Anda di halaman 1dari 10

I.

Pendahuluan

Pendidikan merupakan suatu upaya sadar untuk menciptakan manusia yang seutuhnya yang dapat
berperan aktif dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Pendidikan berguna untuk membentuk
pribadi yang berkarakter tangguh, berbudi pekerti, mandiri, dan berpengetahuan yang dilakukan secara
terus menerus dan berlangsung seumur hidup (long life learner).

Pendidikan juga merupakan suatu cara strategis untk meningkatkan kualitas suatu bangsa, oleh karena
itu dapat dikatakan bahwa kemajuan suatu bangsa dapat ditandai dan diukur dari kemajuan
pendidikannya. Kemajuan beberapa negara didunia tidak terlepas dari kemajuan yang dimulai dan
dicapai dari pendidikannya.

Saat ini mutu pendidikan di indonesia kurang memuaskan banyak pihak, sehingga perlu adanya upaya
untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Pengembangan mutu pendidikan terletak pada efektifitas
belajar mengajar dan sumberdaya pendidik seperti guru yag bermutu, dana yang memadai, serta fasilitas
dan infrastruktur yang memadai pula.

ada pertengahan tahun 1998 telah terjadi reformasi di negara indonesia, yang pada dasarnya bersifat
untuk mengejar kebebasan. Demonstrasi- demonstrasi sering terjadi untuk menuntut hak dan keadilan.
Reformasi ini pun turut berdampak pada sistem pendidikan, yang didahului oleh perubahan Undang-
Undang Pendidikan yang menghendaki paradigma sentralistik bergeser menjadi paradigma desentralistik
pada sistem pendidikan.

Pendidikan merupakan salah satu bidang yang disentralisasikan yang berkaitan erat dengan filosofi
otonomi daerah. Secara esensial filosofis otonomi daerah adalah pemberdayaan dan kemandirian
daerah menuju kematangan dan kualitas masyarakat yang dicita-citakan. Melalui pendidikan diharapkan
pemberdayaan, kematangan dan kemandirian serta mutu bangsa secara menyeluruh dapat terwujud.
Upaya peningkatan kualitas pendidikan dapat dilakukan dengan melakukan reformasi pendidikan, untuk
memperbaiki sistem pendidikan persekolahan agar dapat menjawab tantangan nasional, regiional, dan
global yang berada dihadapan kita.

Salah satu pendekatan yang dipilah di era desentralisasi sebagai alternatif peningkatan kualitas
pendidikan persekolahan adalah pemberian otonomi yang luas di tingkat sekolah serta partisipasi
masyarakat yang tinggi dalam kerangka kebijakan pendidikan nasional. Pendekatan tersebut dikenal
dengan Manajemen Pendidikan Berbasis Sekolah (MPBS) atau School Basic Management. MBS adalah
salah satu bentuk restrukturisasi sekolah dengan merubah sistem sekolah dalam melakukan kegiatannya.
Untuk memberdayakan peranan sekolah dan masyarakat dalam mendukung pengelolaan dan
penyelenggaraan pendidikan di sekolah.

globalisasi konsep dan karakteristik: pemindahan, adaptasi, pengembangan nilai, ilmu pengetahuan,
teknologi dan norma-norma yang berlaku di masyarakat, negara maupun di belahan dunia.( jaringan
yang menyeluruh, teknologi, ekonomi, social, pendidikan, dsb. implikasi dalam pendidikan:
memaksimalkan relevansi pendidikan
II. Pembahasan

II. 1 Reformasi Pendidikan

Paradigma baru dalam reformasi pendidikan, terkait dengan globalisasi, lokalisasi dan individualisasi
yang lebih dikenal dengan tiga paradigma baru (new triple paradigm). Tantangan pada era globalisasi
yaitu teknologi informasi dan tranformasi internasional, yang menyebabkan perubahan ilmu
pengetahuan dan ekonomi pada perkembangan social dan persaingan regional internasional sehingga
diperlukan adanya reformasi pendidikan untuk dapat mengikuti perkembangan tersebut.

