Anda di halaman 1dari 3

BAB IV

ANALISIS KASUS

Pasien perempuan, berusia 62 tahun datang ke poliklinik bedah RSUD Sobirin Lubuk
Linggau dengan keluhan benjolan di payudara sebelah kanan sejak 1 tahun yang lalu. Pasien
mengeluh muncul benjolan di payudara kanan sejak sekitar 1 tahun lalu. Benjolan awalnya
berukuran seperti kelereng, keras, jumlah satu dan tidak nyeri. Saat ini benjolan berukuran seperti
telur itik, keras, jumlah satu, tidak nyeri dan warna sama dengan kulit sekitar, puting serta kulit
sekitar payudara menjadi lebih tertarik (-). Keluhan keluar cairan dari payudara kanan (-).
Diagnosis benjolan pada payudara Benjolan di sekitar ketiak, leher dan disekitar selangka
disangkal. Keluhan nyeri tulang (-), batuk dan sesak napas (-), nyeri pada perut kanan atas (-), sakit
kepala dan muntah (-).
Dari pemeriksaan fisik didapatkan vital sign dalam batas normal. Adapun pemeriksaan status
lokalis pada regio Mammae dextra didapatkan Inspeksi: peau d’orange (-), kulit kemerahan (-),
retraksi putting susu (-), tampak luka jahitan pasca biopsi. Palpasi: teraba massa (+) mamma
dextra, keras, berbatas tegas, jumlah satu, nyeri tekan (-), terfiksir, nipple discharge (-). Pada regio
axilaris dextra; inspeksi: tidak tampak benjolan dan palpasi: tidak teraba benjolan.
Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik, pasien ini dapat di diagnosis sebagai tumor mammae dextra
suspek ganas. Didiagnosis banding dengan FAM dengan karakteristik benjolannya padat kenyal, dapat
digerakkan dari jaringan sekitarnya, berbatas tegas, pertumbuhannya lambat, tidak ada perubahan pada
kulit, dan tidak disertai rasa nyeri. Diagnosis FCD dapat disingkirkan karena benjolannya biasanya multipel
dan bilateral. Ukurannya dapat berubah, terasa lebih besar, penuh dan nyeri menjelang haid dan akan
mengecil serta nyeri berkurang setelah haid selesai karena FCD dipengaruhi oleh keseimbangan hormonal.
FCD umumnya tidak berbatas tegas kecuali kista soliter dan konsistensinya padat kenyal, dapat pula kistik.
Diagnosis cystosarcoma philloides dapat pula disingkirkan karena pada cystosarcoma philloides tidak
didapati adanya perlekatan pada kulit.
Untuk menegakkan diagnosis pasti kanker payudara maka pasien direncanakan dilakukan
pemeriksaan histopatologi, pada pasien ini hasilnya adalah invasive carcinoma mamma of no special
type (NST) derajat keganasan sedang.
Setelah diagnosis ditegakkan perlu ditentukan stadium dari kanker payudara ini. Penentuan stadium
dilakukan berdasarkan sistem TNM. Untuk tumor primer (T), pada pasien ini didapatkan benjolan yang
berukuran 10 x 5 x 3 cm, tanpa adanya infiltrasi kulit dan dinding dada. Dengan demikian stadium T-nya

1
adalah T3. Untuk nodul (N), pada pasien ini tidak ditemukan nodul pada kelenjar getah bening sehingga
stadium N-nya adalah N0. Untuk metastase (M), dari hasil pemeriksaan fisik tidak didapatkan keluhan baik
yang berasal dari tulang, paru ataupun hati. Hasil foto thoraks menunjukkan gambaran normal. Sehingga,
stadium M-nya adalah M0. Jadi stadium kanker payudara pada pasien ini adalah Stadium IIb (T 3N0M0).
Disarankan untuk dilakukan pemeriksaan USG abdomen untuk melihat ada/tidak proses metastase ke hati.
Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik dicurigai adanya keganasan sehingga dilakukan
pemeriksaan penunjang untuk mengonfirmasi kecurigaan adanya keganasan dan menegakkan
diagnosis, sehingga perlu operasi. Operasi yang dilakukan adalah Simple Mastectomy yaitu
pengangkatan seluruh payudara beserta tumor, kulit di atas tumor dan kompleks puting-areola,
tanpa diseksi kelenjar getah bening aksila.

2
DAFTAR PUSTAKA

1. World Health Organization. Breast cancer : Prevention and Control .2009. Available from :
www.who.int.
2. Ramli, Muchlis. Kanker Payudara. Soelarto Reksoprodjo dkk (editor). Kumpulan Kuliah Ilmu
Bedah. Edisi Pertama. Binarupa Aksara. 1995. Hlm: 342-364.
3. Albar, Zafiral Azdi dkk (editor). Protokol PERABOI 2003. PERABOI. Jakarta. Edisi Pertama.
2004. Hlm: 2-15.
4. Haskell, Charles M. and Dennis A. Casciato. Breast Cancer. Dennis A. Casciato and Berry B.
Lowitz (editors). Manual on Clinical Oncology. Lippincott Williams and Wilkins.
Philadelphia. 2000. Page: 11.
5. Peraboi. 2014. Panduan Penatalaksanaan Kanker Payudara. Jakarta: Divisi Bedah Onkologi
RS Kanker Dharmais.
6. Brunicardi, F. 2018. Schwartz’s Principle of Surgery 10th Edition.
7. De Jong, Wim . Buku Ajar Ilmu Bedah . EGC. Jakarta. Edisi Pertama . 2005 . Hlm : 387-402.
8. DeVita, Vincent T., Lawrence, Theodore S., Rosenberg, Steven A. 2011. DeVita, Hellman,
and Rosenberg’s Cancer: Principles and Practice Oncology 9th Ed.
9. Syamsuhidayat, R., De Jong, W. 2017. Buku Ajar Ilmu Bedah De Jong Edisi 4. EGC.
10. Komite Nasional Penanggulangan Kanker. Panduan Nasional Penanganan Kanker. Versi
2015. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai