yang membawa
mineralisasi timah adalah granit tipe S :
Ganesa granit dikenal ada dua yaitu S-type (S=sedimentary) dan I-type (I=igneous). S-type granit adalah
granit yang dibentuk oleh partial melting batuan asal (protolith) yang mengandung batuan (meta) sedimen dalam
jumlah signifikan. Prosesnya disebut anatexis atau ultra-metamorphism. I-type granit adalah granit yang dibentuk
dari protolith yang berkomposisi batuan beku (igneous rocks) atau dari fraksionasi magma granitik atau
granodioritik (Cobbing, 1992).
Menurut Sujitno (2007), berdasarkan pada cara pembentukannya, deposit timah dapat dikelompokan menjadi
dua golongan yaitu deposit timah primer dan timah sekunder. Timah primer terbentuk akibat dari intrusi batuan
granit biotit, serta pada daerah kontak batuan endapan malihan biasanya berasosiasi dengan turmalin dan urat kuarsa
timah pada zaman Trias Atas. Proses terbentuknya bermula dari adanya tekanan panas dari dalam bumi (Pneumatik
hydrothermal) yang menyebabkan cairan magma yang bersifat asam mengandung gas tin-flouride (SnF4) atau Tin-
chloride (SnCl4) menerobos dan mengisi celah-celah rekahan, kemudian kontak dengan lapisan tanah penutup yang
berupa pasir, lanau, ataupun schist dan membeku secara perlahan-lahan, maka terjadilah reaksi kimia dasar yang
membentuk endapan timah primer.
SnF4 + 2H2O SnO2 + 4HF
SnCl4 + 2H2O SnO2 + 4HCl
SnO2 yang dikenal dengan cassiterite, merupakan senyawa Sn yang utama. Seiring proses pembekuan
mulailah terbentuk mineral-mineral ikutan, seperti : monazite (CeLaYTh), ilmenite (FeTiO3), xenotime (YPO4),
zircon (ZrSiO4), tourmaline (HgAl3(BOH)), dan sebagainya. Dalam proses kelanjutan di alam tropis yang panas
dan lembab akan terjadi proses pelapukan, baik secara mekanik ataupun kimiawi yang kemudian berlanjut dengan
proses erosi. Hasil pelapukan tersebut diangkut oleh air hujan lewat sungai-sungai dan terendapakan sepanjang
aliran sungai dan lembah. Cassiterite sebagai mineral berat akan terendapkan lebih dulu, sedangkan kwarsa, zircon,
monazite, ilmenite, dan xenotime sebagai mineral yang lebih ringan akan mengendap kemudian.
Proses pengendapan yang menghasilkan timah sekunder dapat dibagi tiga tahapan, yaitu :
1. Tahapan Pendahuluan (Early Stage)
Terbentuk karena proses pelapukan kimiawi yang dilanjutkan dengan proses pengendapan. Pada tahap ini
terbentuk Primitive Placer Deposit yang pada umumnya diketemukan pada kedalaman 0-10 meter dari permukaan
tanah. Primitive Placer Deposit terdiri dari :
a. Residual Deposit adalah endapan yang terjadi akibat pelapukan batu induk dan tidak mengalami pengangkutan.
b. Elluvial Deposit adalah endapan hasil pelapukan yang dilakukan oleh air hujan tetapi belum diangkut oleh air
hujan.
c. Colluvial Deposit adalah endapan hasil pelapukan yang terjadi akibat peluncuran tanah, tetapi pada suatu tempat
yang agak rata terhenti, lalu diikuti oleh proses pengayaan.
d. Kaksa adalah endapan biji timah yang langsung berada diatas batuan dasar.
2. Tahapan Pertengahan (Middle Stage)
Pada tahap ini mineral yang telah lapuk diangkut dan diendapkan sehigga membentuk endapan alluvial yang
biasa diketemukan pada kedalaman kurang dari 30 m. Endapan alluvial tersebut meliputi :
a. Mincan adalah endapan timah yang berada diantara dua overburden dan membuat seolah-olah orebody ini
melayang.
b. Kaksa adalah endapan bijih timah yang langsung berada diatas batuan dasar (granit).
3. Tahapan Lanjut (Advanced stage)
Pada tahap ini material yang diangkut dan diendapkan mengalami proses pengendapan kembali akibat
perubahan muka air laut selama masa Pleistosen, sehingga membenuk Modern Placer Deposite yang meliputi
antara lain :
a. Alluvial Deposite adalah endapan yang telah mengalami transportasi yang relatif jauh, baik yang disebabkan oleh
air hujan maupun oleh aliran sungai yang kemudian diendapkan didaerah lembah sungai. Ciri dari bentuknya,
mempunyai butiran yang halus dan membulat.
b. Beach Deposit adalah endapan hasil pelapukan yang diangkut oleh air hujan dan aliran air sungai, lalu
diendapkan dipantai dengan bantuan ombak laut.
Lapisan endapan kaksa ini biasanya terdapat pada lembah-lembah sungai purba, dimana merupakan hasil
erosi pada granit. Tipe-tipe endapan timah kaksa antara lain :
1. Endapan Kaksa Dangkal yaitu dengan kedalaman maksimal 5 meter, ketebalan lapisan tanah penutup sekitar 3
meter dan ketebalan lapisan timah 2 meter.
2. Endapan Kaksa Agak Dalam yaitu dengan kedalaman 3-13 meter, ketebalan lapisan tanah penutup sekitar 10
meter dan ketebalan lapisan timah 3 meter.
3. Endapan Kaksa Dalam yaitu dengan ketebalan 10-20 meter, ketebalan lapisan tanah penutup sekitar 15 meter
dan ketebalan lapisan timah 5 meter.
4. Endapan Kaksa Sangat Dalam yaitu dengan ketebalan lebih dari 20 meter, ketebalan lapisan tanah penutup
sekitar 30 meter dan ketebalan lapisan timah 10 meter.
Secara umum endapan timah di Pulau Bangka berdasarkan genesanya terdiri dari 2 yaitu sebagai berikut :
1. Endapan Timah Primer
Proses pembentukan endapan timah primer berasal dari magma cair yang mengandung mineral cassiterite.
