DISUSUN OLEH :
Kelompok 2
Tingkat II B
1
2
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah tentang
ini.
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang ini dapat memberikan manfaat
maupun inspirasi terhadap pembaca.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..............................................................................................1
2.2 Etiologi..........................................................................................................3
2.3 Patofisiologi..................................................................................................3
2.4 Penatalaksanaan............................................................................................3
2.5 Klasifikasi.....................................................................................................4
3
3.5 Implementasi Keperawatan............................................................................31
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan....................................................................................................33
DAFTAR PUSTAKA
4
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kulit merupakan organ terbesar dalam tubuh, luasnya sekitar 2 m2. Kulit
merupakan bagian terluar dari tubuh manusia yang lentur dan lembut. Kulit ini
penting dan merupakan permukaan luar organisme untuk membetasi lingkungan
dalam tubuh dengan lingkungan luar. Kulit merupakan benteng pertahanan pertama
dari berbagai macam yang datang dari luar seperti kuman, virus dan bakteri. Kulit
adalah lapisan lapisan jaringan yang terdapat di seluruh bagian di permukaan tubuh.
Pada permukaan kulit terdapat kelenjar keringat yang mengekskresi zat zat sisa yang
dikeluarkan melalui pori pori kulit berupa keringat. Kulit juga merupakan salah satu
alat indra yaitu indra peraba karena diseluruh permukaan kulit tubuh banyak terdapat
sarag peraba.
Warna kulit berbeda beda, ada kulit yang berwarna terang, pirang dan hitam,
warna merah muda pada telapak kaki dan tangan bayi, serta warna hitam kecoklatan
untuk orang dewasa. Kulit juga bervareasi ada yang lembut, tipis dan tebal. Kulit
yang elastis dan longgar terdapat pada palperbra, bibir dan preputium. Untuk kulit
tebal terdapat pada telapak kaki dan tangan orang dewasa. Sedangkan untuk kulit
tipis terdapat di area wajah.
Kulit merupakan suatu kelenjar holokrin yang cukup besar seperti jaringan
tubuh lainnya. Kulit juga berbafas, menyerap oksigen yang di ambil lebij banyak dari
aliran darah dan membuang karbondioksida yang lebih banyak dikeluarkan melalui
aliran darah. Kecepatan dalam menyerap oksigen dan mengeluarkan karbondioksida
tergantung pada banyak faktor di dalam maupun di luar kulit, seperti : temperatur
udara atau suhu, komposisi gas disekitar kulit, kelembapan udara, keceparan airan
darah ke kulit, tekanan gas didalam kulit, penyakit penyakit kulit, usia, ketersediaan
vitamin dan hormon dikulit, perubahan dalam metabolisme sel kulit dan pemakaman
bahan kimia pada kulit.
Sifat sifat anatomis dan fisiologis kulit diberbagai daerah tubuh sangat
berbeda. Sifat sifat anatomis yang khas berhubungan erat dengan tuntutan tuntutan
faali yang berbeda di masing masing daerah tubuh, seperti halnya kulit ditelapak
tangan, telapak kaki, kelopak mata, ketiak, dan bagian lainnya merupakan
mencerminan dari penyesuaiannya pada fungsinya masing masing. Kulit didaerah
tersebut berbeda ketebalannya, keeratan hubungannya dengan lapisan bagian dalam
1
dan berbeda pula dalam jenis serta banyaknya andeksa yang ada didalam lapisan
kulitnya.
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.3 Patofisiologi
Dermatitis merupakan reaksi alergi tipe 4, yakni respon lambat tipe tuberkulin,
yang bersifat sel mediateb. Reaksi pesifik memerlukan beberapa jam untuk mencapai
maksimum. Klinos biasanya baru tampak respon sesudah 24-48 jam. Pada interaksi
antara antigen dan antibodi terjadi pembebasan sebagai mediator farmakologi,
misalnya histamin, SRS-A (slow reacting substance-A) serotonin, bradikinin,
asetilkolin, heparin, dan anafilatoksin.
2.4 Penatalaksanaan
Pengobatan dermatitis adalah sebagai berikut :
a) Menghindari bahan irirtan
Contoh bahan iritan seperti : sabun, detergen, bahan kimiawi, rokok, pakaian
kasar, suhu yang lembab atau ekstrem harus dihindari oleh penderita.
b) Mengeliminasi allergen yang telah terbukti :
Allergen yang telah terbukti sebagai pemicu kekambuhan adalah : makanan,
debu rumah, bulu binatang, serbuk sari tanaman.
