Analisis Risiko Paparan Hidrogen Sulfida Pada Masyarakat Sekitar Tpa Sampah Terjun Kecamatan Medan Marelan TAHUN 2009
Analisis Risiko Paparan Hidrogen Sulfida Pada Masyarakat Sekitar Tpa Sampah Terjun Kecamatan Medan Marelan TAHUN 2009
TESIS
Oleh
REINHARD H. SIANIPAR
077031007/MKLI
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009
Reinhard H. Sianipar : Analisis Risiko Paparan Hidrogen Sulfida Pada Masyarakat Sekitar Tpa Sampah Terjun
Kecamatan Medan MarelanTahun 2009, 2009
USU Repository © 2008
2
TESIS
Oleh
REINHARD H. SIANIPAR
077031007/MKLI
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009
3
Menyetujui
Komisi Pembimbing
PERNYATAAN
Analisis Risiko Paparan Hidrogen Sulfida Pada Masyarakat Sekitar TPA Sampah
Tesis
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah
pengetahuan saya juga tidak terdapat karya yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh
orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam
daftar pustaka
Medan, A p r i l 2009
Reinhard H.Sianipar
6
ABSTRAK
Hidrogen sulfida merupakan suatu gas tidak berwarna, sangat beracun, mudah
terbakar dan memiliki karakteristik bau telur busuk. Gas ini dapat menyebabkan
dampak yang buruk bagi kesehatan. Manusia terpapar asam sulfida terutama dari
udara. Paparan hidrogen sulfida dengan konsentrasi rendah dalam jangka waktu yang
lama dapat menyebabkan efek permanen seperti gangguan saluran pernafasan, sakit
kepala dan batuk kronis.
Obyek dalam penelitian ini adalah udara ambien mengandung hidrogen
sulfida yang memiliki risiko gangguan terhadap kesehatan. Penelitian ini dilakukan
pada lokasi Tempat Pembuangan Akhir Sampah Terjun dan sekitarnya. Jumlah
sampel yang diambil sebagai subyek adalah 40 orang di TPA Terjun dan 40 orang di
luar TPA Terjun.Rancangan penelitian adalah crossectional dengan menggunakan uji
chi-square..
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata konsentrasi hidrogen sulfida di
TPA Terjun dan luar TPA Terjun adalah 0,0290 mg/m³ (SD = 0,02023) dan 0,0033
mg/m³ (SD = 0,00057). Hasil uji statistik p < 0,05 bahwa ada perbedaan konsentrasi
hidrogen sulfida pada kedua wilayah penelitian tersebut. Rata-rata besar risiko (RQ)
di TPA Terjun adalah 2,3 (SD=1,5068) dan di luar TPA Terjun adalah 0,4
(SD=0,2788).Hasil uji statistik p < 0,05 bahwa ada perbedaan besar risiko gangguan
kesehatan antara masyarakat yang tinggal di TPA dengan masyarakat yang tinggal di
luar TPA dengan OR= 12 (95% CI = 3,751- 36,290).
Berdasarkan hasil penelitian ini terlihat bahwa keberadaan TPA
mempengaruhi kualitas udara lingkungan sekitar TPA, khususnya hidrogen sulfida
yang memiliki tingkat risiko. Untuk itu bagi Pemerintahan Kota Medan agar
mempertimbangkan perubahan sistem pengelolaan TPA Terjun. Salah satu
alternatifnya adalah dengan menggunakan sistem sanitary landfill. Bagi dinas
kesehatan kota Medan khususnya, diharapkan mampu melakukan manajemen risiko
terhadap masyarakat yang terbukti memiliki risiko yang tinggi akan terkena toksisitas
hidrogen sulfida di kemudian hari.
Kata Kunci : Hidrogen Sulfida, Tempat Pembuangan Akhir Sampah, Analisis Risiko
Kesehatan, Besar Risiko
7
ABSTRACT
Keywords : Hydrogen Sulfide, Garbage Dump Site Area, Health Risk Assessment,
Risk Quotient
8
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang maha Esa
atas segala rahmatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini, untuk
berbagai pihak, untuk itu penulis mengungkapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada :
Sumatera Utara
tesis
tesis
4. Prof. Harlem Marpaung, Ph.D dan Ir. Indra Chahaya S, M.Si., selaku dosen
pembanding tesis
5. Keluarga tercinta : Istri Maria Depari, ST, serta kedua buah hati Yehuda
Sianipar dan Grace Sianipar yang selalu mendoakan dan menjadi motivasi
bagi penulis
9
7. Semua pihak yang telah ikut memberikan masukan kepada penulis yang
Penulis menyadari bahwa penulisan tesis ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu penulis sangat mengharapakan kritik dan saran yang sifatnya membangun
demi kesempurnaan tesis ini. Semoga hasil dari tesis ini dapat bermanfaat bagi
pembaca.
Penulis,
Reinhard H. Sianipar
10
RIWAYAT HIDUP
IDENTITAS
Agama : Kristen
Alamat Rumah : Jl. Kemiri Ujung No.A5 Komp.Graha Taman Sari, Medan
No.HP : 081373498897
PENDIDIKAN
Industri
PEKERJAAN
KURSUS/PELATIHAN
6–17 September 2004 : Pelatihan Teknis Pengujian Dasar Produk Pangan dan Bahan
Berbahaya
9-11 April 2007 : Pelatihan Penilaian dan Pengelolaan Risiko Bahan Kimia
Berbahaya
Sumatera Utara
12
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK...................................................................................................... i
ABSTRACT..................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR.................................................................................... iii
RIWAYAT HIDUP........................................................................................ v
DAFTAR ISI................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL........................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................... 1
1.1.Latar Belakang........................................................................... 1
1.2.Perumusan Masalah................................................................... 4
1.3 Tujuan Penelitian....................................................................... 4
1.3.1.Tujuan Umum................................................................... 4
1.3.2.Tujuan Khusus.................................................................. 4
1.4 Hipotesis...................................................................................... 5
1.5. Manfaat Penelitian...................................................................... 5
1.6.Ruang Lingkup Penelitian........................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................. 7
2.1 Sampah Padat............................................................................. 7
2.2.Karakteristik Sampah................................................................. 8
2.3. Tinjauan tentang H2S (asam sulfida)….................................... 9
2.3.1. Identitas dan Sifat H2S (asam sulfida)............................ 9
2.3.2. Penggunaan H2S............................................................. 10
2.3.3. Sumber-sumber Paparan Hidrogen Sulfida.................... 10
2.4. Toksikokinetik ………………………………......................... 11
14
2.4.1. Absorbsi........................................................................ 11
2.4.2. Distribusi....................................................................... 12
2.4.3. Metabolisme.................................................................. 12
2.4.4. Ekskresi......................................................................... 13
2.5. Mekanisme Kerja Hidrogen Sulfida........................................ 13
2.6. Efek Hidrogen Sulfida terhadap Kesehatan............................ 13
2.7.Analisa Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL)...................... 14
2.7.1. Konsep dan Definisi........................................................ 14
2.7.2. Model Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan…........... 15
2.7.2.1. Perumusan Masalah ....................................... 16
2.7.2.2. Identifikasi Bahaya (hazard identification).... 17
2.7.2.3. Analisis Pemaparan (exposure assessment).... 17
2.7.2.4. Analisis Efek (effect assesment)..................... 18
2.7.2.5. Analisis Dosis-Respon untuk efek non karsi-
nogen H2S………………………………….. 20
2.7.2.6. Karakteristik Risiko (risk characterization)... 20
2.7.2.7. Manajemen Risiko.......................................... 21
2.8. Tinjauan tentang Tempat Pembuangan Akhir Sampah
(TPA)................................................................................... 22
2.9. Gas Hidrogen dan Pengaruhnya terhadap Kualitas Udara... 24
2.10.Kerangka Teori.................................................................... 24
2.11.Kerangka Konsep Penelitian................................................ 27
2.12.Studi Cross-Sectional........................................................... 27
2.13.Teknik Statistik dalam Analisis............................................ 30
BAB III METODE PENELITIAN.......................................................... 32
3.1. Jenis Penelitian..................................................................... 32
3.2. Lokasi Penelitian.................................................................. 32
3.3. Waktu Penelitian.................................................................. 32
3.4. Populasi dan Sampel ........................................................... 33
15
3.4.1.Populasi.. .................................................................... 33
3.4.2.Sampel......................................................................... 33
3.5. Metode Analisa Hidrogen Sulfida dalam udara ................. 36
3.5.1. Prinsip Metoda Analisa............................................. 36
3.5.2. Alat dan Bahan.......................................................... 37
3.5.3. Prosedur Pembuatan Kurva Kalibrasi....................... 38
3.5.4. Prosedur Perlakuan dan Pengambilan Sampel.......... 38
3.5.5. Cara Analisa.............................................................. 39
3.5.6. Reaksi........................................................................ 39
3.6. Metode Pengumpulan Data................................................. 40
3.6.1.Sumber Data............................................................... 40
3.6.2.Pengumpulan Data..................................................... 40
3.7. Variabel dan Definisi Operasional...................................... 41
3.7.1. Variabel..................................................................... 41
3.7.2 Definisi Operasional.................................................. 42
3.8. Teknik Pengumpulan Data.................................................. 42
3.9. Pengolahan Data…………..……………........................... 43
3.10 Metode Analisa Data…...................................................... 45
BAB IV HASIL PENELITIAN................................................................ 47
4.1. Deskripsi Wilayah Penelitian............................................... 47
4.1.1 Gambaran Umum Wilayah.......................................... 47
4.1.2 Keadaan Penduduk....................................................... 47
4.1.3 Tata Guna Lahan.......................................................... 48
4.1.4 Data Jumlah Penyakit Terbesar................................... 49
4.2. Analisis Risiko...................................................................... 50
4.2.1 Analisis Pemaparan (exposure assessment)................ 50
4.2.2 Karakteristik Risiko (risk characterization)........…… 52
4.3. Hasil Analisa Univariat ....................................................... 52
4.3.1.Distribusi Konsentrasi Hidrogen Sulfida dalam Udara
16
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
Hidrogen sulfida (H2S) merupakan suatu gas tidak berwarna, sangat beracun,
mudah terbakar dan memiliki karakteristik bau telur busuk. Nama kimia asam sulfida
ini adalah dihidrogen sulfida dan dikenal juga sebutan sebagai gas rawa atau asam
sulfida (ATSDR, 2000). Gas ini dapat menyebabkan dampak yang buruk bagi
kesehatan. Manusia terpapar terutama asam sulfida dari udara. Gas H2S dengan cepat
diserap oleh paru-paru. Pada konsentrasi rendah dapat menyebabkan iritasi mata,
hidung atau kerongkongan. Bahkan dapat terjadi kesulitan pernafasan pada penderita
asma. Konsentrasi lebih tinggi dari 500 ppm dapat mengakibatkan hilangnya
kesadaran dan mungkin kematian. Hal ini disebabkan hidrogen sulfida menghambat
asam-basa. Sistem jaringan saraf berhubungan dengan jantung terutama sekali peka
Paparan H2S dengan konsentrasi rendah dalam jangka waktu yang lama
dapat menyebabkan efek permanen seperti gangguan saluran pernafasan, sakit kepala,
dan batuk kronis. Ada beberapa bukti untuk menyatakan bahwa ada hubungan
Sumber paparan gas rawa ini berasal dari gudang penyimpanan pupuk, pabrik
kertas, industri tekstil, gunung berapi, pengeboran minyak tanah dan gas alam,
secara alamiah menghasilkan gas H2S, metana dan amoniak. Bau ini dapat menyebar
Marelan adalah sebuah kawasan yang merupakan muara pembuangan sampah dari
hampir seluruh penjuru kota Medan. Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah
Terjun telah beroperasi sejak 7 Januari 1994, dengan sistem open dumping dengan
luas areal 14 Ha, 4 km dari sungai Deli, 6 km dari garis pantai, dan 14 km dari pusat
kota. Timbunan sampah padat dan kurangnya sistem sanitasi menyebabkan polusi
dan sekitarnya. Masyarakat miskin, kumuh, kurang pendidikan dan pekerjaan sebagai
pemulung adalah gambaran masyarakat yang tinggal di daerah ini. Ketidaktahuan dan
ketidakmampuan dalam hal keuangan memaksa mereka untuk tetap tinggal di daerah
yang sangat rentan terhadap berbagai macam gangguan kesehatan. Salah satu paparan
yang terus-menerus harus mereka hadapi setiap hari adalah paparan terhadap udara
tercemar dari bau telur busuk yang mengandung H2S sangat berpeluang
Ambien dan Vektor terhadap Gangguan Keluhan Saluran Pernafasan dan Saluran
kadar gas H2S terdeteksi melebihi Nilai Ambang Batas (NAB) pada radius 150 meter
dari TPA. Studi AMDAL terhadap TPA Bantar Gebang Bekasi tahun 1989
gas disertai bau busuk, baik yang ditimbulkan pada tahap operasi penimbunan dan
rumah masyarakat di TPA sampah Terjun Kecamatan Medan Marelan. Dari hasil
Kebauan. .
