Literatur
Literatur
Literatur
Keterbukaan Informasi Publik dimaksudkan untuk memberi ruang bagi seluruh warga negara
mengakses informasi dari lembaga pemerintah dan non pemerintah. Konsekuensinya, setiap
lembaga pemerintah dan non pemerintah diwajibkan untuk membuka diri pada publik dan
memberikan pelayanan prima kepada mereka yang membutuhkan informasi.
Dewasa ini dinamika pemanfaatan lahan di Kabupaten Kudus berlangsung relatif cukup pesat
yang memicu berbagai pertumbuhan aktivitas dibanyak sektor. Pertumbuhan ini ditandai
dengan munculnya banyak bangunan baik berupa bangunan fasilitas umum dan fasilitas
sosial sebagai wujud pemanfaatan ruang. Berbagai aktivitas/kegiatan yang memanfaatkan
ruang selayaknya dapat dikendalikan dan diarahkan agar sesuai dengan rencana tata ruang
yang telah disusun untuk menghindarkan dampak pembangunan yang negatif.
Dengan kondisi seperti ini maka dibutuhkan suatu aplikasi sistem informasi di bidang
penataan ruang yang mampu mengintegrasikan data/ informasi sehingga semua informasi
yang dibutuhkan berkaitan dengan penataan ruang dan lahan dapat diketahui secara cepat dan
efektif khususnya menyangkut keterkaitan antara jenis data yang satu dengan yang lainnya
yang ditetapkan secara relasional yang menggambarkan karakteristik penataan ruang dan
lahan secara lebih komprehensif. Sistem Informasi penataan ruang pada hakekatnya adalah
suatu komponen yang terdiri dari perangkat keras, perangkat lunak, data ruang dan
sumberdaya manusia yang bekerja bersama secara efektif untuk menangkap, menyimpan,
memperbaiki, memperbaharui, mengelola, memanipulasi, mengintegrasikan, menganalisa,
dan menampilkan data dalam suatu informasi berbasis penataan ruang.
Dengan sistem informasi tata ruang, pelaku pengendali pemanfaatan ruang dapat dengan
mudah dan cermat dalam mengendalikan ruang sesuai dengan rencana tata ruang. Terbitnya
UU no 26 tahun 2007 yang berusaha merubah paradigma penyelenggaraan penataan ruang
menjadi lebih operasional, harus didukung oleh sistem informasi yang cukup lengkap agar
setiap pengambilan keputusan menjadi tepat dan dapat dipertanggungjawabkan secara
kuantitas maupun kualitas.
http://gis.kuduskab.go.id/
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional dan rencana tata ruang wilayah provinsi;
rencana pola ruang wilayah kabupaten yang meliputi kawasan lindung kabupaten
dan kawasan budi daya kabupaten;
Rencana tata ruang wilayah kabupaten menjadi dasar untuk penerbitan perizinan lokasi
pembangunan dan administrasi pertanahan.
Jangka waktu rencana tata ruang wilayah kabupaten adalah 20 (dua puluh) tahun.
Rencana tata ruang wilayah kabupaten sebagaimana dimaksud ditinjau kembali 1 (satu)
kali dalam 5 (lima) tahun.
Dalam kondisi lingkungan strategis tertentu yang berkaitan dengan bencana alam skala
besar yang ditetapkan dengan peraturan perundang-undangan dan/atau perubahan batas
teritorial negara, wilayah provinsi, dan/atau wilayah kabupaten yang ditetapkan dengan
Undang-Undang, rencana tata ruang wilayah kabupaten ditinjau kembali lebih dari 1
(satu) kali dalam 5 (lima) tahun.
Rencana tata ruang wilayah kabupaten ditetapkan dengan peraturan daerah kabupaten.
Rencana rinci tata ruang sebagaimana dimaksud di atas ditetapkan dengan peraturan
daerah kabupaten.
http://www.penataanruang.com/perencanaan-tata-ruang-wilayah-kabupaten.html
Memahami Pentingnya Tata Ruang Kota
Artikel·July 3, 2017
Pengertian Tata Ruang menurut Undang Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007
Pasal 1 ayat 2 adalah wujud struktur ruang dan pola ruang. Sedangkan pengertian kota,
ditinjau dari segi geografis menurut Bintarto (1989), kota dapat diartikan suatu sistem
jaringan kehidupan manusia, ditandai dengan kepadatan penduduk yang tinggi dan diwarnai
dengan strata sosial ekonomi yang heterogen dan coraknya yang materialistis. Atau dapat
pula diartikan sebagai bentang budaya yang ditimbulkan oleh unsur-unsur alam dan non
alami dengan gejala-gejala pemusatan penduduk yang cukup besar dengan corak kehidupan
yang bersifat heterogen dan materialistis dibandingkan dengan daerah di bawahnya.
