑤𝑎𝑖𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑖𝑛𝑑𝑎ℎ𝑘𝑎𝑛 (3)

Dimana, 𝑚𝑎𝑖𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑖𝑛𝑑𝑎ℎ𝑘𝑎𝑛 adalah berat air yang dipindahkan benda yang
tercelup. Yang berarti, semakin banyak volume yang tercelup atau semakin banyak air yang
dipindahkan, maka benda akan mendapat gaya apung yang semakin besar.

Untuk benda yang tercelup seluruhnya, hukum Archimedes dapat diformulasikan sebagai
berikut:

𝑤𝑏𝑒𝑛𝑑𝑎 𝑡𝑒𝑟𝑐𝑒𝑙𝑢𝑝 = 𝑤𝑏𝑒𝑛𝑑𝑎 − 𝑤𝑎𝑖𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑖𝑛𝑑𝑎ℎ𝑘𝑎𝑛 (4)

𝐵 = 𝑤𝑏𝑒𝑛𝑑𝑎 − 𝑤𝑏𝑒𝑛𝑑𝑎 𝑡𝑒𝑟𝑐𝑒𝑙𝑢𝑝 (5)

Dimana w merupakan berat (berat = massa x percepatan gravitasi).

Dari rumus hukum Archimedes di atas, diketahui hubungan massa jenis benda dengan
massa jenis air:
𝜌𝑏𝑒𝑛𝑑𝑎 𝑤𝑏𝑒𝑛𝑑𝑎
= (6)
𝜌𝑎𝑖𝑟 𝐵

𝜌𝑏𝑒𝑛𝑑𝑎 𝑤𝑏𝑒𝑛𝑑𝑎
𝜌𝑎𝑖𝑟
=𝑤 (7)
𝑏𝑒𝑛𝑑𝑎 − 𝑤𝑏𝑒𝑛𝑑𝑎 𝑡𝑒𝑟𝑐𝑒𝑙𝑢𝑝

2
FADLU RAHMAN SM 1706042176
HIDRODINAMIKA KAPAL

Atau, dapat pula dirumuskan menjadi:


𝜌𝑏𝑒𝑛𝑑𝑎 𝑉𝑎𝑖𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑖𝑛𝑑𝑎ℎ𝑘𝑎𝑛
= (8)
𝜌𝑎𝑖𝑟 𝑉𝑏𝑒𝑛𝑑𝑎

Hukum Archimedes dapat menjelaskan mengapa suatu benda yang tercelup di air dapat
melayang, mengapung, dan tenggelam. Penerapan hukum Archimedes ini diantaranya adalah
perancangan kapal laut, bangunan lepas pantai (offshore), hingga kapal selam. Selain gaya
apung, hukum Archimedes juga dipakai untuk menentukan massa jenis suatu benda padat, serta
diterapkan pada stabilitas hidrostatik kapal yang mengapung di permukaan air.

Hukum Archimedes diterapkan pada kapal selam. Kapal selam merupakan kapal yang
dapat mengubah-ubah massa jenisnya agar dapat menyelam, melayang dan mengapung di
permukaan air. Untuk mengubah massa jenisnya, kapal selam menambahkan massa atau
mengurangi massanya dengan cara memasukkan air atau mengeluarkan air. Agar dapat
menyelam, kapal selam memasukkan air sehingga massa kapal bertambah besar, begitu pula
sebaliknya jika kapal selam ingin kembali muncul ke permukaan. Prinsip kapal selam dapat
dilihat pada gambar dibawah ini.

Gambar 2 Aplikasi Hukum Archimedes pada Kapal Selam

B. Stabilitas Kapal

Stabilitas atau keseimbangan dari kapal, merupakan sifat atau kecenderungan dari
sebuah kapal untuk kembali kepada kedudukan semula setelah mendapat senget (kemiringan)
yang disebabkan oleh gaya-gaya dari luar. Secara umum hal-hal yang mempengaruhi
keseimbangan kapal dapat dikelompokkan ke dalam dua kelompok besar: (1) faktor internal
yaitu tata letak barang/kargo, bentuk ukuran kapal, kebocoran karena kandas atau tubrukan dan
(2) faktor eksternal yaitu berupa angin, ombak, arus dan badai.

