Disusun Oleh :
Bambang Sutrisno
Dani Nopdyany
Iis Wismana
Irma Puspitasari
Masnuniah
Mia Wahyuni
Samsul Anwar Hadi
Siti Rogayah
Yayu Herniawati
I. Latar Belakang
Besarnya jumlah penduduk lansia di Indonesia di masa depan membawa dampak
positif maupun negatif. Berdampak positif, apabila penduduk lansia berada dalam
keadaan sehat, aktif dan produktif. Disisi lain, besarnya jumlah penduduk lansia
menjadi beban jika lansia memiliki masalah penurunan kesehatan yang berakibat pada
peningkatan biaya pelayanan kesehatan, penurunan pendapatan/ penghasilan,
peningkatan disabilitas, tidak adanya dukungan sosial dan lingkungan yang tidak ramah
terhadap penduduk lansia.
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2004, lanjut
usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 (enam puluh) tahun ke atas.
Komposisi penduduk tua bertambah dengan pesat baik di negara maju maupun negara
berkembang, hal ini disebabkan oleh penurunan angka fertilitas (kelahiran) dan
mortalitas (kematian), serta peningkatan angka harapan hidup (life expectancy), yang
mengubah struktur penduduk secara keseluruhan. Proses terjadinya penuaan penduduk
dipengaruhi oleh beberapa faktor, misalnya: peningkatan gizi, sanitasi, pelayanan
kesehatan, hingga kemajuan tingkat pendidikan dan sosial ekonomi yang semakin baik.
Secara global populasi lansia diprediksi terus mengalami peningkatan seper tampak
pada gambar di bawah. Dari gambar juga menunjukkan bahwa baik secara global, Asia
dan Indonesia dari tahun 2015 sudah memasuki era penduduk menua (ageing
population) karena jumlah penduduknya yang berusia 60 tahun ke atas (penduduk
lansia) melebihi angka 7 persen
Seiring dengan meningkatnya usia harapan hidup, jumlah populasi usia lanjut
(lansia) juga meningkat. Tahun 1999, jumlah penduduk lansia di Indonesia lebih kurang
16 juta jiwa.Badan kesehatan dunia WHO memperkirakan tahun 2025 jumlah lansia di
Indonesia 60 juta jiwa, mungkin salah satu terbesar di dunia.
Dibandingkan dengan jantung dan kanker, rematik boleh jadi tidak terlampau menak
utkan. Namun, jumlah penduduk lansia yang tinggi kemungkinan besar membuat
rematik jadi keluhan favorit.
Penyakit otot dan persendian ini memang sering menyerang lansia, melebihi
hipertensi dan jantung, gangguan pendengaran dan penglihatan, serta diabetes.
Meski tidak memberikan dampak spontan, rematik pada lansia akan memberikan
dampak pentig terhadap fungsi tubuh sehari-hari.
Di antaranya masalah ketergantungan kepada oranglain dan kualitas hidup penderita
nya. Rheumatoid arthritis (RA). Jenis penyakit rematik ini kronis, ditandai nyeri dan
pembengkakan sendi yang simetris. Umumnya mengenai sendi-sendi kecil seperti
persendian tangan dan kaki,tetapi juga dapat menyerang otot, paru-paru, kulit,
pembuluh darah, saraf, dan mata.
Artritis Reumatoid (AR) adalah suatu gangguan peradangan yang bersifat kronis dan
sistemik dengan etiologi yang tidak diketahui, yang tidak hanya mengenai sendi tetapi
juga organ ekstra articular (Mc Innes, 2011). Darmawan, 1993 dkk, dalam penelitiannya
di Jawa Tengah menemukan bahwa prevalensi AR sebesar 0,2% di pedesaan dan 0,3%
di perkotaan. Sementara itu, Soeroso, 2012, dkk, dalam penelitiannya menyatakan
bahwa prevalensi AR di Indonesia pada populasi >40 tahun adalah 0,5% di pedesaan
dan 0,6% di perkotaan.
