PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Menarik diri adalah suatu keadaan pasien yang mengalami ketidakmampuan untuk mengadakan
hubungan dengan orang lain atau dengan lingkungan di sekitarnya secara wajar. Pada pasien dengan perilaku
menarik diri sering melakukan kegiatan yang ditujukan untuk mencapai pemuasan diri, dimana pasien
melakukan usaha untuk melindungi diri sehingga ia jadi pasif dan berkepribadian kaku, pasien menarik diri
juga melakukan pembatasan (isolasi diri), termasuk juga kehidupan emosionalnya, semakin sering pasien
menarik diri, semakin banyak kesulitan yang dialami dalam mengembangkan hubungan sosial dan emosional
dengan orang lain.
Dalam membina hubungan sosial, individu berada dalam rentang respon yang adaptif sampai dengan
maladaptif. Respon adaptif merupakan respon yang dapat diterima oleh norma-norma sosial dan kebudayaan
yang berlaku, sedangkan respon maladaptif merupakan respon yang dilakukan individu dalam menyelesaikan
masalah yang kurang dapat diterima oleh norma-norma sosial dan budaya. Respon sosial dan emosional yang
maladaptif sering sekali terjadi dalam kehidupan sehari-hari, khususnya sering dialami pada pasien menarik
diri sehingga melalui pendekatan proses keperawatan yang komprehensif kami berusaha memberikan asuhan
keperawatan yang semaksimal mungkin kepada pasien dengan masalah keperawatan utama kerusakan interaksi
sosial : menarik diri.
Pada klien dengan menarik diri diperlukan rangsangan/stimulus yang adequat untuk memulihkan
keadaan yang stabil. Stimulus yang positip dan terus menerus dapat dilakukan oleh perawat. Apabila stimulus
tidak dilakukan/diberikan klien tetap dengan menarik diri yang akhirnya mengalami halusinasi, kebersihan diri
kurang dan Aktivitas hidup sehari-hari (ADL) tidak adekuat.
Angka kejadian kasus gangguan hubungan sosial : menarik diri di ruang Arimbi RSJ propinsi Bali di
Bangli pada bulan Desember 2008 adalah 6,6 % dari 60 pasien dengan gangguan jiwa.
Berdasarkan hal-hal diatas, kami mengangkat masalah gangguan hubungan sosial : menarik diri
menjadi laporan akhir praktek klinik keperawatan jiwa guna meningkatkan pengetahuan mahasiswa tentang
gangguan hubungan sosial : menarik diri.
B. Tujuan
Tujuan Umum
Dapat menerapkan proses keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan pasien dengan gangguan
hubungan sosial (menarik diri).
Tujuan Khusus
1. Mahasiswa dapat melakukan pengkajian pada klien dengan gangguan hubungan sosial : menarik diri
2. Mahasiswa dapat merumuskan perencanaan pada klien dengan gangguan hubugan sosial: menarik diri
3. Mahasiswa dapat melaksanankan tindakan keperawatan pada klien dengan gangguan hubungan sosial: menarik
diri
4. Mahasiswa dapat melakukan evaluasi pada klien dengan gangguan hubungan sosial: menarik diri
C. Metode penulisan
Metode penulisan yang digunakan dalam pembuatan tugas ini adalah menggunakan metode deskriptif
studi kasus. dengan teknik pengumpulan data: wawancara, pemeriksaan fisik, studi dokumentasi dan evaluasi.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
1.2. Etiologi
1). Faktor predisposisi
Faktor perkembangan
Kemampuan membina hubungan yang sehat tergantung dari pengalaman selama proses tumbuh kembang.
Setiap tahap proses Tumbang memiliki tugas yang harus dilalui individu dengan sukses, karena apabila tugas
perkembangan diri tidak dapat dipenuhi akan menghambat masa perkembangan selanjutnya, kurangnya
stimulus, kasih sayang, perhatian dan kehangatan dari ibu (pengasuh) pada bayi akan memberikan rasa tidak
nyaman dan dapat menghambat terbentuknya rasa percaya.
Faktor Biologis
Faktor keturunan juga mendukung tingkah laku psikotik bisa terjadi (Skizofrenia).
Faktor Komunikasi
Komunikasi yang hangat dalam keluarga sangat diperlukan, sebab gangguan komunikasi dalam keluarga
merupakan faktor pendukung terjadinya gangguan hubungan sosial.
Faktor Sosial Budaya
Isolasi sosial atau mengasingkan diri dari lingkungan sosial merupakan faktor pendukung terjadinya gangguan
hubungan sosial.
Interdependent
Adalah saling ketergantungan antara individu dengan orang lain dalam membina hubungan interpersonal.
2. 1 Diagnosa Keperawatan
1. Resiko Perubahan sensori perceptual; Halusinasi pendengaran b.d menarik diri.
2. Menarik diri b/d HDR
3. 1Perencanaan Keperawatan
1. Perubahan sensori perceptual; Halusinasi pendengaran b.d menarik diri.
uan Umum : Klien dapat mengendalikan halusinasi
uan Khusus : Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat.
1. Tindakan Keperawatan :
Sapa klien dengan ramah, baik verbal dan non verbal.
Perkenalkan diri dengan baik, ramah dan sopan.
Jelaskan tujuan pertemuan atau hubungan.
Jujur dan menepati janji.
Selalu kontak mata selama interaksi
Tunjukkan sikap simpati dan penuh perhatian kepada klien
Terima klien apa adanya.
Perhatikan kebutuhan dasar klien.
2. Klien dapat mengenali perasaan yang menghabiskan perilaku menarik diri dari lingkungan sosial.
Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri.
Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaan, penyebab klien tidak mau bergaul atau menarik diri.
Diskusikan bersama klien tentang perilaku menarik diri, tanda-tanda serta penyebab yang mungkin.
Beri pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaan.
3. Klien dapat berhubungan sosial dengan orang lain secara bertahap.
Tindakan keperawatan :
Diskusikan tentang keuntungan dan kerugian dari perilaku menarik diri.
Dorong dan bantu klien untuk berhubungan dengan orang lain melalui tahap sebagai berikut :
Rencana tindakan keperawatan:
klien – Perawat
Klien – Perawat – Perawat lain
Klien – Perawat – Perawat lain – Klien lain
Klien – Kelompok kecil
Klien – Keluarga/kelompok/masyarakat.
Beri pujian atas kebersihan yang telah dicapai klien.
Bantu klien mengevaluasi manfaat dari berhubungan sosial dengan orang lain
Diskusikan jadwal harian yang dapat dilakukan klien dalam mengisi waktunya.
Motivasi klien untuk mengikuti kegiatan di ruangan.
Beri pujian atas keikutsertaan klien dalam kegiatan di ruangan.
4. Klien mendapat dukungan keluarga.
Mengembangkan kemampuan klien untuk berhubungan dengan orang lain.
Tindakan keperawatan:
Bina hubungan saling percaya dengan keluarga
Diskusikan dengan anggota keluarga tentang masalah pribadi
Dorong anggota keluarga untuk memberikan dukungan kepada klien untuk berkomunikasi dengan orang lain.
Anjurkan anggota keluarga untuk secara rutin dan bergantian mengunjungi klien minimal 1 x seminggu.
Beri reinforcement positif atas hal-hal yang telah dicapai keluarga.
BAB III
Asuhan Keperawatan
pada Klien Tn.P.S.P dengan Gangguan Hubungan Sosial :
Menarik Diri
di Ruang Arimbi RSJ. Provinsi Bali di Bangli
Tanggal 16-20 Desember 2008
1. Pengkajian
Klien masuk rumah sakit pada tanggal 15 september 2008 dengan keluhan marah-marah, mau mencelakai
orang lain (mengambil batu kemudian dilemparkan ke orang lain dan mengambil sabit untuk menebas semua
orang yang ada disampingnya tetapi klien tidak berbicara sendiri/menyumpah-nyumpah sejak 10 hari yang
lalu.
1.1.2.2 Keluhan utama saat dikaji (tgl 16 desember 2008)
Klien mengatakan hanya mempunyai 1 teman yaitu Tn.S dan klien juga pernah dipukul oleh teman
sekamarnya sehingga mengakibatkan klien tidak mau berteman dengan orang lain. Keadaan klien saat dikaji
klien lebih banyak diam dan menunduk.
Sejak 2 tahun yang lalu keluarga klien mengetahui adanya gangguan jiwa, dimana 1 tahun terakhir
keluarganya mengatakan sakit klien bertambah parah (mengamuk dan mau mencelakai orang lain) sehingga
keluarga merantai kaki klien ditiang rumah (pasung). Selama 2 tahun terakhir keluarga membawa klien
kedukun ± 5x dan diberikan obat tradisional tetapi tidak sembuh.
Keluarga mengatakan keluhan muncul setelah klien putus sekolah karena keterbatasan biaya. Klien dikenal
berprestasi dan biasanya mendapat rangking dikelasnya.klien dikatakan adalah seorang yang pendiam,suka
menyendiri dan mengurung diri di kamar untuk belajar. Keluarga mengatakan klien mempunyai banyak teman
dan beberapa diantara temanya pernah kerumah. Keluarga mengatakan tidak tau apakah klien pernah
bermasalah dengan teman-temannya. Dikeluarga tidak ada yang mengalami gangguan jiwa.