penyakit ISPA dengan jumlah kasus sebanyak 1.840 berada di urutan pertama dari
Desember tahun 2007. Hal ini disebabkan ada hubungan dengan tingginya
pencemaran udara yang berasal dari TPA Sampah Terjun Kecamatan Medan
Marelan.
25
sulfida di TPA Sampah dan di luar TPA Sampah Terjun Kecamatan Medan Marelan
tahun 2009.
TPA Terjun Kecamatan Medan Marelan terhadap paparan dari udara yang
di TPA dan luar TPA Terjun Kecamatan Medan Marelan tahun 2009
sulfida yang diperoleh di TPA dan luar TPA Terjun Kecamatan Medan
hidrogen sulfida yang diperoleh di TPA dan luar TPA Terjun Kecamatan
mengandung hidrogen sulfida di TPA dan luar TPA Terjun kota Medan
tahun 2009.
dalam udara di TPA dan luar TPA Terjun kota Medan tahun 2009.
masyarakat di TPA dan luar TPA Terjun kota Medan tahun 2009.
1.4. Hipotesis
Ada perbedaan besar risiko gangguan kesehatan pada masyarakat yang tinggal
di TPA Sampah Terjun dengan masyarakat yang tinggal luar TPA Sampah Terjun
masyarakat di TPA dan luar TPA Terjun Kecamatan Medan Marelan yang
dan Luar TPA Terjun Kecamatan Medan Marelan yang memiliki risiko
3. Bagi peneliti merupakan suatu kesempatan yang baik untuk dapat menambah
menghirupnya.
sulfida yang terkandung dalam udara. Pendekatan analisa risiko kesehatan lingkungan
udara yang mengandung H2S. Kelebihan analisis risiko kesehatan lingkungan adalah
maka risiko gangguan kesehatan yang akan terjadi pada masa yang akan datang
Subjek penelitian adalah masyarakat yang tinggal di TPA dan luar TPA
Terjun Kecamatan Medan Marelan tahun 2008. Sedangkan, objek penelitian ini
adalah udara ambien dari wilayah penelitian ini dilakukan yang diuji konsentrasi
hidrogen sulfidanya. Lokasi penelitian ini dilakukan di dua tempat yaitu di TPA dan
diluar TPA. Hal ini dilakukan untuk melihat apakah ada perbedaan konsentrasi
dibatasi hanya berdasarkan asupan melalui paparan secara inhalasi dari udara yang
dihirup di wilayah studi, tidak memperhitungkan asupan dari bahan makanan yang
mengandung asam sulfida . Selain itu jalur paparan hidrogen sulfida melalui kulit,
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut defenisinya, sampah adalah bahan / benda padat yang terjadi karena
berhubungan dengan aktivitas manusia yang tidak dipakai lagi, tidak disenangi dan
dibuang dengan cara-cara saniter kecuali buangan yang berasal dari tubuh manusia (
Kusnoputranto, 2000)
sarana layanan masyarakat milik pemerintah, industri berat dan ringan dan pertanian (
Chandra, 2007 )
atas : 1. Zat organik ( sisa makanan, daun, sayur dan buah) 2. Zat anorganik (logam,
membusuk, terdiri dari : 1. Mudah membusuk ( sisa makanan, potongan daging dan
berlangsung baik secara aerobik dan anaerobik. Jika kadar oksigen cukup, maka
penguraian berlangsung secara aerob, sehingga akan terbentuk gas-gas H2S, CO2,
NH3, PO4 dan SO4. Jika kadar oksigen rendah, maka penguraian sampah akan
berlangsung secara anaerob sehingga akan dihasilkan gas-gas NH3, CH4 dan H2S
adalah kelembaban dan suhu. Hal inilah yang mengakibatkan jika pada musim hujan
proses dekomposisi akan meningkat sehingga diperlukan oksigen yang cukup besar.
Jika kebutuhan oksigen tersebut tidak terpenuhi, maka proses dekomposisi sampah
Sampah mempunyai karakteristik yang berbeda antara satu kota dengan kota
lain, tergantung dari tingkat sosial ekonomi penduduk, iklim, dan sebagainya.
sampah yang terdiri dari sampah organik yang bersifat mudah membusuk dan
sampah anorganik (kertas, kayu, kaca, logam, plastik). Berdasarkan hasil survai di
sampah organik. Komposisi kimia sampah adalah besarnya persentase dari unsur /
terdiri dari unsur carbon, hidrogen, nitrogen, sulfur dan phospor (CHONSP) serta
persatuan volume. Besarnya kepadatan sampah tiap kota berbeda tergantung dari
keadaan sosial, ekonomi serta iklim kota tersebut. Terdapat kecenderungan bila
antara 100 samapi dengan 600 kg/m³, sedangkan kepadatan sampah kota Medan
3. Kadar air sampah, yaitu besaran (biasanya dalam satuan %) yang menyatakan
perbandingan antara berat air dengan berat basah sampah total atau dengan berat
kering sampah tersebut. Untuk negara berkembang besarnya berkisar antara 50-70
%.
Hidrogen sulfida adalah gas yang berbau telur busuk. Sekalipun gas ini bersifat
terhentinya pernafasan. Hidrogen sulfida juga bersifat korosif terhadap metal, dan
menghitamkan berbagai material. Karena H2S lebih berat dari udara, maka H2S
sering terkumpul di udara pada lapisan bagian bawah dan sering didapat di sumur-
sumur terbuka, saluran air buangan dan biasanya ditemukan bersama-sama gas
Gas ini merupakan gas tidak berwarna, beracun, sangat mudah terbakar,
karakteristik bau telur busuk (sudah tercium pada konsentrasi 0,5 ppb) dengan berat
molekul 34,1 dan titik didih : - 77 º F pada tekanan 760 mmHg, rapat gas : 1,2 serta
sedikit larut dalam air. Bila terbakar menghasilkan gas SO2 (US EPA,2003)
31
Hidrogen sulfida adalah gas yang tersebar di lingkungan sepert di air sumur,
saluran air buangan dan udara sekitar pabrik kertas, industri tekstil gudang pupuk
serta tempat pembusukan sampah organik. Tubuh manusia juga memproduksi H2S di
Air
Hidrogen sulfida lebih berat dari pada udara, maka H2S sering terkumpul di
udara pada lapisan bawah dan sering terdapat pada air permukaan dan dapat sedikit
larut dalam air. Tetapi H2S dapat menguap dari air permukaan kembali ke udara
Udara
Pada umumnya manusia dapat mengenali bau H2S ini dengan konsentrasi
0,0005 ppm sampai dengan 0,3 ppm. Bila konsentrasi tinggi menyebabkan seseorang
terutama sebagai gas dan menyebar di udara pada lapisan bawah, dekat dengan
manusia. Gas ini dapat bertahan di udara rata-rata 18 jam – 3 hari. Selama waktu itu
berkisar antara 0,11 – 0,33 ppb. Sedangkan pada daerah yang belum berkembang
Bencana di Pozta Rica pada tahun 1950 disebabkan kesalahan penanganan gas
di dalam industri kilang minyak di Mexico dekat Gulf of Mexico. Kebocoran H2S
yang berlangsung 20-25 menit memungkinkan gas tersebut masuk ke udara bebas dan
ke daerah pemukiman (udara tak bebas). Penyakit timbul 10 – 20 menit sejak mulai
Makanan
Paparan H2S melalui makanan relatif kecil. Jadi masuknya gas H2S ke dalam
tubuh diabaikan.