Dalam Pasal 1 sub 10 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
dinyatakan bahwa kawasan perkotaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama
bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat pemukiman perkotaan,
pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan
ekonomi.
Kota sebagai pusat perekonomian wilayah memiliki peran yang sangat besar bagi
pembangunan, dimana konstribusinya terhadap pemenuhan kebutuhan hidup warganya
melahirkan berbagai permasalahan. Jumlah penduduk yang terus bertambah dan dikaitkan
dengan implikasinya pada ruang kota, bagi para pakar dan pemerhati lingkungan sangatlah
menakutkan. Apalagi ada banyak kejadian terutama di negara berkembang, kota-kota tersebut
berkembang tanpa pengendalian. Jumlah penduduk terus bertambah, ruang kota semakin
padat dan berkualitas rendah, lalu lintas semrawut, penghijauan sangat kurang, terjadi banjir
dan sebagainya.
Kondisi kota-kota di negara berkembang, semakin hari semakin terpuruk. Meskipun, ada
gejala ekonomi kota meningkat, padahal di balik itu tingkat stres warga sangatlah tinggi,
jumlah orang yang sakit terus saja bertambah, jumlah penduduk dengankualitas tinggi terus
menurun, dan pada akhirnya, kota yang katanya mengalami kemajuan ekonomi itu
mengalami kemunduran dalam berbagai hal.
Umumnya kota-kota besar banyak mengalami permasalahan tata ruang, tidak saja karena kota
sejak awal telah dibangun dan bertumbuh secara alami, akan tetapi kota mengalami
pertumbuhan lebih pesat, yang biasanya selalu lebih cepat dari konsep tata ruang yang
diundangkan karena cepatnya laju pembangunan di perkotaan. Jumlah penduduk yang
bertambah setiap tahunnya akan berakibat pada padatnya penduduk di suatu wilayah yang
akan berimbas pada meningkatnya kebutuhan tempat tinggal.
Selain akan terjadi kepadatan dan ketidak teraturan bangunan, akan berdampak buruk juga
pada sisi lainnya, antara lain, (1) kepadatan bangunan dengan tata letak yang tidak teratur, (2)
tidak adanya ruang terbuka hijau sebagai daerah resapan hujan dan pengurang polusi udara,
(3) akses jalan yang sulit dilewati oleh kendaraan besar (mobil) pada pemukiman padat
penduduk, (4) kecilnya jalan akses menuju daerah tertentu karena banyak dijadikan
pemukiman, (5) akses untuk mendapatkan air bersih dan air minum sulit didapat, (6) tidak
adanya drainase yang baik dapat menyebabkan banjir pada saat musim penghujan, (7)
kepadatan penduduk membuat banyak sampah rumah tangga menumpuk, (8) banyak
penyakit yang timbul karena lingkungan yang tidak bersih, (9) buruknya instalasi kelistrikan
di daerah tersebut, (10) banyaknya kejadian kebakaran yang terjadi di permukiman padat
karena hubungan arus pendek listrik, (11) banyaknya sungai atau drainase yang tercemar oleh
limbah rumah tangga.
Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa akan banyak dampak buruk yang ditimbulkan
akibat tidak adanya perencanaan penataan dalam sebuah wilayah permukiman, terlebih lagi
pada permukiman padat dengan jumlah penduduk yang padat pula. Dalam hal ini perlu
adanya intervensi dari pemerintah untuk melakukan pengawasan dalam setiap pembangunan
di wilayahnya. Meskipun pada umumnya kota telah dilengkapi dengan Rencana Tata Ruang
Wilayah (RTRW), bahkan dengan perencanaan yang lebih detail dalam bentuk Rencana
Detail Tata Ruang Kota (RDTR) serta perencanaannya yang kedalamannya sudah sampai
pada Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) dan Zoning Regulation. Namun,
pengalaman membuktikan bahwa rencana yang telah diundangkan tidak dijadikan sebagai
rujukan dalam pemanfaatan ruang berupa pembangunan sarana gedung, perumahan maupun
pembangunan sarana dan prasana kota lainnya.