Ilmu pengetahuan selalu berkembang dan akan terus berkembang sesuai dengan perkembangan zaman
dan sesuai dengan kebutuhan. Oleh karena itu reformasi dalam pendidikan perlu dilakukan dalam upaya
meningkatkan kualitas pendidikan. reformasi berarti perubahan radikal dalam upaya untuk perbaikan
dalam bidang sosial, politik, atau agama dalam suatu masyarakat atau negara. Orang-orang yang
melakukan atau memikirkan reformasi disebut reformis yaitu orang yang menganjurkan adanya usaha
perbaikan tanpa kekerasan.

Menurut Tilaar reformasi berarti perubahan dengan melihat keperluan masa depan, menekankan
kembali pada bentuk asal, berbuat lebih baik dengan menghentikan penyimpangan dan praktek yang
salah dengan memperkenalkan prosedur yang lebih baik, suatu perombakan menyeluruh dari suatu
sistem kehidupan dalam aspek politik, ekonomi, hukum, sosial dan tentu saja bisa diterapkan dalam
bidang pendidikan.

Cheng (2000) berpendapat globalisasi sangat penting dalam millennium baru yaitu multiple globalisasi
yang terdiri dari teknologi globalisasi ekonomi globalisasi social glibalisasi political globalisasi, cultural
globalisasi dan pembelajaran globalisasi. Pembuat kebijakan dan pendidik berperan dalam reformasi
pendidikan untuk mempersiapkan pemimpin muda untuk memenuhi tantangan milenium baru. Tiga
paradigma tersebut merupakan inti dari proses pengajaran dan pembelajaran yang bertujuan untuk
mengembangkan generasi baru CMI (Contextual multiple intelegent) menjadi pemimpin baik dalam
konteks lokal maupun global. CMI dikemukakan oleh Garner yang disebut dengan 8 kecerdasan manusia
diantaranya yaitu bermusik, kinestetik, kemampuan berbahasa, berfikir sistematik, bodily, spatial, inter
personal, intra personal, naturalis yang merupakan satu set dari kemampuan dasar.[1]

menurut Cheng (2000) ada enam konteks CMI di dalam pendidikan (dikenal sebagai teori Pentagon) yang
dapat dikembangkan diantaranya : teknologi, ekonomi, social, politik, pendidikan dan kebudayaan
sehingga memperoleh tingkatan yang tinggi dalam intelegensi dan kreativitas untuk berinovasi dan
berkembang. [2]

Reformasi yang diterapkan dalam pendidikan disebut reformasi pendidikan yang artinya upaya
perbaikan pada bidang pendidikan. Ada beberapa analisis rational mengapa reformasi pendidikan itu
mutlak dilakukan dalam menghadapi globalisasi dengan mengadaptasi terhadap argument –argumen
William J. Mathis dari Vermont University yaitu:[3]
1) perubahan pola pikir masyarakat

2) perubahan dunia yang sangat cepat

3) kemajuan teknologi

4) penurunan standar hidup

5) perkembangan ekonomi akan semakin mengglobal

6) peranan wanita sangat kuat, tidak ada diskriminasi pekerjaan.

7) peran media massa terus menguat

Reformasi pendidikan memiliki dua karakteristik dasar yaitu terprogram dan sistemik. Pendidikan yang
terprogram menunjuk pada kurikulum atau program suatu institusi pendidikan. yang termasuk dalam
reformasi terprogram ini adalah inovasi. Inovasi adalah tindakan memperkenalkan ide baru, metode
baru, atau sarana baru untuk meningkatkan beberapa aspek dalam dalam proses pendidikan agar terjadi
perubahan.[4] Reformasi sistemik berkaitan dengan adanya hubungan kewenangan dan industri serta
alokasi sumber daya yang mengontrol sistem pendidikan secara keseluruhan. Karakteristik reformasi
sistemik ini sulit sekali diwujudkan karena menyangkut struktur kekuasaan.

Reformasi sisitemik berada didalam maupun diluar lingkup sekolah. Manajemen Berbasis sekolah
sebagai bentuk reformasi pendidikan berhadapan dengan dua bentuk karakteristik yaitu terprogram dan
sistemik.

