Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH KEPERAWATAN KMB II

“SISTEM INTEGUMEN : DERMATITIS”

DISUSUN OLEH :
Kelompok 2

 Fuji Nugraha P17320317052

 Rika Lestari P17320317053

 Yudha Fauza W P17320317060

 Zahra Pratiwi P17320317070

 Nida Nisrina P17320317083

Tingkat II B

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESSEHATAN BANDUNG


PROGRAM STUDI KEPERAWATAN BOGOR
TAHUN AJARAN 2018 – 2019

1
2
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah tentang
ini.

Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ilmiah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang ini dapat memberikan manfaat
maupun inspirasi terhadap pembaca.

Bogor, Januari 2019

Penyusun

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..............................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................2

1.3 Tujuan Penulisan...........................................................................................2

BAB II TINJAUAN TEORI


2.1 Pengertian......................................................................................................3

2.2 Etiologi..........................................................................................................3

2.3 Patofisiologi..................................................................................................3

2.4 Penatalaksanaan............................................................................................3

2.5 Klasifikasi.....................................................................................................4

2.5.1 Dermatitis Kontak..................................................................................4

2.5.2 Dermatitis Seboroik...............................................................................7

2.5.3 Dermatitis Atopik...................................................................................9

2.5.4 Dermatitis Numuralis.............................................................................13

2.5.5 Dermatitis Statis.....................................................................................15

2.5.6 Neurodermatitis Dermatitis....................................................................18

BAB III TINJAUAN KASUS


3.1 Pangkajian......................................................................................................24

3.2 Analisa Data...................................................................................................27

3.3 Diagnosa Keperawatan...................................................................................28

3.4 Rencana Keperawatan....................................................................................29

3
3.5 Implementasi Keperawatan............................................................................31

BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan....................................................................................................33

DAFTAR PUSTAKA

4
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kulit merupakan organ terbesar dalam tubuh, luasnya sekitar 2 m2. Kulit
merupakan bagian terluar dari tubuh manusia yang lentur dan lembut. Kulit ini
penting dan merupakan permukaan luar organisme untuk membetasi lingkungan
dalam tubuh dengan lingkungan luar. Kulit merupakan benteng pertahanan pertama
dari berbagai macam yang datang dari luar seperti kuman, virus dan bakteri. Kulit
adalah lapisan lapisan jaringan yang terdapat di seluruh bagian di permukaan tubuh.
Pada permukaan kulit terdapat kelenjar keringat yang mengekskresi zat zat sisa yang
dikeluarkan melalui pori pori kulit berupa keringat. Kulit juga merupakan salah satu
alat indra yaitu indra peraba karena diseluruh permukaan kulit tubuh banyak terdapat
sarag peraba.
Warna kulit berbeda beda, ada kulit yang berwarna terang, pirang dan hitam,
warna merah muda pada telapak kaki dan tangan bayi, serta warna hitam kecoklatan
untuk orang dewasa. Kulit juga bervareasi ada yang lembut, tipis dan tebal. Kulit
yang elastis dan longgar terdapat pada palperbra, bibir dan preputium. Untuk kulit
tebal terdapat pada telapak kaki dan tangan orang dewasa. Sedangkan untuk kulit
tipis terdapat di area wajah.
Kulit merupakan suatu kelenjar holokrin yang cukup besar seperti jaringan
tubuh lainnya. Kulit juga berbafas, menyerap oksigen yang di ambil lebij banyak dari
aliran darah dan membuang karbondioksida yang lebih banyak dikeluarkan melalui
aliran darah. Kecepatan dalam menyerap oksigen dan mengeluarkan karbondioksida
tergantung pada banyak faktor di dalam maupun di luar kulit, seperti : temperatur
udara atau suhu, komposisi gas disekitar kulit, kelembapan udara, keceparan airan
darah ke kulit, tekanan gas didalam kulit, penyakit penyakit kulit, usia, ketersediaan
vitamin dan hormon dikulit, perubahan dalam metabolisme sel kulit dan pemakaman
bahan kimia pada kulit.
Sifat sifat anatomis dan fisiologis kulit diberbagai daerah tubuh sangat
berbeda. Sifat sifat anatomis yang khas berhubungan erat dengan tuntutan tuntutan
faali yang berbeda di masing masing daerah tubuh, seperti halnya kulit ditelapak
tangan, telapak kaki, kelopak mata, ketiak, dan bagian lainnya merupakan
mencerminan dari penyesuaiannya pada fungsinya masing masing. Kulit didaerah
tersebut berbeda ketebalannya, keeratan hubungannya dengan lapisan bagian dalam