Menurut Budihardjo (2000), penyusunan rencana tata ruang harus dilandasi pemikiran
perspektif menuju keadaan pada masa depan yang didambakan, bertitik tolak dari data,
informasi, ilmu pengetahuan dan teknlogi yang dapat dipakai, serta memperhatikan
keragaman wawasan kegiatan tiap sektor.
Untuk mewujudkan sasaran penataan ruang dan penataan pertanahan demi menjaga
kelestarian lingkungan hidup, maka kebijaksanaan pokok yang nanti dapat ditempuh
yakni dengan jalan sebagai berikut : Pertama, Mengembangkan kelembagaan melalui
penetapan organisasi pengelolaan yang mantap, dengan rincian tugas, wewenang dan
tanggung jawab yang jelas. Kedua, Meningkatkan kemampuan aparatur yang dapat
mendukung kegiatan penataan ruang dan penataan pertanahan demi menjaga kelesatarian
lingkungan hidup. Ketiga, Memasyarakatkan penataan ruang dan penataan pertanahan demi
menjaga kelesatarian lingkungan hidup kepada masyarakat dan dunia usaha serta unsur
lain. Keempat, Memantapkan pemanfaatan rencana tata ruang sebagai acuan bagi
pembangunan daerah dengan perhatian khusus pada kawasan cepat berkembang dan kawasan
andalan, serta kawasan strategis. Kelima, Memantapkan pengendalian pemanfaatan ruang
termasuk pengamanan terhadap kawasan yang memiliki aset penting bagi pemerintah
daerah. Keenam, Meningkatkan sistem informasi, pemantauan dan evaluasi dalam penataan
ruang dan penataan pertanahan demi menjaga kelesatarian lingkungan hidup.
Pengaturan dan pemanfaatan ruang merupakan salah satu kewenangan dari pemerintah, mulai
tingkat pusat sampai tingkat daerah. Proses pengaturan dan pemanfaatan ruang ini
dilaksanakan secara bersama-sama, terpadu dan menyeluruh dalam upaya mencapai tujuan
pembangunan sesuai amanah Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang pada Bab II Pasal 2 yang menyatakan bahwa penataan ruang diselenggarakan
berdasarkan asas (1) keterpaduan, (2) keserasian, keselarasan, dan kesinambungan, (3)
keberlanjutan, (4) keberdayagunaan dan keberhasilgunaan, (5) keterbukaan, (6) kebersamaan
dan kemitraan, (7) perlindungan kepentingan umum, (8) kepastian hukum dan keadilan, (9)
akuntabilitas.
Berkaitan dengan itu, partisipasi masyarakat dalam program penataan ruang, juga menjadi isu
yang masih selalu diperdebatkan. Di satu pihak ada yang menyalahkan ketiadaan partisipasi
masyarakat, dan di lain pihak justru menuding pemerintah yang tidak aspiratif terhadap
kebutuhan dan kepentingan rakyat.
Wilayah negara Indonesia terdiri dari wilayah nasional sebagai suatu kesatuan wilayah
provinsi dan wilayah kabupaten/kota yang masing-masing merupakan sub-sistem ruang
menurut batasan administrasi. Dapat digambarkan bahwa di dalam sub-sistem tersebut
terdapat sumber daya manusia dengan berbagai macam kegiatan pemanfaatan sumber daya
alam dengan sumber daya buatan, dengan tingkat pemanfaatan ruang yang berbeda-beda.
Aktivitas pembangunan tersebut tentu saja memerlukan lahan dan ruang sebagai tempat
untuk menampung kegiatan pembangunan dimaksud. Penggunaan lahan oleh setiap aktivitas
pembangunan sedikitnya akan mengubah rona awal lingkungan menjadi rona lingkungan
penggarapan secara cermat dan bijaksana, akan terjadi kemerosotan kualitas lingkungan,
merusak dan bahkan memusnakan kehidupan habitat tertentu dalam ekosistem bersangkutan.
Pentingnya Penataan Ruang, antara lain, pertama, untuk meningkatkan sistem penyusunan
rencana tata ruang, memantapkan pengelolaan pemanfaatan ruang dan memantapkan
pengendalian pemanfaatan ruang terutama untuk mempertahankan pemanfaatan fungsi lahan
irigasi teknis dan kawasan-kawasan lindung; meningkatkan kapasitas kelembagaan dan
organisasi penataan ruang di daerah, baik aparat pemerintah daerah, lembaga legislatif, dan
yudikatif maupun lembaga-lembaga dalam masyarakat agar rencana tata ruang ditaati oleh
semua pihak secara konsisten.