Klien mengatakan tidak pernah menderita gangguan jiwa dimasa lalu tetapi keluarga mengatakan sejak 2 tahun
yang lalu klien mengalami gangguan jiwa dan ±5 kali dibawa ke dukun untuk berobat tetapi tidak berhasil.
Klien mengatakan tidak pernah mengalami kekerasan fisik, seksual, penolakan dan kekerasan dalam keluarga
Klien mempunyai pengalaman dimasa lalu yang tidak menyenangkan dimana klien putus sekolah saat klien
duduk di kelas 2 SMA dan klien merasa malu dengan teman-temannya.
1.1.6 Psikososial
1.1.6.1
Genogram
Keterangan :
: Laki – laki
: Perempuan
: Klien
: Tinggal serumah
: Meninggal
Klien adalah anak pertama dari 2 bersaudara. Klien tinggal serumah dengan orang tuanya. Orang
terdekat dan berarti bagi klien adalah kedua orang tuanya dan adiknya.
1.1.6.2 Konsep diri
b. Identitas klien : klien mengatakan klien adalah anak laki-laki tunggal dari 2 orang bersaudara dank lien merasa
senang terhadap status sebagai anak laki-laki tunggal.
d. Ideal diri : klien mengatakan ingin cepat sembuh dan kembali ke rumah supaya dapat membantu ayahnya
dikebun.
e. Harga diri : klien mengatakan ingin sembuh tetapi tidak ingin bergaul dengan orang lain.
a. Orang yang berarti bagi klien : klien mengatakan dalam hidupnya orang yang berarti adalah kedua orang
tuanya dan adiknya.
c. Klien mengatakan tidak mau bergaul dengan orang lain karena takut dipukul.
1.1.6.4 Spiritual
a. Penampilan
Klien nampak rapi, berpakian seragam berwarna merah muda tetapi sudah 3 bulan tidak mengganti pakaian.
Rambut klien pendek dan rapi.
b. Pembicaraan
Datar, dimana saat perawat menceritakan hal yang lucu tidak nampak perubahan roman wajah.
f. Interaksi selama wawancara
Selama wawancara kontak mata kurang, klien selalu menunduk, tatapan datar, dan ragu – ragu serta berusaha
menghindar. Klien sering terlihat jalan mondar – mandir.
g. Persepsi
Pembicaraan klien saat wawancara tidak berbelit – belit dan menjawab semua pertanyaan yang diberikan
kepada perawat.
j. Tingkat kesadaran
Klien sadar penuh : orientasi terhadap orang, tempat dan waktu jelas.
k. Memori
Klien mampu berhitung saat ditanya 2008 – 1990, klien menjawab 18. Klien dapat berkonsentrasi dimana
pertanyaan yang diajukan oleh perawat langsung dijawab oleh klien.
m. Kemampuan penilaian
Tidak ada masalah. Klien dapat mengambil keputusan antara cuci tangan sebelum makan atau makan terlebih
dahulu baru cuci tangan.
n. Daya tilik diri
Klien menyalahkan hal-hal diluar dirinya dimana klien mengatakan dirinya berada di rumah sakit karena
ayahnya.
a. Makan
Klien makan teratur dengan frekuensi 3 x sehari dengan porsi 1 piring nasi, lauk-pauk, sayur dan buah.
b. Mandi
Klien mengatakan mandi 1x/hari tanpa bantuan orang lain, klien mandi menggunakan sabun tetapi jarang
menyikat gigi.
c. Berpakaian
e. Istirahat – tidur
Klien mengatakan jarang tidur siang dan pada malam hari klien tidur dari jam 19.00 – 06.00. klien tidur
nyenyak.
f. Penggunaan obat
Klien dapat minum obat yang diberikan dengan teratur, yaitu setelah makan pagi dan malam.
g. Saat ditanya tentang kepuasan klien dengan pola makan, klien menjawab puas. Saat makan, klien tidak
memisahkan diri tetapi makan bersama teman-temannya. Frekuensi makan 3x sehari, nafsu makan meningkat.
h. Masalah tidur
Klien mengatakan tidak ada masalah saat tidur, merasa segar setelah bangun tidur. Lama tidur siang ± 1-2 jam
dan tidur malam 6-8 jam.
i. Kemampuan klien dalam :
j. Klien mengatakan sangat menikmati saat bekerja, kegiatan produktif atau hobi karena dapat menghilangkan
stress klien.