3
c) Menghilangkan pengeringan kulit (hidrasi)
Berikan bebat basah untuk hidrasi pada kulit penderita DA agar terjaadi
penyerapan air.
d) Pemberian pelembab kulit (moisturizing)
Pelembab dapat berupa krim, salep dan cairan.pemberian pelembab dapat
memperbaiki fungsi barrier stratum korneum dan mengurangi kebutuhan
steroid topical.
e) Kortikosteroid topical
Dapat dipakai sebagai anti inflamasi dan anti pruritus dan berguna pada saat
eksaserbasi akut.
f) Pemberian antibiotic
Penderita DA mempunyai kepekaan yang meningkat terhadap berbagai agen
microbial seperti : virus, jamur maupun bakteri.lebih dari 90 % kulit
penderita DA ditemukan s,aureus di dalam lesi kulit.
g) Pemberian antihistamin
Digunakan sebagai anti pruritus yang cukup memuaskan untuk terapi
simptomatis pada DA.
h) Mengurangi stress
Dapat memicu kekambuhan bukan sebagai penyebab.
i) Memberikan edukasi pada penderita maupun keluarga.
4
iritan yang dijumpai adalah sabun, detergen, bahan pembersih dan zat kimia
industri.
B. Gejala Klinik
Kelainan yang terjadi dapat berupa dermatitis akut, sun akut dan
kronik. Lesi yang jelas dan diatas makula yang eritematus terdapat papula,
vesikula, bula yang bila pecah menjadi lesi yang eksudatif.
C. Manifestasi klinis
5
2.5.2 Dermatitis Seboroik
A. Pengertian
6
1. Pada kepala daerah frontal dan parietal khas disebut cradle cap ,
dengan krusta tebal, pecah-pecah dan berminyak tanpa ada dasar
kemerahan dan tidak gatal
2. Pada lokasi lain tampak kemerahan atau merah kekuning-
kuningan yang tertutup pada skuama berminyak, dan tidak gatal
b. Pada dewasa (usia pubertas, rata-rata pada usia 18-40 tahun, dan
dapat pada usia tua)
1. Umumnya gatal
2. Pada area seboroik, berupa macula atau plakat, folikular,
papulae, kemerehan atau kekuningan dengan derajat ringan
sampai berat, inflamasi, skuama dan krusta tipis sampai tebal
yang kering, basah atau berminyak.
A. Definisi
D. Manifestasi klinik
7
terjadi eksudasi yang berakhir dengan lesi berkrustae. Lesi kulit yang sangat
basa dan berkrusta sering didapatkan pada kelainan lanjut.
Bayi
Anak
Dewasa
8
A. Pengertian
B. Manifestasi Klinis
A. Pengertian
9
jaringan kulit. Varises dan kondisi kronis lain pada kaki juga menjadi
penyebab.
B. Manifestasi Klinis
A. Definisi
10
Neurodermatitis sirkumskripta atau juga dikenal dengan liken simpleks
kronis adalah penyakit peradangan kronis pada kulit, gatal, sirkumskripta,
dan khas ditandai dengan likenifikasi. Likenifikasi timbul sebagai respon
dari kulit akibat gosokan dan garukan yang berulang-ulang dalam waktu
yang cukup lama, atau kebiasaan menggaruk pada satu area tertentu pada
kulit sehingga garis kulit tampak lebih menonjol menyerupai kulit batang
kayu.
B. Manifestasi Klinis
a. Zona perifer. Zona ini selebar 2-3 cm yang tidak menebal dan dapat
berisi papul.
b. Zona media. Zona ini dapat memiliki papul lentikular yang mengalami
ekskoriasi.
c. Zona sentral. Zona ini merupakan zona yang memiliki penebalan paling
parah dan alterasi pigmentasi.
Selain bentuk plak, lesi pada liken simpleks kronik dapat muncul
dengan sedikit edema. Lambat laun edema dan eritema akan menghilang,
lalu muncul skuama pada bagian tengah dan menebal. Likenifikasi,
ekskoriasi, dengan sekeliling yang hiperpigmentasi, muncul seiring dengan
menebalnya kulit, dan batas menjadi tidak tegas. Gambaran klinis juga
dipengaruhi oleh lokasi dan lamanya lesi.
Penyakit ini memiliki predileksi di punggung, leher, dan ekstremitas
terutama pergelangan tangan dan lutut. Neurodermatitis sirkumskripta
merupakan proses yang sekunder ketika seseorang mengalami sensasi gatal
pada daerah kulit yang spesifik dengan atau tanpa kelainan kulit yang
11
mendasar yang dapat mengakibatkan trauma mekanis pada kulit yang
berakhir dengan likenifikasi.
Skuama pada penyakit ini dapat menyerupai skuama pada psoriasis.
Variasi klinis dari liken simplek kronik dapat berupa prurigo nodularis,
akibat garukan atau korekan tangan penderita yang berulang-ulang pada
suatu tempat. Lesi berupa nodus berbentuk kubah, permukaan mengalami
erosi tertutup krusta dan skuama, yang lambat laun akan menjadi keras dan
berwarna lebih gelak. Lesi biasanya multiple, dan tempat predileksi di
ekstrimitas.
