Kepolisian adalah suatu institusi yang memiliki ciri universal yang dapat
ditelusuri dari sejarah lahirnya polisi baik sebagai fungsi maupun organ. Pada
dan perilaku kriminal dari masyarakat. Ketika masyarakat bersepakat untuk hidup di
dalam suatu negara, pada saat itulah polisi dibentuk sebagai lembaga formal yang
disepakati untuk bertindak sebagai pelindung dan penjaga ketertiban dan keamanan
sebagai organisasi sipil yang dipersenjatai agar dapat memberikan efek pematuhan
23
(enforcing effect).
Tugas, peran dan fungsi kepolisian suatu Negara selalu berkembang dari
pula dengan tugas, peran dan fungsi kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri).
Dari masa berdirinya Polri sebagaimana disahkan dalam Undang - Undang Dasar
23
Bibit Samad Rianto, Pemikiran Menuju POLRI yang Professional, Mandiri, Berwibawa,
dan dicintai Rakyat ,PTIK Press dan Restu AGUNG, Jakarta, 2006,halaman 36
nasional disamping melaksanakan tugas rutin kepolisian juga secara aktif ikut dalam
Undang - Undang No 2 tahun 2002 Kepolisian Negara Republik Indonesia pada Pasal
2 merupakan alat negara yang berperan dalam memelihara keamanan dan ketertiban
fungsi hukum dimana didalam dasar dari adanya Undang-undang tersebut yaitu
1. Ketertiban
utama untuk suatu masyarakat yang ingin teratur. Pembangunan hanya dapat
24
http://id.scribd.com/doc/59981007/an-Tugas-Fungsi-Dan-Peranan-Polri, diakses pada hari
senin14 januari 2013 pukul 15.30
25
B.Simanjuntak, Hukum Acara Pidana dan Tindak Pidana, Tarsito, bandung, 1982, halaman
11-13
pembaharuan sikap hidup. Tanpa sikap dan cara berfikir yang berubah maka
berubah cara berfikir dalam jual beli yang sifatnya riel kearah berfikir yang
Melihat daripada fungsi hukum diatas maka bila ada hukum, undang-undang
Hukum demikian harus ditiadakan, dihapus. Hukum yang baik adalah hukum yang
sesuai dengan hukum yang hidup (the living law) dalam masyarakat yang tentunya
sesuai pula atau merupakan pencerminan daripada nilai yang berlaku dalam
masyarakat. Dengan kata lain hukum undang-undang sebagai kaidah sosial dalam
pencerminan daripada nilai-nilai yang berlaku dalm masyarakat. Nilai itu tidak lepas
negeri yang meliputi terpeliharanya keamanan dan ketertiban masyarakat, tertib dan
asasi manusia. Agar dalam melaksanakan fungsi dan perannya diseluruh wilayah
Negera Republik Indonesia atau yang dianggap sebagai wilayah negara republik
Indonesia tersebut dapat berjalan dengan efektif dan effisien, maka wilayah Negara
dibagi secara berjenjang mulai tingkat pusat yang biasa disebut dengan Markas Besar
Polri yang wilayah kerjanya meliputi seluruh wilayah negara Republik Indonesia
yang dipimpin oleh seorang Kapolri yang bertanggung jawab kepada Presiden,
kemudian wilayah di tingkat Provinsi disebut dengan Kepolisian Daerah yang lazim
disebut dengan Polda yang dipimpin oleh seorang Kapolda yang bertanggung jawab
kepada Kapolri, di tingkat Kabupaten disebut dengan Kepolisian Resot atau disebut
juga Polres yang dipimpin oleh seorang Kapolres yang bertanggungjawab kepada
26
Ibid, halaman 13
dan di tingkat Desa atau Kelurahan ada Pos Polisi yang dipimpin oleh seorang
Brigadir Polisi atau sesuai kebutuhan menurut situasi dan kondisi daerahnya. 27
masyarakat
hukum masyarakat serta ketaatan warga masyarakat terhadap hukum dan peraturan
perundang-undangan;
27
http://pospolisi.wordpress.com/2012/11/03/tugas-dan-wewenang-polri, diakses pada
tanggal 5 januari 2013 pukul 15.30
i. Melindungi keselamatan jiwa raga, harta benda, masyarakat dan lingkungan hidup
pasal 13 dan 14, Kepolisian Negara Republik Indonesia secara umum berwenang :
ketertiban umum;
kepolisian;
rangka pencegahan;
k. Mengeluarkan surat izin dan/ atau surat keterangan yang di perlukan dalam rangka
pelayanan masyarakat;
adalah:
berwenang untuk:
penyidikan;
saksi;
pemeriksaan perkara;
negeri sipil serta menerima hasil penyidikan penyidik pegawai negeri sipil
berikut ini:
dilakukan;
sekalipun negara runtuh, pemerintahan atau rezim jatuh atau untuk mengamankan
warga masyarakat dari ekses-ekses yang mengancam jiwa, raga, dan harta bendanya.
Bahkan pada saat negara negara diduduki tentara asing polisi tetap menjalankan
subordinasi dari masyarakatnya, dimana masyarakat menjadi titik awal dan titik akhir
pengabdian polisi. 28
kepada penyidik dalam rangka pembatasan kebebasan dan hak asasi seseorang. Mulai
diingat, semua tindakan penyidik yang bertujuan untuk mengurangi kebebasan dan
28
Ibid,. Halaman 37
sekali”. Jangan disalahgunakan dengan cara yang terlampau murah, sehingga setiap
atau penahanan. 29
Pelaksana penegakan hukum tidak hanya Criminal justice system (CJS) atau
Catur Wangsa atau Panca Wangsa (termasuk Lembaga Pemasyarakatan), tetapi juga
termasuk instansi pemerintah dan TNI) serta masyarakat pada umumnya (baik secara
masing. 30
tiga hal penting yang harus diperhatikan dan dibenahi, yaitu kultur masyarakat tempat
29
M. Yahya Haharap, Op,.cit, halaman 157
30
Bibit Samad Rianto, Op,.cit, halaman 45
31
Soerjono Soekanto, Beberapa permasalahan Hukum dalam Kerangka pembangunan di
Indonesia, UIpress, Jakarta, 1983, halaman 3
terakhir substansi hukum yang akan ditegakkan. Disampingkan itu untuk mencegah
tindakan main hakim sendiri kepada masyarakat harus secara kontinyu diberikan
penyuluhan hukum agar taat hukum walaupun kemungkinan terjadinya tindakan main
hakim sendiri oleh masyarakat itu juga sebagai dampak dari lemahnya penegakan
hukum. 32
itu ada, semakin tumbuh dan berkembang manusia maka masalah penegakan hukum
tentunya tidak bisa lepas dari soal aparat yang menempati posisi strategis sebagai
penegak hukum yaitu Polisi Jaksa dan Hakim yang terbatas pada masalah
profesionalitas. 33
kepada masyarakat.