2.4. Toksikokinetik
Pada saat gas ini akan masuk ke dalam tubuh manusia, maka zat tersebut akan
2.4.1. Absorbsi
Hidrogen sulfida lebih banyak dan lebih cepat diabsorbsi melalui inhalasi dari
pada paparan lewat oral. Hidrogen sulfida yang terserap melalui kulit sangat kecil
(ATSDR, 2000).
sulfida yang kecil dapat mencapai saluran nafas bawah di mana hidrogen sulfida
dapat diabsorbsi. Partilkel dengan ukuran kecil akan mengalami penetrasi pada sacus
macrrophage dan sebagian lainnya akan diabsorbsi dalam darah. Zona alveolar
merupakan bagian dalam paru dengan permukaan seluas 50 sampai 100 m². Gas pada
alveoli hampir selalu menyatu dengan aliran darah yang tergantung pada kelarutan
paparan H2S, karena kelarutannya dalam air kecil dan mudah menguap serta tidak
ada laporan dari ilmuwan bahwa orang-orang yang keracunan H2S mengalami diare.
Jalur paparan hidrogen sulfida melalui kulit relatif kurang baik / impermeable
dan sebagai pelindung yang baik untuk mempertahankan fungsi kulit manusia dari
pengaruh lingkungan. Kulit tidak dapat melakukan pertukaran zat dengan darah.
Perpindahan bahan dari luar lapisan yang terserap ke dalam sistem vaskuler sangat
lambat. Hal tersebut karena luas pori hanya sekitar > 100 µm. Jika penyerapan secara
perlahan maka kulit berperan penting dalam efek lolos pertama (first pass effect).
2.4.2. Distribusi
Kadar hidrogen sulfida yang terkandung dalam darah tergantung pada cairan
plasma, cairan interstitial dan cairan intracelular. Setelah memasuki darah akan
setiap organ di dalam tubuh. Mudah tidaknya zat ini melewati dinding kapiler dan
membran sel dari suatu jaringan sangat ditentukan oleh aliran darah ke organ tersebut.
2.4.3. Metabolisme
2.4.4. Ekskresi
dari tubuh. Pada kondisi suhu badan dapat juga diekskresi melalui paru-paru.
oksidasi, sehingga terjadi kematian dan terhentinya pernafasan (US EPA, 2003)
a. Efek akut
Laporan dari studi yang banyak dan konsisten dengan observasi dari bau yang
dideteksi dan menunjukkan gejala pusing dari H2S yang dihasilkan dari geyser (Cal
EPA,1999)
Gas H2S dengan konsentrasi 500 ppm, dapat menimbulkan kematian, edema
b. Efek kronis
polutan H2S pada konsentrasi rendah. Nilai rata-rata konsentrasi H2S di Varkaus,
Finlandia dilaporkan 1,4 – 2,2 ppb (2-3 µg/m³) , 17,3 ppb (24 µg/m³) dan 109,4 ppb
35
infeksi pada saluran pernafasan dan sakit kepala lebih tinggi dibandingkan dengan
untuk menghitung atau memperkirakan risiko pada suatu organisme sasaran, sistem
karakteristik yang melekat pada agent yang menjadi menjadi perhatian dan
karakteristik sistem sasaran yang spesifik. Risiko itu sendiri didefenisikan sebagai
probabilitas suatu efek yang merugikan pada suatu organisme, sistem atau populasi
yang disebabkan oleh pemaparan suatu agent dalam keadaan tertentu (Rahman,2005).
Analisa risiko digunakan untuk menilai dan menaksir risiko kesehatan manusia
yang disebabkan oleh paparan bahaya lingkungan. Bahaya adalah sifat yang melekat
pada suatu risk agent atau situasi yang memiliki potensi menimbulkan efek
merugikan jika suatu organisme, sistem atau populasi terpapar oleh risk agent itu.
Bahaya lingkungan terdiri dari tiga risk agent yaitu chemical agents (bahan-bahan
kimia), physical agents (energi berbahaya dan biological agents (makhluk hidup atau
organisme). Analisis risiko bisa dilakukan untuk pemaparan bahaya lingkungan yang
telah lampau (post exposure), dengan efek yang merugikan sudah atau belum terjadi,
36
bisa juga dilakukan sebagai suatu prediksi risiko untuk pemamparan yang akan
berbagai negara. Gambar 2.1. merupakan draft harmonisasi IPCS (2004), sebagai
Pada dasarnya model yang telah diharmonisasikan ini terdiri dari empat
langkah, sebagaimana model yang telah digambarkan oleh Louvar (1998) dan Koluru
Perumusan Masalah
Karakterisasi Bahaya
(uraian kualitatif dan Karakterisasi Risiko
kuantitatif sifat-sifat risk (pemberitahuan untuk
agent yang berpotensi pengambilan keputusan)
menimbulkan efek
merugikan)
peristiwa yang menjadi perhatian umum, bisa juga karena kebutuhan tertentu
meskipun tidak atau belum menjadi perhatian umum, bisa juga karena kebutuhan
tertentu meskipun tidak atau belum menjadi perhatian umum. Kasus-kasus muncul
karena dua masalah utama, yaitu indikasi pencemaran atau indikasi gangguan
data dan informasi ilmiah sebagai basis untuk menilai keberadaan masalah
studi epidemiologi kesehatan lingkungan, merupakan sumber data yang lazim dipakai
kapasitas yang dimiliki suatu bahan yang dapat menyebabkan kerugian (BPOM RI,
2001). Efek-efek ini bisa diketahui dari studi-studi pada populasi manusia berupa
human epidemiology, baik disain eksperimental seperti clinical trial atau community
trial maupun disain observasional seperti case control dan cohort, molecular
epidemiology, studi toksikologi berbasis hewan (uji hayati atau bioassay), studi
toksikologi in-vitro, atau studi hubungan struktur dengan keaktifan biologis. Dalam
studi-studi ini bisa jadi diperoleh banyak efek, namun yang dapat digunakan untuk
bahaya. Pemaparan adalah penghubung antara bahaya dan risiko. Pemaparan dapat
terjadi karena risk agent terhirup dalam udara, tertelan bersama air atau makanan,
terserap melalui kulit atau kontak langsung dalam kasus radiasi (Kolluru et al, 1996).
39
No Aspek Keterangan
1. Agent Biologis, kimia dan fisika
Agent tunggal, berganda dan campuran
2. Sumber Antropogenik / non antropogenik, area / titik, bergerak/ diam,
indoor / outdoor
3. Media pembawa Udara, air, tanah, debu, makanan dan produk
4. Jalur paparan Menhirup udara yang terkontaminasi, makan makanan yang
terkontaminasi, menyentuh permukaan benda
5. Konsentrasi µg/m³ (udara), mg/kg (makanan), mg/liter (air), % berat
paparan
6. Rute paparan Inhalasi, kontak kulit, ingesti, rute berganda
7. Durasi Detik, menit, jam, hari, minggu, bulan, tahun, seumur hidup
8. Frekuensi Kontinu, intermiten, bersiklus, acak
9. Latar paparan Pemukiman/bukan pemukiman, lingkungan kerja/bukan
lingkungan kerja, indoor/outdoor
10. Populasi terpapar Populasi umum, sub populasi, individu
11. Lingkup Tempat/sumber spesifik, lokal, regional, nasional,
geografis internasional, global
12. Kerangka waktu Masa lalu, sekarang, masa depan, tren
Sumber : Kolluru, R.V., Bartel & Pitblado, R.1996
analisis risiko kesehatan manusia, berbagai jalur paparan sering diintegrasikan untuk
menetapkan Asupan Harian Total (Total Daily intake) yang dinyatakan sebagai
mg/kg/hari.
Analisis efek adalah perkiraan hubungan antara dosis atau tingkat paparan
pada suatu organisme, dengan insidensi dan tingkat efek yang dialibatkannya.
40
Termasuk deskripsi hubungan kuantitatif antara derajat paparan terhadap suatu bahan
Hubungan dosis-respon yang berbeda dapat diamati pada bahan yang sama,
karena efek toksik yang dipengaruhi oleh jumlah asupan bahan kimia atau dosis yang
diabsorbsi, frekuensi paparan dan waktu. Pada analisis risiko kesehatan manusia,
risiko yang dikaji hanya terpusat pada manusia. Oleh karena itu ketidakpastian dalam
analisis risiko manusia hanya terbatas pada variasi jalur paparan dan perbedaan
sensitivitas setiap individu (BPOM RI, 2001). Sehingga konsep risiko mengandung
bukan konsentrasi yang acceptable melainkan hanya acuan saja, jika dosis yang
diterima manusia melebihi RfC maka probalitas mendapatkan risiko juga bertambah
(Rahman, 2005).
Dosis-respon atau efek dosis suatu zat toksik menunjukkan tingkat toksisitas
zat tersebut dan dinyatakan sebagai : 1) Tingkat paparan paling tinggi yang efek
biologinya tidak teramati (NOAEL). 2) Tingkat paparan paling rendah yang efek
efektif, seperti iritasi mata atau saluran pernafasan. 4) Luka permanen. 5) Efek
RfC = . NOAEL .
UF x MF
percobaan yang tepapar H2S secara inhalasi sehingga timbul penyakit subkronis
seperti perubahan suara tikus menjadi sengau dan radang pada mukosa penciuman
tikus. Nilai RfC untuk H2S yang terdaftar di EPA-IRIS adalah 0,001 mg/m³. Asal-
usul RfC didasarkan pada suatu nilai NOAEL = 1 mg/m³ dengan nilai LOAEL = 2,6
Dengan demikian, perhitungan untuk RfC paparan kronik H2S dari udara
dalam udara
risiko. Asupan manusia (intake) dibandingkan dengan konsentarsi acuan (RfC). Rasio
antara asupan dengan RfC dikenal dengan bilangan risiko (Risk Quetients), disingkat
besar pula kemungkinan risiko iru terjadi. Dan sebaliknya jika nilai RQ kurang 1,
maka semakin kecil kemungkinan risiko kesehatan itu terjadi (Kolluru et al, 1996).
risiko kesehatan yang diperoleh melalui suatu analisis risiko, untuk mencegah,
menanggulangi, atau memulihkan efek yang merugikan kesehatan oleh paparan zat
toksik. Hasil dari karakterisasi risiko kemudian digunakan untuk memutuskan upaya-
teknologi, perangkat hukum dan perundangan, sosial, ekonomi dan informasi politik.
sedemikian rupa sehingga intake suatu risk agent sama dengan RfC-nya. Caranya
adalah dengan mengurangi masa paparan atau waktu kontak atau konsentrasinya.