Sementara di BPS Dinas Sosial Serang ini dari 60 lansia yang memiliki masalah
kesehatan terbanyak yaitu Hipertensi dan Rematik, kejadian yang mengalami masalah
kesehatan rematik ada 10% dari total lansia di BPS Dinas Sosial Serang, untuk itu kami
Mahasiswa STIKES Peratmedika Jakarta ingin memberikan penyuluhan kesehatan
tentang rematik dan makanan yang boleh dan tidak boleh oleh penderita rematik.
II. Tujuan
a. Tujuan Instruksional Umum
Setelah dilakukan pendidikan penyuluhan tentang rematik, diharapkan
lansia memahami tentang penyakit rematik.
b. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mendapatkan pendidikan kesehatan selama 45 menit lansia mampu:
1) Menyebutkan Pengertian dari rematik.
2) Menyebutkan tanda dan gejala
3) Memahami diit rematik untuk lansia
4) Memahami pengobatan tradisioanl rematik untuk lansia
III. METODE
Ceramah, diskusi/ Tanya jawab
IV. MEDIA
Leaflet
V. PROSES PELAKSANAAN
No Kegiatan Respon Peserta Waktu
1. Pendahuluan
a. Memberi salam Menjawab salam
b. Menyampaikan pokok bahasan Menyimak 5 menit
c. Menyampaikan tujuan Menyimak
d. Melakukan apersepsi Menyimak
2. Isi
Menyampaikan materi tentang :
a. Pengertian rematik. Memperhatikan
b. Tanda dan gejala rematik Memperhatikan 20 menit
c. Diit rematik untuk lansia Memperhatikan
d. Pengobatan tradisioanl rematik Memperhatikan
untuk lansia
3. Tanya Jawab Mendengarkan dan menjawab
10 menit
pertanyaan
4. Evaluasi Bertanya kepada Peserta 5 menit
5. Penutup
a. Kesimpulan Memperhatikan
b. Evaluasi Menjawab pertanyaan 5 menit
c. Memberikan salam penutup Menjawab salam
b. Evaluasi Proses
1) Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan waktu yang telah direncanakan
2) peserta dapat mengikuti acara atau kegiatan penyuluhan sampai selesai
3) peserta berperan aktif selama kegiatan berjalan
4) Suasana penyuluhan tertib
c. Evaluasi hasil
1) Minimal 60% peserta dapat menyebutkan pengertian dari rematik
2) Minimal 60% peserta dapat menyebutkan tanda dan gejala dari rematik
3) Minimal 60% peserta dapat menyebutkan diit untuk penderita rematik dengan
Lampiran
MATERI PENYULUHAN
1. Definisi Rematik
Rematik adalah penyakit sendi, dimana terjadi kerusakan tulang rawan sendi yang
berkembang lambat dan berhubungan dengan usia lanjut, terutama pada sendi-sendi
tangan dan sendi besar yang menanggung beban.
Rematik adalah orang yang menderita rheumatism (Encok) , arthritis (radang sendi)
ada 3 jenis arthritis yang paling sering diderita adalah osteoarthritis, arthritis gout, dan
rheumatoid artirtis yang menyebabkan pembengkakan benjolan pada sendi atau radang
pada sendi secara serentak.(Utomo, 2005)
Penyakit rematik meliputi cakupan luas dari penyakit yangdikarakteristikkan oleh
kecenderungan untuk mengefek tulang, sendi, dan jaringan lunak (Soumya, 2011).
Daging : ayam, ikan, telur dan susu paru dan otak) , sarden, kerang
DAFTAR PUSTAKA
Mc Innes IB, Schett G (2011). The pathogenesis of rheumatoid arthritis. N Engl J Med.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2004 tentang Pelaksanaan
Upaya Peningkatan Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia
Kemenkes (2017), Analisis Lansia di Indonesia. Kemenekes RI.
Dono Antono, Dkk (2016). Korelasi antara Lama Sakit, Derajat Aktivitas Penyakit, dan
Skor Disabilitas Dengan Disfungsi Diastolik pada Pasien Artritis Reumatoid Wanita
di RS Dr. Cipto Mangunkusumo. Jurnal
Cicy chintyawati (2014). Skripsi hubungan antara nyeri reumatoid artritis dengan
kemandirian dalam aktivitas kehidupan sehari-hari pada lansia di Posbindu Karang
Mekar Tanggerang Selatan. UIN Jakarta.