Batuan pambawa mineral ini adalah batuan granit yang berhubungan dengan magma asam dan menembus lapisan
sedimen (intrusi granit). Pada tahap akhir kegiatan intrusi, terjadi peningkatan konsentrasi elemen di bagian atas,
baik dalam bentuk gas maupun cair, yang akan bergerak melalui pori-pori atau retakan. Dikarenakan tekanan dan
temperatur yang berubah, maka terjadilah proses kristalisasi yang akan membentuk deposit dan batuan samping.
Pada saat intrusi batuan granit naik ke permukaan bumi, maka akan terjadi fase pneumatolitik, dimana
terbentuk mineral-mineral bijih yang berharga diantaranya mineral yang mengandung timah. Mineral ini
terakumulasi dan terisolasi pada batuan granit maupun di dalam batuan yang diterobosnya, yang akhirnya
membentuk vein–vein, yaitu pada batuan granit dan pada batuan samping yang diterobosnya. Secara keseluruhan
endapan timah yang membentang dari Myanmar Tengah hingga Paparan Sunda merupakan keseluruhan sejumlah
intrusi granit. Batuan induk yang mengandung bijih timah adalah granit, adamelit, dan granodiorit.
Endapan timah “kaksa” biasanya terdapat pada lapisan pasir atau kerikil kasar yang terletak diatas batuan
dasar Pra-Tersier, maupun batuan granit yang lapuk, tetapi kadang-kadang ditemukan bersama-sama dengan
bongkahan-bongkahan batu guling yang terdiri dari batupasir yang berukuran dari beberapa cm hingga puluhan cm,
serta kadang-kadang tersemen kuat dengan oksida besi atau mangan dengan komponen-komponen lainnya (Cissar
dan Baum dalam Osberger, 1965).
Pada endapan timah aluvial atau kolovial yang dikenal dengan adalah endapan kulit, biasanya terdapat di tepi
lembah-lembah lama dan merupakan endapan induknya (endapan primer). Biasanya endapan ini berbutir kasar,
bahkan ada yang berupa bongkahan dan endapan ini terletak tidak jauh dari permukaan tanah dengan kedalaman 1
sampai 2 meter.
2. Endapan Timah Sekunder
Kondisi keberadaan mineral cassiterite (SnO2) sebagai mineral utama pembentuk bijih timah pada daerah
Kepulauan Bangka terdapat pada endapan-endapan alluvial-fluvial. Endapan placer timah pada umumnya
terkonsentrasi di atas batuan dasar baik berupa batuan metasedimen, batuan beku plutonik, dan batuan sedimen
(batupasir dan batulempung). Faktor lain yang juga mempengaruhi keberadaan konsentrasi mineral cassiterite
(SnO2) adalah pola-pola sungai. Struktur geologi berupa sesar normal juga ikut mengontrol keberadaan dari mineral
cassiterite, walupun terkadang tidak terlalu berperan penting dalam proses pengendapannya. Berdasarkan tempat
atau lokasi pengendapannya, endapan bijih timah sekunder diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Endapan Eluvial : Terdapat dekat sekali dengan sumbernya, tersebar pada batuan sedimen atau batuan granit
yang telah lapuk, ukuran butir agak besar dan angular.
b. Endapan Kolovial : Butiran agak besar dengan sudut runcing, biasanya terletak pada lereng suatu lembah.
c. Endapan Aluvial : Terdapat di daerah lembah, mempunyai bentuk butiran yang membundar.
d. Endapan Miencang : Endapan bijih timah yang terjadi akibat pengendapan yang selektif secara berulang-ulang
pada lapisan tertentu, dengan ciri-ciri : Endapan berbentuk lensa-lensa, bentuk butiran halus dan bundar
e. Endapan Disseminated : Jarak transportasi sangat jauh sehingga menyebabkan penyebaran yang luas tetapi tidak
teratur. Ciri-ciri : tersebar luas, tetapi bentuk dan ukurannya tidak teratur, ukuran butir halus karena jarak
transportasi jauh, terdapat pada lapisan pasir atau lempung.
Sumberdaya (Resources) adalah endapan mineral yang diharapkan dapat dimanfaatkan secara nyata. Dengan
keyakinan geologi tertentu sumberdaya ini dapat meningkat menjadi cadangan setelah dilakukan pengkajian
kelayakan tambang dan memenuhi kriteria layak tambang.
1. Sumberdaya Terduga (Inferred Resources) adalah sumberdaya yang jumlah dan kadarnya ditentukan
berdasarkan pengetahuan geologi sebagai kelanjutan endapan atau dari pemboran dengan grid tidak teratur.
2. Sumberdaya Tereka (Indicated Resources) adalah sumberdaya yang telah diyakini potensinya, tetapi jarak grid
pemboran masih jauh (jarang).
3. Sumberdaya Terukur (Measured Resources) adalah sumberdaya yang jumlah kadarnya sudah diukur dengan
nyata, dengan jarak grid pemboran yang telah memenuhi syarat sehingga model geologinya dapat dinyatakan
dengan jelas.
Cadangan (Reserve) adalah endapan mineral yang telah diketahui ukuran, bentuk, sebaran, kuantitas, dan
kualitasnya secara ekonomis, teknis, hukum, lingkungan dan sosial, sehingga endapan mineral ini dapat ditambang
pada saat estimasi dilakukan.
1. Cadangan Tereka (Probabel Reserve) adalah cadangan hasil penafsiran geologi yang rinci dengan perhitungan
berdasarkan contoh dan data pemboran yang tidak rapat, dengan tingkat keyakinan 60%, sedangkan kesalahan
maksimum sekitar 40%.
2. Cadangan Terbukti (Proven Reserve) adalah cadangan hasil perhitungan berdasarkan data, contoh dan informasi
geologi yang teliti, serta pemboran yang rinci dan rapat dengan tingkat keyakinan 80%, sedangkan kesalahan
maksimum sekitar 20%.
3. Cadangan Tertambang (Mineable Reserve) adalah cadangan yang secara teknis dan ekonomis dapat ditambang
dimana setelah diperhitungkan atas dasar beberapa variabel antara laen Cut off Grade (COG) dan Stripping Ratio
(SR), sehingga menguntungkan untuk penambangan pada saat itu, bisa disebut juga sebagai cadangan layak
tambang.
