Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Desa Ambarita merupakan desa yang menjadi pusat pemerintahan di Kecamatan
Simanindo , Desa tersebut memilik luas 8,75 km yang separuhnya terletak di daerah pesisir
Danau Toba. Desa Ambarita dipimpin oleh Kepala Desa yang bernama Oberlin CP Sitio.
Pada umumnya masyarakat Ambarita bekerja sebagai petani serta pegawai negeri atau pun
pegawai swasta . meskipun sudah memiliki pekerjaan yang menetap, para pegawai di desa ini
juga masih mengusahakan lahan pertanian yang ada, sebagian ada yang membuka usaha
seperti usaha baju, souvenir, kelontong, makanan/minuman, grosir dan mainan anak – anak.
Jika dilihat dari pekerjaan masyarakat, desa ini bukan lagi masuk ke dalam kategori desa
tertinggal.
Sebelum menentukan program yang akan dijalankan, di awal kegiatan kami melakukan
survey dan observasi untuk mendapatkan data dan informasi awal tentang kondisi
sosiokultural masyarakat dan potensi yang ada sehingga kami bisa mengidentifikasi masalah
yang ada dan memberikan solusi bagi permasalahan tersebut. Berdasarkan survei dan
observasi yang dilakukan di Desa Ambarita, maka penulis mencoba untuk membantu
masyarakat sesuai dengan kemampuan penulis. Wujud bantuan tersebut dengan
menginterpretasikan permasalahan ke dalam bentuk program kegiatan yang bertujuan untuk
membantu masyarakat sesuai dengan masalah yang ada.
Sesuai dengan program studi yang kami ampuh, maka focus kami adalah perekonomian
masyarakat. Seperti penjelasan sebelumnya, perekoniman di daerah ini sudah lumayan,
lantaran kami tidak menemukan masyarakat yang tuna wisma. Selain itu masyarakat di desa
ini setuju dengan program pemerintah yagn menyatakan “Wajib sekolah 12 tahun”, sehingga
kami tidak menemukan anak yang tidak sekolah akibat perekonpmian orang tua yang tidak
mencukupi. Maka dari itu, kami menelusuri sisi perekonomian lain yang mungkin dapat kami
angkat permasalahannya. Di sana kami menemukan beberapa usaha kecil milik masyarakat
setempat.
Usaha Kecil Menengah atau sering yang disingkat dengan UKM yang merupakan
sebuah istilah yang mengacu kepada kegiatan ekonomi rakyat berskla kecil dengan bidang
usaha yang mayoritas merupakan usaha kecil . Saat ini UKM di Desa Ambarita masih
menggunakan sistem pemasaran tradisional dalam menjalankan pemasaran dalam penjualan
produk mereka . Seperti Usaha Pakaian dan kerajinan tangan yang dihiasi dengan motif –
motif budaya Batak . letak usaha kecil ini berada di pinggiran pantai, lebih tepatnya di sekitar
pelabuhan kapal Ferry Ihan Batak. Usia usaha kecil disini masih sangat muda, yaitu 8 bulan.
Pemilik usaha membuka usaha ini sejak pelabuhan Kapal Ferry Ihan Batak resmi beroperasi
yaitu pada bulan Desember 2018.
Berdasarkan survey yang kami lakukan, kami menemukan fakta bahwa pelaku UKM
masih banyak yang tidak membuat pembukuan sama sekali, mereka juga tidak melakukan
perhitungan Harga Pokok Produksi (HPP). Padahal sebuah usaha akan terlihat hasilnya
secara real jika pembukuan operasional dibuat, Dengan pencatatan keuangan, pelaku usaha
bisa membandingkan kondisi finansial UKM dari tahun sebelumnya dengan saat ini. Juga
untuk mengetahui apakah laba UKM mengalami peningkatan atau tidak. Jika yang terjadi
adalah sebaliknya, pelaku usaha bisa mengetahui biaya-biaya apa yang sebenarnya tidak
diperlukan dan bisa dipangkas demi menghemat pengeluaran UKM. Intinya, pencatatan
keuangan membantu pelaku usaha mengawasi kondisi finansial UKM, baik secara
keseluruhan maupun mendetail.
Finansial merupakan salah satu aspek terpenting dalam UKM. Setelah mengetahui
kondisi finansial UKM melalui pencatatan keuangan, pelaku usaha bisa menentukan berbagai
keputusan demi masa depan UKM tersebut.
Sedangkan HPP akan membantu pelaku usaha dalam menentukan harga sebuah produk
sehingga pelaku usaha tidak mengalami kerugian paling tidak harus BEP. Faktanya, pelaku
usaha di Desa Ambarita tidak perduli dengan HPP, bahkan mereka tidak menghitung tenaga,
uang sewa toko dan biaya angkut , yang penting bagi mereka mereka mendapatkan untung
dari setiap penjualan, meskipun sangat minim.
Berangkat dari masalah itu, penulis mencoba memberitahukan pentingnya pembukuan
sederhana dan penghitungan HPP dalam menjalankan sebuah usaha.

1.2 TUJUAN
1. Memenuhi tanggung jawab KKN
2. Sebagai acuan untuk mengisi laporan KKN

1.3 Manfaat
1. Untuk pemilik UKM
 Pembukuan sederhana akan membantu pelaku usaha mengetahui
keuntungan maupun kerugian yang di alami , pembukuan sederhana juga
akan membantu pelaku usaha dalam melakukan pemisahan kekayaan antara
kekayaan pribadi dan kekayaan milik usaha.
 Penentuan harga atas sebuah produk sangat penting sebelum menjalankan
sebuah usaha, utnuk itu perhitungan HPP sangat;ah tepat untuk keadaan ini.
2. Untuk mahasiswa KKN
Dengan adanya KKN ini mahasiswa dapat memberikan sebagian ilmu maupun
teori kepada pemilik ukm di desa Ambarita , serta menyelesaikan program pribadi
yang telah diberikan oleh Dosen. Selain itu, penulis mengetahui bagaimana
sebenarnya pelaku usaha menjalankan bisnisnya secara real di lapangan, sehingga
pennulis dapat membandingkannya dengan teori.
BAB II POTENSI DESA
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang kami lakukan dengan masyarakat
setempat, Desa Ambarita merupakan desa yang cukup maju dikarenakan Desai ini adalah
pusat pemerintahan Kecamatan Simanindo dan pekerjaan penduduknya sebagian besar adalah
pegawai negeri/swasta dan pensiunan pegawai negeri sipil/swasta. Hal ini disebabkan
banyaknya instansi pemerintahan maupun swasta yang berlokasi di Ambarita. Seperti Kantor
Camat, Puskesmas, Kantor Kepala Desa, Kantor TNI/POLRI, UPTD Pendidikan, Yayasan
Perguruan, BPR, Bank milik Negara beserta instansi laninnya. Sehingga kesejateraan
masyarakat didesa ini sudah lumayan. Namun sebagian masyarakat desa Ambarita bekerja
sebagai petani dan berpenghasilan masih dibawah UMR. Dan hasil pertanian yang biasa
mereka hasilkan adalah padi, jagung, coklat, kemiri dan lain sebagainya.
Berikut adalah berbagai potensi yang dimiliki oleh Desa Ambarita
1. Bidang pertanian
Berdasarkan survey yang kami lakukan, masih banyak lahan yang tidak dikelola
dengan baik oleh masyarakat setempat. Pertanian yang dekat dengan danau pada umumnya
ditanami padi, sedangkan sisanya seperti jagung, tanaman palawija, kemiri, coklat dan
tumbuhan lainnya. Kami juga melihat bahwa masyarakat masih kurang serius dalam
mengelola lahan pertanian, karna terdapat tanaman yang tidak terurus, semi terurus dan lahan
yang dibiarkan kosong tidak berguna. Penyebab masalah tersebut anatara lain, minat
masyarakat untuk mendapatkan penghasilan dari pertanian sudah berkurang ; cuaca yang
tidak menentu ; kondisi tanah yang kurang bagus ; beserta kurangnya pengetahuan
masyarakat dalam memperbaiki kondisi tanah secara alami.

2. Bidang pendidikan
Pendidikan di Desa Ambarita sudah semakin baik jika dibanding dengan waktu –
waktu sebelumnya, hal ini sesuai dengan penuturan masyarakat setempat. Kesadaran akan
pentingnya pendidikan sudah semakin baik, dimana instansi pendidikan sudah lumayan
lengkap seperti Taman Kanak – Kanak (TK), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah
Pertama (SMP), Sekolah Mengengah Atas / Kejuruan (SMA/SMK). Kami juga tidak
menemukan anak – anak yang tidak sekolah lantaran perekonimian orang tua yang tidak
mencukupi.
3. Bidang perekonomian
Perekenomian di desa Ambarita bisa dibilang sudah meningkat, berdasarkan survey
yang kami lakukan dari hasil panen pertaniannya lumayan menguntungkan masyarakat desa
Ambarita, apalagi bisa dibilang para petani di desa ini menganggap pekerjaan, pertanian
sudah menjadi pekerjaan kedua/sampingan. Sebab masyarakat disini rata – rata sudah
Pegawai Negeri Sipil maupun Honorer Guru atau bekerja di instansi perangkat desa.
4. Bidang pariwisata
Di bidang pariwisata di desa Ambarita yang kami survey di beberapa minggu ini kami
tidak menemukan adanya parawisata seperti pantai, atau peninggalan – peninggalan nenek
moyang dan lain lain nya. Tapi yang bisa membanggakan di desa Ambarita ini adanya
Pelabuhan untuk akses transportasi angkutan umum jalur perairan seperti kapal Ihan Batak
sebagai Transportasi dari Desa Ambarita ke desa Ajibata.

