Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN KERJA PRAKTEK

KONSENTRASI TEKNIK TENAGA LISTRIK

SISTEM PENGAMANAN PADA JARINGAN SALURAN UDARA TEGANGAN


MENENGAH (SUTM) 20 KV 3 FASA

PT. PLN (PERSERO) WILAYAH S2JB CABANG PALEMBANG

(24 Januari 2011 – 18 Maret 2011)

Diajukan dengan syarat untuk lulus mata kuliah Kerja Praktek

Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik

Universitas Sriwijaya

OLEH:

AKBAR RUSDI

03071004127

Mengetahui,

Ketua Jurusan Teknik Elektro

IR. SARIMAN, MS

NIP. 19580707198 703 1004

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah Penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat Rahmat,
Karunia dan Hidayah-Nya jualah Penulis dapat menyelesaikan laporan kerja praktik ini dengan
baik. Laporan kerja praktik elektris ini disusun berdasarkan hasil orientasi dan kegiatan kerja
praktik elektris yang telah dilaksanakan di PT. PLN (PERSERO) WS2JB PALEMBANG
RAYON KENTEN yang dilaksanakan sejak tanggal 24 januari 2011 – 19 maret 2011.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak
yang telah membantu dalam bimbingan, bantuan data, dan motivasi sehingga laporan kerja
praktik elektris ini dapat diselesaikan. Dan juga Penulis tak lupa mengucapkan rasa terimakasih
kepada yang terhormat :

1. Bapak Ir. Sariman, MS., selaku Ketua Jurusan Teknik Elektro Universitas Sriwijaya

2. Bapak Bhakti Yudho S., ST, MT, selaku Sekretasis Jurusan Teknik Elektro Universitas
Sriwijaya

3. Ibu Caroline, ST, MT, selaku Dosen Pembimbing Akademik

4. Bapak Ir. Rajasa Gauthama, MM, selaku Manager PT. PLN (PERSERO) WILAYAH S2JB
PALEMBANG

5. Bapak Badron, SE selaku Manager PT. PLN (PERSERO) RAYON KENTEN

6. Bapak Yuspan Kornedi selaku Pembimbing kerja paraktek PT. PLN (PERSERO) RAYON
KENTEN

7. Operator PLN RAYON KENTEN beserta seluruh karyawan.

8. Orang Tua yang telah memberikan dukungan mora, materi, dan doanya.

9. Teman-teman yang telah membantu dalam penyelesaian laporan kerja praktik elektris ini.

10. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian laporan kerja praktik elektris ini.

Semoga amal baik yang telah diberikan kepada penulis mendapat imbalan dari Allah SWT.

Akhirnya penulis berharap mudah – mudahan laporan kerja praktik elektris ini dapat
bermanfaat bagi kita semua, khususnya bagi mahasiswa Teknik Elektro Universitas Sriwijaya.
Dalam penulisan laporan ini mungkin terdapat kekurangan-kekurangan baik dalam penulisan
maupun isi dari laporan, oleh karena itu penulis menerima kritik dan saran sehingga berguna
bagi kita semua.
Palembang, Mei 2011

Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………………………………………………………...i

LEMBAR PENILAIAN.................................................................................iii

LEMBAR PENGESAHAN ………………………………..……………….iv

KATA PENGANTAR....................................................................................v

DAFTAR ISI...................................................................................................vii

DAFTAR GAMBAR......................................................................................ix

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................1

I.1. Latar Belakang...........................................................................................1

I.2. Tujuan Kerja Praktek……………..............................................................2

I.3 Manfaat Kerja Praktek…………….............................................................3

I.4 Ruang Lingkup Kerja Praktek.....................................................................3

I.5 Metode Pengumpulan Data.........................................................................3

I.6 Sistem Penulisan…......................................................................................4

BAB II TINJAUAN UMUM

SEJARAH SINGKAT PT. PLN (PERSERO) W. S2JB .............................6

2.1. Sejarah Berdirinya PT. PLN di Sumatera.................................................6


2.2. Struktur Organisasi PT. PLN (Persero) W.S2JB cabang Palembang…....11

2.3. Pembagian Tugas Asisten Manager Distribusi..........................................13

BAB III

SISTEM JARINGAN DISTRIBUSI PT. PLN (PERSERO) W. S2JB......15

3.1 Sistem Keadaan Kelistrikan di Kota Palembang........................................15

3.3 Sistem Jaringan Distribusi......................................................................19

3.3.1. Jaringan Tegangan Menengah (JTM) .........................................21

3.3.2. Jenis Gardu Yang Digunakan Untuk Tegangan Menegah…..….25

3.3.3 Peralatan Yang Digunakan Pada Gardu Distribusi......................27


3.3.4 Jaringan Tegangan Rendah......................................................... 30
3.3.5 Konfigurasi Jaringan………………………………………...….31
3.3.6 Rencana Pengembangan Sistem Palembang………………...…..34
3.3.7 Rencana Kerja Bagian Distribusi…………………………...…..34
3.4. Tingkat Jaminan Pada Sistem Distribusi..................................................35

BAB IV

SISTEM PENGAMAN PADA JARINGAN SUTM 20 KV 3 FASA...... 38

4.1 Pemutus Tegangan (PMT) ...................................................................... 38

4.2 Relay Arus Lebih (OCR) .........................................................................38

4.3 Pemutus Balik Otomatis (Recloser)..........................................................42

4.4 Saklar Seksi Otomatis (Sectionalizer).......................................................42

4.5 Pelebur (fuse cut out)................................................................................44


4.6 Load Breake Switch (LBS).......................................................................44

BAB V PENUTUP........................................................................................47

5.1 Kesimpulan................................................................................................47

5.2 Saran……… ............................................................................................49

DAFTAR PUSTAKA……….......................................................................50

LAMPIRAN-LAMPIRAN

DAFTAR GAMBAR

3.1. Cross Arm Untuk Tiang Beton.................………………….………….24

4.1 Sambungan relay GFR dan 2 OCR..........................................................40

4.2 Karakteristik relay waktu seketika...........................................................40

4.3 Karakteristik relay waktu definite………………………………………41

4.4 karakteristik relay waktu inverse………………………………………..42

4.5 Koordinasi Sistem pengamanan Jaringan……………………………….............................................43

4.6 Sistem Pendistribusian Tenaga Listrik………………..............................45

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam hal ini pihak Jurusan Teknik Elektro telah menyiapkan suatu program berupa mata
kuliah Kerja Praktek yang wajib diikuti setiap mahasiswa Teknik Elektro. Melalui mata
kuliah Kerja Praktek ini mahasiswa diharapkan mampu memahami ilmu elektronik secara
terarah karena pada dasarnya ilmu yang diperoleh di bangku kuliah bersifat teoritis.

1.2 Tujuan Kerja Praktek

Pelaksanaan Kerja Praktek ini bertujuan sebagai syarat untuk melengkapi mata kuliah Kerja
Praktek yang berjumlah 2 (dua) SKS di Jurusan Teknik Elektro Universitas Sriwijaya,
sekaligus agar mahasiswa memahami aplikasi dari disiplin ilmu elektro yang selama ini telah
dipelajari secara teoritis dalam perkuliahan.

1.3 Manfaat Kerja Praktek

Dengan mengikuti program Kerja Praktek di PT. PLN (Persero) WS2JB Cabang Palembang,
maka saya sebagai mahasiswa Kerja Praktek dan pihak Universitas Sriwijaya serta PT. PLN
(Persero) WS2JB Cabang Palembang memperoleh masukan – masukan dan manfaat sebagai
berikut :

 Bagi Mahasiswa Kerja Praktek :


1. Telah menyelesaikan mata kuliah Kerja Praktek di Jurusan Teknik Elektro sebanyak 2 (dua)
SKS.
2. Dapat melakukan perbandingan terhadap ilmu yang diperoleh dalam perkuliahan dengan
aplikasi di lapangan.
3. Dapat mengetahui ruang lingkup dan gambaran kerja yang ada di PT. PLN (Persero) WS2JB
Cabang Palembang.
4. Mampu mengenal peralatan serta aplikasi penggunaanya di lokasi kerja.
5. Menerapkan hasil yang diperoleh untuk mengembangkan potensi diri bagi mahasiswa.
 Bagi Pihak Universitas Sriwijaya :
1. Merupakan salah satu wujud kerjasama dalam bidang akademik antara pihakUniversitas
Sriwijaya dan pihak PT. PLN (Persero) WS2JB Cabang Palembang.
2. Mempersiapkan mahasiswa dalam era globalisasi dengan kondisi penuhkompetisi kerja.
 Bagi Pihak PT. PLN (Persero) WS2JB Cabang Palembang :
1. Menerima masukan dari pihak Universitas Sriwijaya dan Mahasiswa selama berlangsungnya
kerja praktek tersebut.
2. Merupakan wujud kepedulian PT. PLN (Persero) WS2JB Cabang Palembang dalam rangka
meningkatan mutu pendidikan.
3. Dapat memberikan pengertian mengenai kondisi yang ada pada PT. PLN (Persero) WS2JB
Cabang Palembang saat ini.