II. 2 Reformasi Pendidikan di Indonesia

Pendidikan mempunyai hubungan dengan upaya peningkatan wawasan dan pandangan tidak hanya
terjadi pada pendidikan formal saja, namun juga dapat terjadi pada pendidikan nonformal dan informal
yang terjadi secara individual maupun kelompok. Pendidikan harus terjadi sepanjang hayat dan
diperuntukan untuk semua anggota masyarakat harus terlaksana denga baik, karena dengan
pemberdayaan masyarakat melalui pendidikan akan dapat mengangkat nasib bangsa dari keterpurukan.
Keterpurukan bangsa akan terjadi jika tidak memperhatikan masyarakat melalui pendidikannya, karena
hanya bangsa yang menguasai ilmu dan teknologi yang akan mampu bersaing dalam pembangunan.

Agar upaya peningkatan kualitas pendidikan didaerah otonomi meningkat dan merata maka
kewenangan dalam pengelolaan pendidikan diberikan pada daerah otonomi. Berdasarkan Undang-
undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang

Pemerintahan Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang kewenangan
pemerintah dan kewenangan propinsi sebagai daerah otom serta Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999
tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah maka fokus pelaksanaan otonomi
daerah adalah didaerah kabupaten dan daerah kota.

Otonomi daerah di era reformasi, kewenangan pemerintah pusat dalam mengurus dan mengatur
tugas pemerintahan telah mengalami perubahan. Pemerintah pusat tidak lagi bersifat sentralistik,
banyak tugas diserahkan kepada pemerintah kabupaten atau kota, termasuk juga dalam bidang
pendidikan. sebelum diberlakukannya Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004, pemerintah pusat
menjadi perencana sekaligus pelaksana semua urusan dan kegiatan diseluruh wilayah, sehingga
kewenangan pemerintah daerah di kota dan kabupaten sangat terbatas.

Dengan diberlakukannya Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang pemerintah daerah dan
diamandemenkan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004, peran dan fungsi pemerintah daerah menjadi
semakin besar dalam berbagai bidang termasuk pendidikan.

Dalam mengambil keputusan, para praktisi, guru, orang tua dan masyarakat harus mempunyai
falsafah , visi dan konsep yang sama dan dapat dipertanggung jawabkan (akuntabilitas) ketika
melaksanakan pendidikan dalam kewenangan otonomi daerah.

Berdasarkan isi Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah dan Peraturan
Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang kewenangan pemerintah dan kewenangan Propinsi sebagai
daerah otonomi serta Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara
pemerintah pusat dan daerah tersebut maka dapat disimpulkan bahwa fokus pelaksanaan otonomi
daerah adalah didaerah kabupaten dan daerah kota, untuk itu sebagian besar sumber pembiayaan
nasional akan lebih banyak dilimpahkan ke daerah sesuai dengan potensi dan kemampuan
perekonomian daerah.

Dengan demikian kewenangan maupun sumber pembiayaan di bidang pendidikan dan kebudayaan
daerah kabupaten dan daerah kota akan memegang peranan penting dalam bidang pendidikan.
kewenangan pemerintah daerah dalam hal ini adalah kota dan kabupaten. Tujuan memberikan
kewenangan dalam penyelenggaraan otonomi daerah adalah meningkatkan kesejahteraan rakyat,
pemerataan dan keadilan, demokratisasi dan penghormatan, terhadap budaya dan keanekaragaman
daerah.

Berlakunya otonomi daerah menyebabkan perubahan pada aspek-aspek yang berkaitan dengan
pendidikan. perubahan tersebut meliputi berkurangnya peran pemerintah pusat yaitu perubahan
penyelenggaraan pendidikan dari sentralistik kearah desentralistik. Desentralisasi pendidikan merupakan
upaya pemindahan tugas dan tanggung jawab penyelenggara. Pendidikan yang pada mulanya terpusat
(sentralistik) menjadi pendidikan yang berbasis kepentingan daerah atau masyarakat. Partisipasi
masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan di era otonomi daerah ini merupakan wujud dari
kesadaran masyarakat akan keberadaan lembaga pendidikan yang kemudian menjadi rasa tanggung
jawab untuk menciptakan sumber daya yang berkualitas. Tumbuhnya partisipasi aktif masyarakat untuk
membangun pendidikan bermutu da mandiri merupakan pengimplementasian otonomi pendidikan.
sedangkan pemerintah hanya berfungsi sebagai fasilitator dan mitra kerja masyarakat.
Jadi desentralisasi pendidikan merupakan proses yang relatif kompleks karena berhadapan dengan
perubahan sistem persekolahan dalam membuat kebijakan, menggali dan memperoleh penerimaan dan
penggunaan dana, melatih guru, mengembangkan kurikulum dan mengelola sekolah didaerah.