Di desa ini juga aktivitas pusat pemerintahan sangat aktif, baik dari desa maupun
kecamatan karena didesa Ambaritamerupakan ibukota kecamatan SIMANINDO. Dan di desa
ini mayoritas agamanya adalah kristen protestan dan selebihnya agama kristen katolik dan
islam. Didesa ini tidak terdapat agama budha dan hindu. Dan terdapat empat Gereja di desa
Ambarita contohnya; HKBP, GPI, GKPI, KATHOLIK. Masyarakat didesa Ambaritaini
mayoritas bersuku Batak Toba dan jika ada suku lain yang didapati pada desa ini mereka
adalah perantau yang datang ke Ambarita.
Didesa ini aktivitas karang taruna nya tidak aktif, yang sangat aktif adalah aktivitas
LANSIA dimana mereka setiap bulannya melakukan kegiatan dan periksa kesehatan di
Puskesmas ambarita. Dan dikarenakan mahasiswa KKN datang pada bulan agustus, maka
mahasiswa juga membantu kegiatan Lansia untuk manortor. Dan kegiatan Puskemas di desa
ini aktif selama 24 jam dan para perawat selalu berada di puskesmas jika di
perlukan.Selanjutnya di desa ini juga banyak sekolah tempat anak anak desa
Ambaritamenuntut ilmu ada swasta dan ada juga negeri. Dikarenkan desa ini merupakan ibu
kota kecamatan maka dari berbagai desa yang lain banyak anak anak yang juga bersekolah di
SMA, SMK, SMP, SD dan PAUD di desa ini. Objek pariwisata di desa ini sudah tidak ada
lagi dikarenakan desa ini sudah terpecah dengan siallagan sehingga Cuma di desa siallagan
saja yang ada objek pariwisatanya.
BAB III RUANG LINGKUP POTENSI
a. Ruang Lingkup
Dari hasil observasi yang kami lakukan, operasional usaha kecil di desa ini masiih
manual. Baik dari segi pembukuan dan penjualan. pelaku usaha tidak begitu peduli terhadap
pembukuan dan juga HPP. Padahal kunci keberhasilan sebuah usaha adalah lengkapnya
pembukuan dan penentuan harga yang tepat atas sebuah produk, pembukuan, berfungsi untuk
memisahkan kekayaan pribadi dan kekakyaan milik usaha. Kebanyakan di daerah ini, pelaku
usaha malah menggabungkan penghasilan lain dengan penghasilan yang diperoleh dari bisnis
yang sedang dijalankan. Bahkan mereka mengambil uang usaha untuk mebayar keperluan
rumah tangga tanpa melakukan pencatatan bahwa adanya prive. Kebiasaan buruk ini lah yang
membuat masyarakat tidak mengetahui laba/rugi atas usaha yang sedang dijalankan.
Kegiatan ini kami mulai dengan melakukan survey secara langsung ke kios yang
bersangkutan. Berdasarkan pengakuan dari pelaku usaha, mereka tidak mengambil untung
banyak dari setiap produk yang dijual. Pembukuan yagn mereka gunakan adalah pembukuan
asal – asal. Pelaku usaha hanya menulis berapa yang terjual beserta harga jualnya. Sedangkan
beban dan biaya yang berkaitan langsung dan tidak langsung dengan usaha tidak mereka
perdulikan.
BAB IV PERUMUSAN PROGRAM KERJA
4.1 Perumusan Masalah
Bidang yang dipilih berkenaan dengan bidang akuntansi, yaitu melakukan sosialisasi
pengembangan usaha oleh – oleh khas samosir berupa pakaian dan aksesoris berupa
pembukuan sederhana dan penentuan harga pokok penjualan. Penentuan harga pokok
penjualan merupakan hal utama yang diperlukan pada saat membuka suatu usaha. Hal ini
digunakan untuk menentukan berapa beban dan pendapatan yang sebenarnya yang pada
akhirnya akan dicatat sebagai laba bersih dari penjualan. Pencatatan Sederhana yang
mencakup penentuan harga pokok penjualan dan laba bersih dilaksanakan oleh Risma D.Y
Samosir dan dibantu oleh seluruh anak ekonomi yang ikut bergabung dalam pelasksanaan
KKN di Desa Ambarita. Kegiatan ini dilaksanakan sebanyak 3 kali, yang dilakukan kegiatan
pertama yakni survey untuk mengetahui keadaan real di lapangan, kedua sosialisasi
pentingnya membuat pembukauna sederhana dan perhitungan HPP, serta di hari ketiga adalah
pendampingan menyusun kedua hal tersebut.
BAB V HASIL PELAKSANAAN PROGRAM KERJA
Kami menyelesaikan permasalahan yang dialami oleh pelaku usaha dengan menggunakan
analisis SWOT. Dimana kami akan menjelaskan dimana letak kelebihan dan kekurangan
usaha dan bagaimana cara mengatasi permasalahan dengan melihat peluang yang ada tanpa
menghiraukan tantangan.
5.1 analisis SWOT
Saat kegiatan sedang berlangsung pelaku usaha sangat antusias untuk memahami
pencatatan tersebut, ini terlihat dari keseriusan mereka untuk mendengarkan dan selalu aktif
menanyakan hal yang masih belum dimengerti. Setelah kegiatan ini selesai warga sudah
memahami cara melakukan pencatatan yang benar.
a. Strenght
Masyarakat Desa Ambarita ternyata tidak tinggal diam melihat pertumbuhan dan
perkembangan yang terjadi di kampung halaman mereka. Usainya pembangunan dermaga
Kapal Feri Ihan Batak dan sehari sebelum persmian dermaga tersebut, jiwa wirausaha
masyarakat sekitar langsung terlihat, dengan antusias mereka membuka lapak dengan modal
nekad dan pengalaman ketika masih muda. Harapan mereka dengan disahkannya pelabuhan
ternama tersebut akan memberikan keuntungan dan akan memperbaiki kesejahteraan hidup
mereka dan keluarga. Niat merekalah kontribusi terbesar dalam memulai berwirausaha.
b. Weakness
Membuka usaha ternyata tidak hanya membutuhkan niat, walaupun niat adalah kunci terbesar
dalam melakukan usaha. pengetahuan masyarakat dalam berwirausaha ternyata masih
kurang, telihat dari ketidaktahua masyarakat dalam membuat pembukuan sederhana dan
perhitungan HPP secara sederhana. Pelaku usaha malah menggabung pendapatan lain yagn
tidak berhubungan dengan usaha. demikian juga pengeluaran rumah tangga masih diambil
dari laci hasil usaha tanpa membuat catatan yang jelas. Hal tersebut membuktikan bahwa
pelaku usaha di desa ini tidak mengetahui laba/rugi usahaya.

