Anda di halaman 1dari 15

BAB II

RANCANGAN AKTUALISASI

A. Deskripsi Organisasi
1. Profil Organisasi UPTD Puskesmas Sanggi Kabupaten Tanggamus

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 74 Tahun 2014


menyatakan bahwa Puskesmas adalah fasilitas kesehatan masyarakat
yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya
kesehatan perseorangan tingkat pertama dengan lebih mengutamakan
upaya promotif dan preventif untuk menapai derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya. Salah satu
Puskesmas yang terdapat di Wilayah Kabupaten Tanggamus adalah
Puskesmas Sanggi.

Luas Kecamatan Bandar Negeri Semuong adalah kurang lebih 107.61


km². Letak UPTD Puskesmas Sanggi tepatnya pada 5.446ºLS dan
104.484ºBT serta letak ketinggian ±54m di atas permukaan air laut, yang
secara administrasi mempunyai batas wilayah sebagai berikut :
Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Ulu Belu.Wilayah Kerja
UPTD Puskesmas Ngarip. Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan
Semaka.Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Sudimoro. Sebelah timur
berbatasan dengan Kecamatan Wonosobo. Wilayah Kerja UPTD
Puskesmas Wonosobo.
Wilayah kerja UPTD Puskesmas Sanggi Kecamatan Bandar Negeri
Semuong terdiri dari 11 (sebelas) pekon. Dengan kreteria sebgai berikut,
9 (Sembilan) Pekon sebagai desa biasa yang dapat dijangkau dengan
kendaraan roda dua maupun dengan kendaraan roda empat, dan 2 (dua)
Pekon dengan kreteria desa terpencil,yang tidak dapat diakses dengan
kedaraan roda empat, dan sulit dijangkau dengan kendaraan roda dua.
UPTD Puskesmas Sanggi saat ini memiliki 15 Posyandu aktif.
Keadaan alam daerah Kecamatan Bandar Negeri Semuong sebagian besar
merupakan tanah perkebunan dengan pembagian sebagai berikut :
a. Tanah pekarangan : 1.685 Ha
b. Tanah perladangan : 3.663 Ha
c. Tanah persawahan : 3.216 Ha

3
d. Tanah perkebunan : 10.026 Ha
e. Hutan : 14.316 Ha

Dengan luas wilayah kurang lebih 107.61 km², wilayah kerja UPTD
Puskesmas Sanggiterdiri dari 68% dataran tinggi dan 32% dataran rendah

4
Bagan 1 Struktur Organisasi UPTD Puskesmas Sanggi

3
2. Visi Misi Nilai Organisasi dan Tugas Pokok dan Fungsi

Dalam melaksanakan kebijakan operasionalnya UPTD Puskesmas Sanggi


Kabupaten Tanggamus memiliki Visi yang mengacu pada kementrian
kesehatan yaitu: “ Mewujudkan Masyarakat Kecamatan Bandar
Negeri Semuong yang mandiri untuk hidup sehat“.
Sejalan dengan Visi tersebut diperlukan Misi UPTD Puskesmas Sanggi
Kabupaten Tanggamus yang mengacu pada Kementerian Kesehatan dan
Tanggamus yaitu :
a. Meningkatkan pelayananan kesehatan yang bermutu.
b. Melaksanakan Pemberdayaan masyarakat dalam bidang kesehatan.
c. Meningkatkan koordinasi lintas program dan kemitraan lintas
sektoral.
Tata nilai organisasi yang di miliki UPTD Puskesmas Sanggi Kabupaten
Tanggamus yaitu :
”SERASI” yaitu senyum , ramah santun dan indah.
Unit Pelayanan Tingkat Dasar Puskesmas Sanggi dalam melaksanakan
tugas nya memiliki fungsi sebagai pusat pembangunan kesehatan
masyarakat, membina peran serta masyarakat dalam rangka untuk hidup
sehat serta memberikan pelayanan masyarakat secara meyeluruh di
wikayah kerjanya.

Tugas dan Fungsi:

1. Menemukan kasus – kasus kesehatan di masyarakat


2. Memberikan informasi kesehatan pada masyarakat
3. Memberikan pelayanan kesehatan pada masyarakat bekerjasama dengan dokter
puskesmas
4. Mengkoordinir kegiatan dalam Tim Pelaksana Puskesmas
5. Menerima konsul bagi masyarakat yang membutuhkan informasi kesehatan
6. Memberikan contoh pada masyarakat (role model) dalam berperilaku kesehatan
sehari-hari
7. Melaksanakan pencatatan dalam, register, pengolahan data, analisa datarencana
kegiatan tahunan.