Dimensi – dimensi perubahan pola manajemen pendidikan[5]

Pola lama

Menuju

Pola baru

1. Subordinasi

2. Pengambilan keputusan terpusat

3. Ruang gerak kaku

4. Pendekatan birokratik

5. Sentralistik

6. Diatur

7. Overregulasi

8. Mengontrol

9. Mengarhkan

10. Menghindari resiko

11. Gunakan uang seluruhnya

12. Individual yang cerdas

13. Informasi dimiliki sendiri

14. Pendelegasian

15. Organisasi hieraskis

1. Otonomi
2. Pengambilan keputusan partisipatif

3. Ruang gerak luas

4. Pendekatan professional

5. Desentralistik

6. Motivasi diri

7. Deregulasi

8. Mempengaruhi

9. Menfasilitasi

10. Mengelola resiko

11. Gunakan uang seefesien mungkin

12. Team work yang cerdas

13. Informasi terbagi

14. Pemberdayaan

15. Organisasi datar

II. 3 Manajemen Berbasis Sekolah sebagai bentuk Reformasi Pendidikan.

Adanya pergeseran wewenang tugas dan tanggunga jawab dalam pendidikan, menyebabkan terjadinya
perubahan pendidikan didaerah otonomi yang difokuskan pada manajemen berbasis sekolah dimana
sekolah memiliki wewenang yang lebih besar dalam pengelolaan lembaganya. Pengambilan keputusan
dilakukan secara partisipatif. Dengan partisipasi masyarakat yang semakin besar, sekolah lebih luwes
dalam mengelola lembaganya. Pendekatan profesionalisme lebih diutamakan daripada pendekatan
birokrasi, pengelolaan sekolah lebih desentrsalistik, dan perubahan sekolah lebih diodorong oleh
motivasi sekolah itu sendiri daripada diatur dari luar sekolah, regulasi pendidikan lebih sederhana,
peranan pusat lebih bergeser dari mengontrol menjadi mempengaruhi, dan dari mengarahkan ke
memfasilitasi, dari menghindari resiko menjadi mengolah resiko, penggunaan uang lebih efisien karena
sisa anggaran tahun sebelumnya dapat digunakan untuk anggaran tahun depan, lebih mengutamakan
teamwork, struktur organisasi lebih datar sehingga lebih efisien.

Manajemen berbasis sekolah yaitu manajemen yang memberikan otonomi berupa kewenangan dan
tanggung jawab yang lebih besar kepada sekolah, memberikan fleksibilitas kepada sekolah, untuk
mengelola sumberdaya sekolah dan mendorong sekolah meningkatkan partisipasi warga sekolah dan
masyarakat untuk memenuhi kebutuhan mutu sekolah. Esensi MBS yaitu otonomi sekolah + fleksibilitas
+ partisipasi untuk mencapai sasaran mutu sekolah.

Tidak semua urusan didesentralisasi kesekolah namun tetap ada urusan-urusan yang masih menjadi
wewenang dan tanggung jawab pemerintah propinsi, kota dan kabupaten. Adapun urusa-urusan yang
menjadi wewenang dan tanggung jawab sekolah dalam kerangka manajemen berbasis sekolah yang juga
merupakan bentuk reformasi pendidikan yaitu: [6]

1) Proses belajar mengajar

Sekolah diberi kebebasan untuk memilihstrategi, metode, dan teknik pembelajaran sesuai dengan
karakteristik mata pelajaran dan kondisi nyata sumber daya yang tersedia.

2) Perencanaan dan evaluasi program sekolah

Sekolah diberi kewenangan untuk melakukan perencanaan, dalam upaya meningkatkan mutu
sekolah. Serta melakukan evaluasi baik internal maupun eksternal.