32
Moh. Hatta, Beberapa Masalah Penegakan Hukum Pidana Umum dan Pidana khusus,
Liberty, Yogyakarta, 2009, halaman 32
33
Barda Nawawi Arief, Masalah penegakan hukum dan kebijakan penanggulangan
kejahatan, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2001, Halaman 34
penerapan asas asas Legalitas menjadi salah satu prinsip utama yang menjadi dasar
yang menganut system civil Law (Eropa Kontinental). Dengan demikian setiap
Tahun 1981 Tentang KUHAP, dan lain-lain. Berdasarkan wewenang atributif tersebut
yakni pemberian wewenang dari satuan atas kepada satuan bawah (berupa mandat),
masyarakat tidaklah memiliki tugas yang ringan, karena ruang lingkup tugas
34
Ibid.,
masyarakat. 35
undang Hukum acara Pidana (KUHAP) maka wewenang yang diberikan Undang-
undang ini kepada aparat kepolisian adalah kewenangan dalam hal melaksanakan
penyelidik untuk mencari dan menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai
tindak pidana guna menentukan dapat atau tidaknya dilakukan penyidikan menurut
tentang terjadinya suatu peristiwa yang patut diduga merupakan tindak pidana
35
Mahmud Mulyadi Op,.cit, halaman 40
36
Mohammad Taufik Makarao,Suhasril, hukum acara Pidana dalam teori dan praktek,
Ghalia Indonesia, Bogor, 2010, halaman 24-25
yang diajukan secara tertulis harus ditandatangani oleh pelapor atau pengadu.
Laporan atau pengaduan yang diajukan secara lisan harus dicatat oleh
Dalam hal pelapor atau pengadu tidak dapat menulis, hal itu harus disebutkan
Dapat dikatakan bahwa penyelidik adalah polisi terdepan atau paling utama
yang ditugaskan untuk melakukan tugas mengungkapkan suatu tindak pidana, dalam
KUHAP tidak ditentukan pangkat dari polisi yang bertugas melakukan penyelidikan.
Tetapi dari ketentuan di atas dan ketentuan Peraturab Pemerintah No. 27 Tahun 1983
Pasal 2, kita dapat mengambil patokan bahwa penyelidik adalah polisi yang
berpangkat di bawah pembantu letnan dua, atau jika di suatu tempat tidak ada pejabat
penyidik berpangkat pembantu letnan dua melainkan hanya berpangkat bintara, maka
KUHAP dalam ketentuan umum, Pasal 1 ayat (1) penyidik adalah pejabat
Polisi Negara Republik Indonesia atau pejabat pegawai negeri sipil terteentu yang
37
Ibid, halaman 25
dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam Undang-undang untuk mencari serta
tindakan penyelidik untuk mencari dan menemukan suatu peristiwa yang diduga
sebagai tindak pidana guna menentukan dapat atau tidaknya dilakukan penyidikan
Ini berarti semua pegawai kepolisian negara tanpa kecuali telah dilibatkan di
dalam tugas-tugas penyelidikan, yang pada hakikatnya merupakan salah satu bidang
Nomor 8 tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana, yang ada hubungannya yang erat
dengan tugas-tugas yang lain, yakni sebagai satu keseluruhan upaya para penegak
hukum untuk membuat seseorang pelaku dari suatu tindak pidana itu harus
38
P.A.F Lamintang, Theo Lamintang, Pembahasan KUHAP,menurut ilmu pengetahuan
hukum pidana dan yurisprudensi, Sinar Grafika, 2010 halaman 47
wewenang yang mereka punyai, dan batas-batas dari penggunaan wewenang yang
mereka miliki. Semua hal ini mempunyai hubungan yang erat dengan putusan
keluhuran harkat serta martabat manusia dan untuk adanya ketertiban dan kepastian
hukum demi tegaknya Republik Indonesia sebagai negara hukum sesuai dengan
Penyidik adalah:
b. Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh UU.
berasal dari kata sidik, yang berarti terang dan bekas. Maksudnya penyidikan
membuat terang atau jelas dan penyidikan berarti mencari bekas-bekas kejahatan.
39
Ibid, halaman 47-48
40
Djoko Prakoso,Polri Sebagai Penyidik Dalam Penegakan Hukum , PT Bina Aksara,
Jakarta, 1987, halaman 5
Jika ditinjau dari sistem hukum acara sebelum Kitab Undang-undang Hukum
Acara Pidana, yang dimaksud dengan penyidikan adalah merupakan aksi atau
tindakan pertama dari penegak hukum yang diberi wewenang untuk itu, yang
dilakukan setelah diketahui olehnya akan terjadi atau diduga terjadinya suatu tindak
pidana. 42
pagar penjaga yang mencegah dan memberantas segala bentuk penyelewengan atau
masyarakat dan bangsa kita. Tetapi dari pengalaman dan pengamatan yang ada,
sangatlah berlebihan kalau longgarnya simpul moral itu hanya bersumber dan
terbatas pada penegak hukum. Begitu pula anggapan seolah-olah segala sesuatu akan
seperti yang diatur dalam Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana, yakni apabila
41
R. Soesilo, Taktik dan Teknik Penyidikan Perkara Kriminil,Politeia,Bogor, 1996 halaman
17
42
Djoko Prakoso, Penyidik Penuntut Umum Dan Hakim dalam Proses Hukum Acara Pidana,
PT Bina Aksara, Jakarta, 1987, halaman 8
43
Sholeh so’an, moral penegak hukum di indonesia,(pengacara, hakim, polisi, jaksa), agung
mulia, 2004, halaman 13
hukum. 44
menyelidik, menyidik, dan menuntut menurut hukum pidana bersifat hukum publik.