1
dan berbeda pula dalam jenis serta banyaknya andeksa yang ada didalam lapisan
kulitnya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dermatitis?
2. Apakah penyebab dermatitis pada kulit?
3. Bagaimana bisa terjadi dermatitis?
4. Apa saja penatalaksanaan pada penderita dermatitis?
5. Sebutkan dan jelaskan klasifikasi dari dermatitis?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian dermatitis.
2. Untuk mengetaui penyebab dermatitis.
3. Agar mengetahui patofisiologi terjadi dermatitis.
4. Untuk mengetahui penatalaksanaan pada penderita dermatitis
5. Agar memahami klasifikasi dari dermatitis.

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian Dermatitis


Dermatitis merupakan epidermi dermitis dengan gejala subjektif pruritus.
Objektif tampak implamasi editema, vesikulasi, eksudasi, dan pembentukan sisik.
Tanda-tanda polimorfi tersebut tidak selalu timbul pada saat yang sama. Penyakit
bertendensi residif dan menjadi kronik. (suria djuanda)
2.2 Etiologi
Penyebab dermatitis kadang-kadang tidak diketahui. Sebagian besar
merupakan respon kulit terhadap agen-agen yang beraneka ragam, misalnya zat
kimia, protein, bakteri, dan fungus. Respon tersebut biasanya berhubungan dengan
alergi. Alergi ialah perubahan kemampuan tubuh yang didapat dan spesifik untuk
bereaksi.
Reaksi terjadi atas dasar interaksi antara antigen dan antibodi. Karena
banyaknya agen-agen penyebab, maka ada anggapan, bahwa nama dermatitis
digunakan sebagai nama "tong sampah" (catch basket term). Banyak penyakit alergi
yang disertai tanda-tanda polimorfi disebut dermatitis.

2.3 Patofisiologi
Dermatitis merupakan reaksi alergi tipe 4, yakni respon lambat tipe tuberkulin,
yang bersifat sel mediateb. Reaksi pesifik memerlukan beberapa jam untuk mencapai
maksimum. Klinos biasanya baru tampak respon sesudah 24-48 jam. Pada interaksi
antara antigen dan antibodi terjadi pembebasan sebagai mediator farmakologi,
misalnya histamin, SRS-A (slow reacting substance-A) serotonin, bradikinin,
asetilkolin, heparin, dan anafilatoksin.
2.4 Penatalaksanaan
Pengobatan dermatitis adalah sebagai berikut :
a) Menghindari bahan irirtan
Contoh bahan iritan seperti : sabun, detergen, bahan kimiawi, rokok, pakaian
kasar, suhu yang lembab atau ekstrem harus dihindari oleh penderita.
b) Mengeliminasi allergen yang telah terbukti :
Allergen yang telah terbukti sebagai pemicu kekambuhan adalah : makanan,
debu rumah, bulu binatang, serbuk sari tanaman.

3
c) Menghilangkan pengeringan kulit (hidrasi)
Berikan bebat basah untuk hidrasi pada kulit penderita DA agar terjaadi
penyerapan air.
d) Pemberian pelembab kulit (moisturizing)
Pelembab dapat berupa krim, salep dan cairan.pemberian pelembab dapat
memperbaiki fungsi barrier stratum korneum dan mengurangi kebutuhan
steroid topical.
e) Kortikosteroid topical
Dapat dipakai sebagai anti inflamasi dan anti pruritus dan berguna pada saat
eksaserbasi akut.
f) Pemberian antibiotic
Penderita DA mempunyai kepekaan yang meningkat terhadap berbagai agen
microbial seperti : virus, jamur maupun bakteri.lebih dari 90 % kulit
penderita DA ditemukan s,aureus di dalam lesi kulit.
g) Pemberian antihistamin
Digunakan sebagai anti pruritus yang cukup memuaskan untuk terapi
simptomatis pada DA.
h) Mengurangi stress
Dapat memicu kekambuhan bukan sebagai penyebab.
i) Memberikan edukasi pada penderita maupun keluarga.

2.5 Klasifikasi Dermatitis


2.5.1 Dermatitis Kontak
A. Pengertian

Dermatitis kontak (DK) adalah dermatitis yang disebabkan


terpaparnyakulit dengan bahan luar yang bersifat iritasi atau alergi.

