Bab Ii Kajian Pustaka Dan Hipotesis Penelitian
Bab Ii Kajian Pustaka Dan Hipotesis Penelitian
Teori keagenan adalah hubungan antara dua belah pihak atau lebih,
dimana satu pihak (agent) setuju bertindak dengan persetujuan pihak lain
kompleks antara berbagai instansi pemerintah. Menurut Fadzil dan Nyoto (2011)
Pemerintahan yang dipimpin oleh pemerintah daerah dan dipilih oleh mayarakat
teori keagenan dapat juga diterapkan. Agency theory beranggapan bahwa banyak
korupsi oleh agen. Dan sebagai konsekuensinya, pemerintah daerah harus dapat
daya yang dimiliki daerah dalam bentuk Anggaran Pemerintah Belanja Daerah
1
Asimetri informasi ini dapat mengakibatkan konflik antara kedua pihak (agency
problem) (Sudarsana, 2013). Salah satu cara yang dapat dilakukan oleh
memperlihatkan hasil dari kinerja pemerintah yang sudah tercapai (Osborne dan
Gaebler, 1992 dalam Akbar dan Pilcher, 2012). Dengan menunjukkan hasil
kinerja, maka agency problem yang mungkin terjadi dapat dikurangi, karena
masyarakat sebagai principal dapat melihat dan mengukur hasil kinerja Pemda.
Menurut Carr dan Brower (2000) dalam penelitiannya model keagenan yang
yakni prinsipal harus memonitor perilaku agen dan (2) outcome-based, yaitu
keuangan organisasi dalam hal efisiensi dan efektifitas serta memonitor biaya
untuk mengetahui capaian kinerja yang telah dlakukan organisasi dan sebagai alat
untuk pengawasan serta evaluasi organisasi. Mandell (1997) dan Vago (2008)
2
(2006). Berdasarkan hal tersebut, dalam melakukan pengukuran kinerja perlu
analisis, dan evaluasi yang dilakukan secara independen, obyektif, dan profesional
Pemeriksa Keuangan (BPK) dapat berupa temuan audit, opini audit maupun
opini audit dalam menjelaskan hasil audit BPK. Berdasarkan penelitian tersebut,
audit.
individu atau penguasa yang dipercayakan untuk mengelola sumber daya publik
3
terutama dalam pencapaian hasil pada pelayanan publik (Azlina, 2011).
aktivitas dan kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya kepada pihak pemberi
tersebut.
yang tepat, jelas, dan terukur, dan berlangsung secara berdaya guna, berhasil
guna, bersih dan bertanggungjawab serta bebas dari kolusi, korupsi, dan
4
2.1.4 Karakteristik Pemerintah Daerah
dengan daerah lain. Hasibuan (2009) dalam Sumarjo (2010) menemukan bahwa
tersebut dapat diterapkan pada sektor publik, dimana karakteristik daerah dapat
menjadi prediktor yang baik dalam mengukur kinerja pemerintah daerah. Dengan
Asli Daerah merupakan sumber penerimaan daerah asli yang digali di daerah
5
membiayai pembangunan dan usaha-usaha daerah untuk memperkecil
ketergantungan dana dari pemerintah pusat. Pendapatan Asli Daerah terdiri dari
kontribusi PAD terhadap APBD, maka akan semakin kecil pula ketergantungan
terhadap bantuan pemerintah pusat. Sumber keuangan yang berasal dari PAD
lebih penting dibanding dengan sumber yang berasal dari luar PAD. Hal ini
karena PAD dapat dipergunakan sesuai dengan kehendak dan inisiatif pemerintah
(Sudarsana, 2013).
Dalam Undang-Undang Dasar (UUD) RI Tahun 1945 Pasal 18B ayat (1)
daerah yang bersifat khusus atau bersifat istimewa yang diatur undang-undang.