3
FADLU RAHMAN SM 1706042176
HIDRODINAMIKA KAPAL

1. Stabilitas Kapal berdasarkan Sifatnya

Bila dilihat dari sifatnya, terdapat dua jenis stabilitas kapal: stabilitas statis dan stabilitas
dinamis. Stabilitas statis diperuntukkan bagi kapal dalam keadaan diam dan terdiri dari
stabilitas melintang dan membujur. Stabilitas melintang adalah kemampuan kapal untuk tegak
dalam arah melintang yang disebabkan oleh adanya pengaruh luar yang bekerja padanya,
sedangkan stabilitas membujur adalah kemampuan kapal untuk kembali ke kedudukan semula
dalam arah yang membujur oleh adanya pengaruh luar yang bekerja padanya. Adapun stabilitas
dinamis diperuntukkan bagi kapal-kapal yang sedang oleng atau mengangguk ataupun saat
menyenget besar.

2. Titik-titik Penting pada Stabilitas Kapal

Dari gambar 3, dapat dilihat bahwa terdapat tiga titik penting dalam stabilitas antara
lain: titik berat (G), titik apung (B) dan titik M.

Gambar 3 Titik-titik Penting dalam Stabilitas Kapal

a) Titik Berat (Centre of Gravity)

Titik berat (center of gravity) dikenal dengan titik G dari sebuah kapal, merupakan titik
tangkap dari semua gaya-gaya yang menekan ke bawah terhadap kapal. Letak titik G ini di
kapal dapat diketahui dengan meninjau semua pembagian bobot di kapal, makin banyak bobot
yang diletakkan di bagian atas maka makin tinggilah letak titik G-nya.

Secara definisi titik berat (G) ialah titik tangkap dari semua gaya – gaya yang bekerja
kebawah. Letak titik G pada kapal kosong ditentukan oleh hasil percobaan stabilitas. Perlu
diketahui bahwa, letak titik G tergantung daripada pembagian berat dikapal. Jadi selama tidak
ada berat yang di geser, titik G tidak akan berubah walaupun kapal oleng atau mengangguk.

4
FADLU RAHMAN SM 1706042176
HIDRODINAMIKA KAPAL

b) Titik Apung (Centre of Buoyancy)

Dikenal dengan titik B dari sebuah kapal, titik apung merupakan titik tangkap dari
resultan gayagaya yang menekan tegak ke atas dari bagian kapal yang terbenam dalam air.
Titik tangkap B bukanlah merupakan suatu titik yang tetap, akan tetapi akan berpindahpindah
oleh adanya perubahan sarat dari kapal. Dalam stabilitas kapal, titik B inilah yang
menyebabkan kapal mampu untuk tegak kembali setelah mengalami senget. Letak titik B
tergantung dari besarnya senget kapal (bila senget berubah maka letak titik B akan berubah /
berpindah). Bila kapal menyenget titik B akan berpindah kesisi yang rendah.

c) Titik Metasentris

Titik metasentris atau dikenal dengan titik M dari sebuah kapal, merupakan sebuah titik
semu dari batas dimana titik G tidak boleh melewati di atasnya agar supaya kapal tetap
mempunyai stabilitas yang positif (stabil). Meta artinya berubah-ubah, jadi titik metasentris
dapat berubah letaknya dan tergantung dari besarnya sudut senget. Apabila kapal trim pada
sudut kecil (tidak lebih dari 15°), maka titik apung B bergerak di sepanjang busur dimana titik
M merupakan titik pusatnya di bidang tengah kapal (centre line) dan pada sudut senget yang
kecil ini perpindahan letak titik M masih sangat kecil, sehingga masih dapat dikatakan tetap.

3. Dimensi Penting pada Stabilitas Kapal

a) KM (Tinggi Titik Metasentris di atas Lunas)

KM adalah jarak tegak dari lunas kapal sampai ke titik M, atau jumlah jarak dari lunas
ke titik apung (KB) dan jarak titik apung ke metasentris (BM), sehingga KM dapat dicari
dengan rumus :

KM = KB + BM (9)

Diperoleh dari diagram metasentris atau hydrostatical curve bagi setiap sarat (draft)
saat itu.

b) KB (Tinggi Titik Apung dari Lunas)

KB merupakan letak titik B di atas lunas bukanlah suatu titik yang tetap, akan tetapi
berpindah-pindah oleh adanya perubahan sarat atau senget kapal. Nilai KB dapat dicari
berdasarkan tipe kapal dengan rincian:

5
FADLU RAHMAN SM 1706042176
HIDRODINAMIKA KAPAL

KB = 0,50d Untuk kapal tipe plat bottom (10)