Ini berarti untuk menyelidik dan menyidik seseorang yang disangka telah melakukan
sesuatu tindak pidana, para penyelidik dan penyidik pada dasarnya dapat
laporan atau suatu permintaan dari seseorang yang telah merasa dirugikan oleh
memiliki fungsi dan wewenang sebagaimana yang diatur pada Pasal 5 KUHAP yang
meliputi :
laporan tersebut. Prinsip setiap laporan atau pengaduan yang disampaikan kepada
penyelidik wajib diterima dan berwenang untuk menanganinya baik hal itu yang
bersifat pemberitahuan biasa atau laporan, maupun yang bersifat delik aduan, yang
dimaksud dengan pengaduan ialah adanya tuntutan (permintaan ) dari seseorang yang
44
P.A.F Lamintang, Theo Lamintang, Op,.cit, halaman 34
45
Ibid., halaman 26-27
terhadap dirinya, agar terhadap orang tersebut dapat diambil tindakan hukum.46
Menurut ketentuan Pasal 103 ayat (1), apabila penyelidik menerima laporan atau
pengaduan harus segera melakukan penyelidikan yang diperlukan, baik hal itu atas
bagian yang tak terpisah dari fungsi penyidikan, guna mempersiapkan semaksimal
mungkin fakta, keterangan, dan bahan bukti sebagai landasan hukum untuk memulai
dilakukan tanpa disertai persiapan dan landasan hukum yang memandai yang berasal
Untuk menanyakan serta memeriksa tanda pengenal diri, hal ini dilakukan karena
46
R. Atang Ranoemihardja, Hukum Acara Pidana, Tarsito,Bandung, 1976 halaman 35
47
Ibid
melakukan penyelidikan tidak memiliki arti dan pengertian yang cukup jelas. Jika
ditelaah dari penjelasan Pasal 5 ayat 1 huruf a butir 4, yang dimaksud dengan
tindakan lain adalah tindakan dari penyelidik untuk kepentingan penyelidikan dengan
syarat:
tindakan jabatan
3. Tindakan itu harus patut dan masuk akal dan termasuk dalam lingkungan
jabatannya
48
Ibid.,
penyitaan
penyelidikan tersebut harus disampaikan secara tertulis oleh penyelidik, hal ini
penyelidik.
berdiri sendiri, terpisah dari fungsi penyidikan. Penyelidikan merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari fungsi penyidikan. Penyelidikan merupakan salah satu cara
atau metode atau sub fungsi penyidikan yang mendahului tindakan lain, yaitu
49
Ratna Sari, Op.Cit., halaman 30
Wewenang yang diberikan kepada penyidik khusus nya yang diberikan oleh
mengurangi kebebasan dan hak asasi seseorang, selama masih berpijak pada suatu
landasan hukum yang sah. Salah satu wewenang untuk melakukan penangkapan
terhadap seorang yang diduga keras melakukan tindak pidana berdasarkan bukti
permulaan yang cukup, ini berarti penyidik sekurang-kurangnya telah memiliki dan
memegang sesuatu barang bukti, atau pada seseorang kedapatan benda/benda curian,
keperluan penyidikan atau penuntutan dengan tata cara yang diatur dalam KUHAP.
50
Mohammad Taufik Makarao,Suhasril, Op.cit, halaman 34
51
Mahmud Mulyadi, Op.cit, halaman 19
memiliki batas waktu selama 1 (satu) hari, hal ini sebagaimana yang ditentukan
dikatakan sebagai suatu pelanggaran hukum dan penangkapan dianggap tidak sah
penyidik selama 2 (dua) kali berturut-turut tanpa alasan yang sah maka tersangka
dapat ditangkap dan dibawa ke kantor polisi dengan paksa untuk dilakukan
pemeriksaan.
B. Penahanan
penangkapan karena seorang tersangka pelaku tindak pidana yang setelah ditangkap
52
Ibid, halaman 20
juga sebagai bahan-bahan pembuktian berupa orang, orang ini biasanya adalah yang
melakukan perbuatan melanggar Hukum Pidana dan yang menjadi korban dari
perbuatan itu sendiri, misalnya orang yang ditipu, dihina dianiaya, dan lain
sebagainya (saksi). 54
pidana pelanggaran tidak dapat ditangkap dan ditahan karena menurut ketentuan ini
penahanan dapat dilakukan terhadap tersangka pelaku percobaan tindak pidana dan
terhadap orang yang memberi bantuan untuk terjadinya suatu tindak pidana.
yang tidak hanya dapat dilaksanakan oleh penyidik, tetapi juga dapat dilaksanakan
oleh instansi penegak hukum lainnya yakni Penuntut Umum maupun lembaga
dilakukan oleh beberapa instansi penegak hukum pengaturannya tidak terpisah dalam
53
Ratna Nurul Afiah, Op.cit, halaman 35-36
54
R. Wirjono Prodjodikoro, Hukum Acara Pidana di Indonesia, Sumur Bandung, Bandung,
1983, halaman 60
55
Mahmud Mulyadi, Op.Cit., halaman 20
KUHAP.
ayat (1) huruf (d) KUHAP, Pasal 11 KUHAP, Pasal 20 ayat (1) KUHAP, Pasal 21 s/d
24 KUHAP, Pasal 29 s/d 31 KUHAP, pasal 75 KUHAP dan Pasal 123 KUHAP
penempatan tersangka atau terdakwa ditempat tertentu oleh penyidik atau penuntut
umum atau hakim dengan penetapannya, dalam hal serta menurut cara yang diatur
hukum untuk melaksanakan penahanan yang tidak hanya terbatas dapat dilaksanakan
oleh penyidik. Perlu diketahui bahwa dalam melakukan penahanan penyidik harus
disertai Surat Perintah Penahanan yang dikeluarkan oleh Kepala Kesatuan, atau
wewenang dari penyidik dan surat tembusannya harus diserahkan kepada keluarga
penyidik terhadap tersangka serta memeriksa sah atau tidaknya penahanan. Sehingga
jika tidak ada surat tugas pengantar kepada keluarga tersangka, maka tersangka
perlu dilakukan pemeriksaan penyidikan secara objektif. Hal ini penting agar tercapai
suatu proses penyidikan yang tuntas dan sempurna sehingga hasil penyidikan tersebut
dapat diteruskan kepada penuntut umum dan dijadikan sebagai dasar pemeriksaan
melakukan tindak pidana berdasarkan bukti permulaan yang cukup, ini berarti
atau pada seseorang kedapatan benda-benda curian, atau telah mempunyai sekurang-
seperti dapat dilakukannya tuntutan ganti rugi sebagaimana yang diatur dalam Pasal
56
Mohammad Taufik Makarao,Suhasril, OpCit, Halaman 34
57
Ibid
58
Mahmud Mulyadi, Op,.cit, halaman 20
1. Alasan subjektif
yang cukup melakukan atau percobaan melakukan atau pemberian bantuan dalam
tindak pidana, dalam hal adanya keadaan yang menimbulkan kekhawatiran nahwa
tersangka :
3. Alasan Objektif
a. Tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih
ayat (4) huruf (b) KUHAP. Penahanan dapat dilakukan terhadap tindak pidana
Pasal 21 ayat 1 KUHAP, jenis penahanan yang dilakukan terhadap tersangka dapat
berupa:
Negara hal ini diatur dalam ketentuan Pasal 19 Peraturan Pemerintah Nomor 27 tahun
a. Jenis kelamin
59
Yesmil Anwar& Adang, Sistem Peradilan Pidana, Widya Padjajaran, Bandung, 2009,
halaman 146
c. Tingkat Pemeriksaan
Selain itu dalam peraturan Menteri Kehakiman tersebut diatur juga hak-hak tersangka
b. Penahanan Rumah
dari penyidik.