1.4 Ruang Lingkup Kerja Praktek

Sesuai dengan bidang ilmu yang penulis tekuni maka penulis melakukan kerja praktek pada PT. PLN
(Persero) WS2JB Cabang Palembang selama 2 (dua) bulan, terhitung dari tanggal 1 Oktober 2004
hingga 30 November 2004.

Selama mengikuti Kerja Praktek elektris di PT. PLN (Persero) WS2JB Cabang Palembang, penulis
ditempatkan pada seksi - seksi sebagai berikut :

 Seksi Pemeliharaan

 Seksi Operasi Distribusi

 Seksi Peneraan

 Seksi Alat Pengukur dan Pembatas

Sesuai dengan jadwal ini, maka ruang lingkup penulisan laporan hanya meliputi kegiatan selama
penulis melakukan kerja praktek di PT. PLN (Persero) WS2JB Cabang Palembang.

1.5 Metode Pengumpulan Data

Dalam penulisan laporan ini penulis melakukan observasi lapangan dan wawancara langsung dengan
karyawan PLN.

Sehingga dapat ditentukan metode yang digunakan untuk penulisan dan penyusunan laporan ini,
yaitu :

 Observasi

 Penulis melakukan pengamatan secara langsung ke lapangan.

 Diskusi dan wawancara

 Penulis melakukan diskusi dan wawancara dengan karyawan PLN tentang sesuatu
yang berhubungan dengan objek yang ditinjau.
 Studi Literatur

 Penulis melengkapi data dan keterangan yang diperoleh dari observasi dan wawancara
dengan referensi yang ada, yaitu buku pegangan dan panduan PLN.

1.6 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan laporan ini disusun sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Berisi latar belakang, tujuan kerja praktek, manfaat kerja praktek, ruang lingkup kerja
praktek, metode pengumpulan data, dan sistematika penulisan.
BAB II : SEJARAH SINGKAT PT. PLN (Persero) WS2JB CABANG

PALEMBANG

Berisi sejarah singkat berdirinya PT. PLN (Persero) WS2JB Cabang Palembang dan
struktur organisasinya serta tugas dan kewajiban dari masing – masing struktur
organisasi.

BAB III: SISTEM JARINGAN DISTRIBUSI

Berisi tentang kelistrikan di kota Palembang, bagaimana pengiriman daya listrik mulai
dari pusat pembangkit sampai ke konsumen – konsumen, jaringan tegangan menengah
dan tegangan rendah serta peralatan – peralatan yang mendukung jaringan tersebut.

BAB IV: SISTEM PENGAMAN PADA JARINGAN SUTM 20 KV 3 FASA

Berisi tentang peralatan sistem pengaman yang terdiri dari Pemutus Tenaga, Relay Arus
Lebih (OCR), Pemutus Balik Otomatis (Sectionaliser), Pelebur (Fuse cut Out), Load Break
Switch (LBS)
BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN

Berisi kesimpulan dan saran yang mungkin berguna bagi penulis dan PLN.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN – LAMPIRAN
BAB II
TINJAUAN UMUM
SEJARAH SINGKAT PT. PLN (PERSERO) WS2JB
2.1 Sejarah Berdirinya PLN di Sumatera

 PERIODE I (1924-1942)

Pada tahun 1924 sudah berdiri perusahaan swasta Belanda yang mengelola kelistrikan di kota
Palembang yaitu NV. Nederland Indische Gas Electriciteits Maatschapij yang disingkat menjadi NV.
NIGEM yang memiliki mesin pembangkit tenaga listrik merk SULZER sebanyak 2 (dua) unit mulai
dioperasikan pada tahun 1927 dan mempunyai anak perusahaan di Tanjung Karang berdiri tahun
1927 yang mulai dioperasikan tahun 1929.

Mesin pembangkit tenaga listrik yang dimiliki adalah SLM WINTHERTOUR 4 DN sebanyak 2 (dua)
unit dengan daya terpasang 180 KW kemudian ditambah dengan mesin KLM WITHERTOUR 6 DN
daya terpasang 400 KW yang mulai dioperasikan tahun 1939, Lahat tahun 1931, Muara Enim tahun
1931, Baturaja dan Bengkulu tahun 1931 (Berdasarkan data – data tanah yang memiliki perusahaan
tersebut). Sebelum pecah Perang Dunia II NV. NIGEM berubah namanya menjadi NV. Overzeeche
Gas EN Electriciteits Maatschapij yang disingkat NV. OGEM. Daerah kerjanya tidak berubah (pusat
perusahaannya berada di Amsterdam Belanda).

 PERIODE II (1942-1945)

Pada masa pecahnya Perang Dunia II, dimana tentara Jepang banyak mendapat kemenangan dalam
peperangan di Asia termasuk Indonesia dapat dikuasai Jepang, dengan demikian perusahaan listrik
di kota Palembang dikuasai pula oleh Jepang dan diberi nama Denky Kyoky. Denky Kyoky tidak
bertahan lama sebab Jepang menyerah ketika kota Hirosima dan Nagasaki dibom oleh Sekutu.

Selama dikuasai Jepang, kelistrikan di daerah Sumatera bagian Selatan tidak mengalami
perkembangan kecuali di Tanjung Karang di mana sentral pembangkit listrik yang diledakkan
Belanda dapat diperbaiki oleh Jepang. Belanda kembali masuk ke Indonesia dan perusahaan listrik
Denky Kyoky diserahkan kepada Belanda dengan nama NV. OGEM.

 PERIODE III (1945-1959)

Setelah Indonesia merdeka dan berdaulat penuh sejak tanggal 17 Agustus 1945 Belanda masih
menguasai dan mengelola perusahaan listrik (NV. OGEM). Pada tahun 1958 tanggal 27 Desember
1958 tentang nasionalisasi perusahaan milik Belanda termasuk NV. OGEM diambil alih oleh
Republik Indonesia yang dikelola oleh P3LG (Pemerintah Indonesia dan Langsung
dibawah Pengawasan Listrik dan Gas). Sumatera Selatan yang diatur dalam PP No. 16 tahun 1959
kemudian P3LG dialihkan di bawah naungan Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga (DPUT).
Berdasarkan Surat KeputusanMenteri Pekerjaan Umum dan Tenaga nomor : Ment. I/U/24 tanggal
16 Juni 1959 Listrik dikelola oleh Perusahaan Listrik Negara Djakarta (PLND).

 PERIODE IV (1960)

Setelah terbit Keputusan Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga nomor : Ment.16/4/10 tanggal 6 Juni
1960 maka terbentuklah struktur organisasi perusahaan umum listrik negara Exploitasi yang
meliputi daerah kerja Sumatera Selatan, Lampung, Bengkulu dan Riau.

 PERIODE V (1965)

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pekerjaan Umum pada tahun 1965 diadakan perubahan
daerah kerja PLN Exploitasi II, yaitu meliputi Sumatera Selatan, Lampung, Bengkulu dan Jambi
sedangkan Riau diserahkan kepada PLN Exploitasi XIV yang berkedudukan di Sumatera
Barat. Listrik di daerah Jambi setelah dinasionalisasikan dikelola oleh Kotapradja Jambi.

 PERIODE VI (1972)

Pada tahun 1972 Pemerintah Republik Indonesia menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 18
tahun 1972 yang menegaskan nama perusahaan nama perusahaan listrik menjadi Perusahaan Umum
Listrik Negara (PLN) yang masih di bawah naungan Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga.

Sehubungan PP No. 18/1972 diadakan perubahan suasana kerja di mana PLN Exploitasi II diubah
menjadi PLN Exploitasi IV dengan wilayah kerja yang sama.

 PERIODE VII (1975 – JULI 1994)

Nama PLN Exploitasi IV inipun tidak bertahan lama dengan diterbitkannya Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum dan Tenaga Kerja Nomor : 013/PRT/1975 tanggal 9 September 1975 mengubah
OLN Exploitasi IV menjadi PLN Wilayah IV dengan wilayah kerja meliputi Sumatera Selatan,
Lampung, Bengkulu dan Jambi dengan kantor wilayah berkedudukan di Palembang dan satuan
kerjanya terdiri dari : PLN Cabang Palembang, PLN Cabang Tanjung Karang, PLN Cabang Bengkulu,
PLN Cabang Jambi, PLN Cabang Tanjung Pandan dan PLN Sektor Keramasan.