3. Perlindungan pribadi
penetapan standar kualitas atau Baku Mutu Lingkungan (BML). Dalam pengendalian
secara teknik, aspek-aspek teknologi sangat penting karena pemilihan teknologi yang
padat dengan cara-cara yang tepat dan menjamin keamanan lingkungan, menstabilkan
alam. Di tinjau dari segi teknis, proses ini merupakan pengisian tanah dengan
sampah, yaitu teknik open dumping dan sanitary landfill. Teknik open dumping
adalah cara pembuangan sampah yang sederhana, yaitu sampah dihamparkan di suatu
lokasi dan dibiarkan terbuka begitu saja. Setelah lokasi penuh dengan sampah, maka
ditinggalkan. Teknik ini sering menimbulkan masalah berupa munculnya bau busuk,
dan berbagai kutu lainnya, menimbulkan bahaya kebakaran, bahkan sering juga
menimbulkan masalah pencemaran air. Oleh karena itu, teknik open dumping
lanfill.
Teknik sanitary lanfill adalah cara penimbunan sampah padat pada suatu
perlakuan terhadap sampah. Pada teknik ini sampah dihamparkan hingga mencapai
ketebalan tertentu lalu dipadatkan kembali. Pada bagian atas timbunan tanah tersebut
dapat dihamparkan lagi sampah yang kemudian ditimbun lagi dengan tanah.
stabilisasi lapisan tanah lebih cepat dicapai. Dasar dari pelaksanaannya adalah
compactor dan menutupnya setiap hari dengan tanah yang juga dipadatkan. Ketebalan
lapisan sampah umumnya sekitar 2 meter, namun boleh juga lebih atau kurang dari 2
meter bergantung pada sifat sampah, metoda penimbunan, peralatan yang digunakan,
sebagai berikut :
e. Mencegah kebakaran
yang langsung dan tidak langsung. Yang dimaksud efek langsung adalah efek yang
disebabkan karena kontak yang langsung dengan sampah tersebut. Misalnya, sampah
terjadi secara aerobik, dilanjutkan secara fakultatif, dan secara anaerobik apabila
oksigen telah habis. Dekomposisi anaerobik akan meng hasilkan gas H2S, N2, H2
udara disekitarnya. Hidrogen sulfit ini bersifat racun bagi tubuh juga berbau busuk
sehingga secara estetis tidak dapat diterima. Jadi penumpukan sampah yang
1. Identifikasi Bahaya
yang dihirup oleh masyarakat di sekitar TPA Terjun dengan mengukur konsentrasi
asam sulfida.
2. Analisis Dosis-Respon
46
(Reference Concentration, RfC) untuk paparan asam sulfida secara inhalasi adalah
0,001 mg/m³.
3. Analisis Paparan
dengan mengestimasi jumlah asupan udara yang dihirup setiap harinya dengan
4. Karakteristik Risiko
konsntrasi acuan (RfC). Tingkat resiko dinyatakan dengan bilangan risiko ( Risk
Quetients). Semakin besar nilai RQ > 1, semakin besar kemungkinan risiko kesehatan
yang potensial terjadi. Sebaliknya semakin kecil nilai RQ < 1, semakin kecil
disusunlah suatu kerangka teori yang akan meringkas semua hal-hal yang berkaitan
dengan asam sulfida dalam analisis risiko. Kerangka teori yang disajikan diadopsi
ANALISIS RISIKO
Identifikasi Bahaya
Identifikasi Sumber
Air, Udara, Makanan
Karakteristik Resiko :
- Tingkat Risiko Tinggi ( RQ > 1)
- Tingkat Risiko Rendah ( RQ ≤ 1)
Manajemen Resiko
RISIKO
Indikator asupan : TINGGI
Efek Hidrogen Sulfida :
RQ >1
- Konsentrasi H2S -.Gangguan pernafasan
- Berat Badan
-Tempat Tinggal
salah satu bentuk studi observasional (non eksperimental) yang paling sering
Studi cross-sectional dalam arti kata luas mencakup semua jenis penelitian
saat.Studi seperti ini dapat semata-mata bersifat deskriptif misalnya survai deskriptif
nilai-nilai antropometrik bayi baru lahir dan kadar imunoglobulin pasien asma. Ia
juga dapat merupakan studi analitik, misalnya studi perbandingan antara kadar asam
Pada studi cross-sectional, variabel bebas (faktor risiko) dan tergantung (efek)
dinilai secara simultan pada suatu saat; jadi tidak ada follow-up. Dengan studi ini
diperoleh prevalens suatu penyakit dalam populasi pada suatu saat. Dari data yang
kemudian disusun dalam tabel 2 x 2. Untuk desain seperti ini biasanya yang dihitung
adalah rasio prevalens, yakni perbandingan antara prevalens suatu penyakit atau efek
pada subyek dari kelompok yang mempunyai faktor risiko yang diteliti, dengan
prevalens penyakit atau efek pada subyek yang tidak mempunyai faktor risiko (
sectional, yaitu :
Pertanyaan penelitian yang akan dijawab harus dikemukakan dengan jelas. Dalam
dengan cermat. Untuk itu perlu ditetapkan definisi operasional yang jelas, mana
yang termasuk dalam faktor risiko yang ingin diteliti, faktor risiko yang tidak akan
diteliti dan efek. Faktor yang mungkin merupakan risiko namun tidak diteliti perlu
faktor risiko cukup besar sehingga generalisasi hasilnya lebih mudah, namun
ditentukan dari populasi terjangkau mana subyek penelitian yang akan dipilih.
Salah satu hal yang harus diperhatikan adalah besanya kemungkinan untuk
memperoleh faktor risiko yang diteliti. Hendaklah dipilih kelompok subyek yang
sering terpapar. Besar sampel harus diperkirakan dengan formula yang sesuai.
ditentukan apakah seluruh populasi terjangkau akan diteliti atau dipilih sampel yang
representatif.
d.Melaksanakan pengukuran.
Pengukuran variabl bebas (faktor risiko) dari variabel tergantung (efek ,atau
faktor risiko dapat dilaksanakan dengan berbagai cara, tergantung pada sifat faktor
51
risiko, dapat digunakan kuesioner, catatan medik, uji laboratorium atau prosedur
pemeriksaan khusus.
dipelajari.
e.Menganalisis data
Analisis ini berupa suatu uji hipotesis ataupun analisis untuk memperoleh
risiko relatif. Hal terakhir inilah yang lebih sering dihitung dalam studi cross-
pengumpulan data, penyusunan desain penelitian, penentuan sampel dan analisis data
( Nazir, 1983).
data serta dalam menyajikan data secara lebih mudah, sehingga data tersebut dapat
dimengerti secara lebih mudah. Teknik-teknik statistik juga dapat digunakan dalam
a. Distrubusi frekuensi
e. Uji Mann-Whitney
g. Uji Kolmogorov-Smirnov
BAB III
METODE PENELITIAN
penelitian cross sectional. Studi cross sectional meneliti suatu faktor paparan dan
sebuah masalah kesehatan tanpa arah dimensi penyelidikan tertentu, yaitu hanya
melakukan satu kali pengukuran terhadap variabel-variabelnya dan dinilai dalam satu
saat atau suatu periode tertentu. Dengan demikian tidak ada tindak lanjut pada studi
3.2.Lokasi penelitian
Penelitian ini dilakukan pada pemukiman penduduk yang ada disekitar lokasi
1. Tingginya konsentrasi asam sulfida yang terkandung dalam udara yang diketahui
3. Data dari Puskesmas Terjun penyakit ISPA menempati urutan pertama dari 10
penyakit terbesar.
penyusunan laporan akhir direncanakan berlangsung selama 6 bulan, mulai dari bulan
3.4.1. Populasi
A. Populasi Subyek
Subyek dalam penelitian ini ádalah seluruh masyarakat yang tinggal di TPA
dan di luar TPA Sampah Terjun kecamatan Medan Marelan yang masih berdekatan
dengan kawasan TPA dalam radius ± 300 meter di Kecamatan Medan Marelan Kota
B. Populasi Obyek.
Obyek yang digunakan ádalah ambien udara yang ada di TPA dan di luar
TPA Terjun Kecamatan Medan Marelan yang berdekatan dengan kawasan TPA
3.4.2. Sampel
A. Kriteria Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah masyarakat yang berusia ≥ 18 tahun yang
tinggal di TPA dan di luar TPA Terjun dan telah bermukim minimal 3 tahun. Kriteria
usia 18 tahun didasarkan atas keseragaman antropometri dan lama mukim responden
minimal 3 tahun didasarkan pada penelitian Kilburn dan Warshaw tahun 1995. Studi
mereka menyatakan bahwa para pekerja yang terpapar hidrogen sulfida dengan
55
konsentrasi antara 0,010 – 0,100 ppm dari unit pengolahan minyak mentah selama
40 jam setiap minggu dalam 3-4 tahun, menunjukkan bahwa pekerja mengalami
Unit analisis adalah individu yang menghirup udara yang berasal dari udara
Kriteria Inklusi :
1. Berusia ≥ 18 tahun
Kriteria Eksklusi :
Sampel udara yang akan diambil adalah udara ambien di TPA dan di luar
B. Besar Sampel
Besaran sampel minimal yang harus diambil dalam penelitian ini dihitung
terhadap dua proporsi ( Sastroasmoro & Ismael, 2002) dengan persamaan sebagai
berikut :
56
p = proporsi total = p1 + p2
2
p1 = proporsi efek pada kelompok terpapar
q =1–p
Untuk memperoleh besar sampel subyek perla diketahui terlebih dahulu nilai
p1 dan nilai p2. Nilai p1 adalah proporsi subyek terpapar H2S dengan nilai RQ > 1.
Nilai p2 adalah proporsi subyek tidak terpapar H2S dengan RQ < 1. Untuk itu peneliti
acak sebanyak 30 orang sampel di TPA Terjun dan 30 orang sampel di luar TPA
Terjun.
p1 = 60 %
p2 = 10 %
p = p1 + p2 = 0,35
2
57
~ 21 orang
Dengan demikian jumlah sampel minimal dalam penelitian ini adalah 21 orang
untuk tiap kelompok. Dalam penelitian ini jumlah sampel yang diperlukan untuk
kelompok subyek di TPA Terjun sebanyak 40 orang dan 40 orang di luar TPA
Terjun.
Udara ambien yang di ukur diambil pada tiga lokasi, yaitu lokasi 1: TPA (3
titik) , lokasi 2 : luar TPA (3 titik), lokasi 3 : jauh dari TPA (1 titik).
