Zuryati 11 143 PDF
Zuryati 11 143 PDF
c Hipertensi Grade II
Stroke Hemoragik e.c Hipertensi Grade II
Zuryati Toiyiba Qurbany, Adityo Wibowo
Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung
Abstrak
Menurut World Health Organization (WHO) stroke adalah manifestasi klinik dari gangguan fungsi serebral, baik fokal
maupun global, yang berlangsung dengan cepat dan lebih dari 24 jam atau berakhir dengan kematian tanpa ditemukannya
penyakit selain daripada gangguan vaskular. Hipertensi merupakan salah satu contoh gangguan vaskular yang menjadi
faktor risiko stroke paling penting yang dapat dimodifikasi baik bagi laki‐laki ataupun wanita. Hipertensi dapat
meningkatkan risiko untuk terjadinya stroke sekitar dua sampai empat kali lipat. Ny. N berusia 64 tahun datang dengan
penurunan kesadaran tiba‐tiba sejak 1 hari lalu, setelah ibadah. Pasien tidur terus menerus, namun bangun bila diberi
rangsangan. Sebelumnya pasien sering mengeluhkan sakit kepala sejak menderita darah tinggi 3 tahun lalu, namun jarang
kontrol dan mengkonsumsi obat. Pada pemeriksaan fisik tampak kesadaran stupor, GCS E2V2 M5 = 9. Tanda vital didapatkan
tekanan darah 180/100 mmHg. Status neurologis pada sistem motorik gerakan pasif pada ekstremitas kiri dan refleks
babinsky positif pada tungkai kiri. Pasien didiagnosa hemiparesis sinistra e.c susp. stroke hemoragik, kemudian pasien
diobati dengan diuretik, antihipertensi, antibiotik dan vitamin B19. Hipertensi yang tidak terkontrol menjadi penyebab
stroke pada pasien ini.
Kata kunci: hipertensi, stroke hemoragik
Hemorrhagic Stroke e.c Hipertensyon Grade II
Abstract
According to the World Health Organization (WHO), stroke is clinical signs of cerebral function disorder that grows rapidly
as a result of brain dysfunction focal (or global), with symptoms occur more than 24 hours, can cause death, without any
cause other than vascular. Hypertension is one of the vascular disease that become the most important risk factor for
stroke that can be modified for both men and women. Hypertension can increase the risk for stroke around two to four
times. Ny. N 64 years old woman, came to the hospital with a sudden loss of consciousness since 1 days ago, after worship.
Patient slept continuously, but woke up when family gave a stimulus. Patient often complained headaches since suffering
high blood pressure three years ago, but rarely control and drug consumption.Physical examination showed conscious
stupor with GCS 9 (E2V2M5). Blood pressure 180/100 mmHg. Neurological examination showed passive movement of left
extremities and positive babinsky reflex in the left leg. The Patient is diagnosed as sinistra hemipharesis e.c suspected
hemorrhagic stroke and then treated with diuretic, antihypertensive, antibiotic dan vitamin B19. The uncontrolled
hypertension causes stroke in this patient.
Keywords: hemorrhagic stroke, hypertension
Korespondensi: Zuryati Toiyiba Qurbany, S.Ked., alamat Jl. Dr. Setia Budi No. 06A, Sukarame II, Teluk Betung Barat, Bandar
Lampung, HP 082282568074, email zuyqurbany@yahoo.com
Pendahuluan menyebabkan terhentinya pasokan oksigen
Menurut World Health Organization dan glukosa ke otak.2
(WHO) stroke adalah manifestasi klinik dari Setiap tahun di Amerika Serikat, sekitar
gangguan fungsi serebral, baik fokal maupun 795.000 orang mengalami stroke yang baru
global, yang berlangsung dengan cepat dan atau berulang. Dari jumlah tersebut, sekitar
lebih dari 24 jam atau berakhir dengan 610.000 merupakan serangan awal, dan
kematian tanpa ditemukannya penyakit selain 185.000 merupakan stroke berulang. Studi
daripada gangguan vaskular.1 Berdasarkan epidemiologi menunjukkan bahwa sekitar 87%
kelainan patologisnya, stroke dapat dibedakan dari stroke di Amerika Serikat ialah iskemik,
menjadi dua, yaitu stroke hemoragik dan 10% sekunder untuk perdarahan intraserebral,
stroke non hemoragik (stroke iskemik).1 Stroke dan lainnya 3% mungkin menjadi sekunder
hemoragik diakibatkan oleh pecahnya untuk perdarahan subaraknoid.3,4
pembuluh darah di otak, sedangkan stroke Di Indonesia penyakit ini menduduki
non hemoragik disebabkan oleh oklusi posisi ketiga setelah jantung dan kanker.