60
Mohammad Taufik Makarao,Suhasril,Op.cit,39-40
dikawal dan diawasi secara terus menerus atau pengawasan nya dapat dilimpahkan
kepada Kepala desa maupun kepada Ketua RT atau Ketua RW. Tujuan utama
pengadilan. 61
ayat 2 dan 3 KUHAP, dimana disebutkan bahwa “tersangka atau tedakwa hanya
boleh keluar rumah dengan izin penyidik, penuntut umum, atau hakim yang memberi
perintah penahanan. Izin keluar rumah dimintakan dari pejabat penyidik, jika tahanan
secara yuridis berada dalam tanggung jawabnya dan kalau yang memerintahkan
penahan rumah itu hakim, izin keluar rumah harus atas persetujuan hakim yang
bersangkutan. 62
c. Penahanan kota
Pengertian kota meliputi wilayah desa, kampung, maupun dusun. Penahanan kota
61
Ibid
62
Ibid
penahanan rumah, tetapi yang membedakan penahanan kota ini adalah bahwa
secara langsung. 63
wajib lapor pada waktu-waktu yang telah ditentukan. Mengenai ketentuan waktu
undang-undang tidak menentukan, untuk itu maka mengenai ketetapan waktu untuk
C. Penggeledahan
rumah atau pekarangan ini adalah Hukum Acara Pidana. Mudah dapat dimengerti,
kediaman seorang tidak dengan izin yang berhak atas pekarangan dan /atau rumah itu.
63
Ibid
64
Ibid
merupakan suatu suasana dimana terdapat seorang atau beberapa aparat kepolisian
yang mendatangi tempat atau rumah kediaman ataupun mendatangi dan menyuruh
berdiri seseorang untuk memeriksa seluruh sudut rumah ataupun memeriksa sekujur
tubuh orang yang digeledah, dengan tujuan mencari dan mendapatkan sesuatu yang
tindakan penyidik untuk memasuki rumah tempat tinggal dan tempat tertutup lainnya
untuk melakukan tindakan pemeriksaan ada atau penyitaan dan atau penangkapan
dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam Undang-undang. Mengenai
adalah tindakan penyidik untuk mengadakan pemeriksaan badan dan atau pakaian
tersangka untuk mencari benda yang diduga keras ada padanya atau dibawanya serta
untuk disita. 66
terhadap rumah kediaman ataupun badan dan pakaian seseorang, dan tidak hanya
65
R. Wirjono Prodjodikoro, Op.Cit, halaman 67
66
Ibid.,
dikumpulkan fakta dan bukti yang berkaitan dengan suatu tindak pidana, atau untuk
menangkap seseorang yang sedang berada didalam rumah atau suatu tempat yang
Prakteknya seringkali kita temukan prilaku dari aparat hukum yang merugikan
kekerasan. Selain itu, pada saat penggeledahan aparat juga seringkali tidak memenuhi
rambu-rambu yang berlaku yang ditetapkan dalam UU. Seperti harus mengembalikan
rehabilitasi dan ganti rugi. Namun dalam kenyataannya hal tersebut tidak di jalankan
oleh aparat penegak hukum. Dari produk hukumnya sendiri, kebanyakan belum bisa
67
H. Sunaryo dan Ajen Dianawati, Tanya Jawab seputar hukum acara pidana, Visimedia,
jakarta, 2009 halaman 16
68
Pelaksanaan Hukum dalam masyarakat, http://marx83.wordpress.com/hukum/, diakses
pada jumat 1 februari 2013 15.30 wib
artinya UU tersebut di ciptakan ketika ada sebuah peristiwa atau kejadian. Kelemahan
dari UU yang lahir dari adanya peristiwa adalah apabila ada kejadian yang lain maka
UU tersebut tidak bisa di gunakan. Selama ini tataran konsep hukum kita bisa di
katakan sudah cukup baik walaupun sebagian besar hukum yang ada sekarang
merupakan produk warisan dari para penjajah yang di adakan tambal sulam di sana-
sini. Akan tetapi pada tataran aplikatifnya hukum yang ada sekarang ini bisa kita
katakan masih kurang bisa memenuhi rasa keadilan dari masyarakat hal ini tidak lain
disebabkan oleh prilaku dari aparat penegak hukum itu sendiri. Melihat kenyataan
yang demikian itu masyarakat menjadi kecewa terhadap aparat penegak hukum
berujung pada hilangnya kepercayaan masyarakat terhadap hukum yang ada yang di
maupun penyidik pegawai negeri sipil. Hal ini dikarenakan penggeledahan hanya
penyidik diawasi dan dikaitkan dengan Ketua Pengadilan negeri, karena pada saat
69
Ibid.,
penggeledahan hanya dapat dilakukan penyidik apabila telah mendapat izin dari
penyidik dapat melakukan penggeledahan dengan segera tanpa harus ada izin
yang bersangkutan.
oleh dua orang saksi dan apabila penggeledahan dilakukan tanpa persetujuan
70
H Sunaryo dan Ajen Dianawati, Op.cit, halaman 17
71
M.Yahya harahap, Op,.cit, halaman 257
dilakukan dengan memilih waktu yang tepat untuk mengurangi akibat negatif yang
dirasakan anak maupun keluarga tersangka. Waktu yang paling baik dan tepat adalah
apabila penggeladahan dilakukan pada waktu siang hari karena adanya kemungkinan
anak tersangka sedang bersekolah dan tetangga tersangka sedang bekerja di luar
rumah dilakukan malam hari dengan peengecualian dalam keadaan mendesak sekali
baru dapat dilakukan penggeledahan pada malam hari. Penyidik dalam melakukan
mempertimbangkan dari sisi moral, adat istiadat, dan agama, karena pembuat
72
Ibid
73
R. Atang Ranoemihardja, Op.cit, halaman 75
penggeledahan pada: 74
Ketentuan ini juga memuat pengecualian bahwa dalam hal tertangkap tangan
penyidik harus memperkirakan alternatif terbaik yang harus ditempuh baik dari segi
efektifitas , dan efisiensi kerja serta dari segi pembiayaan. Dalam keadaan seperti ini
penyidik dapat memilih alternatif sebagaimana yang diatur dalam ketentuan Pasal 36
KUHAP yakni :
74
Frans Hendra Winarta, membangun professionalisme aparat penegak hukum, makalah
hukum, diakses pada jumat 1 februari 15.30 Wib
terlebih dahulu meminta izin dari Ketua Pengadilan Negeri di tempat wilayah hukum
kekuasaan penyidik yang bersangkutan. Surat izin yang diberikan oleh Ketua
dari daerah hukum penggeledahan itu dilakukan. Dengan keadaan yang sangat
harus mengikuti prosedur sebagaimana yang ditentukan di atas. Tindakan ini dapat
2. Mendelegasikan penggeledahan
yang dilakukan oleh penyidik di tempat yang berada di luar daerah hukumnya
surat izin dari Ketua Pengadilan negeri setempat. Penyidik yang dimintai bantuan
75
R. Atang Ranoemihardja, Op.cit, halaman 77
D. Penyitaan
penyidik untuk mengambil alih dan atau menyimpan dibawah penguasaannya benda
bergerak atau tidak bergerak, berwujud dan tidak berwujud untuk kepentingan
barang yang menjadi sasaran perbuatan yang melanggar Hukuman Pidana, seperti
barang-barang yang dicuri atau digelapkan atau yang didapat secara penipuan.