Metoda paling spesifik untuk mengukur konsentrasi H2S di udara dengan reaksi
a. Alat :
2. Spektrofotometer
2.Larutan amin
sampai 1 liter
3.Larutan FeCl3
100 ml
kerja H2S
H2S
impinger
labu takar
C6H3 N (CH3)2
C6H3 N (CH3)2
Cl
Metilen biru
61
konsentrasi hidrogen sulfida dalam udara ambien di TPA Terjun, data hasil
informasi kecepatan dan arah angin dari Badan Meteorologi dan Geofisika
Kota Medan.
1. Data konsentrasi hidrogen sulfida dalam udara ambien yang di ukur pada
TPA, diambil tiga lokasi, yaitu lokasi 1: di TPA (3 titik), lokasi 2 : di luar TPA
Data kuesioner diperoleh dari hasil wawancara peneliti dengan responden yang
3.7.1.Variabel
sulfida, durasi paparan, frekuensi paparan, berat badan, dan tempat tinggal.
untuk menghitung tingkat risiko yang dijadikan sebagai variabel dependen dalam
penelitian ini.
63
3.7.2.Definisi Operasional
No. Variabel Defenisi operasional Skala Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur
1. Konsentrasi Konsentrasi Asam Ordinal Impinger Melakukan mg/m³
H2S sulfida yang terukur, pengukuran
hasil pemeriksaan
kualitas udara
Editing yaitu kegiatan pengecekan terhadap semua isian kuesioner yang telah
laboratorium telah selesai. Kegiatan ini untuk memastikan bahwa data yang diperoleh
tersebut semua telah terisi, konsisten, relevan, dan dapat dibaca dengan baik.
64
kemudian diberi kode oleh peneliti secara manual sebelum diolah dengan
untuk diolah.
5.Penyajian data / laporan, disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan
ambien yang mengandung hidrogen sulfida dari populasi berisiko. Data paparan H2S
diperoleh dari hasil pengukuran konsentrasi hidrogen sulfida dari udara di wilayah
menghitung asupan (intake), untuk mengetahui tingkat risiko risk agent (RQ)
konsentrasi H2S sebagai risk agent dalam udara (mg/m³), laju asupan paparan
65
(m³/hari), frekuensi paparan tahunan (hari/tahun), durasi paparan (real time) dalam
tahun, berat badan (kg), periode waktu rata-rata (30 tahun x 365 hari/tahun untuk
I = C x R x t x f x Dt .....................................................(2)
Wb x tavg
Keterangan:
I = asupan (intake), jumlah risk agent yang masuk ke dalam tubuh manusia
(mg/m³x hari)
tavg=periode waktu rata-rata (30 x 365 hari / tahun untuk zat karsinogen, 70
Untuk mengetahui tingkat risiko kesehatan yang akan terjadi dari masing-
menunjukkan paparan masih berada dibawah batas normal dan penduduk yang
menghirup udara tersebut aman dari risiko kesehatan oleh H2S sepanjang hidupnya.
Sedangkan, bila RQ > 1 menunjukkan paparan berada diatas batas normal dan
penduduk yang menghirup udara tersebut memiliki risiko kesehatan oleh hidrogen
1. Analisis Univariat
masing variabel. Dalam analisis ini digunakan ukuran nilai tengah mean, median,
untuk data numerik. Yang merupakan variabel dengan data numerik adalah :
konsentrasi hidrogen sulfida, laju asupan udara yang dihirup, durasi paparan,
2. Analisis Bivariat
Dalam penelitian ini terdapat 2 jenis variabel yaitu variabel independen (konsentrasi
hidrogen sulfida dalam udara, laju asupan, durasi paparan, frekuensi paparan, berat
badan, dan tempat tinggal ) dan variabel dependen ( besar resikonya terjadinya
67
Dalam penelitian ini uji yang digunakan adalah uji chi-square karena baik
variabel independen maupun dependen merupakan data kategorik (data numerik yang
sudah diubah menjadi dua kelompok ). Uji ini bertujuan untuk menguji perbedaan
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Medan Marelan merupakan salah satu kecamatan yang berada di bagian utara
3. Kelurahan Terjun
Kecamatan Medan Marelan memiliki luas wilayah 44,47 km² dengan batas-
4.1.2.Keadaan Penduduk
penduduk laki-laki berjumlah 58.918 jiwa den penduduk perempuan 62.803 jiwa.
69
Penelitian ini dilakukan pada di dua kelurahan di kecamatan Medan Marelan, yaitu :
kelurahan Terjun dan kelurahan Paya Pasir. Kelurahan Terjun terdiri dari 22
lingkungan, sedangkan kelurahan Paya Pasir terdiri dari 8 Lingkungan. TPA Terjun
Tabel 2. Jumlah Rumah Tangga, Penduduk dan Rata-Rata Anggota Rumah Tangga di
Lokasi Penelitian Tahun 2008
a. Kelurahan Terjun
Luas wilayah kelurahan Terjun adalah 16,05 km² yang terdiri lahan pemukiman
Januari 1994 dengan menggunakan sistem open dumping. Jumlah sampah dari kota
Medan yang dibuang ke TPA Terjun sekitar 1500 m³ sampah per hari. Dalam rangka
sampah. Upaya yang telah dilakukan adalah daur ulang dengan memanfaatkan
Berdasarkan survai industri besar / sedang tahun 2007 tidak terdapat industri
kimia, industri logam dan industri pertambangan di kelurahan Terjun. Jenis industri
rumah tangga yang ada adalah industri makanan dan minuman (BPS Kota Medan,
2007).
Luas wilayah kelurahan Paya Pasir adalah 10 km² yang terdiri lahan
pemukiman dan perumahan, lahan bangunan, ladang, kolam ikan serta kebun.
plastik di kelurahan Paya Pasir dan tidak terdapat jenis industri rumah tangga (BPS
penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA) dengan jumlah kasus sebanyak
2.784 berada di urutan pertama dari sepuluh penyakit terbesar di puskesmas selama
bulan Januari sampai dengan Desember 2008. Adapun data sepuluh penyakit
Tabel 3. Data Sepuluh Penyakit Terbesar di Kecamatan Medan Marelan Tahun 2008
1. ISPA 2784
2. Diare 1918
3. Gigi 1608
4. Mata 314
5. TB Paru 311
6. Kecacingan 184
7. Hypertensi 178
8. Maag 165
9. Scabies 135
sulfida yang diterima individu sebagai asupan atau intake (I), yang dihitung dengan
persamaan :
I = C x R x t x f x Dt
Wb x t avg
Keterangan :
I = asupan (intake), jumlah risk agent yang masuk ke dalam tubuh manusia (mg/kg
x hari )
72
tavg=periode waktu rata-rata (30 tahun x 365 hari/tahun untuk zat non karsinogen, 70
Dt dari hasil kuesioner serta nilai R, f, t avg (periode waktu rata-rata) didapat dari
referensi. Nilai t avg untuk zat non-karsinogen dengan frekuensi paparan (f) 365
berikut :
H.Sitompul yang setiap hari bekerja diluar lokasi penelitian rata-rata 8 jam dengan
berat badan (Wb) = 50 kg. Responden tersebut telah tinggal selama (Dt) = 12 tahun
dengan frekuensi paparan setahun (f) = 365 hari/tahun,nilai t avg untuk zat non-
karsinogen adalah = 10950 hari dan bila berada di lokasi maka, responden setiap hari
menghirup udara bau yang mengandung hidrogen sulfida dengan konsentrasi (C) =
0,029 mg/m³ dan laju asupan (R) = 0,83 m³/jam, sehingga besarnya Intake (I) adalah:
= 0,0029 mg/kg-hari
Jadi asupan (intake) hidrogen sulfida per hari untuk responden tersebut adalah 0,0029
(intake) dengan nilai dosis acuan (RfC) yang dikenal dengan bilangan risiko atau
RfC merupakan dosis acuan yang diperoleh dari kepustakaan (US EPA, 2003).RfC
untuk hidrogen sulfida adalah 0,001 mg/kg-hari, maka nilai RQ untuk hidrogen
sulfida dapat ditentukan. Dari contoh perhitungan asupan diatas, maka nilai RQ untuk
Jadi Besar Risiko (RQ) responden tersebut adalah 2,9. Hasil perhitungan secara
asupan,lama paparan (Dt), asupan (risk agent) , besar risiko (RQ), tidak memenuhi
0,05 (lihat tabel 4 ).Oleh karena itu dalam penelitian ini seluruh variabel numerik
Tabel 4. Distribusi Statistik Deskriptif Variabel Konsentrasi H2S dalam udara (C),
Laju Asupan (R),Frekuensi Paparan (f), Durasi Paparan (Dt), Berat Badan
(Wb), Intake H2S, dan Besar Risiko (RQ) Gangguan Kesehatan Masyarakat
di TPA dan luar TPA Terjun Tahun 2009
15,00 15 12,77
Berat Badan responden 57,40 30 54,74 11,95 0,200
(kg)
58,00 90 60,06
Intake Hidrogen Sulfida 0,0014 0,0001 0,0011 0,0014 0,000
( mg/kg-hari )
0,0008 0,0057 0,0018
Besar Risiko (RQ) 1,449 0,10 1,126 1,4490 0,000
Kesehatan Masyarakat
0,800 5,70 1,771
hidrogen sulfida dan besar risiko (RQ) gangguan kesehatan, sedangkan variabel lain
tabel 5.
75
Tabel 5.Distribusi Frekuensi Konsentrasi H2S dalam udara (C), Laju Asupan
(R),Frekuensi Paparan (f), Durasi Paparan (Dt), Berat Badan (Wb), Intake
H2S, dan Besar Risiko (RQ) Gangguan Kesehatan Masyarakat di TPA dan
luar TPA Terjun Tahun 2009
TOTAL 80 100
menghasilkan nilai p sebesar 0,122. Hal ini berarti distribusi data normal. Rata-rata
konsentrasi hidrogen sulfida dalam udara ambien di lokasi penelitian adalah 0,016
76
mg/m³, dengan simpangan baku 0,0188 mg/m³. Konsentrasi terendah adalah 0,003
mg/m³ dan konsentrasi tertinggi 0,052 mg/m³. Dari hasil estimasi interval dapat
ambien di lokasi penelitian adalah berada diantara 0,00381 mg/m³ sampai dengan
4.3.1 Distribusi Konsentrasi Hidrogen Sulfida dalam udara ambien di TPA dan
Luar TPA Terjun Tahun 2009
di TPA Terjun dan luar TPA Terjun tahun 2009 dapat dilihat pada lampiran 5.