Dermatitis Kontak ( dematitis venenata ) merupakan reaksi inflamasi


kulit terhadap unsur – unsur fisik, kimia atau biologi. epidermis
mengalamikerusakan akibat iritasi fisik atau kimia yang berulang – ulang.
Dermatitos kontakmenjadi akibat pajanan terhadap substansi iritatif, atau
tipe alergi ( dermatitis kontak alergika) yang di sebabkan oleh pajanan
orang yang sensitif terhadap alergen kontak. Penyebab dermatitis kontak

4
iritan yang dijumpai adalah sabun, detergen, bahan pembersih dan zat kimia
industri.

B. Gejala Klinik

Kelainan yang terjadi dapat berupa dermatitis akut, sun akut dan
kronik. Lesi yang jelas dan diatas makula yang eritematus terdapat papula,
vesikula, bula yang bila pecah menjadi lesi yang eksudatif.

Bentuk yang kronik gambarannya lebih sederhana berupa makula


hiperpigmentasi disertai likhenifikasi dan ekskorasi.

Gambaran dermatitis mulai pada tempat terjadinya kontak dengan


kulit, dapat menjadi generalisata. kontak ulang mempercepat
penyebarannya.

C. Manifestasi klinis

Erupsi dimulai ketika unsur penyebab mengenai kulit. Reaksi pertama


mencakup rasa gatal, terbakar dan eritema yang segera diikuti oleh gejala
edema, papula, vesikel serta perembasan cairan atau sekret. Pada fase
subakut, perubahan vesikuler ini tidak begitu mencolok lagi dan berubah
menjadi pembentukan krusta, pengeringan, bembentukan fisura serta
pengelupasan kulit. jika terjadi reaksi yang berulang – ulang atau bila
paisen terus – menerus menggaruk kulitnya, penebalan kulit ( likenifikasi )
dan pigmentasi ( perubahan warna ) akan terjadi. invasi bakteri sekunder
timbul kemudian.

5
2.5.2 Dermatitis Seboroik

A. Pengertian

Dermatitis seboroik adalah dermatosis papulosquamous kronis umum


yang mudah dikenali.Penyakit ini dapat timbul pada bayi dan dewasa dan
seringkali dihubungkan dengan peningkatan produksi sebum (sebaseus atau
seborrhea) kulit kepala dan daerah folikel kaya sebaseus pada wajah dan
leher.Kulit yang terkena berwarna merah muda, bengkak, dan ditutupi
dengan sisik berwarna kuning-coklat dan krusta (Fitzpatrick, 2010).
Area seboroik yaitu bagian badan yang banyak kelenjar sebasea
(kalenjar lemak) yaitu: kepala (“Scalp”, telinga, saluran telinga, belakang
telinga, leher), muka (alis mata, kelopak mata, glabella, lipatan nasolabial,
bibir, kumis, pipi, hidung, janggut/ dagu), badan atas ( daerah presternum,
daerah interskapula, areolae mammae) dan pelipatan-pelipatan (ketiak,
pelipatan bawah mammae, umbilicus, pelipatan paha, daerah anogenital dan
pelipatan pantat).
Pada dermatitis seboroik didapatkan kelainan kulit yang berupa
eritema serta skuama yang kering atau berminyak dan berwarna kuning
kecoklatan dalam berbagai ukuran disertai adanya krusta.
B. Manifestasi Klinik

a. Pada bayi (usia 2 minggu – 10 minggu)

6
1. Pada kepala daerah frontal dan parietal khas disebut cradle cap ,
dengan krusta tebal, pecah-pecah dan berminyak tanpa ada dasar
kemerahan dan tidak gatal
2. Pada lokasi lain tampak kemerahan atau merah kekuning-
kuningan yang tertutup pada skuama berminyak, dan tidak gatal
b. Pada dewasa (usia pubertas, rata-rata pada usia 18-40 tahun, dan
dapat pada usia tua)
1. Umumnya gatal
2. Pada area seboroik, berupa macula atau plakat, folikular,
papulae, kemerehan atau kekuningan dengan derajat ringan
sampai berat, inflamasi, skuama dan krusta tipis sampai tebal
yang kering, basah atau berminyak.

.5.4 Dermatitis Atopik

A. Definisi

Dermatitis Atopic (DA) adalah : suatu penyakit kulit inflamasi yang


khas, bersifat kronis dan sering terjadi kekambuhan (eksaserbasi) terutama
mengenai bayi dan anak, dapat pula pada dewasa.

Dermatitis Atopic (DA) adalah : suatu gangguan kulit kronik ( atau


sekelompok gangguan yang berkaitan ), yang sering ditemukan pada
penderita rhinitis alergika dan asma serta diantara para anggota keluarga
mereka. (Sylvia A, Price & Lorraine M. Wilson,2014).