Penambangan dengan metoda tambang terbuka adalah suatu kegiatan penggalian bahan galian seperti batubara, ore
(bijih), batu dan sebagainya di mana para pekerja berhubungan langsung dengan udara luar.dan iklim. Tambang
terbuka (open pit mining) juga disebut dengan open cut mining; adalah metoda penambangan yang dipakai untuk
menggali mineral deposit yang ada pada suatu batuan yang berada atau dekat dengan permukaan.
Metoda ini cocok dipakai untuk ore bodies yang berbentuk horizontal yang memungkinkan produksi tinggi dengan
ongkos rendah. Walaupun “stripping” dan “quarrying” termasuk ke dalam open pit mining, namun strip mining
biasanya dipakai untuk penambangan batubara dan quarry mining yang berhubungan dengan produksi non-metallic
minerals seperti dimension stone, rock aggregates, dll.
Keuntungan Tambang Terbuka
1. Ongkos penambangan / ton bijih lebih murah karena tidak memerlukan penyanggan dan ventilasi.
2. Kondisi kerja lebih baik karena berhubungan dengan udara luar.
3. Penggunaan alat mekanis lebih leluasa sehingga produksi lebih besar.
4. Pemakaian bahan peledak lebih efisien, leluasa dan hasilnya lebih baik.
5. Perolehan tambang (mining recovery) lebih besar karena batas endapan dapat dilihat dengan jelas.
6. Relatif lebih aman (dari bahaya longsor), sedangkan pada tambang bawah tanah selain disebabkan longsor, juga
disebabkan oleh gas – gas beracun, kebakaran, dll.
Raise Set
Raise set merupakan cara pemasangan penyangga dari bawah ke atas.
Lead Set
Lead set merupakan cara pemasangan penyangga maju, searah dengan penambangan endapan bijih.
Corner
Corner set merupakan cara pemasangna penyangga ke arah samping atau juga menyudut.
* Vein atau urat batuan adalah intrusi batuan lain ke dalam batuan induk. Intusi terjadi melalui rekahan-rekahan batuan
induk, dan lebih keras daripada batuan induk.
* Endapan bijih dalam sebuah cebakan relative berbeda kadarnya pada masing-masing bagiannya. Mengenai kadarnya
dapat dihitung dengan menggunakan metode IMD dan juga IDW yang diperlajari di matakuliah Geostatik.
* Drift adalah lubang bukaan yang menghubungkan antar level secara vertikal.
* Raise adalah lubang bukaan horizontal yang berfungsi sebagai jalan keluar-masuk pekerja dan juga mengeluarkan
endapan bijih.
Keuntungan :
1. Ongkos penambangan murah, karena tak perlu modal besar.
2. Cara kerjanya relatif mudah dan sederhana, sehingga tak perlu karyawan yang terampil.
3. Relatif Aman.
Kerugian :
1. Produksi kecil, yaitu 50-100 ton per hari, karena banyak pekerjaan yang ditangani secara manual, sehingga
pendapatan yang diperoleh kecil.
2. Sulit mempertahankan jenjang-jenjangnya karena kesulitan dalam menurunkan batuan hasil peledakan.
Cara penambangan :
Penambangan Glory Hole mengaplikasikan suatu penggalian terbuka dimana bijih dipindahkan dari lombong ke
jalan pengangkutan dengan efek gravitasi.
Glory Hole sering diartikan sebagai suatu operasi penambangan dimana bijih dihancurkan oleh peledakan
kemudian jatuh ke jalan bijih oleh efek gravitasi. Open Pits moderen yang mengaplikasikan suatu sistem
pengangkutan bijih melalui shaft yang dibangun pada bagian luar pit limit, mencirikan suatu kesamaan proses
pengangkutan dengan glory hole.
Metode penambangan Glory Hole dapat diterapkan untuk berbagai tipe jebakan, walaupun bentuk material
galian tidak mempunyai kecendrungan untuk bisa dikumpulkan pada Draw Point.
2. Gophering
Yaitu suatu cara penambangan terhadap endapan bijih yang kecil/tebal dan lebarnya kurang dari 3 meter
kemiringan/dip bukan menjadi suatu masalah bentuk endapan bisa reguler (tidak teratur) dapat dipai untuk endapan
yang bernilai tinggi tidak dibenarkan untuk menambang “ore shoot” karena akan menggangu endapan bijih
keseluruhaan.
System ini cocok untuk endapan-endapan bijih yang mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :
1. Kekuatan bijih relatif kuat.
2. Kekuatan batuan cukup kuat.
3. Bentuk endapan tidak teratur.
4. Kemiringan endapan spotty deposits, sukar ditambang dengan sistematik.
5. Ukuran endapan kecil atau lebarnya lebih kecil 3 meter, terpisah-pisah, letaknya terpencil.
6. Kadar bijih tinggi, bagian-bagian yang miskin ditinggalkan sebagai pillar.
Contohnya : endapan bijih emas yang tidak teratur tapi kadarnya tinggi.
Keuntungan :
1. Ongkos penambangan murah.
2. Memberi tempat kerja dan memperoleh pendapatan tambahan bagi penduduk di sekitar endapan.
Kerugian :
1. Produksinya rendah.
2. Mencemari lingkungan hidup.
Cara penambangan :
Cara penambangan Gophering hanya mengikuti arah vein. Kalau cara ini diterapkan pada Vein yang sangat
kaya, metode ini sering memberikan keuntungan sementara. Hal ini karena biaya pembuatan lubang bukaan dengan
ukuran yang sangan bervariasi sangant mahal.
3. Shirinkage Stoping
Adalah suatu cara penambangan yang termasuk over hand stoping dimana setiap bagian dibor dan diledakan dari
bawah keatas.tumpikan hasil ledaka akan dibiarkan dilantai yang dapat dimanfaatkan sebagai tempat pemboran
berikutnya dan untuk menyanggah country rock .