Kebutuhan listrik di masyarakat terus meningkat, hal ini juga memacu PLN untuk meningkatkan
dirinya. Hal ini terbukti dari bertambahnya satuan – satuan kerja PLN Wilayah IV yaitu : PLN
Cabang Bangka, PLN Sektor Bukit Asam, Unit Pengaturan Beban Sistim Sumatera Selatan dan yang
terakhir adalah PLN Sektor Bandar Lampung.

 PERIODE VIII (1996 – SEKARANG)

Berdasarkan Keputusan Direksi PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero) Nomor :


079.K/023/DIR/1996 tentang Organisasi dan tata kerja PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero)
Pembangkitan dan Penyaluran Sumatera Bagian Selatan.Bahwa sebagai tindak lanjut Keputusan
Direksi PT. PLN (Persero) Nomor : 010.K.023/DIR/1995 sama dengan Keputusan Direksi PT. PLN
(Persero) Nomor : 022.K.023/DIR/1995 tentang Operasi dan tata kerja PT. Perusahaan Listrik
Negara (Persero), maka dipandang perlu membentuk pengorganisasian unit bisnis operasional.
Tugas pokok pembangkitan dan penyaluran Sumatera Bagian Selatan adalah melaksanakan kegiatan
perencanaan pengusahaan dan pengembangan sarana penyediaan tenaga listrik.
Untuk itupembangkitan dan penyaluran Sumatera Bagian Selatan mempunyai fungsi sebagai sistem
pelaksanaan konstruksi perusahaan serta pembekalan penyediaan tenaga listrik, pengolahan SDM,
keuangan dan administrasi yang berada di bawah koordinasi PT. PLN (Persero) Pembangkitan dan
Penyaluran Sumbagsel.

Dengan adanya pengambilan alih tersebut maka PT. PLN (Persero) WS2JB membawahi empat
cabang, yaitu :

- PT. PLN (Persero) WS2JB Cabang Palembang


- PT. PLN (Persero) WS2JB Cabang Jambi
- PT. PLN (Persero) WS2JB Cabang Bengkulu
- PT. PLN (Persero) WS2JB Cabang Lahat
- PT. PLN (Persero) WS2JB Cabang Muara Bungo
PT. PLN (Persero) WS2JB Cabang Palembang terdiri dari enam ranting dan empat rayon,
yaitu :
- Ranting Kayu Agung
- Ranting Sekayu
- Ranting Mariana
- Ranting Pangkalan Balai
- Ranting Indralaya
- Ranting Tugu Mulyo
- Rayon Rivai
- Rayon Kenten
- Rayon Sukarami
- Rayon Ampera
2.2 Struktur Organisasi PT. PLN (Persero) WS2JB Cabang Palembang

Struktur organisasi kerja PT. PLN (Persero) WS2JB Cabang Palembang dapat dilihat pada
lampiran 2. Adapun bagian dari susunan organisasi PT. PLN (Persero) WS2JB Cabang
Palembang dibuat fungsi dari setiap jabatan :
 Manager Cabang

Bertugas merumuskan sasaran, mengkoordinasikan dan mengendalikan kegiatan


pelayanan pembangkitan, pendistribusian, dan pemasaran tenaga listrik berikut
pembangunannya serta mengkoordinasikan sasaran dari bagian komersial, keuangan
serta SDM & ADM sesuai dengan kebijakan atau kebijaksanaan PLN serta membawahi
Ranting dan Rayon.

 Asisten Manager
 Asisten Manager Distribusi, membawahi :
- Ahli Teknik Muda Perencanaan Distribusi
- Ahli Teknik Muda Konstruksi Distribusi
- Supervisor Operasi Distribusi
- Supervisor Pemeliharaan Distribusi
 Asisten Manager Pemasaran, membawahi :
- Ahli Teknik Muda Riset Pasar
- Ahli Teknik Muda Kebutuhan Tenaga Listrik
 Asisten Manager Komersial, membawahi :
- Ahli Teknik Muda Pelayanan Pelanggan
- Ahli Teknik Muda Cater
- Ahli Teknik Muda Penagihan
- Supervisor Cater
- Supervisor TU Langganan
- Supervisor Sistem Informasi
 Asisten Manager Keuangan, membawahi :
- Supervisor Pengendalian Anggaran dan Keuangan
- Supervisor Pengendalian Pendapatan
- Supervisor Akuntansi
 Asisten Manager SDM & ADM, membawahi :
- Ahli Teknik Muda Komunikasi
- Ahli Teknik Muda Hukum
- Supervisor SDM
- Supervisor Sekretariat
- Supervisor Perbekalan
 Asisten Manager Proteksi dan Pengukuran, membawahi :
- Ahli Teknik Muda Rele dan Proteksi
- Ahli Teknik Muda Tera
- Supervisor Prakitan alat pengukur dan Pembatas (APP)
- Supervisor Automotic Meter Reading (AMR)
- Supervisor Pemakaian Penertiban pemakaian organisasi Listrik (P2TL)
2.3 Pembagian Tugas Asisten Manager Distribusi

Mempunyai tugas pokok mengkoordinir, memberi petunjuk dan mengarahkan bawahan di


lingkungan distribusi.
 Ahli Teknik Muda Perencanaan Distribusi
Mempunyai tugas pokok mengatur penyusunan rencana kerja, pemeliharaan dan
pemantauan, memperbaharui data atau informasi jaringan distribusi sehingga dapat
menunjang target atau sasaran yang telah ditetapkan.
 Ahli Teknik Muda Konstruksi Distribusi
Mempunyai tugas pokok untuk mengkoordinir, memberi petunjuk dan mengarahkan
bawahannya di lingkungan konstruksi distribusi serta melakukan perluasan konstruksi
jaringan guna meningkatkan keandalan sistem yang berkaitan dengan kontinuitas
penyaluran tenaga listrik kepada pelanggan..
 Supervisor Operasi Distribusi
Mempunyai tugas pokok untuk mengatur dan mengarahkan pelaksanaan manuver
jaringan yang berkaitan dengan pemasangan gardu, modifikasi dan perluasan jaringan
agar keandalan pendistribusian tenaga listrik dapat tetap terjaga.
 Supervisor Pemeliharaan Distribusi
Mempunyai tugas pokok untuk menyusun rencana kegiatan, membagi tugas
membimbing bawahan, mengevaluasi hasil kerja bawahan serta melakukan
pemeliharaan dan perbaikan gangguan jaringan distribusi guna meningkatkan
kontinuitas dan keandalan jaringan.
BAB III