3
8. Mencatat semua kegiatan yang dilakukan dan dilaporkan kepada atasan langsung
tiap akhir bulan

Tugas Tambahan:

1. Sebagai Penanggung Jawab Program P2


2. Sebagai Penanggung Jawab Program HEP dan HIV
3. Sebagai Penanggunmg Jawab Pelayanan Laboratorium
4. Sebagai Ketua Pokja UKM
5. Sebagai Perawat

3. IDENTIFIKASI DAN ANALISIS ISU DENGAN METODE USG

N PENILAIAN
ISU JUMLAH PRIORITAS
O U S G
Deteksi dini penyakit TBC pada
masyarakat di wilayah kerja
1. 4 4 5 13 I
Puskesmas Sanggi belum
optimal.
Penatalaksanaan kesehatan
masyarakat di wilayah kerja
Puskesmas Sanggi belum
efektif.
2. 3 4 4 11 II

Sosialisasi antara tenaga


kesehatan dan masyarakat
3. tentang penyakit di wilayah 3 3 3 9 III
kerja Puskesmas Sanggi masih
belum optimal.

4
Keterangan Urgency : Keterangan Serious: Keterangan Growth:

5 : Sangat Mendesak 5 : Sangat Berpengaruh 5 : Sangat Berdampak


4 : Mendesak 4 : Berpengaruh 4 : Berdampak
3 : Cukup Mendesak 3 : Cukup Berpengaruh 3 : Cukup Berdampak
2 : Tidak Mendesak 2 : Tidak Berpengaruh 2 : Tidak Berdampak
1 : Sangat Tidak 1 : Sangat Tidak Berpengaruh 1 : Sangat Tidak
Mendesak Berdampak

a. Urgency : bahwa isu yang diangkat perlu dibahas, dianalisis dan ditindaklanjuti
agar dapat terwujudnya pemutusan rantai penularan penyakit TBC.
b. Seriousness : Isu ini sangat berpengaruh terhadap diri sendiri dan lingkungan
agar dapat memantau secara intensif tingkat penularan penyakit TBC
c. Growth : Isu ini akan menjadi buruk jika tidak ditangani, karena dapat berdampak
pada penyebaran di lingkungan masyarakat dan kematian.

Berdasarkan metode USG yang tergambarkan di atas, maka yang menjadi Core Issue
dari permasalahan yang ada yaitu “ Deteksi dini penyakit TBC pada masyarakat di
wilayah kerja Puskesmas Sanggi belum optimal”.

A. Argumentasi terhadap Core Issue terpilih


Berdasarkan metode USG yang tergambarkan di atas, maka yang menjadi Core
Issue dari permasalahan yang ada yaitu “ Deteksi dini penyakit TBC pada
masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Sanggi belum optimal “.

Isu ini diangkat karena dianggap sangat mendesak dan apabila tidak segera
diselesaikan maka akan mengakibatkan tingkat penularan yang tinggi di masyarakat

5
dan bahkan bisa menyebabkan tingkat kematian serta penurunan pelayanan kesehatan
yang bermutu di wilayah kerja Puskesmas Sanggi.

B. NILAI-NILAI DASAR PROFESI PNS


Menjadi peserta Pra Jabatan Pola Baru memang ditantang untuk pro aktif dan
kreatif. Salah satunya dengan melaksanakan aktualisasi nilai-nilai dasar profesi
ASN.
Berikut ini adalah contoh rancangan aktualisasi nilai-nilai dasar profesi ASN :
1. Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah kewajiban setiap individu, kelompok, atau institusi
untuk memenuhi tanggung jawab yang menjadi amanahnya. Akuntabilitas
mengacu pada harapan implisit atau eksplisit bahwa keputusan atau tindakan
seseorang akan di evaluasi oleh pihak lain dan hasil evaluasinya dapat
berupa reward dan punishment. Akuntabilitas yang dilakukan oleh ASN
akan teruji ketika ASN tersebut mengalami permasalahan dalam transparansi
dan akses informasi, penyalahgunaan kewenangan, penggunaan sumber daya
milik Negara, dan konflik kepentingan.Akuntabilitas publik memiliki tiga
fungsi utama (Bovens 2007 dalam Kusumasari et al. 2015), yaitu:
a) Untuk menyediakan control demokratis (peran demokrasi);
b) Untuk mencegah korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan (peran
konstitusional);
c) Untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas (peran belajar).
Prinsip yang terkandung dalam akuntabilitas antara lain integritas,
tanggung jawab, transparansi, keadilan, kepercayaan, keseimbangan,
kejelasan, dan konsistensi.Prinsip tersebut menjadi dasar dalam
melaksanakan kegiatan terkait implementasi nilai akuntabilitas.