System ini cocok untuk :
1. Untuk endapan bijih dan batuan sampingnya keras.
2. Kemiringan dari pada stope wall (dinding stope) harus curam kira-kira sudutnya > 600.
3. Bentuk urat/vain dengan ketebalan antara 1-3 meter.
4. Bentuk ore body harus teratur sehingga tidak banyak bijih yang hilang (loose ore).
5. Harus mempunyai batas yang jelas antara ore body dengan country rock
6. Orenya bersifat tidak akan mengeras kembali bila bercampur dengan air.
7. Sebaiknya bukan endapan sulfida.
Contohnya adalah endapan bijih emas yang berbentuk vein tetapi kedalamannya dangkal.
Keuntungan :
1. Ongkos deplopment lebih rendah karena jarak antara level dengan level dan raise dan raise bias berjauhan.
2. Biaya hanling daripada ore lebih rendah karena ore dapat turun dengan sendirinya secara gravitasi melalui chate.
3. Kayu-kayu untuk tempat berdirinya pekerja tidak perlukan.
4. Ventilasinya lebih baik karena dapat mengikuti bukaan.
5. Dapat melakukan pembersihaan/cleaning mining karena recovery agak tinggi.
6. Produksi dapat cepat terlaksana karena tinggal didalam stope.
7. Tidak terjadi penurunan permukaan surface subsidence karena bekas-bekas dari stope di isi material.
Kerugiaan :
1. Menyulitkan perusahaan yang bermodal kecil karena sebagian endapan masih tertinggal di dalam stope tersebut.
2. Bila endapan (Broken Ore) telalu lama tertinggal didalam stope dan endapan tersebut mengandung oksida yang
mudah teroksidasi oleh udara dan lama kelamaan akan menjadi kompak hal ini akan menyulitka dalam proses
metalurgi.
Cara penambangan :
Teknik penambangan Shringkage Stoping meliputi kemajuan penambangan lombong pada arah vertikal dan
horisontal. Broken Ore digunakan sebagai tempat pijak dan penyangga sementara.
Operasi Shringkage Stoping meliputi siklus pemboran dan peledakan, ekstraksi bijih, scalling dan penyangga.
Bijih dihancurkan dalam lombong melalui penggalian atap oleh petambang yang bekerja tepat pada bagian bawah
crown.
Broken Ore yang ditinggalkan dalam lombong dapat berfungsi sebagai :
1. Tempat berpijak yang stabil bagi pembor yang dapat menampung banyak pembor, sehingga dapat mempercepat
penambangan.
2. Sebagai penyangga country rock.
Cara penambangan :
Bijih mulai diproduksi bila kemajuan development telah sampai pada aktifitas dalam lombong. Fragmentasi
bijih (broken ore) diperoleh melalui ring drill dan peledakan. Kemudian Broken Ore masuk ke dalam Draw Point.
Muka dan dinding samping lombong ditinggalkan tanpa diberi penyanggaan.
Pembuatan Stoping dengan peledakan menggunakan lubang tembak panjang antara 20-30 meter yang dibuat
dari sub level. Sistem pemboran peledakan umumnya terdiri dari 2 metode umum yaitu :
1. Pemboran melingkar dengan diameter 50-75 mm
2. Pemboran paralel dengan diameter besar 200 mm.
2. STULL STOPING
Adalah suatu metode penambangan yang menggunakan penyanggaan kayu (timber), dan penyangga dipasang
langssung dari hanging wall ke foot wall. Penyangga ini disebut stull. Penyanggaan ini bias sistimatis,tetapi bias
juga hanya dipasang setempat bila bila keadaan batuan memungkinkan.
Metode penambangan ini cocok untuk endapan bijih yang memiliki sifat-sifat sebagai berikut :
1. Kekuatan bijih agak tebal, sehingga tidak perlu disangga
2. kekuatan batuan samping mudah pecah
3. Kemiringan endapan tidak terlalu berpenggaruh
4. Ukuran endapan antara 1-3 meter, yaitu ketebalan masih bias dicapai oleh penyangga kayu tanpa sambungan
(timber)
5. Kadar bijih tinggi, karena ongkos penambangan juga tinggi.
Cara penambangan
1. Penerapannya dibatasi oleh panjang stull.
2. Untuk menghindari amblesan (Surface Subsidence) maka harus diisi degan material pengisi sehingga dapat berubah
manjadi cut and fill
3. Kalau penurunan permukaan bumi, maka lubang bekas lombong dapat dibiarkan kosong dan runtuh sendiri maka
biasanya yang dipakai top slicing.
Segi positif stull stoping
1. Cara penambangan sangat sederhana karena cara penyanggan ini tidak sulit sehingga tidak memerlukan banyak
karyawan yang terampil
2. Bisa meninggalkan pillar yang terbuat dari barent rock.
3. Karena luwes dapat dilakukan selective mining, maka perolehan tambangnya bias tinggi.
4. Memiliki jaminan keamanan yang cukup baik dibandingkan square setting atau cut and fill, karena ukuran endapan
bijihnya tipis.
Segi negatif Stull Stoping
1. Karena memakai penyangga kayu dapat menyebabkan pembusukan serta kebakaran.
2. Pada umumnya sukar untuk menghindari terjadinya pengotoran.
3. Dapat menyebabkan amblesan kecuali diikuti dengan pengisian bekas-bekas lombong.
3. Square Set Stoping
Square set stoping merupakan sistem panambangan dengan penyanggaan secara sitematis yang saling tegak
lurus kesegala arah (tiga dimensi). Penyangga ini memilki kerangka berupa kubus maupun empat persegi panjang.
Cara ini cocok untuk endapan yang bersifat :
1. Kekuatan bijih lemah serta mudah runtuh.
2. Kekuatan batuan samping lemah serta mudah runtuh
3. Bentuk endapan tak perlu memiliki batas-batas yang baik atau jelas dilihat, misalnya mempunyai off shoot, pocket,
dll.
4. Kemiringan endapan > 450 yg berbentuk urat bijih.
5. Ukuran endapan minimum 3,5 m.
6. Memiliki kadar bijih yang sangat tinggi.
Umumnya cara ini cocok untuk endapan dengan batuan yang lunak, oleh karena itu cara penambangan ini sulit
untuk diubah kecara penambangan yang lain.
Akan tetapi kalau sangat terpaksa, misalnya karena keadaan batuan agak keras dan surface subsidence tidak
boleh terjadi, maka dapat diubah ke cara cut and fill atau stull stoping bila urat bijihnya tipis.