3) Pengelolaan kurikulum

Sekolah diberi kewenangan dalam mengelola kurikulum namun tidak mengurangi isi dari kurikulum
yang telah berlaku secara nasional.

4) Pengelolaan ketenangaan

Pengelolaan ketenagaan mulai dari analisis kebutuhan perencanaan, rekrutmen, pengembangan,


penghargaan dan sanksi, hubungan kerja hingga evaluasi kinerja.

5) Pengelolaan peralatan dan perlengkapan

Seharusnya pengelolaan fasilitas dilakukan oleh sekolah hal ini didasari oleh kenyataaan bahwa
sekolahlah yang paling mengetahui kebutuhannya.

6) Pengelolaan keuangan

Pengalokasian dan pengelolaan keuangan sudah sepantasnya dilakukan oleh sekolah. Sekolah juga
diberi kebebasan untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang mendatangkan penghasilan sehingga tidak
bergantung pada pemerintah.

7) Pelayanan siswa

Pelayanan ini dimulai dari penerimaan siswa baru, pengembangan, pembinaan, pembimbingan,
penempatan untuk melanjutkan sekolah atau memasuki dunia kerja.

8) Hubungan sekolah dan masyarakat


Esensi hubungan sekolah dan masyarakat yaitu untuk meningkatkan kepedulian, keterlibatan,
kepemilikan, dan dukungan dari masyarakat baik dukungan moral dan finansial yang telah
didesentralisasikan.

9) Pengelolaan iklim sekolah

Iklim sekolah yang kondusif – akademik merupakan prasyarat bagi terselenggaranya proses belajar
mengajar yang efektif

Pada dasarnya kewenangan dan tanggungjawab sekolah dapat dilihat pada diagram berikut: [7]

Input Proses Output

Gambar 4: Otonomi manajemen sekolah dan desentralisasi fungsi manajemen sekolah

II.4 Konsep Dasar dan Prinsip MBS


Lembaga pendidikan formal atau sekolah dikonsepsikan untuk mengembangkan fungsi reproduksi.,
penyadaran dan medisiasi secara simultan. Fungsi-fungsi sekolah itu diwadahi melalui proses pendidikan
dan pembelajaran sebagai intinya. Pada proses pendidikan dan pembelajaran itulah terjadi aktifitas
kemanusiaan dan pemanusiaan sejati. Tiga pilar fungsi sekolah yakni; fungsi pendidikan sebagai
penyadaran, fungsi progresif, dan fungsi mediasi pendidikan.

Berdasarkan MBS maka tugas-tugas manajemen sekolah ditetapkan menurut karakteristik-


karakteristik dan kebutuhan-kebutuhan sekolah itu sendiri. Oleh karena itu warga sekolah memiliki
otonomi dan tanggung jawab yang lebih besar atas penggunaan sumberdaya sekolah guna memecahkan
permasalahan sekolah dan menyelenggarakan aktifitas pendidikan yang efektif demi perkembangan
jangka panjang sekolah. Model MBS yang diterapkan di Indonesia adalah Manajemen Peningkatan Mutu
Berbasis Sekolah (MPMBS). Konsep dasar MPMBS adalah adanya otonomi dan pengambilan keputusan
partisipatif, artinya MPMBS memberikan otonomi yang lebih luas kepada masing-masing sekolah secara
individual dalam menjalankan program sekolahnya dan dalam menyelesaikan setiap permasalahan yang
terjadi. Selain itu dalam menyelesaikan masalah dan dalam pengambilan keputusan harus melibatkan
partisipasi setiap konstituen sekolah seperti siswa, guru, tenaga administrasi, orang tua, masyarakat
lingkungan, dan para tokoh. Ada terdapat empat prinsip MBS yaitu prinsip equifinalitas, prinsip
desentralisasi, prinsip pengelolaan mandiri, dan prinsip inisiatif manusia yang lebih jelasnya diuraikan
sebagai berikut:[8]

a) Prinsip equifinalitas (equifinality) yang didasarkan pada teori manajemen moderen yang berasumsi
bahwa terdapat perbedaan cara untuk mencapai tujuan. Manajemen sekolah menekankan fleksibilitas
dan sekolah harus dikelola oleh sekolah itu sendiri berdasarkan kondisinya masing-masing. Prinsip
equifinalitas ini mendorong terjadinya desentralisasi kekuasaan dan mempersilahkan sekolah memiliki
mobilitas yang cukup, berkembang dan bekerja menurut strategi uniknya masing-masing untuk
mengelola sekolahnya secara efektif.