SISTEM JARINGAN DISTRIBUSI PT PLN (PERSERO) WS2JB

3.1 Keadaan Kelistrikan di Kota Palembang


Pengadaan tenaga listrik untuk kota Palembang dan sekitarnya dipasok oleh beberapa pusat
pembangkit, yaitu pusat pembangkit yang dikelola oleh PLN sektor Keramasan dan pusat
pembangkit yang dikelola oleh PLN Sektor Bukit Asam.
Semua pembangkit tenaga listrik tersebut tersebar dan dihubungkan satu dengan yang lain
menjadi satu sistem interkoneksi (Interkoneksi Sumbagsel). Pemakaian tenaga listrik di kota
Palembang dan sekitarnya sebagian besar digunakan untuk rumah tangga dan sebagian lain
untuk industri dan bisnis.
1. Pembangkit Tenaga Listrik Yang Dikelola Oleh PT. PLN
PLN sektor Keramasan mempunyai pusat-pusat pembangkit tenaga listrik yang tersebar
dalam kota Palembang, yaitu:
 Pusat Pembangkit Tenaga Listrik di Keramasan, terdiri dari :
 PLTU I dan II (2 x 12,5 MW)
 PLTG II dan III (2 x 14,779 MW)
 PLTG IV (1 x 21,35 MW)
 Pembangkit Tenaga Listrik di Boombaru terdiri dari :
 PLTG I (1 x 14 MW)
 Pembangkit Tenaga Listrik di Sungai Juaro terdiri dari :
 PLTD I dan II Hitachi (2 x 12,6MW)
2. Pembangkit Tenaga Listrik Yang Dikelola Oleh Sektor Bukit Asam :
 PLTU Bukit Asam (4 x 65 MW)
 PLTD / PLTS (3 X 6,37 MW)
Sekarang beban mampu yang terdapat pada seluruh pembangkit tenaga sistem
interkoneksi Sumbagsel sebesar 561 MW. Selain dalam interkoneksi Sumsel-Lampung
juga mempunyai pembangkit yang tidak berhubungan dengan interkoneksi Sumsel-
Lampung. Untuk di Cabang Palembang di bawah Seksi Listrik Pedesaan dan Listrik di
Pedesaan (Isolated) ini biasanya berupa PLTD.
Pusat Pembangkit Tenaga Diesel (PLTD) ini berada di bawah wewenang PT.PLN
(Persero) WS2JB Cabang Palembang yang terdiri dari :
1. PLTD Ranting Mariana, terdiri dari :
 PLTD Sub Ranting Makarti Jaya
 PLTD Sub Ranting Sunsang
 PLTD Sub Ranting Sumber Makmur
 PLTD Sub Ranting Air Saleh
2. PLTD Ranting Sekayu
 PLTD Sub Ranting Sungai Lilin
 PLTD Sub Ranting Keluang
 PLTD Sub Ranting Tebing Bulang
 PLTD Sub Ranting Babad Toman
 PLTD Sub Ranting Muara Lakitan
 PLTD Sub Ranting Mulak
3.2 Pengiriman Daya Listrik
Daya listrik yang dikirim dari pusat-pusat beban dari pembangkit dikirimkan melalui
saluran transmisi yang bertegangan 70 KV untuk dalam kota dan 150 KV dari Tanjung
Enim. Saluran 70 KV dalam kota memakai saluran berbentuk ring yang melintasi
pinggiran kota Palembang. Saluran transmisi ini mulai beroperasi tahun 1974 dan
menginterkoneksikan antara pembangkit tenaga listrik yang berada di Boombaru, Sungai
Juaro dan Keramasan. Sistem Transmisi yang ada sekarang adalah menggunakan sistem
Ring. Saluran Transmisi tersebut menggunakan kawat penghantar udara ASCR dengan
luas penampang 120 mm2 dan kabel tanah GSWRdengan luas penampang 35 mm2 .
Tegangan 70 KV ini didapat dengan menaikkan tegangan pada pusat pembangkit melalui
Step Up Transformer lalu disalurkan melalui saluran transmisi ke gardu-gardu induk. Pada
gardu induk 70 KV diturunkan menjadi 12/20 KV melalui Step Down Transformer. Jumlah
gardu induk yang dioperasikan di kota Palembang adalah 7 buah, seperti terlihat pada tabel
3.1.
Kemudian tegangan 12 KV dari masing-masing gardu induk yang dikirimkan melalui
gardu-gardu hubung (distribusi primer) dengan menggunakan saluran udara tegangan
menengah (SUTM) dan saluran kabel tegangan menengah (SKTM). Dari gardu-gardu
hubung langsung menuju ke gardu distribusi untuk diturunkan tegangannya menjadi
tegangan rendah (127/231 V atau 231/400).
Tabel 3.1. Jumlah Gardu Induk

Gardu Induk Lokasi Kapasitas


I Bukit Siguntang 2 x 15 MVA
II Talang Ratu 2 x 5 MVA, 2 x 10 MVA
III Boombaru 2 x 20 MVA, 1 x 10 MVA
IV Seduduk Putih 2 x 15 MVA
V Sungai Juaro 2 x 15 MVA
VI Borang 1 x 30 MVA
VII Talang Kelapa 1 x 30 MVA
VIII Keramasan 2 x 30 MVA
IX Betung 1 x 30 MVA
X Simpang Tiga 1 x 30 MVA

Sumber : PT. PLN (Persero) Cabang Palembang

3.3. Sistem Jaringan Distribusi


Sistem jaringan distribusi bila ditinjau dari tegangannya dapat dikelompokkan menjadi dua
macam tegangan, yaitu:
 Tegangan menengah
 Tegangan rendah
Untuk tegangan menengah 12/20 KV dan untuk tegangan rendah 127/220 V. Sistem
distribusi tegangan menengah di PT. PLN mempunyai sistem radial dengan udara pada
umumnya.
Penggunaan sistem kabel bawah tanah (underground cable) biasanya dijumpai pada
bangunan-bangunan yang lokasinya ramai dam membahayakan apabila mempergunakan
hantaran udara (overhead lines), tapi gardu distribusi yang terbuat dari beton dan metal clad,
kabel tanah dipakai untuk saluran dari rak pembagi tegangan rendah ke tiang pertama.
Penggunaan hantaran udara (overhead lines) sangat cocok dan sesuai untuk gardu tiang,
karena pemasangan gardu tiang tidak memerlukan tempat yang luas.
Beberapa keuntungan dan kerugian sistem hantaran udara :
 Keuntungan :
 Pemasangan lebih mudah dibandingkan dengan sistem hantaran kabel bawah tanah.
 Pemeliharaan jaringan lebih mudah dibandingkan dengan sistem kabel bawah tanah.
 Biaya pemasangan jauh lebih murah.
 Lokasi gangguan langsung dapat dideteksi.
 Mudah untuk perluasan jaringan.
 Kerugian
 Mudah mendapat gangguan
 Pencurian melalui jaringan mudah dilakukan.
Beberapa keuntungan dan kerugian hantaran bawah tanah:
 Keuntungan :
 Tidak mudah mengalami gangguan.
 Faktor keindahan lingkungan tidak terganggu.
 Tidak mudah dipengaruhi keadaan cuaca, seperti : cuaca buruk, taufan, hujan angin,
bahaya petir dan sebagainya.
 Faktor terhadap keselamatan jiwa terjamin.
 Kerugian :
 Biaya pembuatan mahal.
 Gangguan biasanya bersifat permanent.
 Pencarian lokasi gangguan jauh lebih sulit dibandingkan menggunakan sistem
hantaran udara.
3.3.1. Jaringan Tegangan Menengah
Jaringan tegangan menengah berfungsi untuk menyalurkan tenaga listrik dari pembangkit
atau gardu induk ke gardu distribusi. Jaringan ini dikenal dengan feeder atau penyulang.
Tegangan menengah yang digunakan PT. PLN adalah 12 kv dan 20 kv antar fasa (VL-L).
 Kontruksi Jaringan Tegangan Menengah (JTM)
Konstruksi JTM terdiri dari :
a. Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM)
SUTM merupakan jaringan kawat tidak berisolasi dan berisolasi. Bagian utamanya
adalah tiang (beton, besi), Cross arm dan konduktor. Konduktor yang digunakan
adalah aluminium (AAAC), berukuran 240 mm2, 150 mm2, 70 mm2 dan 35 mm2.
b. Saluran Kabel Tegangan Menegah (SKTM)
Kabel yang digunakan adalah berisolasi XLPE. Kabel ini ditanam langsung di tanah
pada kedalaman tertentu dan diberi pelindung terhadap pengaruh mekanis dari luar.
Kabel tanah ini memiliki isolasi sedemikian rupa sehingga mampu menahan
tegangan tembus yang ditimbulkan. Dibandingkan dengan kawat pada SUTM maka
kabel tanah banyak memiliki keuntungan diantaranya :
 Tidak mudah mengalami gangguan baik oleh cuaca dan binatang.
 Tidak merusak estetika (keindahan) kota.
 Pemeliharaannya hampir tidak ada.
 Peralatan Kontruksi Untuk SKTM
 Kabel
Jenis kabel tegangan menengah adalah :
a. Poly Vinil Chlorida (PVC)
Digunakan untuk tegangan rendah dan tegangan menengah sampai 12 KV.
b. Poly Ethylene (PE)
Digunakan untuk tegangan diatas 10 KV.
Contoh : CPT dan VIC
c. X Cross Linked Poly Ethylene (XLPE)
Contoh : CVC5ZV
 Jointing
 Termination
 Sepatu kabel (Schoen cable)
 Instalasi Pembumian
 Peralatan Konstruksi Untuk SUTM
a. Tiang Listrik
Tiang listrik untuk SUTM biasanya terdiri dari tiang tunggal, kecuali untuk gardu
tiang memakai tiang ganda. Pemasangan tiang biasanya dipasang di tepi jalan baik
jalan raya maupun gang. Pemasangan tiang dapat dikurangi dengan pemakaian
sistem saluran bawah tanah pada sistem distribusi. Tiang listrik biasanya berupa pipa
makin ke atas makin kecil diameternya, jadi tiang bawah mempunyai diameter
besar. Tiang besi berangsur-angsur diganti dengan tiang beton.
Perencanaan material dan ukuran tiang listrik ditentukan oleh faktor-faktor mekanis
seperti momen, kecepatan angin, kekuatan tanah, besar beban penghantar, kekuatan
tiang dan sebagainya. Jenis tiang listrik menurut kegunaanya :
 Tiang awal / akhir
 Tiang penyangga
 Tiang sudut
 Tiang Peregang / tiang tarik
 Tiang Topang
b. Cross Arm (Lengan Tiang)
Cross Arm dipakai untuk menjaga penghantar dan peralatan yang perlu dipasang
diatas tiang. Material Cross Arm terbuat dari besi. Cross Arm dipasang pada tiang.
Pemasangan dapat dengan memasang klem-klem, disekrup dengan baut dan mur
secara langsung. Pada Cross Arm dipasang baut-baut penyangga isolator dan
peralatan lainnya, biasanya Cross Arm ini dibor terlebih dahulu untuk membuat
lubang-lubang baut seperti terlihat pada gambar 3.1.