Cara penambangan ini dapat dipakai sebagai pelengkap atau pembantu cara penambangan lain bila bentuk
bijihnya tidak baik, misalnya ditemukan off shoot, atau penyangga under cat pada blokcaving. Kecuali square
setting sering dipergunakan untuk mengambil pillar yang terletak diantara lombong-lombong yang sudah diisi
dengan filling material.
Segi positif Square Set Stoping
1. Dapat digunakan untuk menambang segala macam ukuran dan bentuk endapan bijih, asal kemiringan >45 0,luwes
dalam arti dapat menambang segala macam bentuk endapan.
2. Dapat dipakai untuk endapan dan batuan samping yang keadaannya sangat lunak dan mudah runtuh.
3. Memungkinkan dilakukannya penambangan dengan mining recovery yg tinggi > 90% (high mining extraction)
4. Ventilasi lebih mudah diatur.
5. Dapat memberi keamanan kerja yang tinggi.
Segi negatif Squar Set Stoping
1. Memakai banyak penyangga kayu sehingga menyebabkan ongkos penambangan manjadi mahal, kemungkinan
bahaya kebakaran lebih besar, dan dapat terjadi pembusukan sehingga akan terbentuk gas-gas beracun.
2. Waktu untuk penyiapan dan penyediaan kayu penyangga lebih kurang dari 30%, sedangkan volume kayu yang
dibutuhkan sekitar 6-15%.
3. Sukar diubah kesistem penambangan yang lain.
Pemilihaan metode penambangan batubara dan kondisi alam yang menjadi faktor penentu dalam pemilihaan
tersebut :
1. Ketebalan lapisan batubara
2. Kemiringan
3. Sifat atap dan lantai
4. Hubungan beberapa lapisan
5. Ada tidaknya petarifid wood dan parting
6. Banyak tidaknya gas dan air yang keluar
7. Ada kemungkinan terjadinya swa bakar.
8. Rekar batubara dan tekanan bumi serta kekerasan batubara tersebut.
9. Kondisi lain.
3. Blok Caving
Block Caving merupakan suatu cara penambangan yang dimulai dengan membuat suatu “undercat” terhadap
suatu blok endapan bijih. Sebelum undercat diruntuhkan, harus disanggah dulu memakai pillar kemudian pillar ini di
buang, maka blok akan runtuh secara perlahan– lahan.
Corongan bijih ore chute harus banyak, agar pengambilan bijih yang pecah (broken ore) dapat merata dan
batas antara bijih dan lapisan penutup teratur, sehingga kemungkinan terjadinya pengotoran (dillution) karena
bercampurnya bijih dengan lapisan penutup dapat dibatasi atau dikurangi.
Metode ini cocok untuk endapan bijih yang memilki sifat seperti berikut:
1. Bentuk endapan homogen karena tidak mungkin dilakukan tambang pilih.
2. Kekuatan bijih lemah sehingga mudah pecah atau runtuh dan dapat dipisahkan dari block di sebelahnya.
3. Kekuatan batuan samping lemah, sehingga mudah pecah menjadi bongkah – bongkah yang lebih besar dari
pada bongkah bijih, dimana tekanannya akan membantu memecah endapan bijih di bawahnya.
4. Kemiringan endapan tidak menjadi soal, tetapi jika berbentuk urat bijih sebaiknya memiliki kemiringan >
65°.
5. Kadar bijih tidak perlu bernilai tinggi.
Pada umumnya cara ini cocok untuk endapan-endapan pada bijih yang berukuran besar, dan akan sangat
mudah dalam penambangannya jika batas antara endapan bijih dan lapisan penutupnya teratur, tidak banyak kantung
bijih (pockets) “ore shoot”, “off shoot”, dll.
Keuntungan blok caving:
1. Pekerjaan persiapan penambangan hanya terjadi pada permulaan saja, setelah ambrukan berjalan, maka
pekerjaan persiapan umumnya sudah berakhir.
2. Keamanan karyawan lebih terjamin, kecuali perawatan pada “draw point”.
3. Dapat berproduksi besar, dan hanya memerlukan sedikit pemboran, peledakan serta penyanggah, jadi dapat
menekan ongkos penambangan.
4. Ventilasi lebih baik, apalagi bila rekahan–rekahan di antara bijihnya yang pecah itu tidak tertutup oleh
partikel–partikel halus, jadi biasa terjadi ventilasi alam.
5. Produksi terpusat pada “draw point” dan draw point terkumpul pada “grizzly level”, sehingga produksi
mudah terkontrol.
Kerugian blok caving :
1. Membutuhkan biaya besar dan waktu yang lama pada tahap pertama persiapan penambangan.
2. Perawatan “draw point” dan saluran–saluran yang dilalui bijih (ore passes) umumnya sulit dan mahal.
3. Penggotoran sering terjadi terutama menjelang akhir penambangan, sehingga perolehan tambang rendah.
4. Cara penambangan ini sukar diubah ke sistem penambangan yang lain dan produksi tidak dapat dihentikan
terlalu lama, karena dapat menyebabkan macetnya proses penurunan.
5. Ukuran “broken ore” tidak dapat dikontrol.
Ventilasi tambang merupakan suatu usaha pengendalian terhadap pergerakan udara atau aliran udara tambang
termasuk. Parameter yang harus dipenuhi pada ventilasi adalah jumlah, mutu dan arah alirannya. Adapun tujuan
utama dari ventilasi tambang adalah menyediakan udara segar dengan kuantitas dan kualitas yang cukup baik,
kemudian mengalirkan serta membagi udara segar tersebut ke dalam tambang sehingga tercipta kondisi kerja yang
aman dan nyaman bagi para pekerja tambang maupun proses penambangan.