Status daerah merupakan suatu pengakuan nasional sebuah daerah sebagai suatu
kabupaten atau kota. Kabupaten dan kota adalah pembagian wilayah administratif
di Indonesia setelah provinsi. Secara umum, pemerintah kota dengan sumber dana
yang lebih baik akan mempunyai kemungkinan yang lebih baik pula dalam
6
pelaksanaan pemerintahan daerah karena dukungan sumber daya tersebut untuk
berimplikasi pada kontrol sosial pada penduduk kota cenderung lebih kuat,
standar akuntansi (Abdullah, 2006). Maka dari itu status daerah berpengaruh pada
potensi daerah.
dengan pusat dinyatakan dengan besarnya Dana Alokasi Umum (DAU). Dana
Alokasi Umum (DAU), adalah dana yang berasal dari Anggaran Pemerintah
7
(2005) dalam tulisannya menyatakan bahwa desentralisasi di Indonesia lebih
dalam APBN dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah, dan pemerintah daerah
secara leluasa dapat menggunakan dana ini apakah untuk memberi pelayanan
penerimaan umum lainnya dalam APBD harus tetap pada kerangka pencapaian
aset atau kekayaan daerah dan selanjutnya akan menambah belanja yang bersifat
Belanja daerah digunakan untuk memperoleh aset tetap pemerintah daerah seperti
peralatan, infrastruktur, dan harta tetap lainnya. Secara teoritis ada tiga cara untuk
dengan aset tetap lain, dan membeli. Namun, untuk kasus di pemerintahan,
biasanya cara yang dilakukan adalah dengan cara membeli. Proses pembelian
yang dilakukan umumnya melalui sebuah proses lelang atau tender yang cukup
8
rumit (Abdullah, 2006). Aset tetap yang dimiliki sebagai akibat adanya belanja
pemerintah daerah. Biasanya setiap tahun diadakan pengadaan aset tetap oleh
pemerintah daerah, sesuai dengan prioritas anggaran dan pelayanan publik yang
Audit adalah bentuk dari pembuktian indepeden yang dilakukan oleh ahli
laporan keuangan dari entitas yang telah diaudit. Kewajaran ini menyangkut
materialitas, posisi keuangan, dan arus kas. Keyakinan publik pada keandalan
temuan, kesimpulan atau dalam bentuk rekomendasi. Terdapat lima opini yang
unqualified opinion with modified wording (Opini wajar tanpa pengecualian dengan
adverse (tidak wajar /TW), dan disclamer (tidak memberikan pendapat/TMP). Dari
kelima opini tersebut opini terbagus adalah unqualified yang berarti bahwa laporan
LKPD telah disajikan dan diungkapkan secara wajar dalam semua hal yang material,
Sedangkan opini terjelek adalah tidak wajar karena informasi laporan keuangan
(LKPD) tidak diungkapkan secara wajar dalam semua hal yang material, sehingga
9
informasi dalam laporan keuangan tidak dapat dipakai oleh penggunanya. Dan
berbeda dengan disclamer terjadi bila auditor menolak memberikan pendapat, kondisi
ini disebabkan karena lingkup audit yang dibatasi atau karena laporan keuangan tidak
dapat diaudit sesuai dengan standar pemeriksaan keuangan Negara (SPKN), sehingga
baik opini adverse maupun disclaimer tidak dapat digunakan oleh pengguna laporan
pengukuran kinerja Pemda dan system pengawasan termasuk audit kinerja dan
evaluasi program.
suatu proses pengumpulan dan analisis data secara sistematis terhadap kinerja
kinerja (Permendagri No. 73 Tahun 2009). Tujuan dari adanya Evaluasi Kinerja
10
Pemerintah mempersiapkan pemberian penghargaan (award) kepada daerah yang
3) Peringkat, skors dan status sebagaimana pada ayat (1) terdiri atas:
b. Provinsi, kabupaten dan kota berusia diatas 3 (tiga) tahun dan dibawah
10 (sepuluh) tahun:
d. Provinsi, kabupaten dan kota berusia di atas 3 (tiga) tahun dan dibawah
11
2. Penyelenggaraan bidang pengelolaan keuangan daerah dan aset
daerah;
dimaksud pada ayat (1) dilaporkan oleh Direktur Jenderal Otonomi Daerah
2015).