1000 mm mm

1000 mm mm
2000 mm

Gambar 3.1. Cross Arm Untuk Tiang Beton

c. Isolator

Isolator adalah alat untuk mengisolasi penghantar dari tiang listrik atau Cross Arm.
Jenis-jenis isolator yang digunakan biasanya dipakai untuk SUTM adalah isolator
tumpu. Isolator tarik biasanya dipasang di tiang tarik atau akhir dan isolator tumpu
biasanya dipasang pada tiang penyangga.

3.3.2. Jenis Gardu Yang Digunakan Untuk Tegangan Menegah


 Gardu Hubung (GH)
Gardu hubung ini berfungsi sebagai penyalur daya dari gardu induk ke gardu
distribusi tanpa penurunan tegangan. Untuik membagi feeder menjadi beberapa
jurusan dan bias juga untuk pertemuan beberapa feeder dimana dapat digunakan
manuver jaringan apabila diperlukan.
 Gardu Distribusi (GD)
Gardu Distribusi pada dasarnya adalah transformator atau trafo yang berfungsi
sebagai pengubah tegangan. Trafo ini dapat berupa trafo satu fasa atau tiga fasa
dengan kapasitas antara 400 – 5000 KVA. Selain trafo terdapat juga peralatan
penunjang lainnya., yaitu arrester, fuse (pelebur) serta panel tegangan rendah.
Ada tiga jenis Gardu Distribusi, yaitu :
a. Gardu Tiang
Sesuai namanya, gardu tiang merupakan gardu distribusi yang dipasang di tiang
pada jaringan distribusi. Gardu tiang ini ada dua macam, yaitu :
 Gardu Cantol yang dicantolkan pada tiang
 Gardu yang menggunakan Platform
Trafo pada Gardu Cantol dapat berupa trafo satu fasa atau 1 buah trafo 3 fasa.
Pada gardu distribusi yang menggunakan trafo satu fasa, gardu jenis ini telah
dilengkapi pengaman yang berupa pelebur (fuse) TM dan pemutus (circuit
Breaker) TR. Gardu Tiang sangat cocok digunakan untuk beban-beban daerah
yang sangat padat seperti perumahan-perumahan, pertokoan, dan lain-lain.
Kapasitas Gardu Tiang lebih kecil dibandingkan dengan Gardu Beton maupun
Gardu Metal Clad. Kapasitas Gardu Tiang biasanya dibatasi sampai 250 kVA.
Pembangunan Gardu Tiang lebih cepat, mudah dan biayanya lebih murah
dibandingkan Gardu Beton dan Gardu Metal Clad.
b. Gardu Beton
Gardu Distribusi jenis beton merupakan peralatan Gardu Distribusi yang dipasang
dalam bangunan dari beton. Gardu beton memiliki kapasitas lebih besar
dari Gardu Tiang dan gardu Metal Clad dan dapat juga dikembangkan sesuai
dengan kebutuhan. Kerugian Gardu Beton ini adalah memerlukan tempat yang
luas dan biaya lebih mahal serta pembangunannya yang lebih mahal. Gardu ini
pada umumnya digunakan untuk daya yang besar, sehingga pada Gardu Beton ini
dapat diletakkan beberapa trafo. Keuntungannya adalah peralatan yang ada
didalamnya terlindungi dari cuaca dan pengamanannya lebih mudah.
c. Gardu Metal Clad (MC)

Gardu Metal Clad (MC) sebagian besar kontruksinya terbuat dari plat besi dengan
bentuk menyerupai kios. Pembuatan gardu MC lebih cepat dibandingkan gardu
Beton dan peralatannya merupakan satuan set lengkap.

3.3.3 Peralatan Yang Digunakan Pada Gardu Distribusi


 Transformator Distribusi
Transformator Distribusi merupakan trafo yang berfungsi menurunkan tegangan
menengah menjadi tegangan rendah. Disesuaikan dengan situasi dan kondisi beban
daerah setempat.
 Saklar Pemisah (PMS)
Pada umumnya pemisah tidak dapat memutuskan arus, tidak dapat memutuskan arus
yang kecil, misalnya arus pembangkitan trafo atau arus pemuat riil, tetapi pembukaan dan
penutupannya harus dilakukan setelah pemutus tenaga lebih dulu dibuka.
Untuk menjamin bahwa kesalahan urutan operasi tidak terjadi, maka harus ada
keadaan saling mengunci (interlock), antara pemisah dan pemutus beban. Seperti pemisah
yang terdapat di GI dalam rangkaian kontrolnya terdapat rangkaian interlock yang akan
mencegah bekerjanya saklar pemisah apabila pemutus tenaganya masih tertutup. Jika
dikerjakan dengan tangan (manual), maka untuk mencegah kesalahan kerja, dipakai
lampu sebagai tanda “boleh kerja” di dekat kontak operasi kontrol dari ruangn kontrol.
Cara lain adalah dengan menggunakan kunci untuk masing-masing kontak kontrol atau
kunci rangkap (doublet). Dalam pemakaiannya PMS ini berfungsi untuk memisahkan
perlengkapan sistem dan perlengkapan sistem rel-rel yang bertegangan sewaktu ada
perbaikan.
Contoh pemisah adalah load break switch (LBS), dengan ciri-ciri sebagai berikut :
1. Dapat digunakan sebagai pemisah ataupun pemutus tenaga dengan beban nominal.

2. Tidak dapat memutuskan jaringan dengan sendirinya pada waktu ada gangguan listrik.
3. Dibuka dan ditutup hanya untuk memanipulasi beban.

 Pemutus Beban (Cut Out)


Cut Out berfungsi sebagai pengaman lebur, jika ganguan arus lebih yang melebihi
kapasitas hantaran Cut Out, maka hantaran tersebut akan melebur dan beban trafo
distribusi akan terlepas dari sistem yang bertegangan dari saluran pengirim daya.
Berbeda halnya dengan pemutus tenaga yang terdapat pada GI terdapat banyak
macam pemutus beban yang dikenal, antara lain :
1. Pemutus beban minyak volume kecil, adalah jenis pemutus tenaga minyak yang kontak-
kontak pemutusnya ada di dalam tabung isolator porselin.
2. Pemutus beban udara dan pemutus beban semburan udara, adalah sejenis pemutus
ketika busur api terjadi dipadamkan dengan menghembuskan udara kepadanya dan
mendorongnya ke ruang pemadam busur. Berbeda dengan pemutus minyak, pemutus
semburan udara ( air blast ) tidak membutuhkan penggantian minyak yang biasanya
cukup merepotkan.
3. Pemutus gas SF6, adalah sejenis pemutus yang menggunakan gas SF6 (sulfur
Hexafluoride) sebagai bahan pemadam busur api yang mengguna-kan udara tekan.
Pemutus ini memiliki keuntungan tidak terpengaruh oleh keadaan cuaca, tidak
membahayakan manusia, hampir tidak memerlukan pemeliharaan dan mudah
dipasang. Dalam Perkembangan teknologinya memberikan harapan yang
menggembirakan dalam pemutusan tegangan tinggi.