Keparahan gatal dapat diperburuk bila pasien berkeringat, pasien berada
pada suhu yang lembab, atau pasien terkena benda yang merangsang
timbulnya gatal. Gatal juga dapat bertambah pada saat pasien mengalami
stres psikologis. Pada pasien muda, keluhan gatal umumnya kurang
dirasakan karena tidak begitu mengganggu aktivitasnya, akan tetapi keluhan
gatalnya sangat dirasakan seiring bertambahnya usia dan faktor pemicu
stressnya.
12
Gambar 2 : Kawasan Predileksi
13
14
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1 PENGKAJIAN
1. Identitas
A. Identitas Pasien
15
Tanggal masuk RS : 30 Oktober 2012
Tanggal pengkajian : 1 Nopember 2012
Dx Medis : Dermatitis atopik
B. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Ny “S”
Umur : 49 Tahun
Jenis kelamin : Wanita
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Jl. Hibrida Raya No. 1
Hub. Dengan pasien : Ibu Klien
2. Riwayat Kesehatan
A. Keluhan Utama
Klien masuk IGD tanggal 30 Oktober 2012 pukul 10.30 WIB, dengan
keluhan adanya gatal – gatal yang hebat, Lesi pada daerah garutan.
Klien pernah dirawat dirumah sakit Arga Makmur dengan keluhan sesak
napas, batuk berdahak selama 1 minggu
D. Riwayat Kesehatan Keluarga
3. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum :
• Kesadaran :Composmentis
16
BB : 60 kg
TB : 153 Cm
2. Tanda-tanda vital
• TD : 90/60 mmHg
• ND : 90 i/menit
• RR : 27 i/menit
• S : 36,3 c
3. Kulit
• Inspeksi : warna kulit gelap, lesi kulit ada, pruritus ada, terdapat papul,
Ekskoriasi, krusta dan likeforasi.
4. Kepala/Rambut
5. Mata
• Konjungtiva :Anemis
6. Telinga
17
• Kebersihan :Bersih
• Kebersihan : Bersih
9. Leher
• Trakea : Simetris
18
• Kelenjar tiroid : Tidak ada pembesaran tiroid
• Auskultasi : Vesikuler
11. Abdomen
• Perkusi : normal
13. Neurologis
19
MASALAH
DATA ETIOLOGI
KEPERAWATAN
DO:
DO:
DO:
20
3.4 INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa
Tujuan Kriteria hasil Intervensi Rasionalisasi
Keperawatan
Gangguan Klien akan 1. Mengungkap-kan 1. Mandi paling tidak sekali sehari 1. Dengan mandi air akan meresap
integritas kulit mempertahankan peningkatan selama 15–20 menit. Segera dalam saturasi kulit. Pengolesan
berhubungan kulit agar kenyamanan kulit oleskan salep atau krim yang krim pelembab selama 2 – 4 menit
dengan mempunyai hidrasi 2. Berkurangnya derajat telah diresepkan setelah mandi. setelah mandi untuk mencegah
kekeringan pada yang baik dan pengelupasan kulit. Mandi lebih sering jika tanda penguapan air dari kulit.
kulit turunnya 3. Berkurangnnya dan gejala meningkat. 2. air panas menyebab-kan
peradangan. kemerahan. 2. Gunakan air hangat jangan panas vasodilatasi yang akan meningkat-
4. Berkurangnya lecet 3. Gunakan sabun yang kan pruritus.
karena garukan mengandung pelembab atau 3. sabun yang mengandung
5. Penyembuhan area sabun untuk kulit sensitif. pelembab lebih sedikit kandungan
kulit yang telah rusak Hindari mandi busa. alkalin dan tidak membuat kulit
4. Oleskan/berikan salep atau krim kering, sabun kering dapat
yang telah diresepkan 2 atau tiga meningkat-kan keluhan.
kali per hari. 4. salep atau krim akan melembab-
kan kulit
Resiko Klien akan Menghindari alergen 1. Ajari klien menghindari atau 1.menghindari alergen akan
kerusakan kulit mempertahankan menurunkan paparan terhadap menurunkan respon alergi.
berhubungan integritas kulit. alergen yang telah diketahui. 2. jika alergi terhadap bulu binatang
dengan terpapar 2. Baca label makanan kaleng agar sebaiknya hindari memelihara
21
alergen terhindar dari bahan makan yang binatang atau batasi keberadaan
mengandung alergen. Hindari binatang di sekitar area rumah.
binatang peliharaan 3.AC membantu menurunkan
3. Gunakan penyejuk ruangan paparan terhadap beberapa alergen
(AC) di rumah atau di tempat yang ada di lingkungan.
kerja, bila memungkin-kan.