0,0180 0,052
Luar TPA 3 0,0033 0,003 0,00057 -
0,0030 0,004
nilainya. Maka nilai p diambil dari tabel 4 sebesar 0,122 . Oleh karena distribusi data
untuk konsentrasi hidrogen sulfida di TPA normal, maka yang dijadikan nilai tengah
adalah mean. Rata-rata (mean) konsentrasi hidrogen sulfida dalam udara ambien di
TPA Terjun adalah 0,0290 mg/m³ dengan simpangan baku 0,02023 mg/m³.
Konsentrasi terendah adalah 0,016 mg/m³ dan konsentrasi tertinggi mencapai 0,052
mg/m³.
77
nilainya. Maka nilai p diambil dari tabel 4 sebesar 0,122. Hal ini berarti distribusi
data normal.Oleh karena distribusi data untuk konsentrasi hidrogen sulfida di luar
TPA normal, maka yang dijadikan nilai tengah adalah mean. Rata-rata (mean)
konsentrasi hidrogen sulfida dalam udara ambien di luar TPA Terjun adalah 0,0033
mg/m³ dengan simpangan baku 0,00057 mg/m³. Konsentrasi terendah adalah 0,003
Distribusi laju asupan udara per hari pada responden di TPA Terjun dan luar
0,001 yang menunjukkan distribusi data tidak normal. Hal ini dapat juga dilihat dari
gambar 6. Oleh karena distribusi data untuk laju asupan udara tidak normal maka
yang dijadikan nilai tengah adalah adalah median. Rata-rata (median) laju asupan
udara di lokasi penelitian adalah 14,0620 m³/hari, dengan simpangan baku 3,2459
m³/hari. Laju asupan udara terendah adalah 8,30 m³/hari dan tertinggi mencapai 19,92
m³/hari. Dari hasil estimasi interval dapat disimpulkan bahwa 95 % diyakini rata-rata
laju asupan udara di lokasi penelitian adalah berada diantara 14,0620 m³/hari sampai
Distribusi durasi / lama paparan pada responden di TPA Terjun dan luar TPA
Berdasarkan kurva histogram durasi paparan (gambar 6.) dan uji Kolmogorov-
Smirnov (tabel 4 ) menghasilkan nilai p sebesar 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa
distribusi data tidak normal. Oleh karena distribusi data untuk durasi paparan tidak
normal maka yang dijadikan nilai tengah adalah adalah median. Rata-rata (median)
durasi paparan di lokasi penelitian adalah 15,00 tahun dengan simpangan baku 4,549
tahun. Durasi paparan terendah adalah 4 tahun dan tertinggi mencapai 15 tahun. Dari
paparan di lokasi penelitian adalah berada diantara 10,75 tahun sampai dengan 12,77
tahun (tabel 4 ).
Distribusi berat badan pada responden di TPA Terjun dan luar TPA Terjun
Smirnov (tabel 4 ) menghasilkan nilai p sebesar 0,200. Hal ini menunjukkan bahwa
distribusi data normal. Oleh karena distribusi data untuk berat badan normal maka
yang dijadikan nilai tengah adalah adalah mean. Rata-rata (mean) berat badan di
lokasi penelitian adalah 57,40 kg dengan simpangan baku 11,95 kg. Berat badan
terendah adalah 30 kg dan tertinggi mencapai 90 kg. Dari hasil estimasi interval dapat
79
Distribusi asupan (intake) hidrogen sulfida pada responden di TPA Terjun dan
menunjukkan bahwa distribusi data tidak normal. Oleh karena distribusi data untuk
Intake H2S tidak normal maka yang dijadikan nilai tengah adalah adalah median.
Rata-rata (median) Intake H2S di lokasi penelitian adalah 0,0008 mg/kg-hari dengan
simpangan baku 0,0014 mg/kg-hari. Intake H2S terendah adalah 0,0001 mg/kg-hari
dan tertinggi mencapai 0,0057 mg/kg-hari. Dari hasil estimasi interval dapat
2,300 5,70
Luar TPA Terjun 0,485 0,10 0,396-0,574 0,2788 0,000
0,400 1,20
80
0,000, yang menunjukkan distribusi data tidak normal. Oleh karena distribusi data
untuk besar risiko tidak normal maka yang dijadikan nilai tengah adalah adalah
median. Rata-rata (median) besar risiko untuk masyarakat yang tinggal di lokasi TPA
Terjun adalah 2,300 dengan simpangan baku 1,5068. Nilai RQ terendah adalah 0,70
dan tertinggi mencapai 5,70. Dari hasil estimasi interval dapat disimpulkan bahwa 95
% diyakini rata-rata RQ untuk masyarakat yang tinggal di lokasi TPA Terjun adalah
0,000, yang menunjukkan distribusi data tidak normal. Oleh karena distribusi data
untuk besar risiko tidak normal maka yang dijadikan nilai tengah adalah adalah
median. Rata-rata (median) besar risiko untuk masyarakat yang tinggal di luar lokasi
TPA Terjun adalah 0,400 dengan simpangan baku 0,2788. Nilai RQ terendah adalah
0,10 dan tertinggi mencapai 1,20. Dari hasil estimasi interval dapat disimpulkan
bahwa 95 % diyakini rata-rata RQ untuk masyarakat yang tinggal di luar lokasi TPA
Terjun adalah berada diantara 0,396 sampai dengan 0,574 (tabel 6).
dilakukan dengan uji Chi Square, karena variabel-variabel yang diuji baik variabel
81
Tabel 8. Hasil Analisa Chi Square Distribusi Konsentrasi H2S dalam udara (C), Laju
Asupan (R),Frekuensi Paparan (f), Durasi Paparan (Dt), Berat Badan (Wb),
Intake H2S, dan Besar Risiko (RQ) Gangguan Kesehatan Masyarakat di
TPA dan luar TPA Terjun Tahun 2009
N % N %
Konsentrasi H2S dalam
udara ambien
> 0,028 mg/m³ 15 37,5 25 62,5 11,667 3,751- 36,290
≤ 0,028 mg/m³ 35 87,5 5 12,5
Hasil uji Chi Square seperti yang ditampilkan pada tabel menunjukkan bahwa
memiliki risiko akan mengalami gangguan kesehatan akibat menghirup udara yang
mengandung H2S. Dari 40 responden yang menghirup udara mengandung H2S yang
tidak melebihi kadar maksimal, hanya 5 responden (12,5 %) yang berpotensi akan
Hasil uji statistik dengan CI 95% dan nilai interval kepercayaan yang tidak
besar risiko gangguan kesehatan antara responden yang terpapar udara yang
mengandung H2S melebihi kadar maksimal dengan responden yang menghirup udara
tidak melebihi kadar maksimal. Nilai OR adalah 11,67. Hal ini berarti bahwa
mempunyai peluang 11,67 kali memiliki risiko akan mengalami gangguan kesehatan
akibat menghirup H2S yang terkandung dalam udara dibandingkan dengan responden
4.4.2 Hubungan Laju Asupan Udara (R) dengan Besar Risiko (RQ)
Hasil uji Chi Square seperti yang ditampilkan pada tabel 8 menunjukkan
bahwa ada 20 responden dari 41 responden ( 48,8 %) yang menghirup udara yang
kesehatan akibat menghirup udara yang mengandung H2S. Dari 39 responden yang
menghirup udara mengandung H2S yang kurang dari 14 m³, hanya 10 responden
(25,6 %) yang berpotensi akan mengalami gangguan kesehatan akibat terpapar udara
mengandung H2S.
83
Hasil uji statistik dengan CI 95 % dan nilai interval kepercayaan yang tidak
mencakup 1 (1,074 – 7,101 ), maka dapat disimpulkan ada perbedaan proporsi besar
H2S ≥ 14 m³ per hari dengan responden yang menghirup udara kurang dari 14 m³ per
hari . Nilai OR adalah 2,762. Hal ini berarti bahwa responden yang menghirup udara
mengandung H2S yang melebihi 14 m³ per hari mempunyai peluang 2,762 kali
memiliki risiko akan mengalami gangguan kesehatan akibat menghirup H2S yang
terkandung dalam udara dibandingkan dengan responden yang menghirup udara tidak
Hasil uji Chi Square seperti yang ditampilkan pada tabel 8 menunjukkan bahwa
kesehatan akibat menghirup udara yang mengandung H2S. Dari 31 responden yang
menghirup udara mengandung H2S kurang dari 15 tahun, hanya 6 responden (19,4
mengandung H2S.
Hasil uji statistik dengan CI 95 % dan nilai interval kepercayaan yang tidak
mencakup 1 (1,396 – 11,458), maka dapat disimpulkan ada perbedaan proporsi besar
H2S selama 15 tahun dengan responden yang menghirup udara kurang dari 15 tahun.
Nilai OR adalah 4,000. Hal ini berarti bahwa responden yang menghirup udara
84
mengandung H2S selama 15 tahun mempunyai peluang 4,000 kali memiliki risiko
akan mengalami gangguan kesehatan akibat menghirup H2S yang terkandung dalam
udara dibandingkan dengan responden yang menghirup udara kurang dari 15 tahun.
Hasil uji Chi Square seperti yang ditampilkan pada tabel 8 menunjukkan
bahwa ada 16 responden dari 39 responden ( 41,0 %) yang mempunyai berat badan
menghirup udara yang mengandung H2S. Dari 41 responden yang mempunyai berat
badan tidak lebih dari 58, hanya 14 responden (34,1 %) yang berpotensi akan
mencakup 1 (0,541 – 3,325 ), maka dapat disimpulkan tidak ada perbedaan proporsi
besar risiko gangguan kesehatan antara responden yang memilki berat badan lebih
dari 58 kg dengan responden yang mempunyai berat bedan tidak melebihi 58 kg.
Nilai OR adalah 1,342. Hal ini berarti bahwa responden yang memiliki berat badan
lebih dari 58 kg mempunyai peluang 1,342 kali memiliki risiko akan mengalami
dibandingkan dengan responden yang mempunyai berat badan tidak melebihi 58 kg.