D. Manifestasi klinik

Manifestasi klinis dermatitis atopic (DA) secara umum adalah gatal,


kulit kering dan timbulnya eksim (eksematous inflammation) yang berjalan
kronik dan residiv. Rasa gatal yang hebat menyebabkan garukan sehingga
memberikan tanda bekas garukan (scratch mark), yang akan diikuti kelainan
sekunder berupa papula, erosi, eksoriasi dan selanjutnya terjadi likenifikasi
bila proses menjadi kronis

Papula dapat terasa sangat gatal (prurigo papules) bersamaan dengan


timbulnya vesikel (papulovesikel), dan eritema, merupakan gambaran lesi
eksematous dan likenifikasi dapat menjadi erosive bila terkena garukan dan

7
terjadi eksudasi yang berakhir dengan lesi berkrustae. Lesi kulit yang sangat
basa dan berkrusta sering didapatkan pada kelainan lanjut.

Gejala timbulnya DA berdasarkan usia dapat terjadi pada :

 Bayi

 Dimulai pada wajah kemudian menyebar terutama kedaerah


ekstensor.

 Lesi biasanya basa, eksudativ, berkrustae dan sering terjadi


infeksi sekunder

 Sebagian kasus akan sembuh pada usia 18 bulan, sisanya


berlanjut ke anak

 Anak

 Bersifat kronis dan akan berlanjut pada usia sekolah

 Biasanya terdapat pada lipat siku, lipat lutut, leher dan


pergelangan tangan

 Pada jari tangan sering terjadi lesi eksudatif

 Perubahan pigmen kulit

 Dewasa

 Mirip lesi pada anak – anak

 Likenifikasi terutama pada daerah lipatan – lipatan dan tangan.

.5.4 Dermatitis Numuralis

8
A. Pengertian

Dermatitis nummular atau yang biasa disebut akzem nummular atau


akzem discoid merupakan suatu peradangan berupa lesi berbentuk mata
uang (coin) atau agak lonjong, berbatas tegas dengan efloresensi atau lesi
awal berupa papul disertai vesikel (papulo vesikel), biasanya mudah pecah
sehingga basah dan biasanya menyerang ekstremitas.

B. Manifestasi Klinis

Subjktif sangat gatal. Objektif terlihat dermatitis sebesar uang logam,


terdiri atas eritem, edema, kadang-kadang ada vesikel, kusta, atau papul.
Tempat presileksi adalah ekstensor ekstremitas (terutama tungkai bawah),
bahu, dan bokog. Penyakit mempunyai kecenderungan residif.

.5.6 Dermatitis Statis

A. Pengertian

Dermatitis statis Merupakan dermatitis sekunder akibat insufisiensi


kronik vena(atau hipertensi vena) tungkai bawah.
Yang muncul dengan adanya varises, menyebabkan pergelangan kaki
dan tulang kering berubah warna menjadi memerah atau coklat, menebal
dan gatal. Dermatitis muncul ketika adanya akumulasi cairan di bawah

9
jaringan kulit. Varises dan kondisi kronis lain pada kaki juga menjadi
penyebab.

B. Manifestasi Klinis

Subjektif terdapat pruritus. Bila kemusian timbul ulkus statis, maka


subjektif terasa nyeri. Pada permulaan tampak edema pada pergelangan
kaki, terutama pada sore hari sehabis bekerja. Hemosiderin keluar dari
pem buluh darah, sehingga terlihat bercak-bercak hiperpigmentasi
kecoklat-coklatan pada bagian medial sepertiga bawah tungkai bawah.
Perlahan-lahan timbul dermatitis yang seringkali madidans.
Bila timbul infeksi sekunder, maka teraba indurasi subkutan dan kulit
diatasnya berwarna coklat kemerahan. Karena terjadi pembendungan serta
atrofi kulit, maka dengan mudah akan timbul ulkus. Factor presipitasi
timbulya ulkus statis ialah trauma ringan dan infeks sekunder.

Gambar 1. Hiperpigmentasi dengan varises vena dan ekstravasasi


hemosiderin memberikan warna merah kecoklatan.

Gambar 2. Dermatitis stasis dengan likenifikasi.


.5.6 Neurodermatitis Dermatitis

A. Definisi

10
Neurodermatitis sirkumskripta atau juga dikenal dengan liken simpleks
kronis adalah penyakit peradangan kronis pada kulit, gatal, sirkumskripta,
dan khas ditandai dengan likenifikasi. Likenifikasi timbul sebagai respon
dari kulit akibat gosokan dan garukan yang berulang-ulang dalam waktu
yang cukup lama, atau kebiasaan menggaruk pada satu area tertentu pada
kulit sehingga garis kulit tampak lebih menonjol menyerupai kulit batang
kayu.