Barang-barang yang tercipta sebagai buah dari perbuatan yang melanggar Hukum
pidana seperti uang logam atau uang kertas yang bikin oleh terdakwa dengan untuk
76
Ibid.,
77
Ibid.,
sebagai alat untuk melakukan perbuatan yang melanggar hukum Pidana, seperti suatu
pisau atau senjata api atau tongkat yang dipakai untuk merusak rumah orang. Barang-
barang yang pada umumnya menjadi alat bukti kearah pemberatan kesalahan
terdakwa seperti pakaian yang dipakai penjahat pada waktu melakukan perbuatan
pidana. 78
milik orang lain yang dapat dianggap sebagai suatu perbuatan yang bertentangan dan
menyentuh Hak Asasi manusia, sehingga dalam pelaksanaan nya perlu dilakukan
dilihat dari ketentuan Pasal 38 ayat 1 KUHAP yang menentukan bahwa, Penyitaan
hanyaa dapat dilakukan oleh penyidik dengan surat izin ketua pengadilan negeri
setempat. Artinya penyitaan yang dilakukan oleh penyidik tidak boleh dilakukan
sembarangan, tetapi harus berdasarkan izin dari Ketua Pengadilan Negeri tempat
benda yang akan disita tersebut berada. Ketentuan tersebut juga berlaku terhadap
suatu perkara dan benda yang hendak disita berada dalam wilayah hukum yang
78
R. Wirjono Prodjodikoro, Op.cit, halaman 59
keadaan mendesak dan tidak memungkinkan untuk memperoleh izin dari Ketua
Pengadilan terlebih dahulu dengan syart setelah dilakukan penyitaan maka penyidik
harus segera melaporkan kepada Ketua Pengadilan Negeri setempat agar segera
a. Benda atau tagihan tersangka atau terdakwwa yang selurruh atau sebagian
diduga diperoleh dari tindak pidana atau sebagai hasil dari tindak pidana.
pidana.
79
P.A.F Lamintang & Theo Lamintang, Op,.cit, halaman 163
80
Andi Hamzah, Op,.cit, halaman 152
yang dilakukan.
disebutkan paada Pasal 39 ayat 1 huruf a KUHAP tersebut Hoge Raad dalam
Arrestnya Tanggal 22 Juli 1947, N.J. 1947 Nomor 482 mengatakan yang dimaksud
dengan benda-benda yang diperoleh karena kejahatan bukan hanya benda-benda yang
secara langsung telah diperoleh karena kejahatan, melainkan juga benda-benda yang
oleeh terpidana dibeli dengan uang hasil kejahatan. Ketentuan tersebut juga berlaku
diatur dalam Arrest Hoge Raadd tanggal 14 Juni 1920, N.J 1920 Halaman 752, W.
10593 yang menentukan bahwa ketentuan ini juga berlaku jika sesuatu alat baik
menemukan kebenaran. 82
berada dalam sitaan karena perkara perdata atau karena pailit juga dapat disita untuk
81
P.A.F Lamintang & Theo Lamintang, halaman Op,.cit, 164
82
R. Wirjono Prodjodikoro, Op.cit, halaman 59
ayat 1 KUHAP. 83
Negara Republik Indonesia sebagaimana yang tertuang dalam ketentuan Pasal 3 ayat
2 TAP MPR tersebut dimana disebutkan bahwa “ Hal-hal yang menyangkut Tentara
Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia secara lengkap dan
Ketentuan TAP MPR tersebut yang menjadi salah satu dasar lahirnya Undang-
undang Nomor 2 tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia yang
secara kelembagaan yang meliputi pengaturan mengenai eksistensi , fungsi, tugas dan
bagian yaitu:
1. Wewenang umum
83
P.A.F Lamintang & Samosir, Hukum Pidana Indonesia, Sinar Baru, Bandung, 1983,
halaman 108
yang didasarkan atas tindakan yang dilakukan kepolisian berdasarkan asas legalitas
namun seorang aparat kepolisian dapat juga melakukan tindakan diluar ketentuan
suatu tindakan yang sah, sepanjang tidak melampaui batas-batas wewenang nya dan
melanggar Hak Asasi Manusia serta dengan tujuan untuk kepentingan umum yang
dilakukan dengan cara setiap tindakan aparat kepolisian yang tidak diatur dalam
sebagai syarat agar tindakan itu dianggap sah yang kemudian dikenal dengan sebagai
a. Notwendigkeit
Yaitu menginginkan adanya tindakan yang betul-betul diperlukan, tetapi juga
tidak boleeh dari pada apa yang seharusnya menurut kewajiban aparat.
b. Sachlichkeit
Yaitu menghendaki adanya tindakan yang zakelijk, menurut ukuran-ukuran
kepolisian tidak boleh didorong oleh motif-motif perorangan.
