Anda di halaman 1dari 8

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

KETETER (SELANG URINE)

DISUSUN OLEH :
1. TISYACH ARWANDANI
2. IMELDA JESSICA GEBRYLIA
3. THERESSYA KIMLIAN LIE
4. JELLY NEFIS

SMK KESEHATAN MUTIARA MANDIRI SUNGAILIAT BANGKA

TAHUN AJARAN 2019/2020


 PENGERTIAN KATETER (SELANG URINE)
Kateter adalah sebuah selang yang biasanya terbuat dari bahan, plastik, karet, silikon
ataupun metal yang fungsinya untuk memasukan atau mengeluarkan cairan dan untuk
membantu pasien mengeluarkan cairan urine.

 PENGERTIAN PEMASANGAN KATETER (SELANG URINE)


Pemasangan kateter urine ialah dengan melaksanakan insersi kateter Folley / Nelaton
melalui uretra ke muara kandung kemih untuk mengeluarkan urine.
 TUJUAN PEMASANGAN KATETER (SELANG URINE)
 Untuk mengeluarkan urin
 Menghilangkan ketidaknyamanan karena distensi kandung kemiih.
 Mendapatkan urine steril intuk specimen
 Pengkajian residu urine
 Penatalaksanaan pasien yang dirawat karena trauma medulla spinalis, gangguan
neuromuskular, atau inkompeten kandung kemih. Serta pasca operasi besar.
 Mengatasi obstruksi aliran urine
 Mengatasi retensi perkemihan.
 Melancarkan pengeluaran urin pada klien yang tidak dapat mengontrol miksi atau
mengalami obstruksi pada saluran kemih
 Memantau pengeluaran urine pada klien yang mengalami gangguan
hemodinamik.
 Monitoring urine output dengan cara ketat.
 Memulihkan / mengatasi retensi urine akut / kronis.
 Mengambil spesimen urine steril untuk pemeriksaan diagnostik.
 Pengaliran urine untuk persiapan operasi atau pasca operasi.
 Menentukan jumlah urine sisa setelah miksi.
 PROSEDUR
 PERSIAPAN ALAT
a. Bak instrumen
b. Spuit 10 cc
c. Bengkok
d. Handscoon
e. Aquadest
f. Gunting plaster
g. Perlak
h. Kateter
i. Kapas air
j. Kassa
k. Urine bag
l. Jelly
m.Selimut
 PERSIAPAN ALAT PASIEN
Jelaskan prosedur & tujuan dilakukannya pemasangan kateter urine.
Implementasi.
1. Memberikan salam terapeutik.
2. Menjelaskan tujuan tindakan.
3. Menutup sampiran.
4. Mencuci tangan.
5. Mengatur posisi klien, menganjurkan klien pada posisi supin dengan lutut
ditekuk, paha fleksi, kaki diletakkan ditempat tidur & tutupi klien dengan selimut
atau kain.
6. Meletakkan pot di bawah bokong klien. Letakkan nierbeken diantara ke-2 kaki
klien.
7. Membuka set steril, atur alat steril dengan memanfaatkan pinset, Buka Penutup
kateter letakkan kateter pada alat steril.
8. Menggunakan handscoen steril sebelah kanan terlebih dahulu, tangan sebelah
kanan digunakan mengambil pinset steril tangan kiri untuk membuka tempat bola
kapas yg telah diberi savlon. Letakkan bola kapas savlon pada copies. Pakai
kembali sarung tangan sebelah kiri.
9. Menutup perineal dengan menggunakan duk bolong.
10. Memegang glans penis dengan memakai tangan non dominan. Bersihkan
glans penis sekitar meatus urinaria dengan betadine jaga agar tangan dominan
tetap steril, 1kali usapan.
11. Mengolesi ujung kateter dengan jelly (minta tolong assistant).
12. Memasukkan kateter yg sudah diberi jelly kateter kurang lebih 6 – 10 centi
meter kedalam meatus uretra.
13. Memastikan urine tetap ke luar, selanjutnya kateter urine disambungkan pada
urine bag.
14. Melakukan fiksasi dengan cara memberikan injeksi air aquadesh ke dalam
folley kateter untuk mengembangkan balon kateter, supaya keteter tak mudah
terlepas (pemberian aquadesh sesuai aturan).
15. Menarik dengan cara perlahan-perlahan folley keteter untuk memastikan
apakah kateter telah terfiksasi dengan aman.
16. Menulis tanggal pemasangan kateter pada plester yg dapat direkatkan ke
selang bag urine dengan paha klien.
17. Memfiksasi selang kateter dengan plester & letakkan selang kateter pada paha
klien.
18. Merapihkan klien & alat-alat.
19. Melepaskan handscoen dan buang pada nierbeken.
20. Mencuci tangan.
 PROSES
 TAHAP PRAINTERAKSI

1. Cek catatan keperawatan dan medis klien

2. Cuci tangan
3. Menyiapkan alat : bak instrumen berisi pinset anatomis &sirurgis, kom steril,
sarung tangan steril, cairan antisepik/betadin 10%, Jelly dlm spoit steril 5 cc
sesuai kondisi, kasa steril
4.Diluar bak instrumen : kateter sesuai ukuran, urin bag, aquades 50 cc, spoit
steril 10 cc, perlak dan alasnya, plester, gunting, bengkok, gantungan,
korentang steril.

 TAHAP ORIENTASI

1. Berikan salam, panggil klien/keluarga dengan namanya


2. Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan serta minta persetujuannya
3. Memberi kesempatan klien untuk bertanya

 TAHAP KERJA

Memberi privasi pada klien: tutup pintu kamar atau pasang sampiran.