 Lightning Arrester (LA)

Lightning Arrester merupakan alat untuk melindungi isolasi atau peralatan listrik
terhadap tegangan lebih yang diakibatkan oleh sambaran petir yang dari suatu
penyambungan atau pemutusan rangkaian tanpa gangguan sistem.
Bila terjadi tegangan lebih akibat petir pada jaringan, maka arrester be-kerja dengan
menggalirkan arus surja ke tanah, kemudian setelah itu tegangan normal kembali.
Pada tegangan operasai normal, arrester harus mempunyai impedansi sangat tinggi.
Bila mendapat tegangan transien abnormal di atas harga tegangan tembusnya, maka harus
menembus dengan cepat. Arus pelepasan selama waktu tembus tidak boleh melebihi arus
pelepasan nominal supaya tidak merusak Arrester. Arus dengan frekuensi normal harus
diputuskan dengan segera apabila tegangan transien telah turun di bawah tegangan
tembusnya.
3.3.4 Jaringan Tegangan Rendah
Jaringan tegangan rendah berfungsi untuk menyalurkan tenaga listrik dari Gardu
Distribusi ke Konsumen tegangan rendah. Tegangan rendah yang digunakan PT. PLN (
persero) adalah 127/220 V dan 220/380 V.
 Konstruksi Jaringan Tegangan Rendah (JTR) Konstruksi JTR terbagi atas :
a. Saluran Udara Tegangan Rendah (SUTR)
SUTR merupakan jaringan kawat yang berisolasi maupun tidak berisolasi. Bagian
utama dari SUTR kawat tak berisolasi adalah tiang listrik (besi, beton), Cross Arm,
Isolator dan penghantar Aluminium / Tembaga (Cu)
b. Saluran Kabel Udara Tegangan Rendah (SKUTR)
Kabel yang digunakan adalah jenis XLPE yang lebih dikenal dengan namaLVTC
( Low Voltage Twisted Cable). Jenis kabel ini direntangkan di antara tiang
penyangga. Bagian utama adalah tiang, kabel dan suspension Clamp Bracket, yang
berfungsi untuk menahan kabel pada tiang. Kabel jenis ini sekarang banyak
digunakan dalam pemasangan JTR baru karena dianggap kontruksi jenis ini lebih
handal.
3.3.5 Konfigurasi Jaringan
Keandalan pemasokan daya merupakan tuntutan mutlak pelanggan untuk itu diantisipasi
dengan penyusunan pola jaringan distribusi yang sesuai dengan tingkat keandalan yang
diinginkan. Tidak semua pelanggan harus dilayani dengan sistem yang mahal, tetapi pelanggan
penting ( Industri Usaha, Rumah Sakit dan Lain-lain ) harus mendapat tingkat keandalan yang
tinggi.
 Jenis Konfigurasi Jaringan di Palembang
Konfigurasi jaringan yang ada pada sistem Palembang , yaitu :
a. Radial Murni
Konfigurasi jenis ini adalah konfigurasi jaringan yang paling sederhana dan paling
murah pembangunannya. Konfigurasi jaringan jenis ini terutama untuk melayani
konsumen yang terletak di ujung jaringan listrik. Pada jaringan radialcabang dari feeder
lateral disebut feeder sublateral. Arus yang paling besar mengalir pada jaringan adalah
yang paling dekat dengan Gardu Hubung, yang akan semakin berkurang dengan semakin
jauh jaraknya, sehingga memungkinkan untuk memperkecil luas penampang dari
penghantar. Konfigurasi Jaringan Radial ini keandalanya sangat kurang di mana bila
terjadi gangguan pada feeder lateral maka konsumen yang berada di belakang titik
gangguan tidak dapat menerima energi listrik.
b. Ring Terbuka (Open Ring)
Struktur ini merupakan gabungan dari dua buah struktur jaringan radial, di mana
pada kedua jaringan dipasang sebuah pemutus (PMT) atau pemisah (PMS).Pada saat
terjadi gangguan dan gangguan tersebut dapat diisolir, maka PMT/PMS ditutup sehingga
aliran daya listrik ke bagian yang tidak terkena gangguan tidak berhenti.
Dalam kondisi normal struktur jaringan ring ini merupakan dua struktur radial.Pada
umumnya penghantar dari struktur ini mempunyai ukuran yang sama. Ukuran konduktor
ini dipilah sehingga dapat menyalurkan seluruh daya listrik beban struktur ring yang
merupakan jumlah daya listrik beban dari kedua struktur radial.Struktur jaringan ini
mempunyai keandalan yang cukup, sedangkan biaya pembangunan lebih
mahal dibandingkan dengan biaya pembangunan struktur jaringan radial.
c. Spindel
Spindel adalah suatu pola jaringan khusus yang ditandai dengan ciri adanya
sejumlah kabel keluar dari suatu Gardu Induk / Gardu Hubung yang disebut Out Going
Cable menuju kearah suatu titik temu yang disebut Gardu refleksi. Kumpulan kabel (
dalam satu Spindel ) tersebut dimaksudkan untuk menyalurkan energi listrik ke suatu
daerah pelayanan meliputi luas daerah antara 10 hingga 25 km² . Satuspindle terdiri dari
maksimum 6 (enam) buah kabel. Kabel kerja sepanjang kabel ini tersambung dengan
Gardu Distribusi dan satu kabel cadangan (exspress feeder) sama sekali tidak
tersambung dengan Gardu Distribusi.
Kabel kerja disebut Working Cable atau Feeder, sedangkan kabel cadangan disebut
Express feeder. Kabel cadangan ini digunakan untuk menormalkan kembali penyaluran
energi listrik ke seluruh bagian feeder yang mengalami ganggguan setelah bagian yang
terganggu diketahui dan dipisahkan (diisolasikan) terhadap jaringan opeasi. Kabel
cadangan ini harus selalu diberi tegangan sehingga jika terjadi gangguan dapat segera
dioperasikan bila sewaktu-waktu terjadi gangguan. Seandainya kabel cadangan ini tidak
diberi tegangan sebelum pada saat diperlukan sebagai penyalur energi darurat, maka
kerusakan sewaktu-waktu pada kabel tersebut baru akan diketahui pada saat pemutusan
tenaga kabel tersebut di Gardu Induk.
Syarat utama untuk menjamin bekerjanya sistem darurat (emergency system)
sebagaimana seharusnya adalah dengan membiarkan instalasi cadangan tetap pada posisi
“ON” terus-menerus. Mengingat perkembangan dasar Spindel adalah Loop terpisah,
tanpa kabel cadangan tetapi kedua kabel tersebut masing-masing kemampuan minimal
penyalurannya sehingga satu sama lain mampu sebagai cadangan apabila diperlukan.
Apabila beban dari salah satu kabel bertambah besar melampaui harga 50% dari
kemampuannya, maka sebuah kabel baru harus ditarik. Keadaan ini adalah langkah
kedua dari Spindel. Kabel baru yang ditarik merupakan kabel cadangan terhadap kabel
kerja lainnya. Sistem ini tidak terdapat di Cabang Palembang.
3.3.6 Rencana Pengembangan Sistem Palembang
Untuk mengembangkan sistem yang ada di Palembang, PT. PLN melakukan serangkaian
perencanaan, antara lain :
1. Melakukan sistem radial menjadi sistem terbuka.
2. Perubahan tegangan menengah (PTM), yaitu semua sistem 12 KV menjadi 20 KV.
3. Perubahan tegangan rendah (PTR), yaitu semua tegangan 127/231 V menjadi tegangan
231/400 V.
4. Penambahan jalur penyulang.
5. Perbaikan tegangan drop.
6. Pembangunan pembangkit baru untuk mengatasi kenaikan beban.
3.3.7 . Rencana Kerja Bagian Distribusi
Rencana kerja bagian Distribusi adalah :
o Penurunan susut distribusi baik teknis maupun non teknis.
o Penurunan jumlah gangguan pada penyulang-penyulang.
o Pelaksanaan efisiensi program.
o Perbaikan konstruksi penyulang.

o Pemeliharaan jaringan tegangan menengah dan rendah.


