ANALISIS KASUS
Telah diajukan kasus seorang An. N perempuan berumur 3 tahun, dengan keluhan
sejak 3 minggu yang lalu, lendir (-), darah (-), sesak (-). Demam (+), sejak 1 minggu yang
lalu, menggigil (-), keringat malam (-), kejang (-). Mual (+), muntah (-), nafsu makan
menurun (+), sulit menelan (+). BAB encer bercampur dengan lendir (+), darah (-). BAK
kesan normal. Juga terdapat benjolan pada leher kiri dan kanan sejak . riwayat keluhan yang
sama sebelumnya (-). Riwayat penyakit lainnya (-). Riwayat penyakit TB pada keluarga (+).
Riwayat pengobatan sebelumnnya telah diberikan paracetamol, amoxicillin. Pada
pemeriksaan fisik pasien didapatkan kesan sakit berat, gizi buruk, sadar dengan tanda-tanda
vital TD: 80/50 mmHg, N: 140x/mnt, P: 40x/mnt, S: 38,4. Pada pemeriksaan didapatkan kulit
kering, bibir pucat, pada saluran mulut tampak kadidiasis oral, wajah old face, baggy pants,
muscle wasting (+) dan pembesaran kelenjar limfe sebesar 3x3 cm di leher kiri dan kanan.
Bunyi pernafasan vesikuler (+/+), rhonki (+/+), wheezing (-/-). Pasien didiagnosis dengan TB
milier , anemia dan gizi buruk (marasmus).
1. Definisi
Faktor risiko TB milier antara lain keganasan, transplantasi organ, penyakit HIV,
malnutrisi, diabetes, silikosis,penyakit ginjal endstage, bedah mayor, alkoholisme,
kehamilan, dan obat imunosupresi. Tuberkulosis milier dapat terjadi pada saat infeksi TB
primer, atau reaktivasi TB laten. Reaktivasi dan penyebaran TB milier terjadi karena adanya
defek pada sel makrofag, sel natural killer (NK), sel limfosit T γ/d, serta adanya gangguan
ekspansi sel limfosit Tγ/d. TB milier banyak ditemukan pada pasien HIV karena terjadi
penurunan sel limfosit T CD4+ menyebabkan penurunan produksi IFN-γ dan IL-2 sehingga
terjadi penyebaran TB secara milier. (1)
Tuberkulosis milier termasuk salah satu bentuk TB berat dan merupakan 3-7% kasus
TB dengan angka kematian yang tinggi. Tuberkulosis milier merupakan jenis tuberkulosis
yang bervariasi mulai dari infeksi kronis, progresif lambat, hingga penyakit fulminan akut,
yang disebabkan penyebaran hematogen dan mengenai banyak organ. (1)
Tuberkulosis milier lebih sering terjadi pada bayi dan anak kecil, terutama usia
dibawah 2 tahun, karena imunitas seluler spesifik, fungsi makrofag dan mekanisme lokal
pertahanan parunya belum berkembang sempurna sehingga kuman TB mudah berkembang
biak dan menyebar keseluruh tubuh.
Tuberkulosis milier yang timbul di pengaruhi oleh dua faktor, yaitu jumlah dan
virulensi kuman Mycobacterium tuberculosis dan status imunologis pasien (non spesifik dan
spesifik). Beberapa kondisi yang menurunkan sistem imun juga dapat memudahkan
timbulnya TB milier, seperti infeksi HIV, malnutrisi, infeksi morbili, pertusis, diabetes
melitus, gagal ginjal, keganasan, dan penggunaan kortikosteroid jangka lama. Faktor-faktor
lain yang mempengaruhi perkembangan penyakit adalah faktor lingkungan, yaitu kurangnya
sinar matahari, perumahan yang padat, polusi udara, asap rokok, penggunaan alkohol, obat
bius, serta sosial ekonomi. (1)
Tuberkulosis adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh basil Mycobacterium
tuberculosis kompleks yang secara khas ditandai oleh pembentukan granuloma dan menimbulkan
nekrosis jaringan.(2)
2.Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis TB terbagi dua, yaitu manifestasi sistemik, dan manifestasi spesifik
organ/lokal.
a. Manifestasi Sistemik (umum/nonspesifik)
Demam lama (≥ 2 minggu) dan/atau berulang tanpa sebab yang jelas, yang dapat
disertai dengan keringat malam. Demam umumnya tidak tinggi.
Batuk lama > 3 minggu, dan sebab lain telah disingkirkan.
Berat badan turun tanpa sebab yang jelas, atau tidak naik dalam 1 bulan dengan
penanganan gizi yang adekuat.