1. Mengatur posisi klien supinasi


2. Memberi pengalas pada bokong
3. Mendekatkan alat-alat dan bengkok disamping pasien
4. Membuka bak instrumen
5. Memakai sarung tangan steril
6. Menggunakan tangan kiri: pengang daerah dibawah glas penis dengan ibu jari
telunjuk prepusium ditarik kebawah
7. Lakukan desinfeksi dengan gerakan sirkuler dari meatus keluar dengan kasa
streil sekali usap terus dibuang minimal 3 kali
8. Tangan non dominan memegang penis memasukkan jelly dalam spoit 5 cc
kedalam uretra
9. Memasukan kateter 18-20 cm dengan memegang penis 45 derajat sampai urin
keluar
10. Jika waktu memasukkan kateter ada tahanan jangan dilanjutkan, selama
pemasangan anjurkan klien untuk nafas panjang
11. Masukan lagi kateter sepanjang 2 cm sambil sedikit diputar
12. Isi balon kateter dengan sesuai petunjuk pada kateter dengan menggunakan
Spoit
13. Tarik kateter perlahan-lahan sampai ada tahanan balon
14. Buka sarung tangan
15. Fiksasi kateter kebawah abdomen
16. Gantung urin bag lebih rendah dari vesika urinaria
17. Bantu pasien pada posisi yang nyaman
18. Rapikan alat-alat pada tempatnya
19. Cuci tangan

 TAHAP TERMINASI
1. Evaluasi perasaan klien
2. Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
3. Dokumentasikan kondisi penis dan meatus, tanggal dan jam pemasangan,
warna, bau, jumlah urin yang keluar serta reaksi pasien pada catatan
perawatan

 KONTRA INDIKASI

 Balon yang dikembangkan rusak atau pecah ketika sedang memasukan kateter. Apabila hal
ini terjadi, operator harus mengeluarkan semua fragmen balon yang pecah
 Balon tidak mengembang setelah kateter telah terpasang. Oleh karena itu, perlu dilakukan
pemeriksaan pengembangan balon sebelum dimasukan ke dalam uretra. Apabila balon tidak
dapat mengembang, maka operator harus mengganti kateternya dengan yang baru
 Urin berhenti mengalir ke dalam kantung urin, sehingga operator perlu memeriksa posisi dari
kateter dan kantung kemih untuk menghindari terjadinya obstruksi di sepanjang selang
kateter
 Aliran urin tersumbat, maka dokter harus mengganti kateter, kantung urin, atau keduanya
 Risiko infeksi akan meningkat seiring bertambahnya hari penggunaan kateter sejak
pemasangan dilakukan
 Apabila balon dikembangkan sebelum mencapai kandung kemih, maka risiko perdarahan
atau ruptur dari uretra dapat terjadi
 Spasme kandung kemih dapat terjadi ketika kateter sudah terpasang. Kondisi ini muncul
ketika perasaan berkemih muncul dan dapat disertai rasa nyeri. Seringkali, urin akan keluar
di luar selang kateter bila spasme muncul. Kondisi ini membutuhkan terapi untuk
mengurangi spasme yang terjadi[4]

Komplikasi utama yang dapat terjadi pada pemasangan kateter adalah infeksi dan trauma.
Setelah 48 jam pemasangan kateter, kebanyakan bakteri akan mulai berkolonisasi di dalam
kateter, yang dapat memicu terjadinya infeksi. Komplikasi yang dapat timbul akibat kateter
uretra yang terpasang di antaranya:
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktek. Edisi Revisi Cetakan kelima. Jakarta: Rineka Cipta.
Bambang. 2009.Penanganan Terpadu Cedera Tulang Belakang Suatu
Pendekatan Biopsikososial. http://
www.geogle.com/bambang.blogspot.com/cedera tulangbelakang/
GDLHUB.html. Diakses pada 15 november 2009 pkl 22.35WIB. Budi.
2009. Overactive Bladder. Divisi Uroginekologi Rekontruksi fakultas
kedokteran Universitas Indonesia / RSUPNdr.Ciptomangunkusumo.pdf
Cendron, M 1999. Articles Primary Nocturnal Enuresis: Current
Concepts.http://www.aafp.org/afp/990301ap/1205.html. diakses pada 15
November 2009 pkl 22.20WIB. Djemari, M. 2003. Penyusunan Tes
Hasil Belajar. Jogyakarta: Pasca UNY. Evelyn, P . 2004. Anatomi dan
Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Ferry,
R. 2009. Kebutuhan Eliminasi Urine.
http://ferryrama.blogspot.com/2009/04/kebutuhan-eliminasi.html.
Diakses pada 17 November 2009 pkl 23.00WIB. Furqan. 2003. Evaluasi
Urin Pada Penderita BPH Setelah Pemasangan Kateter Menetap:
Pertama Kali dan Berulang. Bagian Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara .http://library.usu.ac.id/download/fk/bedah-
furqan.pdf. Diakses pada desember 2009 pkl.20.54 WIB. Ginsberg, L .
2005. Neurologi Edisi kedelapan. Jakarta: Penerbit Erlangga Handoko.
2008. Statistik Kesehatan Belajar Mudah Teknik Analisis Data dalam
Penelitian Kesehatan. Jogyakarta: Mitra Cendekia Press. Harniwati.
2008. Konsep Dasar Pemenuhan Kebutuhan Eliminasi
Urine.http://www.blogspot.com/harnasworld.blogspot.com/konsepdasar
pemenuhan. html. Diakses pada 2 Januari 2010 pkl. 22.04WIB. Harsono.
2000. Trauma Pada Tulang Belakang. http://www.wordpress.com/
askepmedikalbedah/Trauma. Diakses pada 5 Januari 2010 pkl
21.10WIB. Hidayat, AA. 2002. Pengantar Konsep Dasar Keparwatan.
Jakarta: Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai