Anda di halaman 1dari 2

A.

Latar Belakang

Program Indonesia Sehat merupakan salah satu program dari Agenda ke-5 Nawa Cita, yaitu
Meningkatkan Kualitas Hidup Manusia Indonesia. Program Indonesia Sehat selanjutnya menjadi
program utama Pembangunan Kesehatan yang kemudian direncanakan pencapaiannya melalui Rencana
Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019, yang ditetapkan melalui Keputusan Menteri
Kesehatan R.I. Nomor HK.02.02/Menkes/52/2015. Sasaran dari Program Indonesia Sehat adalah
meningkatnya derajat kesehatan dan status gizi masyarakat melalui upaya kesehatan dan pemberdayaan
masyarakat yang didukung dengan perlindungan finansial dan pemerataan pelayanan kesehatan. Dimana
salah satu bentuk indikator untuk menuju Indonesia sehat adalah dengan terpenuhinya pemberian ASI
Eksklusif pada bayi.

Air susu ibu (ASI) merupakan makanan yang terbaik bagi bayi karena mengandung semua zat gizi dalam
jumlah dan komposisi yang ideal yang dibutuhkan oleh bayi untuk tumbuh dan berkembang secara
optimal, terutama pada umur 0 sampai 6 bulan. Pemberian ASI eksklusif kepada bayi umur 0 – 6 bulan
sangat dianjurkan dan memberikan makanan pendamping ASI secara benar setelah itu sampai bayi/anak
berumur 2 tahun. Namun saat ini, pemberian ASI eksklusif kepada bayi masih belum mencapai target
(Rinaningsih, 2007, Tedjasaputra, 2010, Fewtrell et al, 2007).

Pemberian ASI eksklusif yang belum mencapai target ini dapat dilihat dari data Kementerian Kesehatan.
Dimana,angka inisiasi menyusui dini (IMD) di Indonesia meningkat dari 51,8 persen pada 2016 menjadi
57,8 persen pada 2017. Kendati meningkat, angka itu disebut masih jauh dari target sebesar 90 persen.
Yang mana harusnya angka itu sudah tembus 50 persen, namun sayangnya tidak. Selain itu, Kenaikan
yang sama juga terjadi pada angka pemberian ASI eksklusif, dari 29,5 persen pada 2016 menjadi 35,7
persen pada 2017. Angka ini juga terbilang sangat kecil jika mengingat pentingnya peran ASI bagi
kehidupan anak. Rendahnya angka pemberian ASI ini dilatarbelakangi oleh minimnya kesadaran seorang
ibu atas pentingnya ASI bagi pertumbuhan anak.

Rendahnya pemberian ASI ini juga disebabkan oleh beberapa faktor lain, yaitu faktor si ibu sendiri,
tenaga kesehatan, produsen susu formula dan penyelenggara pelayanan kesehatan. Pemberian ASI
eksklusif, seringkali terkendala karena kurangnya pengetahuan si ibu tentang ASI eksklusif. Si ibu menolak
memberikan ASI kepada bayinya, dengan alasan produksi ASI tidak banyak, encer, dan dapat mengurangi
kecantikan. Keadaan yang tidak mendukung, seringkali mendorong si ibu untuk tidak memberikan ASI
sepenuhnya bahkan pada beberapa ibu tidak memberikan ASI sama sekali kepada bayinya. Selain itu
sampai saat ini tidak dapat dipungkiri, minimnya pemberian ASI pada bayi baru lahir disebabkan oleh
belum optimalnya perhatian tenaga kesehatan. Masih banyak tenaga kesehatan yang menganjurkan ibu
yang baru melahirkan memberi susu dengan merek tertentu, jika bayi sulit menyusui. Banyak tenaga
kesehatan yang terbuai dengan iming- iming dari produsen susu formula. Pemberian hadiah kepada
tenaga kesehatan dikhawatirkan menimbulkan konflik kepentingan yang menghambat pemberian ASI
eksklusif. Pemasaran yang menarik melalui iklan di televisi, surat kabar, internet, billboards, dan
pemberian hadiah kepada masyarakat merupakan propaganda produsen yang menarik perhatian si ibu.
Sponsor untuk kegiatan-kegiatan seminar, acara lomba, dan talk show, seringkali mempengaruhi sikap si
ibu, petugas kesehatan, dan juga penyelenggara pelayanan kesehatan. Selain itu suami dan keluarga juga
sangat berperan penting untuk kelancaran pemberian ASI eksklusif. Sehingga banyak hal yang bisa
mempengaruhi sikap ibu dalam pemberian ASI eksklusif.

Sikap ibu dalam pemberian ASI dapat diperbaiki dan diatasi dengan berbagai cara. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Emilia (2008) dikatakan bahwa ada peningkatan pengetahuan, sikap, dan
tindakan ibu tentang gizi setelah dilakukan penyuluhan dengan media audio-visual. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan Firmansyah (2012),yang melakukan penelitian di Kabupaten Tuban
menyatakan bahwa terdapat pengaruh antara pengetahuan ibu tentang ASI terhadap pemberian ASI
eksklusif, tingkat pengetahuan ibu tentang ASI di Kabupaen Tuban sebesar 51,30%, kondisi tersebut
mencerminkan bahwa perilaku ibu terhadap pemberian ASI eksklusif cenderung baik. Jadi pengetahuan
dan sikap petugas kesehatan dalam memberikan penyuluhan atau dorongan tentang manfaat pemberian
ASI sangat menentukan keberhasilan ibu menyusui dalam memberikan ASI eksklusif. Sehingga, dengan
pengetahuan yang baru tersebut dapat merubah sikap dan persepsi ibu terhadap pemberian ASI
eksklusif pada bayinya.

Untuk meningkatkan pengetahuan ibu, dapat dilakukan dengan memberikan intervensi berupa
pemberian informasi seperti promkes dengan menggunakan media untuk para ibu.Oleh sebab itu,
peneliti ingin meneliti perubahan Sikap ibu sebelum dan sesudah dilakukannya penyuluhan tentang
pentingnya pemberian ASI eksklusi pada bayi

Anda mungkin juga menyukai