Kedua, meningkatkan asas manfaat berbagai sumberdaya yang ada dalam lingkungan seperti
meningkatkan fungsi perlindungan terhadap tanah, hutan, air, flora, fungsi industri, fungsi
pertanian, fungsi pemukiman dan fungsi lain. Kesalahan tata ruang lingkungan dapat
menimbulkan dampak pada udara dan iklim, perairan, lahan dan lain-lain yang akan berakibat
fatal bagi kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lainnya.
Ketiga, sesuai dengan Undang Undang No. 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang di
antaranya adalah untuk memperkokoh Ketahanan Nasional berdasarkan Wawasan Nusantara
dan sejalan dengan kebijakan otonomi daerah yang memberikan kewenangan semakin besar
kepada pemerintah daerah dalam penyelenggaraan penataan ruang, maka kewenangan
tersebut perlu diatur demi menjaga keserasian dan keterpaduan antar daerah dan antara pusat
dan daerah agar tidak menimbulkan kesenjangan antar daerah;
Bila dilaksanakan secara komprehenshif dan konsekwen, maka penataan ruang dapat menjadi
alat yang efektif untuk mencegah kerusakan lingkungan dan berbagai bencana lingkungan
seperti banjir dan longsor. Pemanfaatan ruang yang sesuai dengan rencana tata ruang dan
mengindahkan kondisi lingkungan dapat menghindari permasalahan lingkungan di masa
mendatang.
Melalui penataan ruang yang bijaksana, kualitas lingkungan akan terjaga dengan baik, tetapi
bila dilakukan dengan kurang bijaksana maka tentunya kualitas lingkungan juga akan
terganggu. Penyelenggaraan penataan ruang bertujuan untuk mewujudkan ruang wilayah
yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan. Hal tersebut tentunya dengan mewujudkan
keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan, keterpaduan dalam
penggunaan sumber daya alam dan sumber daya buatan dengan memperhatikan sumber daya
manusia serta mewujudkan perlindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif
terhadap lingkungan akibat penataan ruang.
Perencanaan tata ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang merupakan dua sisi dari suatu
mata uang. Pengendalian pemanfaatan tata ruang akan berlangsung secara efektif dan efisien
bilamana telah didahului dengan perencanaan tata ruang yang valid dan berkualitas.
Sebaliknya rencana tata ruang yang tidak dipersiapkan dengan mantap akan membuka
peluang terjadinya penyimpangan fungsi ruang secara efektif dan efisien yang pada akhirnya
akan menyulitkan tercapainya tertib ruang sebagaimana telah ditetapkan dalam rencana tata
ruang.
Sumber :
Oleh:
Nurwino Wajib
TA. Pelatihan
OC 1 Provinsi Sumatera Utara
Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU)
http://kotaku.pu.go.id/wartadetil.asp?mid=8450&catid=2&
Rencana tata ruang wilayah (RTRW) kabupaten adalah rencana tata ruang yang bersifat
umum dari wilayah kabupaten, yang berisi tujuan, kebijakan, strategi penataan ruang wilayah
kabupaten, rencana struktur ruang wilayah kabupaten, rencana pola ruang wilayah kabupaten,
penetapan kawasan strategis kabupaten, arahan pemanfaatan ruang wilayah kabupaten, dan
ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten.
Tujuan penataan ruang wilayah kabupaten adalah tujuan yang ditetapkan pemerintah
daerah kabupaten yang merupakan arahan perwujudan visi dan misi pembangunan jangka
panjang kabupaten pada aspek keruangan, yang pada dasarnya mendukung terwujudnya
ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan berlandaskan
Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional.
Kebijakan penataan ruang wilayah kabupaten adalah arahan pengembangan wilayah yang
ditetapkan oleh pemerintah daerah kabupaten guna mencapai tujuan penataan ruang wilayah
kabupaten dalam kurun waktu 20 (dua puluh) tahun.
Strategi penataan ruang wilayah kabupaten adalah penjabaran kebijakan penataan ruang
ke dalam langkah-langkah pencapaian tindakan yang lebih nyata yang menjadi dasar dalam
penyusunan rencana struktur dan pola ruang wilayah kabupaten.