B. Manifestasi Klinis

Penderita penyakit ini akan mengeluh rasa gatal yang sangat


mengganggu aktivitas, dan dirasakan terutama ketika penderita tidak sedang
beraktivitas. Rasa gatal akan berkurang bila digaruk, dan penderita akan
berhenti menggaruk bila sudah timbul luka, akibat tergantikannya rasa gatal
dengan rasa nyeri.

Lesi yang muncul biasanya tunggal, bermula sebagai plak eritematosa.


Plak tersebut biasanya berbentuk plakat dan dapat memiliki 3 zona, yaitu:

a. Zona perifer. Zona ini selebar 2-3 cm yang tidak menebal dan dapat
berisi papul.
b. Zona media. Zona ini dapat memiliki papul lentikular yang mengalami
ekskoriasi.
c. Zona sentral. Zona ini merupakan zona yang memiliki penebalan paling
parah dan alterasi pigmentasi.
Selain bentuk plak, lesi pada liken simpleks kronik dapat muncul
dengan sedikit edema. Lambat laun edema dan eritema akan menghilang,
lalu muncul skuama pada bagian tengah dan menebal. Likenifikasi,
ekskoriasi, dengan sekeliling yang hiperpigmentasi, muncul seiring dengan
menebalnya kulit, dan batas menjadi tidak tegas. Gambaran klinis juga
dipengaruhi oleh lokasi dan lamanya lesi.
Penyakit ini memiliki predileksi di punggung, leher, dan ekstremitas
terutama pergelangan tangan dan lutut. Neurodermatitis sirkumskripta
merupakan proses yang sekunder ketika seseorang mengalami sensasi gatal
pada daerah kulit yang spesifik dengan atau tanpa kelainan kulit yang

11
mendasar yang dapat mengakibatkan trauma mekanis pada kulit yang
berakhir dengan likenifikasi.
Skuama pada penyakit ini dapat menyerupai skuama pada psoriasis.
Variasi klinis dari liken simplek kronik dapat berupa prurigo nodularis,
akibat garukan atau korekan tangan penderita yang berulang-ulang pada
suatu tempat. Lesi berupa nodus berbentuk kubah, permukaan mengalami
erosi tertutup krusta dan skuama, yang lambat laun akan menjadi keras dan
berwarna lebih gelak. Lesi biasanya multiple, dan tempat predileksi di
ekstrimitas.
Keparahan gatal dapat diperburuk bila pasien berkeringat, pasien berada
pada suhu yang lembab, atau pasien terkena benda yang merangsang
timbulnya gatal. Gatal juga dapat bertambah pada saat pasien mengalami
stres psikologis. Pada pasien muda, keluhan gatal umumnya kurang
dirasakan karena tidak begitu mengganggu aktivitasnya, akan tetapi keluhan
gatalnya sangat dirasakan seiring bertambahnya usia dan faktor pemicu
stressnya.

Gambar 1 : Regio dorsum pedis dextra, tampak plak hiperpigmentasi, soliter,


bentuk oval, ukuran 4 x 6 cm,batas tegas, ireguler, permukaan likenifikasi,
bagian sentral tampak eritem,sebagian erosi , tepi permukaan ditutupi
skuama sedang selapis warna putih.

12
Gambar 2 : Kawasan Predileksi

13
14
BAB III

TINJAUAN KASUS

3.1 PENGKAJIAN

1. Identitas

A. Identitas Pasien

Nama : Tn. “Y”


Umur : 22 Th
Suku/bangsa : Bengkulu/ Indonesia
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Status : Belum Nikah
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Mahasiswa
Suku bangsa : Bengkulu / Indonesia
Alamat : Jl. Hibrida Raya No. 1

15
Tanggal masuk RS : 30 Oktober 2012
Tanggal pengkajian : 1 Nopember 2012
Dx Medis : Dermatitis atopik
B. Identitas Penanggung Jawab

Nama : Ny “S”
Umur : 49 Tahun
Jenis kelamin : Wanita
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Jl. Hibrida Raya No. 1
Hub. Dengan pasien : Ibu Klien
2. Riwayat Kesehatan

A. Keluhan Utama

Klien mengatakan gatal gatal hebat pada bagian kulit.