Nafsu makan tidak ada (anoreksia) dengan gagal tumbuh dan BB tidak naik
dengan adekuat (failure to thrive).
Lesu atau malaise
Diare persisten yang tidak sembuh dengan pengobatan baku diare.
b. Manifestasi spesifik organ/lokal
Pembesaran kelenjar limfe superfisial
Tuberkulosis pada SSP; nyeri kepala, penurunan kesadaran, muntah proyektil,
dan kejang
TB sistem skeletal; nyeri, bengkak pada sendi yang terkena, dan gangguan atau
keterbatasan gerak, gibbus, pincang, lumpuh, dan sulit membungkuk
Tuberkulosis kulit/ skrofuloderma.
Pada pasien ini, dari anamesis didapatkan adanya manifestasi sistemik berupa
batuk ≥3 minggu, berat badan yang turun tnpa sebab yang jelas, nafsu makan yang
tidak ada. Juga terdapat manifestasi spesifik organ berupa pembesaran kelenjar limfe
di leher sebesar 3x3 cm.
Anemia adalah komplikasi tersering dari penderita TB dan faktor resiko untuk kematian.
Banyakpenelitian menyatakan tingginya prevalensi anemia pada penderita TB (16-94%). Terdapat
berbagai macam patogenesis yang menjelaskan hubungan TB dengan anemia. Akan tetapi, banyak
penelitian memperlihatkan penyebab anemia pada TB yaitu dikarenakan penekanan eritropoiesis oleh
mediator inflamasi yaitu IL-6 ,IFN-γ , IL-1ß ,TNF-a. Kejadian anemia dapat diperberat oleh
defisiensi zat gizi dan sindrom malabsorbsi. Defisiensi besi adalah penyebab anemia pada penderita
TB.
Anemia tanpa defisiensi besi berhubungan juga dengan peningkatan resiko TB rekurens.
Anemia pada penderita vtuberkulosis juga dapat terjadi akibat status nutrisi yang buruk pada
3
penderita tuberkulosis dibandingkan dengan individu sehat.
Anemia bisa terjadi baik akibat penyakit kronik ataupun defisiensi besi. Anemia
penyakit kronis sering bersamaan dengan anemia defisiensi besi dan keduanya memberikan
gambaran penurunan besi serum, namun TIBC (Total Iron Binding Capacity) pada anemia
defisiensi besi meningkat. Rendahnya besi pada anemia penyakit kronis disebabkan aktifitas
mobilisasi besi sistem retikuloendotelial ke plasma menurun, sedangkan penurunan
saturasi transferin pada anemia defisiensi besi diakibatkan oleh degradasi transferin yang
meningkat. 4
Pada pemeriksaan lab didapatkan pasien hasil Hgb 5,1 ; MCV: 63,6; MCH: 16,7.
Sehingga dapat disimpulkan pada pasien ini mederita anemia mikrositik hipokrom.
T uberkulosis dapat menyebabkan atau memperparah malnutrisi dengan cara mengurangi
nafsu makan dan meningkatkan katabolisme. Keadaan ini berhubungan dengan keparahan penyakit
TB dan prediktor kematian pada penderita TB. Penderita dengan kenaikan berat badan yang rendah
selama terapi TB beresiko untuk gagal terapi dan relaps dari penyakit TB. 3
TB merupakan wasting or consumption disease yang membuat adanya perubahan
metabolik pada penderita tuberkulosis.Perubahan metabolik yang terjadi adalah anabolic
block. Anabolic block merupakan keadaan dimana asam amino tidak dapat dibangun menjadi
protein yang lebih kompleks. Malnutrisi protein dapat menyebabkan anemia normositik
normokromik dengan penurunan retikulosit dan eritropoesis di sumsum tulang dan
limpa.Selain itu, perubahan metabolik yang dapat terjadi yaitu penurunan nafsu
makan,malabsorbsi nutrisi dan malabsorbsi mikronutrisi. Defisiensi mikronutrisi merupakan
penyebab tersering dari imuodefisiensi sekunder dan tuberkulosis. Pada penderita
tuberkulosis didapatkan defisiensi beberapa mikronutrisi seperti zink, vitamin A dan
selenium. Hal ini menyebabkan terganggunya respon imun tubuh. Defisiensi zink
menyebabkan penurunan aktivitas fagositosis dan mengurangi jumlah sel T di sirkulasi. Zink
mempunyai peranan yang penting dalam kontribusi makrofag terhadap pertahanan tubuh di
tempat infeksi. (3)
KEP merupakan salah satu masalah gizi utama di indonesia. KEP disebabkan karna
defisiensi makronutrient. Marasmus adalah KEP yang disebabkan kekurangan energy yang
memiliki tanda tanda anak mengalami badan kurus kering,rambut rontok, dan flek hitam Pada
kulit.
Manifestasi klinis marasmus yaitu :
- Anak kurus, tinggal tulang terbungkus kulit
- Wajah seperti orang tua (old man face)
- Cengeng, rewel
- Degenerasi hebat jaringan lemak subkutan dan atrofi otot (Wasting)
- Tidak ada edema
- Tulang rusuk tampak terlihat jelas
- Kelainan kulit / rambut ringan dan jarang
- Diare berulang tetapi lebih ringan
- Terlihat tulang belakang lebih menonjol dan di temukan baggy pants.
- Resistensi tubuh rendah (5)
Pada pasien ini didapatkan TB 85 cm, dan BB 8 kg sehingga didapatkan stus gizi kurang
(61.5%), tampak sangat kurus, wajah seperti orang tua, kulit keriput, pantat kendur (baggy
pants). Ini sesuai dengan gejala klinis KEP.
Gejala lain yang dapat di temukan adalah kelainan kulit berupa tuberkuloid, papula
nekrotik, nodul, atau purpura. Tuberkel koroid di temukan pada 13-87% pasien, dan jika di
temukan dini dapat menjadi tanda yang sangat spesifik dan sangat membantu diagnosis TB
milier, sehingga pada TB milier perlu di lakukan funduskopi untuk menemukan tuberkel
koroid.(1)Namun pada pasien ini tidak ditemukan kelainan kulit tersebut.
Lesi milier dapat terlihat pada foto thorak dalam waktu 2-3 minggu setelah
penyebaran kuman secara hematogen. Gambarannya sangat khas, yaitu berupa tuberkel halus
(millii) yang tersebar merata diseluruh lapangan paru, dengan bentuk yang khas dan ukuran
yang hampir seragam (1-3mm). Lesi-lesi kecil dapat bergabung membentuk lesi yang
lebihbesar, kadang-kadang membentuk infiltrat yang luas. Sekitar 1-2 minggu setelah
timbulnya penyakit, pada foto thoraks dapat di lihat lesi yang tidak teratur seperti kepingan
salju. (1)
Pada pasien ini telah dilakukan foto thoraks paru dimana didapatkan gambaran miliar
yang tersebar di kedua lapangan paru. Hal ini mendukung diagnosis dari TB milier.
3. Diagnosis
Parameter 0 1 2 3
Tidak jelas - Laporan BTA (+)
keluarga
Kontak TB (BTA negatif
atau tidak
jelas)
Negatif - - Positif ( ≥10 mm,
atau ≥ 5 mm pada
Uji Tuberkulin
keadaan
imunosupresi
- BB/TB < Klinis gizi -
90% atau buruk atau
Berat badan/
BB/U < 80% BB/TB <
keadaan gizi
70% atau
BB/U < 60%
Demam yang - ≥ 2 minggu - -
tidak diketahui
penyebabnya
Batuk kronik - ≥ 3 minggu - -
Pembesaran - ≥ 1 cm, - -
kelenjar limfe jumlah > 1,
kolli, aksila, tidak nyeri
inguinal
Pembengkakan - Ada - -
tulang/sendi pembengkaka
panggul, lutut, n
falang
Normal/ke Gambaran
Foto toraks lainan sugestif TB
tidak jelas
Keterangan :
Diagnosis dengan system skoring ditegakkan oleh Dokter
Bila dijumpai gambaran milier atau skrofuloderma, langsung didiagnosis TB
Berat badan dinilai saat pasien datang (moment opname)
Demam dan batuk tidak memiliki respons terhadap terapi baku
Foto thoraks bukan merupakan alat diagnostik utama pada TB anak
Gambaran sugestif TB, berupa : pembesaran kelenjar hilus atau paratrakeal
dengan/tanpa infiltrate; konsolidasi segmental/lobar; kalsifikasi dengan infiltrate;
atelektasis; tuberkuloma. Gambaran milier tidak dihitung dalam skor karena
diperlakukan secara khusus
Mengingat pentingnya peran uji tuberkulin dalam mendiagnosis TB anak, maka
sebaiknya disediakan tuberkulin di tempat pelayanan kesehatan
Diagnosis kerja TB anak ditegakkan skor ≥6 (skor maksimal 13) (6)
Pada pasien diagnosis scoring didapatkan sebanyak 8, dimana (+) terdapat kontak
dengan pasien TB BTA (+) score 3, uji tuberculin belum dilakukan (score 0), keadaan gizi
buruk (score 2), demam yang tidak diketahui penyababnya ada namun baru terjadi selama
seminggu (score 0), batuk kronik ≥3 minggu positif (score 1), pembesaran kelenjar getah
bening (+) (score 1), pembengkakan tulang/sendi panggul tidak ada (score 0), gambaran foto
thoraks terdapat gambaran TB miliar (score 1). Sehingga total keseluruhan yakni 8, dan dapat
ditegakkan sebagai TB paru milier.