Fungsi Ventilasi Tambang
Ventilasi tambang memiliki beberapa fungsi yaitu :
a. Menyediakan dan mengalirkan udara segar kedalam tambang untuk keperluan menyediakan udara segar (oksigen)
bagi pernapasan para pekerja dalam tambang dan juga bagi segala proses yang terjadi dalam tambang yang
memerlukan oksigen.
b. Melarutkan dan membawa keluar dari tambang segala pengotoran dari gas-gas yang ada di dalam tambang hingga
tercapai keadaan kandungan gas dalam udara tambang yang memenuhi syarat bagi pernapasan.
c. Menyingkirkan debu yang berada dalam aliran ventilasi tambang bawah tanah hingga ambang batas yang
diperkenankan.
d. Mengatur panas dan kelembaban udara tambang bawah tanah sehingga dapat diperoleh suasana / lingkungan kerja
yang nyaman
e. Mengencerkan konsentrasi gas-gas beracun dan berbahaya dan debu di dalam tambang sampai dibawah Nilai
Ambang Batas dan mengeluarkannya dari dalam tambang.
Prinsip Aliran Udara Tambang
Aliran udara dalam ventilasi tambang bawah tanah, berlaku prinsip :
a. Aliran udara bergerak dari tekanan tinggi ke tekanan rendah.
b. Udara akan mengalir dari tempat yang suhu rendah ke tinggi.
c. Udara akan lebih banyak mengalir pada jalur ventilasi dengan resistansi/tahanan yang lebih kecil dibandingkan
dengan jalur bertahanan/resistansi yang lebih besar.
d. Tekanan Ventilasi tetap memperhatikan tekanan atmosfir, bisa positif (Blowing) atau negatif (Exhausting).
e. Aliran udara mengikuti hukum kuadrat yaitu hubungan antara quantity dan tekanan, bila quantity diperbesar dua
kali lipat maka dibutuhkan tekanan empat kali lipat.
f. Hukum-hukum mekanika fluida akan selalu diikuti dalam perhitungan pada ventilasi tambang.
Dalam perhitungan ventilasi tambang selalu dianggap bahwa udara segar normal terdiri dari : Nitrogen = 79%,
dan Oksigen = 21%. Disamping itu dianggap bahwa udara segar akan selalu mengandung karbondioksida (CO2)
sebesar 0,03%. Udara dalam ventilasi tambang selalu mengandung uap air, tidak pernah ada udara yang benar-benar
kering. Karena itu akan selalu ada istilah kelembaban udara.
Indonesia memiliki potensi dan cadangan bahan galian yang cukup besar dan menyebar hampir merata di seluruh
wilayah.Yang dimaksud dengan bahan galian adalah bijih (ore), mineral industri (industrial minerals) atau bahan
galian golongan C dan batubara (coal). Pengolahan bahan galian (mineral beneficiation/mineral processing/mineral
dressing) adalah suatu prosses pengolahan dengan memanfaatka perbedaan-perbedaan sifat fisik bahan galian untuk
memperoleh produkta bahan galian yang bersangkutan. Khusus untuk batubara, proses pengolahan itu disebut
dengan pencucian batubara( coal washing) atau preparasi batubara (coal preparation). Untuk saat ini umumnya
endapan bahan galian yang ditemukan dialam sudah jarang mempunyai mutu atau kadar mineral berharga yang
tinggi dan siap utntuk dilebur atau dimanfaatkan. Oleh karena sebab itu bahan galian tersebut perlu menjalani
pengolahan bahan galian(PBG) agar mutu/kadarnya dapat ditingkatkan sampai memenuhi kriteria atau peleburan
pemanasan.
Keuntungan yang bisa diperoleh dari proses PBG tersebut antara lain adalah :
Mengurangi ongkos angkut tiap ton logam dari lokasi penambangan ke pabrik pengolahan, karena sebagian mineral
tidak berharga (waste mineral) telah terbuang selama proses pengolahan dan kadar bijih sudah ditingkatkan.
Mengurangi ongkos peleburan biaya peleburan tiap ton logam yang dihasilkan, sebab dalam peleburan tonase logan
yang dihasilkan lebih banyak (dalam waktu yang sama) bila dibandingkan dengan peleburan tanpa diawali dengan
Pengolahan Bahan Galian.
Mengurangi kehilangan (losses) logam berharga pada saat peleburan /Mengurangi jumlah Flux yang ditambahkan
dalam peleburan serta mengurangi metal yang hilang bersama Slag.
Peroses pemisahan(pengolahan) secara fisik jauh lebih sederhana dan menguntungkan daripada proses pemisahan
secara kimia.
Metalurgi adalah (metallurgy) adalah ilmu yang mempelajari cara-cara untuk memperoleh logam(metal) melalui
proses fisika dan kimia secara, mempelajari cara-cara memperbaiki sifat-sifat fisik dan kimia logam murni maupun
paduannya (Alloy).
Metalurgi ada 2 (dua) macam kelompok utama yaitu: 1. Metalurgi ekstraktif (Extractive Metallurgy)
a) Metalurgi fisik dan ilmu bahan ( physical meallurgy and material science).
Metalurgi ekstraktif dibagi menjadi 3 (tiga) jalur, yaitu :
Piro metalurgi (pyro metallurgy) yang dalam proses ekstraksinya menggunakan energi panas yang tinggi (bisa
sampai 2.000oC).
Hidro metalurgi (hydro metallurgy) yang menggunakan larutan kimia atau reagen organik untuk “menangkap”
logamnya.
Elektro metalurgi (electro metallurgy) yang memanfaatkan teknik elektro-kimia (antar lain elektrolisis) untuk
memperoleh logamnya.
Disamping itu kominusi, baik peremukan maupun penggerusan, bisa terdiri dari beberapa tahap, yaitu :
- Tahap pertama / primer (primary stage)
- Tahap kedua / sekunder (secondary stage)
- Tahap ketiga / tersier (tertiary stage) –
Kadang-kadang ada tahap keempat / kwarter (quaternary stage)
Saringan (sieve) yang sering dipakai di laboratorium adalah : Hand sieve Vibrating sieve series / Tyler vibrating sive
Sieve shaker / rotap Wet and dry sieving
Sedangkan ayakan (screen) yang berskala industri antara lain : Stationary grizzly Roll grizzly Sieve bend Revolving
screen Vibrating screen (single deck, double deck, triple deck, etc.) Shaking screen Rotary shifter
Klasifikasi (Classification)
Klasifikasi adalah proses pemisahan partikel berdasarkan kecepatan pengendapannya dalam suatu media (udara atau
air). Klasifikasi dilakukan dalam suatu alat yang disebut classifier. Produk dari proses klasifikasi ada 2 (dua), yaitu :
- Produk yang berukuran kecil/halus (slimes) mengalir di bagian atas disebut overflow.