B. Riwayat Kesehatan Sekarang

Klien masuk IGD tanggal 30 Oktober 2012 pukul 10.30 WIB, dengan
keluhan adanya gatal – gatal yang hebat, Lesi pada daerah garutan.

C. Riwayat Penyakit Dahulu

Klien pernah dirawat dirumah sakit Arga Makmur dengan keluhan sesak
napas, batuk berdahak selama 1 minggu
D. Riwayat Kesehatan Keluarga

Klien mengatakan kalau bapaknya pernah menderita penyakit yang sama,


dan bapaknya juga pernah menderita sesak napas.

3. Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan umum :

• Penampilan umum : Keadaan umum lemah.

• Kesadaran :Composmentis

• Klien tampak : lemah

16
BB : 60 kg

TB : 153 Cm

2. Tanda-tanda vital

• TD : 90/60 mmHg

• ND : 90 i/menit

• RR : 27 i/menit

• S : 36,3 c

3. Kulit

• Inspeksi : warna kulit gelap, lesi kulit ada, pruritus ada, terdapat papul,
Ekskoriasi, krusta dan likeforasi.

• Palpasi : suhu panas,

4. Kepala/Rambut

• Inspeksi : Bersih, tidak ada ketombe, rambut lurus, distribusi rambut


merata, bentuk kepala simetris.

• Palpasi : Tidak ada massa di kepala, rambut halus, tidak berminyak,


tidak ada nyeri tekan.

5. Mata

• Fungsi penglihatan :Baik

• Pupil dan reflek cahaya :Normal

• Konjungtiva :Anemis

• Lensa/iris :Tidak ada kekeruhan lensa

• Odema palpebra :Tidak ada

6. Telinga

• Fungsi pendengaran :Baik

17
• Kebersihan :Bersih

• Daun telinga :Simetris Kiri dan kanan

• Sekret :Tidak ada

• Mastoid :Tidak ada pembengkakan dan Nyeri


tekan mastoid

7. Hidung dan Sinus

• Inspeksi : Bentuk simetris

• Fungsi pennciuman : Baik

• Pembengkakan : Tidak ada pembengkakan

• Kebersihan : Bersih

• Pendarahan :Tidak ada pendarahan

• Sekret : tidak ada

8. Mulut dan Tenggorokan

• Membran mukosa : kering

• Kebersihan mulut : lidah bersih, bentuk lidah simetris

• Keadaaan gigi : lengkap, caries dentis ada, gigi palsu tidak


ada.

• Tanda radang : Tidak ada

• Trismus : Tidak ada trismus

• Kesulitan menelan : Tidak ada

9. Leher

• Trakea : Simetris

• Kelenjar limfe : Ada pembesaran limfe

18
• Kelenjar tiroid : Tidak ada pembesaran tiroid

• Gerakan leher : Normal

• Kaku kuduk : tidak ada kaku kuduk

10. Thorak dan paru

• Inspeksi : Dada simetris, RR : 27 X/ menit, menggunakan otot bantu


pernapasan

• Perkusi : Resonan pada kedua paru

• Palpasi : Fremitus kiri=kanan, Tidak ada nyeri tekan

• Auskultasi : Vesikuler

11. Abdomen

• Inspeksi : tdak terdapat kelainan

• Perkusi : normal

• Palpasi : tidak terdapat massa

• Auskultasi : bising usus 10 X / menit

12. Genetalia : normal

13. Neurologis

• Status mental : Compos mentis

• Motorik : Gerak terkoodinasi, fungsi kooordinasi baik,


kejang dan tremor tidak ada.

3.2 ANALISA DATA

19
MASALAH
DATA ETIOLOGI
KEPERAWATAN

DS: Kekeringan pada kulit  Gangguan integritas kulit

Klien mengatakan kulitnya


terlupas dan kemerahan

DO:

Kulit klien kemerahan,


terkelupas, dan lecet

DS: paparan allergen  Resiko kerusakan kulit

Klien mengatakan kulitnya


terlupas dan kemerahan

DO:

Kulit klien tampak kering,


berwarna kemerahan,
terkelupas dan lecet.

DS: Pruritus (rasa gatal)  Perubahan rasa nyaman

Klien mengatakan gatal – gatal


pada kulitnya

Klien mengatakan kulitnya


terlupas dan kemerahan

DO:

Klien tampak gatal, dan sering


menggaruk.