4. Penatalaksanaan
A. TB Miliar
Waktu pengobatan TB pada anak 6-12 bulan. pemberian obat jangka panjang selain
untuk membunuh kuman juga untuk mengurangi kemungkinan terjadinya
kekambuhan. (6)
Pengobatan TB pada anak dibagi dalam 2 tahap:
o Tahap intensif, selama 2 bulan pertama. Pada tahap intensif, diberikan
minimal 3 macam obat, tergantung hasil pemeriksaan bakteriologis dan berat
ringannya penyakit. (6)
o Tahap Lanjutan, selama 4-10 bulan selanjutnya, tergantung hasil pemeriksaan
bakteriologis dan berat ringannya penyakit. (6)
Selama tahap intensif dan lanjutan, OAT pada anak diberikan setiap hari untuk mengurangi
ketidakteraturan minum obat yang lebih sering terjadi jika obat tidak diminum setiap hari. (6)
Pada TB anak dengan gejala klinis yang berat, baik pulmonal maupun ekstrapulmonal
seperti TB milier, meningitis TB, TB tulang, dan lainlain dirujuk ke fasilitas pelayanan
kesehatan rujukan. (6)
Pada kasus TB tertentu yaitu TB milier, efusi pleura TB, perikarditis TB, TB endobronkial,
meningitis TB, dan peritonitis TB, diberikan kortikosteroid (prednison) dengan dosis 1-2
mg/kg BB/hari, dibagi dalam 3 dosis. Dosis maksimal prednisone adalah 60mg/hari. Lama
pemberian kortikosteroid adalah 2-4 minggu dengan dosis penuh dilanjutkan tappering off
dalam jangka waktu yang sama. Tujuan pemberian steroid ini untuk mengurangi proses
inflamasi dan mencegah terjadi perlekatan jaringan. (6)
maksimal
(mg /hari)
Efek sampin
Paduan OAT Kategori Anak dan peruntukannya secara lebih lengkap sesuai dengan tabel
tabel berikut ini:4
Jenis
Fase
lanjutan
B. Anemia
-Preparat Besi
Preparat yang tersedia ferrous sulfat, ferrous glukonat, ferrous fumarat, dan ferrous
suksinat. Dosis besi elemental 4-5mg/kgBB/hari. Repons terapi dengan menilai kenaikan
kadar Hb/Ht setelah satu bulan, yaitu kenaikan kadar Hb sebesar 2 g/dL atau lebih.
- Transfusi darah
Prinsip transfuse darah secara umum:
- Pencegahan dan pengelolan dini anemia merupakan srategi penting dalam
mengurangi kebutuhan transfuse darah pada anak.
- Bila terjadi hipoksia tubuh akan mengadakan kompensasi, pemberian terapi suportif
(oksigenasi) lebih diutamakan, bila belum stabil berikan transfuse darah
- Kadar hemoglobin bukan merupakan indicator satu-satunya untuk transfusi, tetapi
juga ditentukan oleh keadaan klinis
- Pemberian transfuse berulang pada kasus tertentu mungkin dibutuhkan (thalasemia,
sickle cell anemia)
- Pertimbangkan terjadinya risiko infeksi yang akan terjadi\
- Catat semua reaksi transfuse yang terjadi
- Pelatihan bagi tenaga kesehatan yang melakukan transfuse darah sangat dianjurkan
Indikasi
- Pada keadaan kehilangan darah akut >15% dari total volume darah dan konsentrasi
Hb>7gr/dl
- Kehilangan darah dari total volume darah, diberikan kristaloid/kolid
Dosis
- Setiap unit PRC akan menaikkan konsentrasi Hb kira kira 1gr/dL atau kenaikan
hematokrit sekitar 3%
- Hampir semua anak-anak mentoleransi dosis 5-10mL/kg. Dosis neonates adalah 10-
15 ml/kg
- Digunakan dosis 5ml/kg apabila hematokrit <20% dan dosis 2.5 ml/kg bila hematokrit
<10%
- Transfuse PRC 3ml/kg akan menaikkan Hb 1 g/dl akan menaikkan hematokrit 10%.