- Produk yang berukuran lebih besar/kasar (sand) mengendap di bagian bawah (dasar) disebut underflow.
Proses pemisahan dalam classifier dapat terjadi dalam tiga cara (concept), yaitu : Partition concept Tapping concept
Rein concept Hal ini dapat berlangsung apabila sejumlah partikel dengan bermacam-macam ukuran jatuh bebas di
dalam suatu media atau fluida (udara atau air), maka setiap partikel akan menerima gaya berat dan gaya gesek dari
media. Pada saat kecepatan gerak partikel menjadi rendah (tenang/laminer), ukuran partikel yang besar-besar
mengendap lebih dahulu, kemudian diikuti oleh ukuran-ukuran yang lebih kecil, sedang yang terhalus (antara lain
slimes) akan tidak sempat mengendap. Peralatan yang umum dipakai dalam proses klasifikasi adalah : Scrubber Log
washer Sloping tank classifier (rake, spiral & drag) Hydraulic bowl classifier Hydraulic clindrical tank classifier
Hydraulic cone classifier Counter current classifier Pocket classifier Hydrocyclone Air separator Solid bowl
centrifuge Elutriator
Peralatan konsentrasi gravitasi yang banyak dipakai adalah : Jengkek (jig) dengan bermacam-macam rekacipta
(design). Meja goyang (shaking table). Konsentrator spiral (Humprey spiral concentrator). Palong / sakan (sluice
box).
Media pemisah yang pernah dipakai antara lain : - Air + magnetit halus dengan kerapatan 1,25 – 2,20 ton/m3. - Air
+ ferrosilikon dengan kerapatan 2,90 – 3,40 ton/m3. - Air + magnetit + ferrosilikon dengan kerapatan 2,20 – 2,90.
- Larutan berat seperti tetra bromo ethana (b.j. = 2,96), bromoform (b.j. = 2,85) dan methylene jodida (b.j. = 3,32).
Tetapi larutan berat ini harganya mahal, oleh sebab itu hanya dipakai untuk percobaan-percobaan di laboratorium.
PIROMETALURGI (PYROMETALLURGY) Suatu proses ekstraksi metal dengan memakai energi panas. Suhu
yang dicapai ada yang hanya 50o – 250o C (proses Mond untuk pemurnian nikel), tetapi ada yang mencapai 2.000o
C (proses pembuatan paduan baja). Yang umum dipakai hanya berkisar 500o – 1.600o C ; pada suhu tersebut
kebanyakan metal atau paduan metal sudah dalam fase cair bahkan kadang-kadang dalam fase gas. Umpan yang
baik adalah konsentrat dengan kadar metal yang tinggi agar dapat mengurangi pemakaian energi panas.
Penghematan energi panas dapat juga dilakukan dengan memilih dan memanfaatkan reaksi kimia eksotermik
(exothermic). Sumber energi panas dapat berasal dari : Energi kimia (chemical energy = reaksi kimia eksotermik).
Bahan bakar (hydrocarbon fuels) : kokas, gas dan minyak bumi. Energi listrik. Energi terselubung/tersembunyi
(conserved energy = sensible heat), panas buangan dipakai untuk pemanasan awal (preheating process). Peralatan
yang umumnya dipakai adalah : Tanur tiup (blast furnace). Reverberatory furnace. Sedangkan untuk pemurniannya
dipakai : Pierce-Smith converter. Bessemer converter. Kaldo cenverter. Linz-Donawitz (L-D) converter. Open
hearth furnace.
HIDROMETALURGI (HYDROMETALLURGY) Yaitu proses ekstraksi metal dengan larutan reagen encer (< 1
gramol) dan pada suhu < 100o C. Reaksi kimia yang dipilih biasanya yang sangat selektif; artinya hanya metal yang
diinginkan saja yang akan bereaksi (larut) dan kemudian dipisahkan dari material yang tak diinginkan. Kondisi yang
baik untuk hidrometalurgi adalah : Metal yang diinginkan harus mudah larut dalam reagen yang murah. Metal yang
larut tersebut harus dapat “diambil” dari larutannya dengan mudah dan murah. Unsur atau metal lain yang ikut larut
harus mudah dipisahkan pada proses berikutnya. Mineral-mineral pengganggu (gangue minerals) jangan terlalu
banyak menyerap (bereaksi) dengan zat pelarut yang dipakai. Zat pelarutnya harus dapat “diperoleh kembali” untuk
didaur ulang. Zat yang diumpankan (yang dilarutkan) jangan banyak mengandung lempung (clay minerals), karena
akan sulit memisahkannya. Zat yang diumpankan harus porous atau punya permukaan kontak yang luas agar mudah
(cepat) bereaksi pada suhu rendah. Zat pelarutnya sebaiknya tidak korosif dan tidak beracun (non-corrosive and non-
toxic), jadi tidak membahayakan alat dan operator. Peralatan yang dipergunakan adalah : Electrolysis / electrolytic
cell. Bejana pelindian (leaching box).
Genesa endapan bijih tembaga secara garis besar dapat dibagi 2 (dua) kelompok, yaitu genesa primer dan genesa
sekunder.
1. Genesa Primer
Logam tembaga, proses genesanya berada dalam lingkungan magmatik, yaitu suatu proses yang berhubungan
langsung dengan intrusi magma. Bila magma mengkristal maka terbentuklah batuan beku atau produk-produk lain.
Produk lain itu dapat berupa mineral-mineral yang merupakan hasil suatu konsentrasi dari sejumlah elemen-elemen
minor yang terdapat dalam cairan sisa.
Pada keadaan tertentu magma dapat naik ke permukaan bumi melalui rekahan-rekahan (bagian lemah dari batuan)
membentuk terowongan (intrusi). Ketika mendekati permukaan bumii, tekanan magma berkurang yang
menyebabkan bahan volatile terlepas dan temperatur yang turun menyebabkan bahan non volatile akan terinjeksi ke
permukaan lemah dari batuan samping (country rock) sehingga akan terbentuk pegmatite dan hidrotermal.