Rencana struktur ruang wilayah kabupaten adalah rencana yang mencakup sistem
perkotaan wilayah kabupaten yang berkaitan dengan kawasan perdesaan dalam wilayah
pelayanannya dan jaringan prasarana wilayah kabupaten yang dikembangkan untuk
mengintegrasikan wilayah kabupaten selain untuk melayani kegiatan skala kabupaten yang
meliputi sistem jaringan transportasi, sistem jaringan energi dan kelistrikan, sistem jaringan
telekomunikasi, sistem jaringan sumber daya air, termasuk seluruh daerah hulu bendungan
atau waduk dari daerah aliran sungai, dan sistem jaringan prasarana lainnya.
Pusat Kegiatan Nasional yang selanjutnya disebut PKN adalah kawasan perkotaan yang
berfungsi untuk melayani kegiatan skala internasional, nasional, atau beberapa provinsi.
Pusat Kegiatan Strategis Nasional yang selanjutnya disebut PKSN adalah kawasan
perkotaan yang ditetapkan untuk mendorong pengembangan kawasan perbatasan negara.
Pusat Kegiatan Wilayah yang selanjutnya disebut PKW adalah kawasan perkotaan yang
berfungsi untuk melayani kegiatan skala provinsi atau beberapa kabupaten/kota.
Pusat Kegiatan Lokal yang selanjutnya disebut PKL adalah kawasan perkotaan yang
berfungsi untuk melayani kegiatan skala kabupaten atau beberapa kecamatan.
Pusat Pelayanan Kawasan yang selanjutnya disebut PPK adalah kawasan perkotaan yang
berfungsi untuk melayani kegiatan skala kecamatan atau beberapa desa.
Pusat Pelayanan Lingkungan yang selanjutnya disebut PPL adalah pusat permukiman yang
berfungsi untuk melayani kegiatan skala antar desa.
Rencana sistem jaringan prasarana wilayah kabupaten adalah rencana jaringan prasarana
wilayah yang dikembangkan untuk mengintegrasikan wilayah kabupaten dan untuk melayani
kegiatan yang memiliki cakupan wilayah layanan prasarana skala kabupaten.
Kawasan perdesaan dalam wilayah pelayanannya adalah wilayah yang mempunyai kegiatan
utama pertanian, termasuk pengelolaan sumber daya alam dengan susunan fungsi kawasan
sebagai tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa pemerintah, pelayanan sosial, dan
kegiatan ekonomi.
Rencana pola ruang wilayah kabupaten adalah rencana distribusi peruntukan ruang
wilayah kabupaten yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan budi daya yang
dituju sampai dengan akhir masa berlakunya RTRW kabupaten yang memberikan gambaran
pemanfaatan ruang wilayah kabupaten hingga 20 (dua puluh) tahun mendatang.
Kawasan lindung kabupaten adalah kawasan lindung yang secara ekologis merupakan satu
ekosistem yang terletak pada wilayah kabupaten, kawasan lindung yang memberikan
pelindungan terhadap kawasan bawahannya yang terletak di wilayah kabupaten, dan
kawasan-kawasan lindung lain yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan
pengelolaannya merupakan kewenangan pemerintah daerah kabupaten.
Kawasan budi daya kabupaten adalah kawasan budi daya yang ditetapkan dengan fungsi
utama untuk dibudi dayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya
manusia, dan sumber daya buatan.
Indikasi program utama jangka menengah lima tahunan adalah petunjuk yang memuat
usulan program utama, lokasi, besaran, waktu pelaksanaan, sumber dana, dan instansi
pelaksana dalam rangka mewujudkan ruang kabupaten yang sesuai dengan rencana tata
ruang.
Ketentuan umum peraturan zonasi sistem kabupaten adalah ketentuan umum yang
mengatur pemanfaatan ruang/penataan kabupaten dan unsur-unsur pengendalian pemanfaatan
ruang yang disusun untuk setiap klasifikasi peruntukan/fungsi ruang sesuai dengan RTRW
kabupaten.
Ketentuan insentif dan disinsentif adalah perangkat atau upaya untuk memberikan imbalan
terhadap pelaksanaan kegiatan yang sejalan dengan rencana tata ruang dan juga perangkat
untuk mencegah, membatasi pertumbuhan, atau mengurangi kegiatan yang tidak sejalan
dengan rencana tata ruang.
Arahan sanksi adalah arahan untuk memberikan sanksi bagi siapa saja yang melakukan
pelanggaran pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang yang berlaku.
Fungsi
acuan dalam penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) dan
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD);
Manfaat
https://dpupr.purbalinggakab.go.id/penataan-ruang/pelayanan-informasi-tata-ruang/