3.4. Tingkat Jaminan Pada Sistem Distribusi
Sesuai dengan tingkat pertumbuhan kelistrikan di Indonesia, maka PLN tidak saja berusaha
memenuhi permintaan listrik yang meningkat, sesuai dengan tuntutan konsumen, tetapi PLN perlu juga
memperhatikan mutu keandalan pelayanan yang terdiri dari:

a. Frekuensi
Frekuensi diharapkan sekonstan mungkin 50 Hz. Frekuensi akan berubah bila terjadi
perubahan keseimbangan antara energi yang disuplai fasilitas pembangkit dan energi yang
digunakan beban.

b. Tegangan
Diharapkan tegangan sekonstan mungkin pada tegangan nominal (misalkan pada tegangan
rendah tegangan nominal sekarang ialah 220 V fasa tunggal dan 380 V fasa tiga). Variasi
tegangan disebabkan sebagai akibat susut tegangan, sebagai akibat bertambahnya beban pada
sistem dan beroperasinya pengatur tegangan otomatis yang menggunakan kompensasi jaringan.

c. Kelip (Flicker)
Kelip ialah susut tegangan sekejap antara 2 % - 30 % dengan frekuensi 1 setiap tahun
sampai 20 Hz. Susut tegangan ini diakibatkan oleh pengasutan langsung motor listrik,
beroperasinya motor listrik dengan beban yang tidak konstan, beroperasinya tanur busur dan
lain sebagainya.

d. Ketidakseimbangan Tegangan Kandungan Harmonik


Ketidakseimbangan diukur pada sistem 3 fasa saja dan pengukuran ialah tegangan antar
fasa. Tegangan yang tidak seimbang antara lain akan menyebabkan motor-motor induksi
menjadi panas.

e. Kandungan Harmonik
Tegangan suplai dari PLN manapun pembangkit sendiri tidak mungkin berbentuk
sinusoidal murni dengan frekuensi 50 Hz. Harmonik antara lain dapat mengurangi efisiensi baik
peralatan pensuplai maupun peralatan pemakai.Harmonik dapat berbentuk kontinue maupun
tegangan yang sporadic yang dapat mengganggu beroperasinya komputer.

f. Hilang Tegangan Sekejap


Hilang tegangan sekejap adalah susut tegangan dari 30% - 100% (hilang tegangan) yang
disebabkan oleh karena peristiwa hubung singkat atau beroperasinya penutup balik. Untuk
hubung singkat pada SUTT dimana digunakan rele jarak sebagai pelindung, lama hilang
tegangan sekejap bias antara 80 ms – 480 ms. Untuk hubung singkat SUTM, dimana digunakan
rele arus lebih biasa sebagai pelindung, hilang tegangan sekejap bias sampai 2 detik.

g. Pemadaman
Berhentinya suplai listrik disebut . Untuk mengukur parah tidaknya suatu pemadaman
digunakan 2 indeks, yaitu :

 Indeks frekuensi pemadaman rata-rata adalah jumlah banyaknya pemadaman yang


dialami konsumen dalam 1 tahun dibagi dengan jumlah konsumen yang dilayani.
Satuan kali tiap tahun atau pemadaman tiap tahun.
 Indeks lama pemadaman rata-rata adalah jumlah lamanya pemadaman yang dialami
konsumen dalam 1 tahun dibagi dengan jumlah konsumen yang dilayani. Satuan jam
tiap tahun.
Kedua indeks pemadaman tersebut dihitung dengan tidak ikut menjumlahkan pemadaman
sejenak (momentary interruption). Yang dimaksud dengan pemadaman sejenak ialah
pemadaman yang lamanya 5 menit atau kurang.

BAB IV

SISTEM PENGAMANAN PADA JARINGAN SUTM 20 KV 3 FASA

Sistem pengamanan pada jaringan SUTM ini perlu dikoordinasikan dengan baik,
agar keamanan jaringan dapat terpelihara dengan baik sehingga jika terjadi gangguan dapat
dilakukan perbaikan dengan cepat. Adapun tujuan dari system pengamanan ini ialah
terpeliharanya distribusi pasokan tenaga listrik kepada pelanggan. Sistem yang digunakan
pada pengamanan jaringan ini adalah sebagai berikut :

4.1 Pemutus Tenaga

Pemutus Tenaga (PMT) adalah alat pemutus otomatis yang mampu


memutus/menutup rangkaian pada semua kondisi, yaitu pada kondisi normal ataupun
gangguan. Secara singkat tugas pokok pemutus tenaga adalah :

1. Keadaan normal, membuka / menutup rangkaian listrik.

2. Keadaan tidak normal, dengan bantuan relay, PMT dapat membuka


sehingga gangguan dapat dihilangkan.

4.2 Relay Arus Lebih (OCR)

Relay arus lebih adalah relay yang bekerja terhadap arus lebih, ia akan bekerja bila
arus yang mengalir melebihi nilai settingnya ( I set ).

a. Prinsip Kerja

Pada dasarnya relay arus lebih adalah suatu alat yang mendeteksi besaran arus yang
melalui suatu jaringan dengan bantuan trafo arus. Harga atau besaran yang boleh
melewatinya disebut dengan setting.

Relay arus lebih memiliki 2 jenis pengamanan yang berbeda antara lain:

1. Pengamanan hubung singkat fasa

Relay mendeteksi arus fasa. Oleh karena itu, disebut pula “Relay fasa”. Karena pada relay
tersebut dialiri oleh arus fasa, maka settingnya (Is) harus lebih besar dari arus beban
maksimum. Ditetapkan Is = 1,2 x In (In = arus nominal peralatan terlemah).

2. Pengamanan hubung tanah

Arus gangguan satu fasa tanah ada kemungkinan lebih kecil dari arus beban, ini
disebabkan karena salah satu atau dari kedua hal berikut:

1. Gangguan tanah ini melalui tahanan gangguan yang masih cukup tinggi.

2. Pentanahan netral sistemnya melalui impedansi/tahanan yang tinggi,

atau bahkan tidak ditanahkan.

Pada kondisi tersebut, relay pegaman hubung singkat (relay fasa) tidak dapat mendeteksi
gangguan tanah tersebut. Agar relay sensitif terhadap gangguan tersebut dan tidak salah
kerja oleh arus beban, maka relay dipasang tidak pada
kawat fasa melainkan kawat netral pada sekunder trafo arusnya. Dengan demikian relay ini
dialiri oleh arus netralnya, berdasarkan komponen simetrisnya arus netral adalah jumlah
dari arus ketiga fasanya. Arus urutan nol dirangkaian primernya baru dapat mengalir jika
terdapat jalan kembali melalui tanah (melalui kawat netral)

Gambar.4.1 Sambungan relay GFR dan 2 OCR

Macam-macam karakteristik relay arus lebih :

a. Relay waktu seketika (Instantaneous relay)

b. Relay arus lebih waktu tertentu (Definite time relay)

c. Relay arus lebih waktu terbalik

d. Relay Waktu Seketika (Instantaneous relay)

Relay ini bekerja seketika (tanpa waktu tunda) ketika arus yang mengalir melebihi nilai
settingnya, maka relay akan bekerja dalam waktu beberapa mili detik (10 – 20
ms). Karakterisik dari relay ini dapat dilihat seperti pada gambar dibawah ini :

Gambar.4.2 Karakteristik relay waktu seketika

c. Relay arus lebih waktu tertentu (definite time relay)

Relay ini akan memberikan perintah pada PMT pada saat terjadi gangguan hubung singkat
dan besarnya arus gangguan melampaui settingnya (Is), dan jangka waktu kerja relay mulai pick
up sampai kerja relay diperpanjang dengan waktu tertentu tidak tergantung besarnya arus yang
mengerjakan relay, seperti karakteristiknya pada gambar dibawah ini :

Gambar.4.3 Karakteristik relay waktu definite

d. Relay arus lebih waktu terbalik.


Relay ini akan bekerja dengan waktu tunda yang tergantung dari besarnya arus secara
terbalik (inverse time), makin besar arus makin kecil waktu tundanya. Karakteristik ini
bermacam macam. Setiap pabrik dapat membuat karakteristik yang berbeda-beda, karakteristik
waktunya dibedakan dalam tiga kelompok, yaitu Standar invers, Very invers dan Extreemly
inverse.

Gambar.4.4 Karakteristik relay waktu inverse

4.3 Pemutus Balik Otomatis (Recloser)

Pemutus balik otomatis (Automatic circuit recloser = Recloser) ini secara fisik
mempunyai kemampuan seperti pemutus beban, yang dapat bekerja secara otomatis untuk
mengamankan sistem dari arus lebih yang diakibatkan adanya gangguan hubung singkat.

4.4. Saklar Seksi Otomatis (sectionaliser)

Sectionaliser adalah alat perlindungan terhadap arus lebih, hanya dipasang bersama-
sama dengan PBO yang berfungsi sebagai pengaman back-upnya. Alat ini menghitung
jumlah operasi pemutusan yang dilakukan oleh perlindungan back-upnya secara otomatis
disisi hulu dan SSO ini membuka pada saat peralatan pengaman disisi hulunya sedang
dalam posisi terbuka, pada penggunaan SSO ini biasanya dikoordinasikan dengan peralatan
lain, seperti yang diilustrasikan pada gambar dibawah ini :

Gambar.4.5 Koordinasi Sistem pengamanan Jaringan

Dari penjelasan gambar diatas, cara kerja dari SSO ini ialah digabungkan dengan
PMT (Pemutus tegangan yang biasanya digabung dengan Relay arus lebih) ditempatkan
disisi hulu / awal saat jaringan keluar dari penyulang lalu dihubungkan dengan SSO
(Saklar Seksi Otomatis / Sectionalizer) yang dihubungkan pula dengan PBO (Pemutus
Balik Otomatis / Recloser) sebagai pengaman back-upnya. Sistem pengaman seperti ini
bekerja saat terjadi gangguan, dimana PBO melakukan pemutus balik tegangan secara
otomatis dan SSO ini menghitung berapa kali PBO ini melakukan tugasnya. Saat jumlah
operasi pemutus balik melewati batas jumlah yang ditetapkan oleh SSO ini maka secara
otomatis SSO ini akan memerintahkan PMT untuk memutuskan tegangan secara permanen
dan gangguan tersebut harus segera diperbaiki oleh petugas pemeliharaan jaringan agar
tidak sampai mengganggu pelayanan listrik kepada pelanggan.