penelitian, oleh karena itu rumusan masalah penelitian biasanya disusun dalam
daerah asli yang digali di daerah tersebut (Nugroho, 2012). Pendapatan Asli
Daerah menjadi salah satu tolak ukur kemampuan dan cermin kemandirian daerah
12
(Nurdin, 2014). Berdasarkan hal tersebut maka dapat disimpulkan peningkatan
uraian diatas didukung oleh penelitan (Julitawati 2012) juga menemukan bahwa
daerah kabupaten/kota. Karena pemerintah daerah dengan aset dan kekayaan yang
besar pasti memiliki tekanan yang lebih besar pula dari masyarakat untuk lebih
baik dalam mengelola dan menggunakan segala sumber daya yang dimilikinya itu
guna perbaikan kinerja. Oleh karena itu, hipotesis pada penelitian ini adalah:
kepada daerah dengan dibedakannya antara otonomi yang bersifat khusus dan
Kontrol sosial pada penduduk kota cenderung lebih kuat, sehingga Pemerintah
Daerah yang berstatus sebagai Kota akan cenderung mematuhi standar akuntansi
(Nugroho, 2012).
13
Dalam UUD RI Tahun 1945 Pasal 18B ayat (1) disebutkan bahwa “Negara
status/jenis daerah dalam penelitian ini perlu untuk memberikan bukti bahwa
berimplikasi pada kontrol sosial yang berbeda pula (Abdullah, 2006). Masyarakat
kota memiki kontrol sosial yang lebih kuat (Abdullah, 2006). Dengan adanya
dapat ditarik sebuah logika bahwa daerah yang berstatus kota akan lebih
berikut:
Kabupaten/Kota
kesenjangan fiskal antara pemerintah dengan daerah dan antar daerah dan
14
meningkatkan kapasitas daerah dalam menggali potensi ekonomi daerah. DAU
dalam memanfaatkan PADnya. DAU ini bersifat Block Grant yang artinya
(Nugroho, 2012).
dalam rangka pemerataan agar tidak terjadi ketimpangan pendapatan antar Pemda,
kinerja pemerintah pusat adalah (Julitawati et. al 2012) menemukan bahwa Dana
Kabupaten/Kota, dari uraian di atas, maka hipotesis pada penelitian ini adalah:
15
2.2.4 Pengaruh Belanja Modal Daerah pada Kinerja Keuangan Pemerintah
Kabupaten/Kota
lebih dari satu tahun anggaran dan akan menambah aset atau kekayaan daerah dan
berakibat menambah belanja yang bersifat rutin. Belanja modal yang besar
pelayanan kepada masyarakat sehingga kinerja daerah akan lebih baik (Sudarsana,
lebih baik dan berkualitas kepada masyarakatnya. Merujuk kepada hal ini,
(Martani, 2012).
negatif signifikan terhadap skor kinerja, hal ini berarti bahwa semakin besar
belanja daerah maka semakin kecil skor kinerja. Menurut Sudarsana (2013)
dimana belanja modal tidak berpengaruh terhadap skor kinerja Pemda, sedangkan
Berdasarkan uraian diatas maka apakah belanja yang telah terealisasi sudah
16
H4: Belanja Modal Daerah berpengaruh pada Kinerja Keuangan Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kota
atas laporan keuangan pemerintah daerah (LKPD) dan memberikan opini sesuai
dengan hasil laporan tersebut. Opini auditor sering dijadikan sebagai pengukuran
kinerja suatu daerah dalam pengelolaan keuangan daerahnya yang berasal dari
predikat Wajar Tanpa Pengecualian (WTP). Opini audit BPK merupakan kasus-
kasus yang ditemukan BPK terhadap laporan keuangan Pemda atas pelanggaran
yang dilakukan suatu daerah pada ketentuan pengendalian intern maupun pada
Dengan kata lain, semakin banyak opini Tidak Wajar dan Tidak Memberikan
2013). Adanya opini ini menyebabkan BPK akan meminta adanya peningkatan
pemeriksaan dan koreksi. Sehingga, semakin banyak jumlah opini Tidak Wajar
dan Tidak Memberikan Opini maka akan semakin rendah kinerja keuangan
menghasilkan bahwa semakin besar jumlah temuan audit BPK pada suatu
pemerintah daerah maka semakin rendah kinerja keuangan pemerintah daerah itu.
17
Sedangkan penelitian Virgasari (2009) dan Indrarti (2011) menunjukkan bahwa
terdapat hubungan antara opini audit BPK terhadap kinerja keuangan pemerintah
18