84
Warsito Hadi Utomo, Hukum kepolisian di Indonesia, Prestasi Pustaka, Jakarta, 2005,
halaman 109
85
Abdussalam, Hukum Kepolisian Sebagai Hukum Positif dalam disiplin Hukum, Restu
Agung, Jakarta, 2007, Halaman 139
dengan adanyaa asas ini seorang aparat kepolisian dibenarkan untuk melakukan
undangan. Asas ini juga mengharuskan seorang aparat kepolisian dapat melakukan
penilaian dan memperkirakan hasil dari tindakannya yang tidak diatur dalam
terjadinya tindakan yang sewenang-wenang dan bahkan bisa saja dimanfaatkan oleh
aparat kepolisian untuk kepentingan pribadinya, walaupun demikian hal positif yang
dapat diambil dari penerapan asas Plchtmatiggheid ini adalah agar aparat polisi dapat
mengambil tindakan tertentu dengan segera dalam suatu peristiwa hukum dari pada
86
Ibid.,
87
Ibid.,
kepada kepolisian dalam rangka melakukan fungsinya sebagai alat Negara dalam
bidang penegakan hukum pada umumnya dan khususnya sebagai penyelidik ataupun
melakukan sesuatu tindak pidana, para penuntut umum pada dasarnya dapat
dari seseorang yang telah merasa dirugikan oleh sesuatu tindak pidana yang telah
dilakukan oleh orang lain. Di atas dengan sengaja telah digunakan perkataan pada
pengaduan dari orang yang merasa dirugikan , misalnya dalam kejahatan perzinaan
yang diatur dalam Pasal 284 ayat (2) KUHP, dalam kejahatan persetubuhan di luar
perkawinan dengan seorang wanita yang belum berusia lima belas tahun yang diatur
dalam Pasal 287 ayat (2) KUHP, dalam kejahatan menggerakkan seorang anak di
bawah umur untuk melakukan suatu perbuatan melanggar susila dengan dirinya
sendiri yang diatur dalam Pasal 293 ayat (2) KUHP, dalam kejahatan pembinaan yang
diatur dalam Pasal 319 KUHP, dan lain-lain. Tentang apa sebabnya pembentuk
Menurut para guru besar von Liszt, berner, dan von Swinderen, hal tersebut
disebabkan oleh dipandang secara objektif dalam beberapa tindak pidana tertentu,
kerugian materiil, dam kerugian idiil dari orang yang secara langsung telah dirugikan
harus lebih diutamakan daripada kerugian lain pada umumnya. Menurut memori
kepentingan tertentu dari orang yang telah dirugikan. Secara singkat dapat dikatakan ,
bahwa hukum acara pidana pada dasarnya baru diberlakukan apabila terdapat
pidana, yang disebut juga hukum pidana formal, juga dapat dikatakan termasuk ke
dalam bidang Hukum Tata Negara dan Hukum tata Usaha Negara, karena telah
mengatur tugas, kewenangan, hak-hak, dan kewajiban dari semua pejabat penegak
hukum yang telah dilibatkan dalam penegakan hukum sejak seseorang yang disangka,
88
Ibid.. Halaman 27-28
89
Ibid,. Halaman 29
diadili. 90
Apa yang telah dibicarakan di atas merupakan pengertian hukum acara pidana
dalam arti luas. Dalam arti yang sempit, berarti sejumlah ketentuan yang mengatur
tindakan para pejabat penegak hukum hukum tertentu dalam melaksanakan tugas
mereka untuk menyidik, menuntut, dan mengadili orang-orang yang disangka atau
disangka atau didakwa telah melakukan tindakan yang terlarang dan diancam dengan
dapat dilukiskan dalam hubungannya dengan tertib hukum yang diterima secara
diam-diam maupun formal oleh masyarakat yang terdiri dari peraturan penting bagi
masyarakat yang bersifat memaksa dengan menciptakan suatu alat khusus untuk
90
Ibid,.
91
Ibid,.
92
Bambang Poernomo, Asas-asas Hukum Pidana, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1976, halaman
17-18
apa yang akan dialami jika melakukan tindakan hukum tertentu. Kepastian hukum
perbedaan. 93 Hukum harus di bangun dan ditegakkan agar menjadi pedoman perilaku
masyarakat.
menegakkan hukum itu sendiri, menganggap hukum sebagai tindakan represif dari
aparat hukum, yaitu segala tindakan yang dilakukan oleh aparatur penegak hukum
sesudah terjadi kejahatan atau tindak pidana seperti dalam tindakan penyelidikan
Penyidik sebagai salah satu aparat hukum yang diberi tugas, wewenang dan
tanggung jawab untuk menegakkan hukum, sehingga tugas dan wewenang yang
dengan tugas dan kewenangan penyidik sebagai aparat hukum seringkali melakukan
yang menjadi tersangka, melakukan penyidikan tidak sesuai dengan prosedur yang
93
journal.umi.ac.id/pdfs/Supremasi_Hukum_dan_Penegakan_Hukum.pdf, diakses pada hari
jumat 1 februari 2013 15.30 Wib
94
Sudarto, Kapita Selekta Hukum Pidana, Penerbit Alumni, Bandung, 1986, halaman 118
dan disaksikan dengan mata kepala sendiri maupun melalui media elektronik ataupun
yang dibaca diberbagai media cetak pada hakekatnya bersifat paradoks, dimana
masyarakat yang sebagian tidak mengerti hukum di Indonesia ini sudah pasti menjadi
peristiwa kejahatan, baik yang diperoleh dari berbagai media massa cetak maupun
penderitaan/ kerugian bagi korban dan juga keluarganya. Berkaitan dengan korban
disampaikann telebih dahulu suatu informasi yang memadai mengenai hak-hak apa
saja yang dimiliki oleh korban dan keluarganya, apabila dikemudian hari mengalami
kerugian atau penderitaan sebagai akibat dari kejahatan yang menimpa dirinya. 96
penegakan hukum seperti dalam kasus salah tangkap, yang merupakan kesalahan
penyidik dalam melakukan proses penyelidikan dan penyidikan karena tidak sesuai
95
Ediwarman, Paradoks penegakan hukum pidana dalam perspektif kriminologi di indonesia,
Jurnal Kriminologi Indonesia Vol. 8 No.1 Mei 2012
96
Dikdik M. Arief Mansur dan Elisatris Gultom, Urgensi perlindungan Korban kejahatan
antara norma dan realita, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2007, Halaman 52
tersangka, sebaliknya orang yang seharusnya menurut hukum bersalah bebas dari
hukumannya. Ini jelas sangat tidak adil bagi si korban salah tangkap, yang tidak
mengetahui apa yang terjadi pada diri korban, yang kemudian harus menjalani
hukuman yang tidak diperbuat oleh diri korban, tetapi diperuntukkan kepadanya,
penyelidikan dan penyidikan. Hal ini tidak menetapkan komitmen untuk menegakkan
Hak asasi manusia yang diatur dalam Undang-undang No.39 tahun1999 tentang hak
asasi manusia. 97
hak untuk menangkap dan hak untuk menahan mengharapkan dapat melakukan
faktor yang menyebabkan timbulnya kasus salah tangkap akibat kesalahan dalam
97
Ahmad Samawi, pendidikan hak asasi manusia, Dinamika penegakan hukum dan HAM,
diakses pada jumat 1 februari 2013 15.30 Wib.
98
Hasil Wawancara dengan J. Sirait selaku Kanit I Wassidik
dilakukannya penyelidikan oleh tim penyelidik yaitu terbagi dalam (1) satu tim, tim
tersebut terdiri dari satu ketua tim dan dua anggota. Tiap tim bertanggung jawab
dalam menyelidik suatu peristiwa pidana yang telah dibebankan tugas kepadanya.
Tim tersebut bisa lebih dari (1) tim jika diperlukan dalam setiap peristiwa pidana. 99
umum, mengetahui betapa buruknya prilaku para penegak hukum, jika diteliti masih
banyak sekali tindakan ataupun prilaku penegak hukum yang buruk dan sewenang-
wenang. 100 Prilaku penyidik dalam melaksanakan tugas dan kewenangannya dapat
dengan mudah memproses hukum terhadap seseorang yang diduga melakukan tindak
pidana tanpa bukti yang cukup kuat, dan menjatuhkan status seseorang menjadi
yang dapat dimaklumi jika terdapat unsur ketidak sengajaan sebagai manusia biasa
yang tidak luput dari kekhilafan, namun dalam prakteknya sudah menjadi suatu berita
umum yang dibicarakan bahwa seringnya didapati kesalahan penyidik tersebut dalam
99
Ibid
100
http://projusticia.wordpress.com/proses-penyidikan-sesat-menghasilkan-keputusan-sesat,
diakses pada hari jumat 1 februari pukul 15.30 Wib
terjadi merupakan kesalahan yang disengaja, yang berarti terdapat unsur kesengajaan
dapat dikatakan sebagai kunci dari fungsi penegakan hukum, agar tidak terjadinya
sebagai penegak hukum, yang memiliki faktor dominan dalam pengaruh penegakan
102
saat ini diantaranya:
b. Faktor kesejahteraan;
c. Faktor pengawasan;
f. Faktor kemampuan;
101
Ibid.,
102
http://www.surabayapagi.com/index.php, diakses pada hari jumat 1 februari 2013 15.30
Wib
hukum, karena aparat penegak hukum merupakan subyek dan obyek dari hukum.
akan dinilai oleh masyarakat luas dalam melaksanakan tugasnya. Oleh sebab itu, baik
buruknya penegakan hukum sangatlah bergantung pada kejujuran dari aparat penegak
hukum itu sendiri. Jika penegak hukumnya saja tidak bisa menjalankan tugasnya
dengan jujur, atau menyimpang dari apa yang harusnya dilakukan, masyarakat tidak
akan percaya lagi dengan aparat penegak hukum. Dalam menegakan hukum, ada tiga
unsur yang harus selalu diperhatikan, yaitu kepastian hukum, kemanfaatan dan
keadilan. Semua itu harus selalu diperhatikan agar tidak ada ketimpangan dalam
103
kehidupan bermasyarakat agar kehidupan bermasyarakat harmonis dan teratur.
Diantara banyaknya permasalahan tersebut, satu hal yang sering dilihat dan dirasakan
oleh masyarakat adalah adanya inkonsistensi penegakan hukum oleh aparat. 104
karena lemahnya penegakan hukum. Ini juga terjadi karena aparat penegak hukum
103
http://tikadianpertiwi.blogspot.com/2012/03/penegakan-hukum-di-indonesia.html, diakses
pada hari jumat 1 februari 2013 15.30 Wib
104
Ibid.,
terlibat dalam berbagai macam kasus pidana, seperti yang banyak terjadi belakangan
Jika ini tidak segera diatasi dan disembuhkan maka dalam jangka panjang akan
105
mengakibatkan lumpuhnya penegakan hukum di Indonesia.
Indonesia: 106
105
Sadjipto Rahardjo, Op.cit, halaman 12-13
106
Ediwarman, Paradoks penegakan hukum pidana dalam perspektif kriminologi di
indonesia, Jurnal Kriminologi Indonesia Vol. 8 No.1 Mei 2012
107
Sadjipto Rahardjo, Op.cit, halaman 24
hukum.
penegakannya. Sebaliknya semakin tidak baik suatu peraturan hukum akan semakin
hukum pidana, Secara umum peraturan yang baik adalah peraturan hukum yang
berlaku secara juridis, sosiologis dan filosofis. Peraturan hukum secara juridis
menurut Hans Kelsen adalah apabila peraturan hukum tersebut penentuannya dibuat
berdasarkan kaidah-kaidah yang lebih tinggi tingkatannya. Hal ini perlu diperhatikan
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) yang berlaku saat ini masih
merupakan produk warisan kolonial Belanda, umurnya sudah lebih 100 tahun.
Seharusnya dewasa ini sudah perlu dilakukan pembaharuan secara komprehensif agar
yang lebih tinggi tingkatannya. Ini berarti bahwa setiap peraturan hukum yang
berlaku tidak boleh bertentangan dengan peraturan hukum yang lebih tinggi
derajatnya. Tentu hal ini kembali ke asas hukum yaitu azas Lex posteriori derogat
legi priori yang menyatakan apabila terjadi konflik antara undang undangyang lama
dengan undang-undang yang baru dan undang-undang yang baru tidak mencabut
undang-undang yang lama, maka yang berlaku undang-undang yang baru, tetapi
108
Ibid
berjalan terus. Suatu hukum berlaku secara filosofis apabila peraturan hukum tersebut
sesuai dengan cita-cita hukum (rechts idee) sebagai nilai positif yang tertinggi. Di
Indonesia cita-cita hukum positif yang tertinggi adalah masyarakat yang adil dan
109
makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
tegaknya hukum itu sendiri, karena penegak hukum yang diberikan tugas, wewenang
dan bertanggungjawab atas tegaknya hukum yang dibuat. Walaupun penegak hukum
terlihat begitu sibuk bekerja, namun situasi dunia berhukum tidak memiliki
kemiskinan yang hampir melanda sebagian besar rakyat. Supremasi hukum yang
selama ini didengungkan hanyalah menjadi tanda tanpa makna. Teks-teks hukum
hanya permainan bahasa yang cenderung menipu dan mengecewakan. 110 Terjadinya
fenomena peradilan yang sering menyakiti rasa keadilan kepada simiskin yang tak
berdaya seperti terjadinya kasus salah tangkap yang terkadang terjadi karena adanya
unsur kesengajaan oleh penyidik Polri sebagai aparat penegak hukum, dengan
melakukan penyiksaan kekerasan fisik serta tekanan psikis untuk merekayasa bukti-
bukti untuk mendapat penyelesaian suatu perkara. Ini jelas terjadinya akibat
109
Ibid
110
Sadjipto rahardjo, Op.cit, halaman 10
ketentuan hukum pidana yang ada diefektifkan dan disempurnakan sehingga menjadi
Penegak hukum yang terkait langsung dalam proses penegakan hukum yang
dilakukan oleh kepolisian, kejaksaan, pengadilan, serta praktisi hukum lainnya yang
ditengah masyarakat. Penegakan hukum dapat dilakukan apabila para penegak hukum
sarana yang mencukupi, sehingga berakibat gagalnya hukum yang dibuat tersebut. 113
Sarana dan prasarasana yang memadai tidak mungkin penegakan hukum akan
111
Agus Pranata, http://aguespranata.blogspot.com/2012/07/membongkar-kasus-peradilan-
sesat.html, diakses pada jumat 1 februari pukul 15.30 Wib
112
Barda Nawawi Arief, Op.cit, Halaman 187
113
Sadjipto Rahardjo, Op.cit, halaman 25
kalah pentingnya skill aparat dari segi hukum dan terampil dalam menjalankan
pengadilan berjalan sangat lamban, demikian juga pemeriksaan perkara pada tingkat
Kasasi di Mahkamah Agung yang sampai saat ini ribuan perkara masih menumpuk.
Hal ini disebabkan karena jumlah Hakim yang tidak sebanding dengan jumlah
perkara yang harus diperiksa dan diputus serta masih kurangnya sarana atau fasilitas
lain untuk menunjang pelaksanaan peradilan yang baik. Demikian pula pihak
Hukum dibuat untuk dilaksanakan, oleh sebab itu , penegakan hukum selalu
melibatkan manusia dan juga tingkah laku manusia. Hukum tidak dapat dipisahkan
dengan masyarakat sebagai bekerjanya hukum. Maka hukum berada diantara dunia
nilai-nilai atau ide-ide dengan dunia kenyataan sehari, karena hal tersebut akibatnya
sering terjadi ketegangan pada saat hukum itu diterapkan. Saat hukum yang sarat
akan nilai-nilai hendak diwujudkan, maka hukum sangat terkait erat dengan berbagai
menggali sumber daya nya dari lingkungan tersebut, baik berupa manusia maupun
sumber daya lainnya. Lembaga tampaknya tidak dapat melaksanakan tugasnya secara
perhitungan yang realistis yang tidak lain memberikan perhatian terhadap efisien
kedamaian di masyarakat, dalam hal ini yang penting adalah kesadaran hukum
maka semakin sulit melaksanakan menegakkan hukum yang baik, yang dimaksud
dengan kesadaran hukum witu, antara lain, adalah pengetahuan tentang hukum,
114
Satjipto Rahardjo, Op.cit, halaman 7
115
Ibid, halaman 24
yang berlaku, nilai-nilai mana merupakan konsepsi abstrak mengenai apa yang
dianggap baik dan apa yang dianggap buruk. Hukum adat tersebut merupakan
kebiasaan yang berlaku di kalangan rakyat banyak. Akan tetapi di samping itu
Hukum itu harus dapat mencerminkan nilai-nilai yang menjadi dasar dari hukum adat
agar hukum itu dapat berjalan secara efektif. Sedangkan kebiasaan mempengaruhi
para penegak hukum dalam penegakan hukum itu sendiri, misalnya adanya kebiasaan
yang kurang baik dalam penegakan hukum pada umumnya berupa pemberian amplop
dengan dalih apapun untuk penyelesaian suatu perkara baik pidana maupun perdata.
sudah merupakan suatu penyakit kronis yang sulit untuk diperbaiki. Padahal
kebiasaan yang dianggap budaya tersebut adalah kebiasaan yang melanggar norma
yang ada baik norma hukum maupun norma adat yang mengedepankan budaya malu
yang termasuk dalam kategori klasik maupun modern, telah memberikan penjelasan
yang cukup memadai untuk dijadikan pijakan kita dalam rangka memahami sebab-
tentang anomie yaitu suatu situasi tanpa norma dan arah yang tercipta akibat tidak
116
Ibid
bahwa sebagai akibat dari proses sosialisasi, individu belajar mengenal tujuan-tujuan
tujuan yang selaras dengan kebudayaan tidak ada atau tidak mungkin dilakukan,
sehingga individu-individu mencari jalan atau cara alternative, maka perilaku itu bisa
Sistem penegakan hukum tidak lepas dari sistem hukum yang berlaku saat ini,
yang banyak memiliki kelemahan sehingga hukum sulit ditegakkan dan banyak
mengandung friksi serta potensi konflik. Paling tidak terdapat 5 (lima) karakteristik
117
Suyoto, http://fisipsosiologi.wordpress.com/mata-kuliah/sosiologi-kriminalitas, Perilaku
menyimpang dalam perspektif sosiologis, di akses pada hari jumat 1februari 2013 15.30 Wib
118
Bibit Samad Rianto, halaman Op.cit halaman 145
pertama hukum dipatuhi dalam arti berlaku secara sosial dan hukum
bisa belanja dengan credit card atau ATM tidak boleh masuk ke fasilitas
hukum acara biasa. Karena dengan Hukum Acara Biasa masalahnya akan
Negara.
dilaksanakan dengan baik sehingga rasa aman masyarakat dapat tewujud dan
masyarakat serta pemerintah dapat melaksanakan kegiatan sehari- hari secara wajar
terhadap kejahatan).
secara psikologis).
Masalah penegakan hukum di Indonesia ini harus segera diatasi agar bangsa
Indonesia menuju bangsa yang adil, tidak ada ketimpangan hukum. Masalah ini harus
119
Ibid, 234
pemerintah. Selain Perbaikan kinerja aparat, materi hukum sendiri juga harus terus
menerus diperbaiki membuat undang-undang hukum yang jelas dan tegas agar tidak
disalah artikan oleh masyarakat. Penegakan hukum harus terus diupayakan untuk
orang itu bersalah, maka harus dihukum sesuai hukum yang berlaku tanpa
hal pertama yang harus dilakukan adalah menumbuhkan kesadaran masyarakat akan
hukum. Ini sangatlah penting karena apabila kesadaran masyarakat akan hukum
sudah tumbuh maka secara tidak langsung peran serta masyarakat dalam upaya
akan tumbuh bila adanya jaminan hukum, perilaku aparatur Negara yang jujur dan
apakah dapat mengembannya, namun tidak dapat dipungkiri, tugas pokok tersebut
120
Kusnu goesniadhie s, Makalah hukum, perspektif moral penegakan hukum yang baik,
diakses pada jumat 1februari 2013 pukul 15.30 Wib
121
Supriadi, Etika dan tanggung jawab profesi hukum di indonesia, Sinar grafika, Jakarta,
2008, halaman 134
menjalankan tugasnya;
masyarakat. Pada satu sisi, masyarakat yang akan ditertibkan tidak memahami tugas
kepolisian sebagai aparat negara dalam mejaga keamanan dan ketertiban, sehingga
seringkali beringas dan ganas dan sering polisi mendapatkan perlakuan yang sangat
kasar. Sementara itu, polisi pada sisi lain sebagai manusia biasa mempunyai kadar
122
Ibid,