Hasil uji Chi Square seperti yang ditampilkan pada tabel 8 menunjukkan
bahwa ada 25 responden dari 40 responden (62,5 %) yang tinggal di TPA Terjun
memiliki risiko akan mengalami gangguan kesehatan akibat menghirup udara yang
85
mengandung H2S. Dari 40 responden yang tinggal di TPA Terjun, hanya 5 responden
(12,5 %) yang berpotensi akan mengalami gangguan kesehatan akibat terpapar udara
mengandung H2S.
Hasil uji statistik dengan CI 95 % dan nilai interval kepercayaan yang tidak
mencakup 1 (3,751 – 36,290), maka dapat disimpulkan ada perbedaan proporsi besar
risiko gangguan kesehatan antara responden yang tinggal di TPA Terjun dengan
responden yang tinggal di luar TPA Terjun. Nilai OR adalah 11,667. Hal ini berarti
bahwa responden yang tinggal di TPA Terjun mempunyai peluang 11,667 kali
memiliki risiko akan mengalami gangguan kesehatan akibat menghirup H2S yang
terkandung dalam udara dibandingkan dengan responden yang tinggal di luar TPA
Terjun.
86
BAB V
PEMBAHASAN
Distribusi hasil pengukuran konsentrasi H2S dalam udara ambien, laju asupan
udara, lama paparan, berat badan, asupan (intake) dan besar risiko (RQ) responden
yang terpapar H2S di TPA Terjun maupun di luar TPA Terjun tahun 2009 dilakukan
normal atau tidak normal. Dinyatakan distribusi normal apabila kurva histogram
berbentuk seperti lonceng, mean = median = modus dan nilai p > 0,05.
paparan, asupan (intake) dan besar risiko berdistribusi nomal, kecuali konsentrasi
hidrogen sulfida dan berat badan. Dalam menentukan rata-rata untuk data yang
berdistribusi normal adalah nilai mean. Bila sebaliknya, maka rata-ratanya ialah nilai
median.
Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Terjun, kota Medan dikelola dengan sistem
open dumping. Teknik open dumping adalah cara pembuangan sampah yang
sederhana, yaitu sampah dihamparkan di suatu lokasi dan dibiarkan terbuka begitu
menimbulkan pemandangan tidak indah, menjadi tempat bersarangnya tikus, lalat dan
perbedaan yang bermakna pada konsentrasi H2S antara udara ambien di TPA dengan
di luar TPA. Rata-rata (mean) konsentrasi H2S di TPA Terjun adalah 0,029 mg/m³,
sedangkan rata-rata (mean) konsentrasi H2S di luar TPA Terjun 0,0033 mg/m³. Nilai
OR adalah 11,667. Hal ini berarti bahwa responden yang terpapar udara mengandung
H2S melebihi kadar maksimal mempunyai peluang 11,667 kali memiliki risiko akan
mengalami gangguan kesehatan akibat menghirup H2S yang terkandung dalam udara
yang berjarak ± 600 meter dari TPA Terjun sebagai kontrol yang menunjukkan
dengan penduduk sekitar tidak ada mengalami gangguan pernafasan,batuk dan sakit
konsentrasi maksimum H2S adalah 0,02 ppm (0,028 mg/m³). Berdasarkan Keputusan
H2S dalam udara ambien di TPA Terjun telah melebihi kadar maksimum yang
ambien di luar TPA Terjun masih berada dibawah kadar maksimum yang
diperbolehkan.
88
m³/hari.Data laju asupan ini diperoleh dari hasil perkalian antara faktor 0,83 m³ / jam
Hasil uji beda diperoleh kesimpulan ada perbedaan proporsi besar risiko
gangguan kesehatan antara responden yang menghirup udara dengan laju asupan ≥ 14
m³/hari dengan responden yang memiliki laju asupan kurang dari 14 m³/hari.
Kaitannya dengan hasil penelitian ini, dapat dijelaskan bahwa dari hasil analisa
bivariat menunjukkan bahwa distribusi responden yang memiliki laju asupan kurang
dari 14 m³/hari dan memiliki RQ>1 hanya 10 atau 25,6 % (lihat lampiran 9).
Nilai OR adalah 2,762. Hal ini berarti bahwa responden yang menghirup udara
mengandung H2S ≥ 14 m³ per hari mempunyai peluang 2,762 kali memiliki risiko
akan mengalami gangguan kesehatan akibat menghirup H2S yang terkandung dalam
udara dibandingkan dengan responden yang menghirup udara kurang dari 14 m³ per
hari.
durasi paparan terendah adalah 4 tahun dan maksimum 15 tahun. Dari 80 responden
yang diteliti, sekitar 61,0 % ( 49 orang) telah terpapar H2S selama ≥ 15 tahun.
Dari uji statistik diperoleh nilai OR adalah 4,0. Hal ini berarti bahwa responden
yang menghirup udara mengandung H2S selama 15 tahun mempunyai peluang 4,0
kali memiliki risiko akan mengalami gangguan kesehatan akibat menghirup H2S
89
yang terkandung dalam udara dibandingkan dengan responden yang menghirup udara
kesehatan. Target organ yang sering terganggu adalah sistem saluran pernafasan.
Sebuah penelitian Kilburn dan Warshaw tahun 1995 bahwa ada hubungan paparan
H2S dari unit pengolahan minyak dan efek gangguan kesehatan para pekerja pada
saluran pernafasan, batuk dan sakit kepala. Peneliti membagi area studi menjadi 2
konsentrasi H2S di TPA adalah 0,029 mg/m³ dan di luar TPA adalah 0,0033 mg/m³.
batuk, sakit kepala dan sesak nafas.Penelitian menunjukkan bahwa perbedaan antara
di TPA Terjun dan luar TPA Terjun secara statistik dengan CI 95 %, yang
Dalam analisa risiko, berat badan akan mempengaruhi besarnya nilai risiko dan
secara teoritis semakin berat badan seseorang maka semakin kecil kemungkinannya
untuk risiko mengalami gangguan kesehatan. Dalam penelitian ini, dari uji bivariat
3,325). Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan proporsi besar risiko
dengan responden yang memiliki berat badan kurang dari atau sama dengan 58 kg.
90
Kaitannya dengan hasil penelitian ini, dapat dijelaskan bahwa dari hasil analisa
bivariat menunjukkan bahwa distribusi responden yang memiliki berat badan lebih
distribusi responden yamg mempunyai berat badan kurang atau sama dengan 58 kg
dan memiliki nilai RQ > 1 berjumlah 14 (47%). Hal ini dapat disimpulkan bahwa
persentase kedua kelompok responden tersebut tidak berbeda, sehingga hasil uji
Nilai OR adalah 1,342. Hal ini berarti bahwa responden yang memiliki berat
badan lebih dari 58 kg mempunyai peluang 1,342 kali memiliki risiko akan
mengalami gangguan kesehatan akibat menghirup H2S yang terkandung dalam udara
dibandingkan dengan responden yang mempunyai berat badan tidak melebihi 58 kg.
populasi yang diteliti yaitu kelompok populasi di TPA dan kelompok populasi di luar
TPA. Ada sebanyak 30 responden yang mempunyai nilai RQ>1 atau sebanyak 38,0
%. Dan dari 30 responden yang mempunyai nilai RQ>1, ada 25 responden yang
tinggal di TPA Terjun (83,33 %) dengan nilai OR 11,667. Dapat diambil kesimpulan
bahwa responden yang tinggal di TPA Terjun mempunyai peluang 11,667 kali
memiliki risiko akan mengalami gangguan kesehatan akibat terpapar H2S dalam
udara ambien dibandingkan dengan responden yang tinggal di luar TPA Terjun.
Dari hasil penelitian diketahui bahwa rata-rata (median) besaran risiko (RQ) di
TPA Terjun adalah 2,300. Hasil ini menunjukkan bahwa penduduk di lokasi TPA
91
Terjun berdasarkan parameter, populasi telah memilki risiko akan terkena gangguan
Hasil analisa hubungan konsentrasi H2S dengan besar risiko (RQ) dengan CI
95 % dan nilai interval kepercayaan yang tidak mencakup 1 (3,751- 36,290 ), maka
dapat disimpulkan ada perbedaan proporsi besar risiko gangguan kesehatan antara
responden yang terpapar udara yang mengandung H2S melebihi kadar maksimal
dengan responden yang menghirup udara tidak melebihi kadar maksimal. Nilai OR
adalah 11,667. Hal ini berarti bahwa responden yang terpapar udara mengandung
H2S melebihi kadar maksimal mempunyai peluang 11,667 kali memiliki risiko akan
mengalami gangguan kesehatan akibat menghirup H2S yang terkandung dalam udara
desain ini adalah pengukuran hanya dilakukan sesaat. Keterbatasan lain dalam
penelitian adalah :
1.Data untuk penilaian paparan dalam penelitian ini hanya berdasarkan hasil satu kali
konsentrasi yang diukur untuk menghitung asupan (intake) H2S yang diterima
kurang mewakili.
2.Dalam perhitungan asupan (intake) hanya menghitung asupan yang berasal dari
sumber lain dari industri sebagai pencemar H2S karena di lokasi penelitian tidak
3.Jalur paparan hidrogen sulfida melalui oral dan kulit tidak diukur. Hal ini
disebabkan karena jalur paparan lewat oral dan kontak kulit sangat kecil, sehingga
dapat diabaikan.
responden untuk mengetahui efek toksisitas H2S. Hanya berdasarkan laporan dari
ini akan dapat digunakan sebagai acuan untuk penelitian yang lebih lanjut, sehingga
BAB VI
6.1. Kesimpulan
1. Rata-rata konsentrasi H2S dalam udara ambien di TPA Terjun tahun 2009 adalah
0,0290 mg/m³ dan rata-rata konsentrasi H2S di luar TPA Terjun tahun 2009
2. Rata-rata laju asupan udara yang mengandung H2S di TPA dan luar TPA Terjun
3. Rata-rata durasi atau lama paparan terhadap H2S dalam udara ambien pada
masyarakat di TPA dan luar TPA Terjun tahun 2009 adalah 15 tahun
4. Rata-rata berat badan masyarakat yang terpapar H2S dalam udara ambien di TPA
5. Rata-rata besaran risiko (RQ) gangguan kesehatan akibat terpapar H2S dalam
udara ambien pada masyarakat yang tinggal di TPA Terjun adalah 2,3 dan rata-
rata risiko (RQ) gangguan kesehatan pada masyarakat yang tinggal di luar TPA
6. Ada perbedaan konsentrasi H2S dalam udara ambien di TPA dan luar TPA Terjun
7. Ada perbedaan besar risiko gangguan kesehatan antara masyarakat yang tinggal di
TPA Terjun dengan masyarakat yang tinggal di luar TPA Terjun kecamatan
6.2. Saran
perubahan sistem pengelolaan TPA Terjun. Ada dua alternatifnya adalah dengan
dalam tubuh masyarakat yang bermukim di TPA akibat terpapar H2S dalam udara
ambien.