KB = 0,67d Untuk kapal tipe V bottom (11)

KB = 0,53d Untuk kapal tipe U bottom (12)

Dari diagram metasentris atau lengkung hidrostatis, nilai KB dapat dicari pada setiap sarat
kapal saat itu.

c) BM (Jarak Titik Apung ke Metasentris)

BM dinamakan jari-jari metasentris atau metacentris radius karena bila kapal


mengoleng dengan sudut-sudut yang kecil, maka lintasan pergerakan titik B merupakan
sebagian busur lingkaran dimana M merupakan titik pusatnya dan BM sebagai jari-jarinya.
Titik M masih bisa dianggap tetap karena sudut olengnya kecil (10-15). Nilai BM dapat dicari
dengan rumus:

BM = b2/10d (13)

d) KG (Tinggi Titik Berat dari Lunas)

Nilai KB untuk kapal kosong diperoleh dari percobaan stabilitas (inclining experiment),
selanjutnya KG dapat dihitung dengan menggunakan dalil momen. Nilai KG dengan dalil
momen ini digunakan bila terjadi pemuatan atau pembongkaran di atas kapal dengan
mengetahui letak titik berat suatu bobot di atas lunas yang disebut dengan vertical centre of
gravity (VCG) lalu dikalikan dengan bobot muatan tersebut sehingga diperoleh momen bobot
tersebut, selanjutnya jumlah momen-momen seluruh bobot di kapal dibagi dengan jumlah
bobot menghasilkan nilai KG pada saat itu.

KG total = M / W (14)

Dimana, M = Jumlah momen (ton) dan W = jumlah perkalian titik berat dengan bobot
benda (m.ton)

e) GM (Tinggi Metasentris)

Tinggi metasentris atau metacentris high (GM) yaitu jarak tegak antara titik G dan
titik M. Dari rumus disebutkan:
GM = KM – KG (15)

6
FADLU RAHMAN SM 1706042176
HIDRODINAMIKA KAPAL

GM = (KB + BM) – KG (16)

Nilai GM inilah yang menunjukkan keadaan stabilitas awal kapal atau keadaan stabilitas
kapal selama pelayaran nanti.

4. Keadaan Stabilitas Kapal

Terdapat tiga keadaan stabilitas pada kapal: stabilitas positif (stable equilibrium),
stabilitas netral (neutral equilibrium) dan stabilitas negatif (unstable equilibrium).

Pada stabilitas positif (stable equlibrium), titik G pada kapal berada di atas titik M,
sehingga sebuah kapal yang memiliki stabilitas mantap sewaktu menyenget mesti memiliki
kemampuan untuk menegak kembali.

Adapaun pada stabilitas netral (neutral equilibrium) titik G kapal berhimpit dengan titik
M sehingga momen penegak kapal yang memiliki stabilitas netral sama dengan nol, atau
bahkan tidak memiliki kemampuan untuk menegak kembali sewaktu menyenget. Dengan kata
lain bila kapal senget, tidak ada MP maupun momen penerus sehingga kapal tetap miring pada
sudut senget yang sama, penyebabnya adalah titik G terlalu tinggi dan berimpit dengan titik M
karena terlalu banyak muatan di bagian atas kapal.

Terakhir, stabilitas negatif (unstable equilibrium) dimiliki pada suatu kapal stabilitas
yang titik G-nya berada di atas titik M, sehingga sebuah kapal yang memiliki stabilitas negatif
sewaktu menyenget tidak memiliki kemampuan untuk menegak kembali, bahkan sudut
sengetnya akan bertambah besar, yang menyebabkan kapal akan bertambah miring lagi bahkan
bisa menjadi terbalik. Atau suatu kondisi bila kapal miring karena gaya dari luar , maka
timbullah sebuah momen yang dinamakan momen penerus (heiling moment) sehingga kapal
akan bertambah miring.

REFERENSI

Besant, William Henry. 1889. Elementary Hydrostatics. Cambridge, USA. Deighton, Bell,
and Company.

Kemp & Young. 1976. Ship Construction Sketches & Notes. Kandy Paperback.

7
FADLU RAHMAN SM 1706042176
HIDRODINAMIKA KAPAL

Stokoe, E. A. 1975. Ship Construction for Marine Students : Principle Lecture in Naval
Architecture at South Shields Marine and Technical College. Dipublikasi oleh Thomas
Reed. Publications Limited Sunderland and London.

Anda mungkin juga menyukai