2. Nasionalisme

6
Nasionalisme dalam arti sempit adalah suatu sikap yang meninggikan
bangsanya sendiri, sekaligus tidak menghargai bangsa lain sebagaimana
mestinya. Sikap seperti ini jelas mencerai beraikan bangsa yang satu dengan
bangsa yang lain. Keadaan seperti ini sering disebut chauvinisme. Sedang
dalam arti luas, nasionalisme merupakan pandangan tentang rasa cinta yang
wajar terhadap bangsa dan negara, dan sekaligus menghormati bangsa lain.
Nasionalisme merupakan pandangan tentang rasa cinta yang wajar terhadap
bangsa dan negara, dan sekaligus menghormati bangsa lain. Nasionalisme
Indonesia adalah nasionalisme yang memuliakan kemanusiaan universal
dengan menjunjung tinggi persaudaraan, perdamaian, dan keadilan antar
umat manusia.
Pentingnya peran ASN sebagai salah satu pemersatu bangsa, secara implisit
disebutkan dalam UU No 5 tahun 2014 terkait asas, prinsip, nilai dasar dan
kode etik dan kode perilaku, dimana dalam pasal 2 ayat 1 disebutkan bahwa
asas-asas dalam penyelenggaraan dan kebijakan manajemen ASN ada 13,
salah satu diantaranya asas persatuan dan kesatuan. Hal ini berarti, seorang
ASN dalam menjalankan tugas-tugasnya senantiasa mengutamakan dan
mementingkan persatuan dan kesatuan bangsa. Kepentingan kelompok,
individu, golongan harus disingkirkan demi kepentingan yang lebih besar
yaitu kepentingan bangsa dan Negara diatas segalanya. ASN dalam
menjalankan tugas dan fungsinya harus berpegang pada prinsip adil dan
netral. Netral dalam artian tidak memihak kepada salah satu kelompok atau
golongan yang ada. Sedangkan adil, berarti ASN dalam melaksanakan
tugasnya tidak boleh berlaku diskriminatif dan harus obyektif, jujur,
transparan.

3. Etika Publik
Weihrich dan Koontz (2005:46) mendefinisikan etika sebagai “the dicipline
dealing with what is good and bad and with moral duty and obligation”.

7
Secara lebih spesifik Collins Cobuild (1990:480) mendefinisikan etika
sebagai “an idea or moral belief that influences the behaviour, attitudes and
philosophy of life of a group of people”. Oleh karena itu, konsep etika sering
digunakan sinonim dengan moral. Ricocur (1990) mendefinisikan etika
sebagai tujuan hidup yang baik bersama dan untuk orang lain di dalam
institusi yang adil. Dengan demikian etika lebih dipahami sebagai refleksi
atas baik/ buruk, benar/salah yang harus dilakukan atau bagaimana
melakukan yang baik atau benar, sedangkan moral mengacu pada kewajiban
untuk melakukan yang baik atau apa yang seharusnya dilakukan. Ada tiga
fokus utama dalam pelayanan publik, yaitu:
 Pelayanan publik yang berkualitas dan relevan.
 Sisi dimensi reflektif, Etika Publik berfungsi sebagai bantuan dalam
menimbang pilihan sarana kebijakan publik dan alat evaluasi.
 Modalitas Etika, menjembatani antara norma moral dan tindakan
faktual.
 Sedangkan Indikator etika publik, antara lain sebagai berikut:
 Memegah teguh nilai-nilai dalam ideologi Negara Pancasila.
 Setia dan mempertahankan Undang-Undang dasar Negara Kesatuan
Republik Indonesia 1945.
 Menjalankan tugas secara profesional dan tidak berpihak.
 Membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian.
 Menciptakan lingkungan kerja yang non diskriminatif.
 Memelihara dan menjunjung tinggi standar etika luhur.
 Mempertanggungjawabkan tindakan dan kinerjanya kepada publik.
 Memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan dan program
pemerintah.
 Memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap, cepat, tepat,
akurat, berdaya guna, berhasil guna, dan santun.