Stelazine 2 x 5 mg
Efek
Pohon masalah
Core problem
Causes
No Dx keperawatan Perencanaan
Tujuan Kriteria evaluasi Tindakan keper
1 Resiko Tujuan umum 1.1 Ekspresi wajah bersahabat,
1.1.1. Bina hubungan saling
Klien dapat berinteraksi menunjukkan rasa senang, ada kontak menggunakan prinsip komunik
tinggi secara efektif sehingga tidak mata, mau berjabat tangan, mau Sapa klien dengan ramah bai
gangguan terjadi halusinasi menyebutkan nama, mau menjawab verbal.
Tujuan khusus salam, mau duduk berdampingan Perkenalkan diri dengan sopan
persepsi
dengan perawat, mau mengutarakan Jelaskan tujuan pertemuan
sensori: TUK I: klien dapat membina masalah yang dihadapi. Jujur dan menepati janji
halusinasi;, hubungan saling percaya Selalu kontak mata selama inte
dengan perawat Tunjukkan sikap empati dan p
dengar b.d pada klien
menarik Terima klien apa adanya
diri Perhatikan kebutuhan dasar kli
3. Implementasi
09.00 TUK II
2. Klien dapat mengenal perasaan yang
menyebabkan perilaku menarik diri dari
lingkungan sosial.
Mengkaji pengetahuan klien tentang perilaku
menarik diri dan tanda-tandanya Klien mendengarkan perawat
TUK III
14.00 3. Klien dapat menyebutkan keuntungan
berhubungan dengan orang lain dan
kerugian tidak berhubungan dengan orang
lain.
Mengkaji pengetahuan klien tentang Mendengarkan Perawat
keuntungan berhubungan dengan orang lain
Klien mengangguk.
Klien tersenyum
10. 00 TUK 5
5. Klien dapat mengungkapkan perasaannya
setelah berhubungan dengan orang lain
Memotivasi klien untuk mengungkapkan
perasaannya ketika berhubungan dengan Klien tersenyum dan mengata
orang lain
Berdiskusikan dengan klien tentang perasaan
manfaat berhubungan dengan orang lain Klien tersenyum
Memberi pujian atas kemampuan klien
mengungkapkan perasaannya
antara klien-perawat,
klien- perawat-perawat lain, klien-perawat-
perawat lain-klien lain, klien-keluarga-
kelompok-masyarakat.
Mengkaji kemampuan klien untuk
berhubungan dengan orang lain Klien dapat berinteraksi deng
Membantu klien untuk berhubungan dengan
orang lain melalui tahap Terapi Aktifitas
09.30 Kelompok : Klien kooperatif, berperan ak
- klien-perawat memperkenalkan pasien lain
- klien-perawat-perawat lain
- klien-perawat-perawat lain-klien lain
- klien-kelompok kecil
Memberi pujian atas keberhasilan yang telah
dicapai klien
Klien tersenyum
TUK 5
Membantu klien mengevaluasi manfaat dari
berhubungan dengan orang lain.
Memotivasi klien untuk mengikuti kegiatan
12.00 di ruangan Klien dapat mengidentifik
Memberi pujian atas keikutsertaan klien berhubungan dengan orang l
dalam kegiatan di ruangan.
Menarik diri merupakan usaha menghindari interaksi orang lain yang ditandai dengan sikap
memisahkan diri, tidak ada perhatian, dan tidak sanggup membagi pengalaman orang lain (Stuart & Sundeen
1991). Perilaku menarik diri adalah pencobaan menghindari interaksi dengan orang lain.
(Rowlins,1993).
Pada bab pembahasan ini kelompok akan membahas tentang kasus yang diangkat dan
juga membahas kesenjangan antara teori dan tinjauan kasus yang berkaitan dengan asuhan
keperawatan pada Tn. PSP dengan diagnosa keperawatan gangguan hubungan sosial : menarik
diri di ruang Arimbi RSJ Provinsi Bali di Bangli, pembahasan ini mencakup pengkajian, diagnosa,
perencanaan, implemenrasi dan evaluasi.
A. Pengkajian
Pengkajian dilakukan pada tanggal 16 desember 2008 di Ruang Arimbi RSJ Bangli. Dalam
konsep teori tentang asuhan keperawatan dengan gangguan hubungan sosial : menarik diri.
Pedoman pengkajian dan penerapan didapatkan beberapa gejala pada pasien yaitu : Pasien
menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang lain. Pasien merasa tidak aman berada
dengan orang lain., pasien mengatakan hubungan yang tidak berarti dengan orang lain, pasien
merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu, pasien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat
keputusan, pasien merasa tidak berguna.