3.3 DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan kekeringan pada kulit

2. Resiko kerusakan kulit berhubungan dengan terpapar allergen

3. Perubahan rasa nyaman berhubungan dengan pruritus

20
3.4 INTERVENSI KEPERAWATAN

Diagnosa
Tujuan Kriteria hasil Intervensi Rasionalisasi
Keperawatan

Gangguan Klien akan 1. Mengungkap-kan 1. Mandi paling tidak sekali sehari 1. Dengan mandi air akan meresap
integritas kulit mempertahankan peningkatan selama 15–20 menit. Segera dalam saturasi kulit. Pengolesan
berhubungan kulit agar kenyamanan kulit oleskan salep atau krim yang krim pelembab selama 2 – 4 menit
dengan mempunyai hidrasi 2. Berkurangnya derajat telah diresepkan setelah mandi. setelah mandi untuk mencegah
kekeringan pada yang baik dan pengelupasan kulit. Mandi lebih sering jika tanda penguapan air dari kulit.
kulit turunnya 3. Berkurangnnya dan gejala meningkat. 2. air panas menyebab-kan
peradangan. kemerahan. 2. Gunakan air hangat jangan panas vasodilatasi yang akan meningkat-
4. Berkurangnya lecet 3. Gunakan sabun yang kan pruritus.
karena garukan mengandung pelembab atau 3. sabun yang mengandung
5. Penyembuhan area sabun untuk kulit sensitif. pelembab lebih sedikit kandungan
kulit yang telah rusak Hindari mandi busa. alkalin dan tidak membuat kulit
4. Oleskan/berikan salep atau krim kering, sabun kering dapat
yang telah diresepkan 2 atau tiga meningkat-kan keluhan.
kali per hari. 4. salep atau krim akan melembab-
kan kulit

Resiko Klien akan Menghindari alergen 1. Ajari klien menghindari atau 1.menghindari alergen akan
kerusakan kulit mempertahankan menurunkan paparan terhadap menurunkan respon alergi.
berhubungan integritas kulit. alergen yang telah diketahui. 2. jika alergi terhadap bulu binatang
dengan terpapar 2. Baca label makanan kaleng agar sebaiknya hindari memelihara

21
alergen terhindar dari bahan makan yang binatang atau batasi keberadaan
mengandung alergen. Hindari binatang di sekitar area rumah.
binatang peliharaan 3.AC membantu menurunkan
3. Gunakan penyejuk ruangan paparan terhadap beberapa alergen
(AC) di rumah atau di tempat yang ada di lingkungan.
kerja, bila memungkin-kan.

Perubahan rasa Klien menunjukkan 1. Berkurangnya lecet 1. Jelaskan gejala gatal 1. Dengan mengetahui proses
nyaman berkurangnya akibat garukan. berhubungan dengan fisiologis dan psikologis dan
berhubungan pruritus. 2. Klien tidur nyenyak penyebanya (misal: keringnya prinsip gatal serta penangannya
dengan pruritus tanpa terganggu rasa kulit) dan prinsip terapinya akan meningkat-kan rasa
gatal. (misal: hidrasi) dan siklus gatal- kooperatif.
3. Klien mengungkapkan garuk-gatal-garuk. 2. pruritus sering disebabkan oleh
adanya peningkatan rasa 2. Cuci semua pakaian sebelum dampak iritan atau alergen dari
nyaman digunakan untuk menghilang- bahan kimia atau komponen
kan formaldehid dan bahan pelembut pakaian.
kimia lain serta hindari 3. bahan yang tertinggal (deterjen)
mengguna-kan pelembut pada pencucian pakaian dapat
pakaian buatan pabrik. menyebab-kan iritasi.
3. Gunakan deterjen ringan dan
bilas pakaian untuk memastikan
sudah tidak ada sabun yang
tertinggal.