pembuluh darah otak yang kemudian Sebanyak 28,5% penderita meninggal dunia
dan sisanya menderita kelumpuhan sebagian
J Medula Unila|Volume 5|Nomor 2|Agustus 2016|114
Zuryati dan Adityo| Stroke Hemoragik e.c Hipertensi Grade II
J Medula Unila|Volume 5|Nomor 2|Agustus 2016|115
Zuryati dan Adityo| Stroke Hemoragik e.c Hipertensi Grade II
J Medula Unila|Volume 5|Nomor 2|Agustus 2016|116
Zuryati dan Adityo| Stroke Hemoragik e.c Hipertensi Grade II
ditemukan penurunan kesadaran, nyeri kepala 300 mg; enalapril IV 0,625‐1.25 mg per 6 jam;
dan refleks Babinsky yang positif. captopril 3 kali 6,25‐25 mg per oral.12 Selain
Dalam mendiagnosis stroke, CT‐scan dan itu, perlu diberikan antibiotik sebagai
MRI merupakan pemeriksaan yang penting pencegahan terhadap infeksi sekunder. Pada
untuk membedakan stroke non hemoragik, pasien ini diberikan ceftazidime 2x1gr. Dan
perdarahan intraserebral, perdarahan juga neuroprotektor vit B19 2x1. Pemberian
subarakhnoid, malformasi arteriovenosus dan neuroprotektor dapat diberikan pada
trombosis sinus/vena. Untuk mendeteksi perdarahan intraserebral kecuali yang bersifat
perdarahan CT‐scan lebih banyak dipilih, vasodilator.
sedangkan MRI dapat mendeteksi lesi Pemberian terapi antihipertensi jika
iskemik.10 Pada awal dari pasien ini perlu didapatkan tekanan darah yang tinggi
dilakukannya pemeriksaan CT‐scan untuk (hipertensi emergensi) diberikan dengan
memastikan penyebab dari kelumpuhan pertimbangan bukan hanya terhadap otak
lengan dan tungkai kanan, apakah disebabkan saja, tetapi juga terhadap kerusakan organ lain
karena stroke hemoragik atau stroke non misalnya jantung dan ginjal. Meskipun
hemoragik agar penatalaksanaannya pun tidak demikian jika tekanan darahnya rendah pada
keliru. pasien yang mempunyai riwayat hipertensi
Tujuan penatalaksanaan stroke secara pada fase akut serangan stroke, hal tersebut
umum adalah menurunkan morbiditas dan mungkin menandakan deteriorasi neurologis
menurunkan angka kematian serta dini atau peningkatan volume infark, dan
menurunnya angka kecacatan. Dengan merupakan outcome yang buruk pada bulan
penanganan yang benar pada jam‐jam pertama saat serangan, khususnya penurunan
pertama, angka kecacatan stroke akan tekanan darah sistolik lebih dari 20 mmHg.13
berkurang setidaknya 30%.11 Penatalaksanaan Pengendalian faktor resiko yang tidak
umum yang dapat dilakukan adalah dengan dapat dimodifikasi bersifat tidak dapat
stabilisasi jalan napas dan pernapasan. dirubah dan dapat dipakai sebagai penanda
Pemberian oksigen dapat dilakukan pada stroke pada seseorang. Selain itu juga untuk
pasien dengan saturasi oksigen <95%. mencegah stroke diperlukan modifikasi gaya
Keseimbangan cairan diperhitungkan dengan hidup. Pencegahan berulang intracerebral
mengukur cairan yang dikeluarkan dari tubuh. haemorrhage (ICH) dilakukan mengingat
Cairan yang dapat diberikan berupa kristaloid angka morbiditas dan mortalitas yang cukup
maupun koloid secara intravena. Pada tinggi dengan cara menurunkan tekanan
umumnya, kebutuhan cairan 30 ml/KgBB per darah, tidak merokok, tidak meminum alkohol
hari.12 Pemasangan kateter diperlukan untuk dan menghindari penggunaan kokain. AHA
mengukur banyaknya urine yang diproduksi merekomendasikan pencegahan ICH berulang
dalam 24 jam. Pemasangan pipa nasogastrik dengan cara mengobati hipertensi adalah
diperlukan pada pasien ini untuk pemberian langkah yang paling penting untuk
nutrisi, karena adanya penurunan kesadaran. mengurangi risiko ICH dan ICH berulang.