Pasien tidak yakin dapat melangsungkan hidup. Dari penampilan pasien : kurang
memperhatikan perawatan diri,pakaian tidak rapih,selerah makan kurang,tidak berani menatap
lawan bicara,lebih banyak diam dan menunduk,bicara lamban dan suara lemah. Pada kasus nyata
Tn. PSP saat pengkajian ditemukan data-data sebagai berikut : Klien mengatakan tidak pernah
mengikuti kegiatan kelompok di masyarakat. Klien mengatakan tidak mau bergaul dengan orang lain
karena takut dipukul,penamilan rapi dan bersih,klien kurang bergaul dengan pasien lain,kontak mata
kurang saat pengkajian,klien hanya bicara jika ditanya perawat dengan jawaban singkat. Dengan
demikian terdapat sedikit perbedaan pada kasus dan teori yaitu penampilan yang bersih dan rapi
mungkin dapat disebabkan oleh adanya perhatian perawat dan rutinitas personal haygiene yang
harus diperhatikan oleh setiap pasien diruangan.
B. Diagnosa Keperawatan
Menurut Keliat B.Anna (1999) dari pohon masalah dirumuskan tiga masalah keperawatan yaitu :
Resiko perubahan persepsi sensori : halusinasi, gangguan hubungan sosial : menarik diri ,harga diri
rendah. Pada kasus nyata terdapat tiga masalah yang sama yaitu : Resiko perubahan persepsi
sensori : halusinas,gangguan hubungan sosial : menarik diri ,harga diri rendah.Yang menjadi
prioritas masalah yaitu gangguan persepsi sensori halusinasi b.d gangguan hubungan sosial :
menarik diri.
C. Perencanan
Berdasarkan diagnosa keperawatan pada Tn. PSP yaitu gangguan persepsi sensori halusinasi b.d
gangguan hubungan sosial : menarik diri. Pada perencanaan keperawatan (Keliat B.Anna (1999))
dilaksanakan sesuai TUM dan TUK. Pada kasus nyata, perencanaan keperawatan dibuat
berdasarkan teori yang ada.
D. Implementasi
Implementasi keperawatan pada TN. PSP dilaksanakan berdasarkan rencana tindakan yang dibuat
sesuai dengan teori dan diimplementasikan serta dimodifikasikan sesuai dengan kondisi pasien.
E. Evaluasi
Evaluasi keperawatan merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan untuk menilai hasil
tindakan keperawatan dan rencana keperawatan sebagai tolak ukur keberhasilan asuhan
keperawatan. Pada kasus Tn. PSP evaluasi dilakukan berdasarkan TUM dan TUK. untuk TUK 1-5
berhasil, sedangkan TUK 6 tidak dilakukan karena tidak adanya kontak antara perawat dan
keluarga.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Menarik diri adalah Percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain dan menghindari
hubungan dengan orang lain. Penyebabnya yaitu ada 2 yaitu: faktor predisposisi dan faktor presipitasi.
Dalam membina hubungan sosial individu berada dalam rentang respon yang adaptif sampai dengan
maladaptif. Respon adaptif merupakan respon yang dapat diterima oleh norma-norma sosial dan kebudayaan
yang secara umum berlaku. Sedangkan respon maladaptif merupakan respon yang dilakukan individu dalam
menyelesaikan masalah yang kurang dapat diterima oleh normal sosial dan budaya setempat.
Proses menarik diri terjadi Pada mulanya klien merasa dirinya tidak berharga lagi sehingga merasa tidak
aman dalam berhubungan dengan orang lain Keadaan ini mengakibatkan klien takut tidak diterima atau ditolak
orang lain, sehingga klien makin menjadi pasif dan kepribadiannya kaku.
Gejala menarik diri sebagai akibat regresi antara lain :Cara berpikir yang artistic seperti anak-anak,
tidak dapat mengendalikan tingkah lakunya pada hal yang seharusnya dapat dikoreksikan dengan adanya
pengaruh realitas, dan tidak mampu membedakan symbol yang biasa dipakai oleh masyarakat.
5.2 Saran
Untuk mahasiswa keperawatan agar lebih banyak belajar dan mempelajari tentang Gangguan
Hubungan Sosial : Menarik Diri agar dapat menguasainya dengan benar sehingga dapat melakukan
asuhan keperawatan yang baik dan benar pada pasien.
DAFTAR PUSTAKA
& Michele T. Laraia. 1998. “Principles and Practice of Psychiatric Nursing”. 6 th Edition, Mosby Company: St. Louis