8
 Mengutamakan kepeminpinan berkualitas tinggi.
 Menghargai komunikasi, konsultasi, dan kerjasama.
 Mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerja pegawai.
 Mendorong kesetaraan dalam pekerjaan.
 Meningkatkan efektivitas sistem pemerintahan yang demokratis sebagai
perangkat sistem karir.

4. Komitmen Mutu
Sesungguhnya konsep mutu berkembang seiring dengan berubahnya
paradigma organisasi terkait pemuasan kebutuhan manusia, yang semula
lebih berorientasi pada terpenuhinya jumlah (kuantitas) produk sesuai
permintaan, dan kini, ketika aneka ragam hasil produksi telah membanjiri
pasar, maka kepuasan customers lebih dititik beratkan pada aspek mutu
(kualitas) produk. Mutu sudah menjadi salah satu alat vital untuk
mempertahankan keberlanjutan organisasi dan menjaga kredibilitas institusi.
Banyak definisi mutu yang dikemukakan oleh para ahli. Goetsch and Davis
(2006: 5) berpendapat bahwa belum ada definisi mutu yang dapat diterima
secara universal, namun mereka telah merumuskan pengertian mutu sebagai
berikut. “Quality is a dynamic state associated with products, services,
people, processes, and environments that meets or exceeds expectation.”
Menurut definisi yang dirumuskan Goetsch dan Davis, mutu merupakan
suatu kondisi dinamis berkaitan dengan produk, jasa, manusia, proses, dan
lingkungan yang sesuai atau bahkan melebihi harapan konsumen atau
pengguna. Komitmen mutu terkait dengan efektivitas, efisiensi, inovasi, dan
mutu.Menurut Yunarsih dan Taufiq (2015) terdapat enam pilar komitmen
mutu, yakni:
1. Efektivitas, efisiensi, inovasi, dan mutu;
2. Nilai-nilai dasar orientasi mutu;

9
3. Pendidikan inovatif dalam penyelenggaraan pemerintahan;
4. Membangun komitmen mutu dalam penyelenggaraan pemerintahan;
5. Berpikir kreatif; dan
6. Membangun komitmen mutu melalui inovasi.

Prinsip yang terkandung dalam komitmen mutu antara lain efektivitas,


efisiensi, menjaga mutu, dan inovasi.Prinsip tersebut menjadi dasar dalam
melaksanakan kegiatan terkait implementasi nilai komitmen mutu.

5. Anti Korupsi
Kata korupsi berasal dari bahasa latin yaitu Corruptio yang artinya
kerusakan, kebobrokan dan kebusukan. Selaras dengan kata asalnya, korupsi
sering dikatakan sebagai kejahatan luar biasa, salah satu alasannya adalah
karena dampaknya yang luar biasa menyebabkan kerusakan baik dalam
ruang lingkup, pribadi, keluarga, masyarakat dan kehidupan yang lebih luas.
Kerusakan tersebut tidak hanya terjadi dalam kurun waktu yang pendek,
namun dapat berdampak secara jangka panjang. Setiap negara mempunyai
undang-undang yang berbeda terkait dengan TINDAK PIDANA KORUPSI.
Menurut UU No. 31/1999 jo No. UU 20/2001, terdapat 7 kelompok tindak
pidana korupsi terdiri dari:
1. Kerugian keuangan negara,
2. Suap-menyuap,
3. Pemerasan,
4. Perbuatan Curang,
5. Penggelapan dalam Jabatan,
6. Benturan Kepentingan dalam Pengadaan,
7. Gratifikasi.

10
Semua jenis tersebut merupakan delik-delik yang diadopsi dari KUHP (pasal
1 ayat 1 sub c UU no.3/71)
Indikator-indikator yang dapat mencerminkan anti korupsi, sebagai berikut:
a) Kejujuran
b) Peduli
c) Mandiri
d) Disiplin
e) Tanggung jawab
f) Kerja keras
g) Sederhana
h) Berani
i) Adil