Perubahan rasa Klien menunjukkan 1. Berkurangnya lecet 1. Jelaskan gejala gatal 1. Dengan mengetahui proses
nyaman berkurangnya akibat garukan. berhubungan dengan fisiologis dan psikologis dan
berhubungan pruritus. 2. Klien tidur nyenyak penyebanya (misal: keringnya prinsip gatal serta penangannya
dengan pruritus tanpa terganggu rasa kulit) dan prinsip terapinya akan meningkat-kan rasa
gatal. (misal: hidrasi) dan siklus gatal- kooperatif.
3. Klien mengungkapkan garuk-gatal-garuk. 2. pruritus sering disebabkan oleh
adanya peningkatan rasa 2. Cuci semua pakaian sebelum dampak iritan atau alergen dari
nyaman digunakan untuk menghilang- bahan kimia atau komponen
kan formaldehid dan bahan pelembut pakaian.
kimia lain serta hindari 3. bahan yang tertinggal (deterjen)
mengguna-kan pelembut pada pencucian pakaian dapat
pakaian buatan pabrik. menyebab-kan iritasi.
3. Gunakan deterjen ringan dan
bilas pakaian untuk memastikan
sudah tidak ada sabun yang
tertinggal.
22
23
3.5 IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
24
rumah atau di tempat kerja, bila memungkin- Gunakan penyejuk ruangan (AC) di rumah atau di
kan. tempat kerja, bila memungkin-kan.
3 Menjelaskan gejala gatal berhubungan dengan S : klien mengatakan masih merasa gatal dan terdapat lesi,
penyebanya (misal: keringnya kulit) dan kemerahan
prinsip terapinya (misal: hidrasi) dan siklus O : klien tampak menggaruk daerah yang gatal, tampak
gatal-garuk-gatal-garuk. lesi dan kemerahan
A : masalah belum teratasi
Mencuci semua pakaian sebelum digunakan
P : lanjutkan intervensi
untuk menghilang-kan formaldehid dan bahan
Jelaskan gejala gatal berhubungan dengan penyebanya
kimia lain serta hindari mengguna-kan
(misal: keringnya kulit) dan prinsip terapinya (misal:
pelembut pakaian buatan pabrik.
hidrasi) dan siklus gatal-garuk-gatal-garuk.
Menggunakan deterjen ringan dan bilas
Cuci semua pakaian sebelum digunakan untuk
pakaian untuk memastikan sudah tidak ada
menghilang-kan formaldehid dan bahan kimia lain
sabun yang tertinggal serta hindari mengguna-kan pelembut pakaian buatan
pabrik.
Gunakan deterjen ringan dan bilas pakaian untuk
memastikan sudah tidak ada sabun yang tertinggal.
25
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dermatitis atopik ialah keadaan peradangan kulit kronis dan residif, disertai
gatal, yang berhubungan dengan atopi. Atopi adalah istilah yang dipakai untuk
sekelompok penyakit pada individu yang mempunyai riwayat kepekaan dalam
keluarganya, misalnya : asma bronchial, rinitis alergik dan dermatitis atopik.
Penyebabnya ialah ditemukan Riwayat stigmata atopi (herediter) berupa asma
bronchial, rinitis alergik, dermatitis atopic dalam keluarganya, peningkatan jumlah
IgE dalam serum, penurunan Imunitas seluler dan respons terhadap reaksi
hipersensitivitas tipe lambat, sehingga berakibat meningkatnya kerawanan terhadap
infeksi virus, bakteri, dan jamur, alergi terhadap berbagai alergen, kelembaban
rendah, keringat berlebihan, dan bahan iritan, faktor psikologik.
Gejala utama dermatitis atopik ialah gatal (pruritus). Akibat garukan akan terjadi
kelainan kulit yang bermacam-macam, misalnya papul, likenifikasi dan lesi
ekzematosa berupa eritema, papulo-vesikel, erosi, ekskoriasi, dan krusta. Dermatitis
atopik dapat terjadi pada masa bayi (infantil), anak, maupun remaja dan dewasa.
Diagnosis Dermatitis atopik ditegakskan berdasarkan gambaran klinis dan adanya
riwayat atopik (dalam keluarga maupun sendiri).
26
DAFTAR PUSTAKA
Djuanda, Adhi. 1993. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin Edisi 2. Jakarta : Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia
Barakbah, Jusuf dan Zulkarnain, Iskandar. 2008. Penyakit Kulit Dan Kelamin.
Surabaya : Erlangga University Press
Suryono,S. 2008. Pengobatan Dermatitis Numoralis Dan Neurodermatitis
Sirkumskripta. Jakarta: EGC
Maharani, Ayu. 2015. Penyakit Kulit. Jogja : Pustaka Baru Press
27