4.5. Pelebur (fuse cut out)

Adalah suatu alat pemutus, dimana dengan meleburnya bagian dari komponen yang
telah dirancang khusus dan disesuaiakan ukurannya untuk membuka rangkaian dimana
pelebur tersebut dipasang dan memutuskan arus bila arus tersebut melebihi suatu nilai
dalam waktu tertentu. Oleh karena pelebur ditujukan untuk menghilangkan gangguan
permanen, maka pelebur dirancang meleleh pada waktu tertentu pada nilai arus gangguan
tertentu. Dalam menentukan besarnya Ampere sikring / fuse yang dipasang pada jaringan,
dapat dihitung dengan suatu persamaan :

4.6. LBS (Load Breake Switch)

Adalah suatu alat pemutus tegangan pada jaringan dengan kondisi diberi beban. Alat
ini memungkinkan perbaikan jaringan saat terjadi gangguan ditengahtengah jalur jaringan,
sehingga tidak sampai memutuskan aliran listrik. Dalam pendistribusian tenaga listrik dari
satu jaringan ke jaringan yang lain, akan dijumpai suatu titik temu yang disebut gardu
hubung / Key Point. Hal ini memungkinkan untuk mengisi dan menerima distribusi tenaga
listrik dari satu penyulang ke penyulang lain yang mengalami gangguan. Dalam
pendistribusian tenaga listrik ini, ada yang dikenal dengan istilah :

1. Jaringan Spindel : Sistem pendistribusian tenaga listrik yang bisa menyalurkan dan
menerima aliran listrik dari satu penyulang ke penyulang lain yang mengalami gangguan.

2. Jaringan Radial : Sistem pendistribusian tenaga listrik yang hanya bisa menerima aliran
listrik dari penyulang lain saat penyulang utamanya mengalami gangguan.

Adapun sistem pendistribusian jaringan listrik pola Radial dan Spindel seperti
diilustrasikan pada gambar dibawah ini :

Gambar.4.6 Sistem Pendistribusian Tenaga Listrik


Dari gambar diatas dapat dijabarkan penjelasannya bahwa Gardu Hubung B dapat
menerima pasokan tenaga listrik dari penyulang utamanya (Penyulang B) dan dapat pula
menyalurkan tenaga listril ke Gardu Hubung A dan Gardu Hubung C saat penyulang
utamanya mengalami gangguan. Sistem pendistribusian seperti ini disebut sistem
pendistribusian pola Spindel.

Sedangkan sistem pendistribusian pola radial adalah sistem jaringan pendistribusian


tenaga listrik yang hanya bisa menerima pasokan tenaga listrik dari penyulang utamanya
tanpa bisa menyalurkan tenaga listrik ke jaringan yang lain yang mengalami gangguan,
seperti pada Gardu Hubung A dan Gardu Hubung C pada gambar diatas.

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Kerja Praktek ( KP ) adalah salah satu bentuk pendidikan dengan cara memberikan
pengalaman belajar kepada mahasiswa untuk hidup ditengah tengah masyarakat
(perusahaan atau instansi pemerintah atau swasta ) diluar kampus, dan secara langsung
mengidentifikasi serta menangani masalahmasalah yang dihadapi. KP dilaksanakan oleh
perguruan tinggi dalam upaya meningkatkan isi dan bobot pendidikan bagi mahasiswa dan
untuk mendapatkan nilai tambah yang lebih besar pada pendidikan tinggi. Dan Kerja
praktek merupakan salah satu bukti adanya interaksi antara industri dengan lembaga
pendidikan yang merupakan jembatan bagi mahasiswa khususnya, yaitu mengenal dan
memahami bagaimana dunia industri itu sebenarnya, sebelum nanti masuk ke dunia
industri tersebut. Dari hasil praktek secara

langsung dan data-data yang telah diperoleh selama melaksanakan Kerja Praktek di PT.
PLN (Persero) Cabang Palembang yang meliputi pengamatan langsung kelapangan, analisa
proses kerja alat serta kegiatan lain sebagai bagian integral dalam pelaksanaannya.

Maka dapat diperoleh kesimpulan bahwa sistem tenaga listrik terdiri atas tiga bagian
utama yaitu, sistem pembangkitan, sistem transmisi dan system distribusi. Sistem distribusi
tenaga listrik terdiri dari Gardu Induk Distribusi, Jaringan Primer (JTM), Transformator
Distribusi, Jaringan Sekunder (JTR). Sistem pengamanan jaringan dilakukan dengan
perencanaan koordinasi Pemutus Tenaga (PMT), dengan pengindera OCR dan GRF,
Recloser dengan pengindera OCR (Over Current Relay), Sectionaliser dengan pengindera
jumlah tegangan hilang / CTO (Count To Open), FCO dengan fuse pelebur untuk pemutus
rangkaian akibat hubung singkat karena gangguan atau beban lebih, LBS (Load Breake
Switch) yaitu pemutus tegangan pada jaringan dengan kondisi diberi beban. Jaringan
SUTM adalah jaringan distribusi tenaga listrik 3 fasa 20 KV yang merupakan jaringan
pendistribusian tenaga listrik tegangan menengah yang keluar dari Gardu induk (GI) dan
masuk ke Gardu distribusi.

Sistem pengamanan pada jaringan SUTM ini perlu dikoordinasikan dengan baik, agar
keamanan jaringan dapat terpelihara dengan baik sehingga jika terjadi gangguan dapat
dilakukan perbaikan dengan cepat. Adapun tujuan dari system pengamanan ini ialah
terpeliharanya distribusi pasokan tenaga listrik kepada pelanggan. Sedangkan untuk
penanganan pemeliharaan gangguan dan perbaikan gangguan dilakukan dengan
menggunakan radio komunikasi sebagai alat komunikasi dengan gardu induk saat terjadi
gangguan jadi tidak diketahui secara langsung pemantauan jaringannya sehingga harus
dipantau dari GI dan APJ terkait lalu dilaporkan statusnya kepada UPJ.

5.2. Saran
 Sebaiknya PT. PLN (Persero) memperbaiki kondisi manajemennya sendiri yang harus
dimonitor, ditinjau kembali dan dikembangkan yang bertujuan untuk memantapkan
peran serta PLN dalam pembangunan ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan
masyarakat Indonesia.
 Ada baiknya PT. PLN menggunakan produksi dalam negeri terutama dalam peralatan –
peralatan konstruksi listrik yang telah memenuhi Standar Listrik Indonesia (SLI),
Standar Industri Indonesia (SII) dan Standar Internasional Elektrotechnical (IEC).
 Seharusnya PLN lebih memperhatikan tingkat kontinuitas pelayanan listrik pada
konsumennya.
 Demi mempertimbangkan sisi keindahan, seharusnya PLN sudah saatnya mengganti
jaringan kabel udara dengan jaringan kabel tanah.
 Untuk kemajuan PT. PLN sebaiknya teknologi yang digunakan dinamis seiring dengan
perkembangan zaman.

DAFTAR PUSTAKA

Arsip dan Dokumentasi PT. PLN (Persero) W.S2JB CABANG PALEMBANG RAYON
KENTEN.

Sifa, Insan. 2011. Sistem Jaringan Distribusi Tenaga Listrik.

(http://www.docstoc.com/docs/9459991/jaringan-distribusi) diakses tanggal 1 Juni

2011.

Syamsudin, Rasam, dkk. 2011. Sistem Proteksi dan Pentanahan.

(http://dunialistrik.blogspot.com/search/label/Sistem Proteksi dan Pentanahan)

diakses tanggal 26 Maret 2011.

DIPOSKAN OLEH DUNIA LISTRIK DI 19:04 0 KOMENTAR LINK KE POSTING INI

Anda mungkin juga menyukai