- Lama pemberian PRC minimum 2 jam dan maksimum 4 jam
contoh perhitungan dosis (quick formula) :
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑑𝑎𝑟𝑎ℎ 𝑥 (𝐻𝑡 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖ℎ𝑎𝑟𝑎𝑝𝑘𝑎𝑛−𝐻𝑡 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝑡𝑟𝑎𝑛𝑠𝑓𝑢𝑠𝑖)
volume transfusi = 𝐻𝑡 𝑑𝑜𝑛𝑜𝑟 𝑢𝑛𝑖𝑡
Contoh: BB pasien 50 kg, Ht sebelum tranfusi 23%. Ht yang diharapkan 30%. Ht PRC =70%.
75𝑥 50 (0.3−0.23)
volume transfusi = = 375 cc (7.5 cc/kg) (7)
0,70
C. Marasmus
Penanganan umum meliputi 10 langkah dan terbagi dalam 4 fase yaitu: fase
stabilisasi, fase transisi, fase rehabilitasi dan fase tindak lanjut
a. Fase Stabilisasi
Pada fase ini, peningkatan jumlah formula diberikan secara bertahap dengan tujuan
memberikan makanan awal supaya anak dalam kondisi stabil. Formula hendaknya
hipoosmolar rendah laktosa, porsi kecil, rendah serat dan sering. Setiap 100 ml mengandung
75 kal dan protein 0,9 gram. Diberikan makanan formula 75 (F 75). Resomal dapat diberikan
apabila anak diare/ muntah/ dehidrasi, 2 jam pertama setiap ½ jam selanjutnya 10 jam
berikutnya diselang seling dengan F75. Pada fase ini diberikan ½ TKTP (80% kebutuhan
normal). (8,9)
c. Fase Rehabilitasi
Terapi nutrisi fase ini adalah untuk mengejar pertumbuhan anak. Diberikan setelah
anak sudah bisa makan. Makanan padat diberikan pada fase rehabilitasi berdasarkan BB< 7
kg diberi MP ASI dan BB ≥ 7 kg diberi makanan balita. Diberikan makanan formula 135 (F
135) dengan nilai gizi setiap 100 ml F135 mengandung energi 135 kal dan protein 3,3 gram.
Pada tahap ini diberi makanan TKTP penuh (150-200% kebutuhan normal) . (9,10)
Tabel 3. Kebutuhan zat gizi fase rehabilitasi.(10)
Zat Gizi Rehabilitasi (minggu ke 2-6)
Energi 150-200 kkal/kgBB/hari
Protein 3-4 gram/kgBB/hari
Cairan 150 – 200 ml/kgBB/hari
Fe Berikan awal selama 4 minggu.
Vitamin A
- Bayi < 6 bulan ½ kapsul vitamin A dosis 100.000 SI (warna biru)
- Bayi 6-11 bulan 1 kapsul vitamin A dosis 100.000 SI (warna biru)
- Balita 12-60 bulan 1 kapsul vitamin A dosis 200.000 SI (warna merah)
Vitamin lain Diberikan sebagai multivitamin
- Vitamin C
- Vitamin B kompleks
- Asam folat
Mineral lain Pemberiannya dicampur dengan F75, F100 dan F135
- Zinc
- Kalium
- Natrium
- Magnesium
5. Pencegahan TB
1. Imunisasi BCG
Imunisasi BCG diberikan pada usia sebelum 2 bulan, dosis untuk bayi sebesar 0,05 ml
dan untuk anak 0,10 ml, diberikan secara intrakutan di daerah insersio otot deltoid kanan.
Bila BCG diberikan pada usia > 3 bulan, sebaiknya dilakukan uji tuberkulin terlebih
dahulu. Imunisasi BCG efektif terutama untuk mencegah TB milier, meningitis TB, dan
spondilitis TB pada anak.
2. Kemoprofilaksis
Terdiri dari :
a. Kemoprofilaksis primer untuk mencegah terjadinya infeksi TB. Diberikan isoniazid
dengan dosis 5-10 mg/kgBB/hari dosis tunggal selama 6 bulan. 3 bulan pemberian
profilaksis dilakukan uji tuberkulin ulang. Jika tetap negatif, profilaksis dilanjutkan
hingga 6 bulan. Jika tuberkulin positif, evaluasi status TB pasien, pada akhir bulan
keenam dilakukan uji tuberkulin ulang.
b. Kemoprofilaksis sekunder untuk mencegah berkembangnya infeksi menjadi sakit
TB. 6