b) Prinsip desentralisasi (decentralization) konsisten dengan prinsip equifinalitas maka desentralisasi


merupakan gejala penting dalam reformasi manajeman sekolah modern. Dasar teori dari prinsip
desentralisasi ini adalah manajemen sekolah dalam aktifitas pengajaran menghadapi berbagai
kesulitandan permasalahan. Oleh karena itu sekolah harus diberi kekuasaan dan tanggung jawab untuk
menyelesaikan permasalahan secara efektif sesegera mungkin ketika permasalahan muncul. Tujuan dari
prinsip desentralisasi ini adalah memecahkan masalah secara efisien dan bukan menghindari masalah.
Maka MBS harus mampu menemukan permasalahan, memecahkannya tepat waktu, dan memberi
kontribusi terhadap efektivitas aktifitas belajar mengajar

c) Prinsip sistem pengelolaan mandiri (self managing system). MBS tidak menyangkal perlunya
mencapai tujuan berdasarkan kebijakan dari atas, tetapi menurut MBSterdapat berbagai cara untuk
mencapai tujuan tersebut. Oleh karena itu sangat penting dengan mempersilahkan sekolah memiliki
sistem pengelolaan mandiri dibawah kendali kebijakan dan struktur utama, memiliki otonomi untuk
mengembangkan tujuan pengajaran dan strategi manajemen , mendistribusikan sumberdaya
manusiadan sumberdaya lain, memecahkan masalah dan meraih tujuan menurut kondisi mereka
masing-masing. Karena sekolah menerapkan sistem pengelolaan mandiri maka sekolah dipersilahkan
untuk mengambil inisiatif aatas tanggung jawab mereka sendiri.

d) Prinsip inisiatif manusia (human initiative). Sesuai dengan perkembangan hubungan kemanusiaan
dan perubahan ilmu tingkah laku pada manajemen modern, maka orang-orang mulia memberikan
perhatian serius pada pengaruh penting faktor manusia dalam efektivitas organisasi. Perspektif
sumberdaya manusia menekankan pentingnya sumberdaya manusia sehingga poin utama manajemen
adalah untuk mengembangkan sumberdaya manusia di sekolah untuk lebih berperan dan berinisiatif.
Maka MBS bertujuan untuk membangun lingkungan yang sesuai dengan para konstituen sekolah untuk
berpartisipasi secara luas dan mengembangkan potensi mereka. Peningkatan kualitas pendidikan
terutama berasal dari kemajuan proses internal, khususnya dari aspek manusia.

II.5 Pedoman Pengelolaan Pendidikan dengan MBS

Manajemen berbasis sekolah (MBS) yang menawarkan keleluasaan pengelolaan sekolah memiliki
potensi yang besar dalam menciptakan kepala sekolah, guru, dan tenaga administrasi yang profesional.
Oleh karena itu, dalam melaksanakan MBS perlu seperangkat kewajiban dan tuntutan
pertanggungjawaban (akuntabilitas)yang tinggi kepada masyarakat. Dengan demikian, kepala sekolah
harus mampumenampilkan

III. Penutup

Berdasarkan beberapa penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa Reformasi pendidikan atau
perubahan pendidikan memang sangat diperlukan karena pendidikan itu sendiri harus terus ditingkatkan
dalam upaya pencapaian tujuan untuk mencerdaskan anak bangsa yang menguasai ilmu pengetahuan
dan teknologi dengan tidak mengesampingkan nilai-nilai budaya bangsa. MBS merupakan penerapan
dari reformasi pendidikan yang keberhasilannya sangat ditentukan oleh kepemimpinan di persekolahan.

Anda mungkin juga menyukai