22
23
3.5 IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

HARI, NO IMPLEMENTASI EVALUASI PARAF


TANGGAL
DX
1 o Menganjurkan mandi paling tidak sekali S : klien mengatakan masih terdapat lesi dan kemerahan
O : klien tampak lesi dan kemerahan
sehari selama 15–20 menit. Segera oleskan A : masalah belum teratasi
salep atau krim yang telah diresepkan setelah P : lanjutkan intervensi
mandi. Mandi lebih sering jika tanda dan  Mandi paling tidak sekali sehari selama 15–20 menit.
Segera oleskan salep atau krim yang telah diresepkan
gejala meningkat.
o Mengganjurkan menggunakan air hangat setelah mandi. Mandi lebih sering jika tanda dan gejala
meningkat.
jangan panas
o Mengganjurkan menggunakan sabun yang  Gunakan air hangat jangan panas
 Gunakan sabun yang mengandung pelembab atau
mengandung pelembab atau sabun untuk
sabun untuk kulit sensitif. Hindari mandi busa.
kulit sensitif. Hindari mandi busa.
 Oleskan/berikan salep atau krim yang telah diresepkan
 Memberikan salep atau krim yang telah
2 atau tiga kali per hari.
diresepkan 2 atau tiga kali per hari.
2  Mengajari klien menghindari atau S : klien mengatakan masih terdapat lesi dan kemerahan
O : klien tampak lesi dan kemerahan
menurunkan paparan terhadap alergen yang A : masalah belum teratasi
telah diketahui. P : lanjutkan intervensi
 Membaca label makanan kaleng agar  Ajari klien menghindari atau menurunkan paparan
terhindar dari bahan makan yang mengandung terhadap alergen yang telah diketahui.
alergen.  Baca label makanan kaleng agar terhindar dari bahan
 Menghindari binatang peliharaan makan yang mengandung alergen.
 Menggunakan penyejuk ruangan (AC) di  Hindari binatang peliharaan

24
rumah atau di tempat kerja, bila memungkin-  Gunakan penyejuk ruangan (AC) di rumah atau di
kan. tempat kerja, bila memungkin-kan.

3  Menjelaskan gejala gatal berhubungan dengan S : klien mengatakan masih merasa gatal dan terdapat lesi,
penyebanya (misal: keringnya kulit) dan kemerahan
prinsip terapinya (misal: hidrasi) dan siklus O : klien tampak menggaruk daerah yang gatal, tampak
gatal-garuk-gatal-garuk. lesi dan kemerahan
A : masalah belum teratasi
 Mencuci semua pakaian sebelum digunakan
P : lanjutkan intervensi
untuk menghilang-kan formaldehid dan bahan
 Jelaskan gejala gatal berhubungan dengan penyebanya
kimia lain serta hindari mengguna-kan
(misal: keringnya kulit) dan prinsip terapinya (misal:
pelembut pakaian buatan pabrik.
hidrasi) dan siklus gatal-garuk-gatal-garuk.
 Menggunakan deterjen ringan dan bilas
 Cuci semua pakaian sebelum digunakan untuk
pakaian untuk memastikan sudah tidak ada
menghilang-kan formaldehid dan bahan kimia lain
sabun yang tertinggal serta hindari mengguna-kan pelembut pakaian buatan
pabrik.
 Gunakan deterjen ringan dan bilas pakaian untuk
memastikan sudah tidak ada sabun yang tertinggal.

25
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dermatitis atopik ialah keadaan peradangan kulit kronis dan residif, disertai
gatal, yang berhubungan dengan atopi. Atopi adalah istilah yang dipakai untuk
sekelompok penyakit pada individu yang mempunyai riwayat kepekaan dalam
keluarganya, misalnya : asma bronchial, rinitis alergik dan dermatitis atopik.
Penyebabnya ialah ditemukan Riwayat stigmata atopi (herediter) berupa asma
bronchial, rinitis alergik, dermatitis atopic dalam keluarganya, peningkatan jumlah
IgE dalam serum, penurunan Imunitas seluler dan respons terhadap reaksi
hipersensitivitas tipe lambat, sehingga berakibat meningkatnya kerawanan terhadap
infeksi virus, bakteri, dan jamur, alergi terhadap berbagai alergen, kelembaban
rendah, keringat berlebihan, dan bahan iritan, faktor psikologik.
Gejala utama dermatitis atopik ialah gatal (pruritus). Akibat garukan akan terjadi
kelainan kulit yang bermacam-macam, misalnya papul, likenifikasi dan lesi
ekzematosa berupa eritema, papulo-vesikel, erosi, ekskoriasi, dan krusta. Dermatitis
atopik dapat terjadi pada masa bayi (infantil), anak, maupun remaja dan dewasa.
Diagnosis Dermatitis atopik ditegakskan berdasarkan gambaran klinis dan adanya
riwayat atopik (dalam keluarga maupun sendiri).

26
DAFTAR PUSTAKA
Djuanda, Adhi. 1993. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin Edisi 2. Jakarta : Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia
Barakbah, Jusuf dan Zulkarnain, Iskandar. 2008. Penyakit Kulit Dan Kelamin.
Surabaya : Erlangga University Press
Suryono,S. 2008. Pengobatan Dermatitis Numoralis Dan Neurodermatitis
Sirkumskripta. Jakarta: EGC
Maharani, Ayu. 2015. Penyakit Kulit. Jogja : Pustaka Baru Press

27

Anda mungkin juga menyukai