c. Opportunities
Desa Ambarita merupakan desa yang menghubungkan Pangururan ke Tomok dan Tuk -
Tuk. Dimana Pangururan merupakan pusat kota Kabupaten Samosir, sedangkan Tomok dan
Tuk – Tuk adalah destinasi wisata yang paling diminati para tourist. Sebelum pelabuhan feri
di resmikanpun desa ini sudah menjadi desa lintas wisata di daerah Samosir. Sehingga
banyak turis lewat dan mampir ke desa ini. Desa inipun semakin ramai setelah pelabuhan feri
diresmikan. Keramaian yang semakin bertambah akan memberikan kesan positf bagi mereka
yang membuka bisnis berjualan oleh – oleh khas daerah tersebut. Hal tersebut terlihat dari
keterbukaan masyarakat akan perkembangan yang terjadi, sehingga mereka membuka
berbagai usaha.
Dari hasil ide yang diberikan mahasiswa pada pemilik UKM yang terlibat dalam program
ini maka pemilik UKM tersebut dapat menerima saran yang kami berikan supaya mereka
membuat pembukaun sederhana dan perhutugnan HPP sederhana. Dengan sosialisai yang
kami berikan kami berharap untuk kedepannya pelaku usaha mengetahui laba/rugi yang
mereka dapatkan secara real berdasarkan pembukuan dan HPP yang sudah ditetapkan.

d. Threatness
Dari sosialisi yang kami lakukan, kami tidak menemukan kandala yang berarti. Hanya
saja waktu yang kami berikan untuk mendampingi pelaku usaha dalam membuat pembukuan
sederhana dan penghitungan HPP masih kurang lantaran masih ada program lain yang harus
kami lakukan terkait kegiatan program kelompok KKN.

BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
6.2 Saran

Anda mungkin juga menyukai