6. Whole of Government
Whole Of Government (WOG) adalah sebuah pendekatan penyelenggaraan
pemerintahan yang menyatukan upaya-upaya kolaboratif pemerintahan dari
keseluruhan sektor dalm ruang lingkup koordinasi yang lebih luas guna
mencapai tujuan-tujuan pembangunan kebijakan, manajemen program dan
pelayanan publik. WOG dapat juga disebut sebagai pendekatan integrasi,
yakni pendekatan yang melibatkan sejumlah kelembagaan terkait dengan
urusan-urusan yang relevan. WOG memiliki kata kunci yang dapat menjadi
indikator. Kata kunci tersebut antara lain :
1) Ling (2002) menjelaskan bahwa WOG merupakan keseluruhan dari
berbagai respon akibat permasalahan yang berbeda antar sektor publik
dan berkeinginan untuk meningkatkan integrasi, koordinasi dan
kapasitas. Berdasarkan definisi tersebut, kata kunci dalam WOG
adalah integritas, koordinasi, dan kapasitas.
2) Shergol & others (2004) menjelaskan bahwa WOG menunjukkan
lembaga pelayanan publik yang bekerja lintas batas untuk mencapai

11
tujuan bersama dalam integrasi pemerintahan yang terpadu sebagai
respon dari isu tertentu, mereka dapat fokus pada pengembangan
kebijakan, program manajemen dan pemberian pelayanan. Kata kunci
WOG dalam definisi ini adalah lembaga pelayanan publik, lintas batas,
tujuan bersama, sebuah respon pemerintah, terpadu, satu masalah.
3) USIP menjelaskan bahwa WOG merupakan pendekatan yang
mengintegrasikan upaya kolabortif dari lembaga-lembaga
pemerintahan untuk mencapai tujuan bersama, disebut juga pendekatan
integrasi yakni bentuk upaya dan kerjasama antar pihak terkait,
pemerintah dan lainnya. Kata kunci WOG dalam definisi ini adalah
upaya kolaboratif, tujuan bersama, kerjasama.
7. Pelayanan Publik
Pelayanan publik adalah bentuk kegiatan pelayanan umum yang
dilaksanakan oleh Instansi Pemerintah di Pusat dan Daerah dan di
lingkungan BUMN/BUMD dalam bentuk barang dan/atau jasa dalam
pemenuhan kebutuhan masyarakat. Sementara menurut UU No. 25 Tahun
2009 tentang pelayanan publik dijelaskan bahwa pelayanan publik adalah
kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan
pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga
negara dan penduduk atas barang dan jasa yang disediakan oleh
penyelenggara pelayanan publik. Pelayanan publik memiliki 3 unsur,
diantaranya:
a) Unsur pertama, setiap institusi penyelenggara Negara, korporasi,
lembaga independen yang dibentuk berdasarkan UU untuk kegiatan
publik, dan badan hukum lain yang dibentuk semata-mata untuk
kegiatan pelayanan publik.
b) Unsur kedua, orang, masyarakat, atau organisasi yang berkepentingan
atau yang membutuhkan layanan (penerima layanan)

12
c) Unsur ketiga, kepuasan pelanggan menerima layanan perlu diperhatikan
penyelenggara (pemerintah) agar pelayanan yang diberikan dapat
memuaskan pelanggan.
Berbagai literatur administrasi publik menyebut bahwa prinsip pelayanan
publik yang baik untuk mewujudkan pelayanan prima adalah:
 Partisipatif
 Transparan
 Responsif
 Tidak diskriminatif
 Mudah dan Murah
 Efektif dan Efisien
 Aksesibel
 Akuntabel
 Berkeadilan

8. Manajemen ASN
Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan pegawai
ASN yang profesional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari
intervensi politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi dan nepotisme.
Berdasarkan UU No. 5 Tahun 2014 tentang ASN menjelaskan bahwa
pegawai ASN terbagi atas: 1) Pegawai Negeri Sipil (ASN); 2) Pegawai
Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK); Selanjutnya ASN memuliki
fungsi sebagai berikut:
1) Pelaksana kebijakan publik;
2) Pelayanan publik; dan
3) Perekat dan pemersatu bangsa.
Sementara itu, ASN juga bertugas untuk:

13
1) Melaksanakan kebijakan yang dibuat oleh Pejabat Pembina
Kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
2) Memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas;
3) Mempererat persatuan dan kesatuan NKRI.

C.Matrik Rancangan Aktualisasi


Rancangan Aktualisasi penerapan deteksi dini penyakit TBC di wilayah kerja
Puskesmas Sanggi dengan Gerakan Tangkap TB (GERTAB) guna eliminasi
penularan penyakit TBC disajikan pada tabel. 2.

14

Anda mungkin juga menyukai