Diberikan juga manitol yang bertujuan untuk Merokok, penggunaan alkohol dan
menurunkan tekanan intrakranial. Manitol penggunaan kokain adalah faktor risiko untuk
diberikan dengan dosis 0,25‐0,50 gr/kg BB terjadinya ICH.14
selama lebih dari 20 menit. Pemberian Pasien akan disarankan untuk menjalani
manitol dapat diulangi setiap 4‐6 jam. rehabilitasi medik untuk memberi
Tekanan darah tidak perlu diturunkan kemampuan kepada penderita yang telah
secara cepat. Pada pasien ini diberikan obat mengalami disabilitas fisik dan atau penyakit
antihipertensi amlodipin 1x10mg. Tekanan kronis, agar dapat hidup atau bekerja
darah harus diturunkan sampai tekanan darah sepenuhnya sesuai dengan kapasitasnya.
premorbid atau 15‐20% bila tekanan sistolik Program rehabilitasi medik yang dapat diikuti
>180 mmHg, diastolik >120 mmHg, MAP >130 pasien berupa fisioterapi, terapi wicara dan
mmHg, dan volume hematoma bertambah. psikoterapi.15
Bila terdapat gagal jantung, tekanan darah
harus segera diturunkan dengan labetalol IV Simpulan
10 mg (pemberian dalam 2 menit) sampai 20 Telah ditegakkan diagnosis stroke
mg (pemberian dalam 10 menit) maksimum hemoragik e.c hipertensi grade II pada pasien
J Medula Unila|Volume 5|Nomor 2|Agustus 2016|117
Zuryati dan Adityo| Stroke Hemoragik e.c Hipertensi Grade II
Ny. N berusia 64 tahun atas dasar anamnesis 7. Mardjono M. Sidharta P. Neurologi klinis
dan pemeriksaan fisik. Faktor resiko pada dasar. Dian Rakyat. Jakarta; 2009.
pasien dengan riwayat hipertensi yang tidak 8. Suroto. Gangguan Pembuluh Darah Otak.
terkontrol merupakan salah satu faktor resiko Dalam: Purwanto C. (ed). Buku Ajar Ilmu
terjadinya stroke hemoragik. Stroke dapat Penyakit Saraf. Surakarta: BEM Fakultas
memberikan prognosis yang buruk karena Kedokteran Universitas Sebelas Maret
dapat mengakibatkan kerusakan otak yang Press; 2004. hlm. 87‐96.
ireversibel sampai menyebabkan kematian. 9. Hariyono T. Hipertensi dan Stroke
[internet]. [diakses Tanggal 28 april
Daftar Pustaka 2016]. Tersedia dari :
1. World Health Organization. http://www.tempo.co.id/medika/arsip/0
Cerebrovascular disorders: a clinical and 52002/pus‐1.htm
research classification. Geneva: World 10. Magistris F, Bazak S, Martin J.
Health Organization; 1978. Intracerebral hemorrhage:
2. Martono H. Kuswardhani RA. Stroke dan pathophysiology, diagnosis and
penatalaksanaannya oleh internis. management. MUMJ. 2013;10(1): 15‐22.
Interna Publishing. Jakarta; 2009. 11. World Health Organization. Stroke and
3. Roger VL, Go AS, Lloyd‐Jones DM, cerebrobascular disorders: neurological
Benjamin EJ, Berry JD, Borden WB, dkk. implications. Geneva: World Health
Heart Disease And Stroke Statistics‐2012 Organization. 1995.
update: a report from the American 12. Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf
Heart Association. Circulation. Indonesia. Guideline stroke. PERDOSSI.
2012;125(1): e2‐e220. Jakarta. 2011.
4. Shiber JR, Fontane E, Adewale A. Stroke 13. Castillo J, Leira R, Garcia MM. Blood
registry: Hemorrhagic vs Ischemic pressure decrease during the acute phase
Strokes. Am J Emerg Med. 2010; 28(3): of ischemic stroke is associated with
331‐3. brain injury and poor stroke outcome.
5. Khairunnisa N. Hemiparese sinistra, Stroke Magazine. 2004; (35): 520–6.
parese nervus vii, ix, x, xii e.c stroke 14. Morgenstern L, BJ Claude H, Craig A, Kyra
Nonhemorrhagic. JUKE Unila. 2014; 2(3): B, Joseph PB, Sander C, dkk. Guidelines
53. for the management of spontaneous
6. Ridarineni N. Jumlah Penderita Stroke di intracerebral hemorrhage. Jornal of
Indonesia Terus Meningkat [internet]. American Heart Association. 2010;(1):
[diperbarui 2 Februari 2014; diakses 2115‐21.
tanggal 1 Maret 2016]. Tersedia dari : 15. Nasution LF. Stroke Non Hemoragik Pada
http://www.republika.co.id/berita/nasion Laki‐Laki Usia 65 Tahun. JUKE Unila.
al/jawa‐tengah‐diy‐nasional/14/ 2013;1(3):8.
02/02/n0cz1r‐jumlah‐penderita‐stroke‐
di‐indonesia‐terus‐meningkat.
J Medula Unila|Volume 5|Nomor 2|Agustus 2016|118