Endapan pegmatite sering dijumpai berhubungan dengan batuan plutonik tapi umumnya granit yang kaya akan
unsur alkali, aluminium, kuarsa dan beberapa muskovit dan biotit.
Endapan hidrotermal merupakan endapan yang terbentuk dari proses pembentukan endapan pegmatite lebih
lanjut, dimana larutan bertambah dingin dan encer. Cirri khas endapan hidrotermal adalah urat yang mengandung
sulfida yang terbentuk karena adanya pengisian rekahan (fracture) atau celah pada batuan semula.
Genesa Sekunder
Dalam pembahasan mineral yang mengalami proses sekunder terutama akan ditinjau proses ubahan (alteration)
yang terjadi pada
mineral-mineral urat (vein). Mineral sulfida yang terdapat di alam mudah sekali mengalami perubahan. Mineral
yang mengalami oksidasi dan berubah menjadi mineral sulfida kebanyakan mempunyai sifat larut dalam air.
Akhirnya didapatkan suatu massa yang berongga terdiri dari kuarsa berkarat yang disebut Gossan (penudung besi).
Sedangkan material logam yang terlarut akan mengendap kembali pada kedalaman yang lebih besar dan
menimbulkan zona pengayaan sekunder.
Pengolahan tembaga
Bijih tembaga dapat berupa karbonat, oksida dan sulfida. Untuk memperoleh tembaga dari bijih yang berupa oksida
dan karbonat lebih mudah dibanding bijih yang berupa sulfida. Hal ini disebabkan tembaga terletak dibagian bawah
deret volta sehingga mudah diasingkan dari bijihnya.
Bijih berupa oksida dan karbonat direduksi menggunakan kokas untuk memperoleh tembaga, sedangkan bijih
tembaga sulfida, biasanya kalkopirit (CuFeS2), terdiri dari beberapa tahap untuk memperoleh tembaga, yakni:
Pengapungan (flotasi)
Proses pengapungan atau flotasi di awali dengan pengecilan ukuran bijih kemudian digiling sampai terbentuk
butiran halus. Bijih yang telah dihaluskan dimasukkan ke dalam campuran air dan suatu minyak tertentu. Kemudian
udara ditiupkan ke dalam campuran untuk menghasilkan gelembung-gelembung udara. Bagian bijih yang
mengandung logam yang tidak berikatan dengan air akan berikatan dengan minyak dan menempel pada gelembung-
gelembung udara yang kemudian mengapung ke permukaan. Selanjutnya gelembung-gelembung udara yang
membawa partikel-partikel logam dan mengapung ini dipisahkan kemudian dipekatkan.
Pemanggangan
Bijih pekat hasil pengapungan selanjutnya dipanggang dalam udara terbatas pada suhu dibawah titik lelehnya guna
menghilangkan air yang mungkin masih ada pada saat pemekatan dan belerang yang hilang sebagai belerang
dioksida.
Campuran yang diperoleh dari proses pemanggangan ini disebut calcine, yang mengandung Cu2S, FeO dan mungkin
masih mengandung sedikit FeS. Setelah itu calcine disilika guna mengubah besi(II) oksida menjadi suatu sanga atau
slag besi(II) silikat yang kemudian dapat dipisahkan. Reaksinya sebagai berikut
Tembaga(I) sulfida yang diperoleh pada tahap ini disebut matte dan kemungkinan masih mengandung sedikit
besi(II) sulfida
Reduksi
Cu2S atau matte yang yang diperoleh kemudian direduksi dengan cara dipanaskan dengan udara terkontrol, sesuai
reaksi
2Cu2S(s) + 3O2(g) ―→ 2Cu2O(s) + 2SO2(g)
Cu2S(s) + 2Cu2O(s) ―→ 6Cu(s) + SO2(g)
Tembaga yang diperoleh pada tahap ini disebut blister atau tembaga lepuhan sebab
mengandung rongga-rongga yang berisi udara.
Elektrolisis
Blister atau tembaga lepuhan masih mengandung misalnya Ag, Au, dan Pt kemudian dimurnikan dengan cara
elektrolisis. Pada elektrolisis tembaga kotor (tidak murni) dipasang sebagai anoda dan katoda digunakan tembaga
murni, dengan elektrolit larutan tembaga(II) sulfat (CuSO4). Selama proses elektrolisis berlangsung tembaga di
anoda teroksidasi menjadi Cu2+ kemudian direduksi di katoda menjadi logam Cu.
Katoda : Cu2+(aq) + 2e ―→ Cu(s)
Anoda : Cu(s) ―→ Cu2+(aq) + 2e
Pada proses ini anoda semakin berkurang dan katoda (tembaga murni) makin bertambah banyak, sedangkan
pengotor-pengotor yang berupa Ag, Au, dan Pt mengendap sebagai lumpur.
Siklus Proses Pengolahan Tembaga
Tembaga diperoleh dari biji tembaga yang disebut chalcopirit. Chalcopirit merupakan campuran Cu 2S dan CuFeS2
dan terdapat dalam tambang-tambang dibawah permukaan tanah. Mula-mula biji tembaga digiling dan dicampur
dengan batu kapur dan bahan fluks silica. Tepung bijih dipekatkan terlebih dahulu sesudah itu dipanggang sehingga
terbentuk campuran FeS, FeO, SiO2 dan CuS. Campuran ini yang disebut kalsin, selanjutnya dilebur dengan batu
kapur sebagai fluks dalam dapur reverberatory. Besi yang larut dalam terak dan tembaga. Besi yang tersisa atau
matte dituangkan kedalam konverter.
Udara dihembuskan kedalam konventer selam 4 atau 5 jam, kotoran-kotoran teroksidasi, dan besi membentuk terak
yang dibuang pada selang waktu tertentu. Panas oksidasi yang dihasilkan cukup tinggi sehingga muatan tetap cair
dan sulfida tembaga akhirnya berubah menjadi oksida tembaga/sulfat. Bila aliran udara dihentikan, oksida kupro
bereaksi dengan sulfida kupro membentuk tembaga blister dan dioksida belerang. Kemurnian tembaga blister adalah
98-99%. Tembaga blister ini dilebur dan dicor menjadi slab, kemudian diolah lebih lanjut secara elektrolitik menjadi
tembaga murni.