pada responden yang hasil perhitungan RQ-nya lebih besar dari 1, jika masih tetap
informasi mengenai risiko paparan hidrogen sulfida pada masyarakat disekitar TPA
95
Sampah Terjun Kecamatan Medan Marelan dan sebagai dokumen ilmiah yang dapat
DAFTAR PUSTAKA
IPCS. 2004 Enviromental Health Criteria XXX: Principles for modelling, dose-
response for the risk assessment of chemicals, Geneva, IPCS, and World
Health Organization
Kolluru, R.V., Bartel & Pitblado, R. 1996. Risk Assessment and Management
Handbook : for Enviromental, Health and Safety Professional, McGraw
Hill, New York
Magill L.Paul and Holden R.Francis. 1956. Air Pollution Handbook, McGraw-Hill
Book Company,Inc,New York
Sastroasmoro, S., Ismael, S., 2002. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Edisi
ke-2, Sagung Seto, Jakarta
Treadwell F.P, 1963. Analytical Chemistry, John Wiley & Sons, Inc,Ninth Edition,
New York
Yassi, A.et al. 2001. Basic Environmental Health, Oxford University Press
99
Lampiran 1
KUESIONER PENELITIAN
I. Tempat Penelitian
Kelurahan
Lingkungan
No.
Nama KK
2.
3.
4.
5.
6.
100
Lampiran 1
No. Pertanyaan
. tahun
. . jam
B. KARAKTERISTIK RESPONDEN
Isilah pertanyaan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya dan beri tanda silang pada
pertanyaan pilihan.
I. IDENTITAS
a. Nama :
c. Jenis Kelamin :
1. Laki-laki
2. Perempuan
Lampiran 1
101
Lampiran 1
d. Status Perkawinan :
1. Menikah
2. Belum Menikah
3. Duda
4. Janda
e. Agama :
1. Islam
2. Kristen
3. Hindu
4. Budha
f. Status Pekerjaan :
1. Bekerja
Jenis pekerjaan :
o Pemulung
o Pedagang /wiraswasta
o Buruh
o Lain-lain : ……………….
2. Tidak Bekerja
g. Pendidikan :
Lampiran 1.
III.DATA KESEHATAN
2. Setelah menetap dilokasi saat ini, pada tahun keberapa mulai timbul :
a. Terus-menerus b. Hilang-kambuh
Bidan / Mantri
103
Lampiran 2.
104
Lampiran 2.
105
Lampiran 2.
106
Lampiran 2.
107
Lampiran 3
Lampiran 4
Lampiran 5
Histogram
2
Frequency
Mean =0.016
Std. Dev. =0.019
N =6
0
0.000 0.010 0.020 0.030 0.040 0.050 0.060
Konsentrasi H2S dalam udara ambien
Lampiran 6
Laju Asupan
20
15
Frequency
10
Mean =14.78
Std. Dev. =3.246
N =80
0
8.00 10.00 12.00 14.00 16.00 18.00 20.00 22.00
Laju Asupan
Lampiran 6. Kurva Histogram Distribusi Laju Asupan Udara di TPA dan Luar TPA
Terjun Tahun 2009
111
Lampiran 7
Histogram
50
40
Frequency
30
20
10
Mean =11.76
Std. Dev. =4.549
N =80
0
2.5 5 7.5 10 12.5 15
Lama Paparan
Lampiran 7. Kurva Histogram Distribusi Durasi Paparan di TPA dan Luar TPA
Terjun Tahun 2009
112
Lampiran 8
Berat Badan
12.5
10.0
Frequency
7.5
5.0
2.5
Mean =57.4
Std. Dev. =11.951
N =80
0.0
30 40 50 60 70 80 90
Berat Badan
Lampiran 8. Kurva Histogram Distribusi Berat Badan di TPA dan Luar TPA Terjun
Tahun 2009
113
Lampiran 9
Histogram
30
20
Frequency
10
Mean =0.0014
Std. Dev. =0.0014
N =80
0
0.0000E0 1.0000E-3 2.0000E-3 3.0000E-3 4.0000E-3 5.0000E-3 6.0000E-3
Intake Risk Agent
Lampiran 9. Kurva Histogram Distribusi Intake Hidrogen Sulfida di TPA dan Luar
TPA Terjun Tahun 2009
114
Lampiran 10
Histogram
30
20
Frequency
10
Mean =1.45
Std. Dev. =1.449
N =80
0
0.0 1.0 2.0 3.0 4.0 5.0 6.0
Besar Risiko
Lampiran 11
RQ>1. Pada dasarnya pengelolaan risiko adalah memanipulasi intake agar nilainya
sama dengan RfC sehingga I / RfC = 1. Untuk membuat I (intake) = RfC dapat
menggunakan data antropometri dan pola paparan sesuai parameter populasi studi ini
(Wb=50 kg, f = 350 hari/tahun ) dengan laju asupan = 14 m³/hari, dan RfC = 0,001
RfC = I
RfC = C x R x f x Dt
Wb x tavg
C = 0,0093 mg/m³
yang berat badannya 50 kg dan terpapar terus-menerus setiap hari selama 350 hari
dalam udara ambien pada konsentrasi diatas 0,028 mg/m³ dan 5 responden (11,1 %)
Upaya lain yang dapat dilakukan untuk memanipulasi intake, agar nilainya
sama dengan RfC adalah dengan menurunka laju asupan. Contoh berikut diambil dari
seorang respoden yang memiliki nilai RQ tertinggi yaitu 5,7 dengan rata-rata
konsentrasi H2S yang terpapar sebesar 0,029 mg/m³, berat badan (Wb) 45 kg, lama
R = I x Wb x t avg
C x f x Dt
= 3,24 m³/hari
Jadi laju asupan H2S dalam udara ambien yang dianjurkan untuk responden
tersebut adalah 3,24 m³/hari, agar udara yang terhirup oleh responden tersebut tidak
paparan tahunan (f). Berikut diberikan contoh pengubahan f yang ditabulasi pada
tabel 7.1 untuk 3 responden yaitu (a) 0,029 mg/m³ ; Berat Badan (BB) 61 kg (b)
0,029 mg/m³; BB 59 kg (c) 0,029 mg/m³ ; Berat Badan (BB) 64 kg dengan contoh
perhitungan :
117
~ 55 hari / tahun
Contoh pengendalian risiko dengan menurunkan paparan tahunan (f) pada tiga
responden.
2. 0,029 59 53,04
3. 0,029 64 57,54
Pada contoh diatas tampak bahwa responden nomor 1 hanya boleh terpapar H2S
dalam udara ambien dengan konsentrasi sebesar 0,029 mg/m³ selama 54,84 hari atau
ketiga masing-masing hanya boleh terpapar selama 54 hari dan 58 hari dalam
setahun.
memiliki risiko akan terkena gangguan kesehatan di kemudian hari akibat terpapar
Lampiran 12
Lampiran 12. Surat Keterangan Hasil Uji H2S dalam Udara Ambien
119
Lampiran 13
Lampiran 13. Surat Keterangan Arah Angin dan Rata-rata Kecepatan Angin
120
Descriptives
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnov(a) Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Konsentrasi H2S
dalam udara ambien .291 6 .122 .759 6 .024
Lampiran 14
Case Processing Summary
Descriptives
5% Trimmed Mean .
Median .01800
Variance .000
Std. Deviation .020232
Minimum .016
Maximum .052
Range .036
Interquartile Range .
Skewness 1.713
Kurtosis .
Luar TPA Mean .00333
95% Confidence Lower Bound
.00190
Interval for Mean
Upper Bound
.00477
5% Trimmed Mean .
Median .00300
Variance .000
Std. Deviation .000577
Minimum .003
Maximum .004
Range .001
Interquartile Range .
Skewness 1.732
Kurtosis .
122
Lampiran 14
Tests of Normality
Tempat
Tinggal Kolmogorov-Smirnov(a)
Statistic df Sig.
Konsentrasi H2S TPA
.368 3 .
dalam udara ambien
Luar TPA .385 3 .
a Lilliefors Significance Correction
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Laju Asupan 80 100.0% 0 .0% 80 100.0%
Descriptives
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnov(a) Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Laju Asupan .166 80 .000 .937 80 .001
a Lilliefors Significance Correction
123
Lampiran 14
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Berat Badan 80 100.0% 0 .0% 80 100.0%
Descriptives
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnov(a) Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Berat Badan .057 80 .200(*) .986 80 .556
* This is a lower bound of the true significance.
a Lilliefors Significance Correction
124
Lampiran 14
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Lama Paparan 80 100.0% 0 .0% 80 100.0%
Descriptives
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnov(a) Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Lama Paparan .374 80 .000 .674 80 .000
a Lilliefors Significance Correction
125
Lampiran 14
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Intake Risk Agent 80 100.0% 0 .0% 80 100.0%
Descriptives
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnov(a) Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Intake Risk Agent .273 80 .000 .788 80 .000
a Lilliefors Significance Correction
126
Lampiran 14
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Besar Risiko 80 100.0% 0 .0% 80 100.0%
Descriptives
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnov(a) Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Besar Risiko .273 80 .000 .788 80 .000
a Lilliefors Significance Correction
127
Lampiran 15
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Berat Badan *
Besar Risiko 80 100.0% 0 .0% 80 100.0%
Chi-Square Tests
Risk Estimate
Lampiran 15
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Lama Paparan *
Besar Risiko 80 100.0% 0 .0% 80 100.0%
Chi-Square Tests
Risk Estimate
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Laju Asupan *
Besar Risiko 80 100.0% 0 .0% 80 100.0%
Chi-Square Tests
Risk Estimate
Lampiran 15
Chi-Square Tests
Risk Estimate
Lampiran 15
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Tempat Tinggal dalam 2
kelompok * Besar Risiko 80 100.0% 0 .0% 80 100.0%
Chi-Square Tests
Lampiran 15
Risk Estimate
Lampiran 16
Lampiran 16. Keadaan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah Terjun Kecamatan
Medan Marelan