Anda di halaman 1dari 8

1.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Sekitar tahun 1960-an banyak insinyur meyakini bahwa sambungan las
pada konstruksi baja dapat menghasilkan suatu struktur yang sangat daktail. Akan
tetapi setelah terjadi gempa Northridge pada tahun 1994 di Amerika Serikat,
banyak bangunan konstruksi baja mengalami kegagalan struktur. Jenis bangunan
baja yang mengalami keruntuhan akibat gempa tersebut sangat bervariasi, mulai
bangunan 1-lantai hingga bangunan 26-lantai, dengan bentang portal dan usia
bangunan yang berbeda-beda. Bangunan yang runtuh tidak hanya dijumpai pada
daerah yang mengalami intensitas gempa yang besar tetapi juga pada daerah yang
intensitasnya lebih kecil. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa keruntuhan
bangunan-bangunan tersebut disebabkan oleh kegagalan sambungan balok-kolom,
baik pada sambungan dengan las maupun dengan baut (AISC 358-05, 2005).
Belajar dari kegagalan tersebut, saat ini mulai dikembangkan beberapa
modifikasi sambungan balok-kolom untuk dapat menjamin suatu struktur lebih
daktail ketika mengalami gempa. Salah satu modifikasi yang dilakukan adalah
dengan menggunakan Reduced Beam Section (RBS). RBS adalah modifikasi pada
balok dengan mengurangi luasan bagian profil baja sejarak tertentu dari koneksi
balok kolom. Penggunaan RBS ini bertujuan untuk menggeser daerah sendi
plastis sehingga terjadi pada profil balok yang dikurangi luasannya (FEMA 350,
2000). Penggunaan RBS ini akan menjamin terjadinya pola keruntuhan yang
diharapkan pada suatu portal bangunan baja, yaitu side sway mechanism (Gambar
1.1).

Gambar 1.1. Side Sway Mechanism

1
Universitas Kristen Petra
Indonesia sendiri merupakan daerah yang rawan gempa. Banyak
bangunan yang juga mengalami kegagalan struktur akibat gempa. Walaupun
bangunan dengan konstruksi baja sendiri belum banyak digunakan, diyakini pada
masa mendatang, bangunan baja akan lebih banyak dijumpai, mengingat
konstruksinya yang relatif lebih ringan dan cepat. Oleh karena itu, desain struktur
yang aman terhadap gempa juga harus dipertimbangkan dalam perencanaan.
Tentunya modifikasi sambungan balok-kolom dengan menggunakan RBS
seharusnya juga dapat diaplikasikan terhadap bangunan baja di Indonesia.
Saat ini belum ada peraturan resmi Indonesia mengenai RBS yang dapat
mengatur secara spesifik mengenai terjadinya sendi plastis akibat gaya gempa
yang sesuai dengan response spectrum peta gempa Indonesia. Sejauh ini, referensi
mengenai penggunaan RBS hanya mengacu pada American Institute of Steel
Construction AISC 358-05 (2005). Adapun bentuk geometri dari Radius Cut RBS
menurut AISC 358-05 (2005) dapat dilihat pada Gambar 1.2. Namun, tentunya
desain modifikasi sambungan ini tetap harus mempertimbangkan peraturan-
peraturan terkait yang berlaku di Indonesia yaitu SNI 03-1729-2002 mengenai tata
cara perencanaan struktur baja untuk bangunan gedung dan SNI 03-1726-2002
mengenai tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk bangunan gedung.

Gambar 1.2. Geometri dari Radius Cut RBS Moment Connection

Penelitian terdahulu berkaitan dengan penggunaan RBS telah dilakukan


oleh Hadinyoto dan Luis (2010). Penelitian tersebut membahas kinerja SRPMK
struktur baja dengan menggunakan RBS pada wilayah 6 peta gempa Indonesia.
Penelitian pada wilayah 2 peta gempa Indonesia dilakukan oleh Limongan dan
Leonata (2010). Kedua penelitian tersebut hanya menggunakan RBS pada salah
satu sumbu ortogonalnya, sedangkan sumbu ortogonal yang lain tidak diperiksa.

2
Universitas Kristen Petra
Analisis gempa yang digunakan adalah gempa yang searah dengan arah ortogonal
pemakaian RBS. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan RBS dapat
lebih menjamin terpenuhinya persyaratan strong column weak beam. Ukuran
profil balok dan kolom yang direncanakan dapat menjadi lebih efisien
dibandingkan SRPMK tanpa RBS. Hal ini dapat dilihat jika membandingkan
dengan penelitian terdahulu oleh Budiharjo dan Santoso (2007) serta Wiyono dan
Yuwono (2008). Tetapi yang perlu mendapat perhatian adalah drift ratio yang
terjadi masih lebih besar daripada yang disyaratkan oleh Vision 2000I (SEAOC,
2005).
Untuk mendapatkan hasil yang lebih komperhensif tentang penggunaan
RBS, maka dilakukan penelitian lebih lanjut. Penelitian ini akan meneliti
mengenai penggunaan RBS pada kedua arah ortogonal bangunan SRPMK.

1.2. Perumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang akan
dibahas dalam penelitian ini adalah :
 Apakah dengan menggunakan RBS pada kedua arah ortogonal bangunan
SRPMK, pola keruntuhan Strong Column Weak Beam yang didesain
berdasarkan SNI 03-1729-2002 pada wilayah 2 dan 6 peta gempa Indonesia
dapat terjamin?
 Bagaimana kinerja SRPMK tersebut? Apakah sudah sesuai seperti yang
diharapkan?
 Bagaimana drift ratio yang terjadi dengan menggunakan RBS pada kedua
arah ortogonal bangunan SRPMK?

1.3. Tujuan Penelitian


Penelitian ini bertujuan untuk :
 Mengevaluasi kinerja penggunaan RBS pada kedua arah ortogonal
bangunan SPRMK baja yang didesain berdasarkan SNI 03-1729-2002 dan
AISC 358-05 terhadap gempa pada wilayah 2 dan 6 peta gempa Indonesia.
 Mengetahui apakah dapat terjamin pola keruntuhan Strong Column Weak
Beam pada penggunaan RBS pada kedua arah ortogonal bangunan SPRMK

3
Universitas Kristen Petra
baja yang didesain berdasarkan SNI 03-1729-2002 pada wilayah 2 dan 6
peta gempa Indonesia.
 Memberikan masukan-masukan untuk SNI mengenai perencanaan struktur
baja untuk bangunan gedung di masa yang akan dating, khususnya yang
menggunakan RBS.

1.4. Ruang Lingkup Penelitian


1.4.1. Jenis dan Tipe Gedung yang Digunakan
 Konfigurasi bangunan yang dipilih adalah beraturan dan tipikal.
 Bangunan 6- dan 10-lantai yang memakai Sistem Rangka Pemikul Momen
Khusus (SRPMK) dengan pelat lantai terbuat dari beton bertulang. Tinggi
lantai pertama 4,0 meter, sedangkan tinggi lantai tipikal di atasnya adalah 3,5
meter. Struktur memiliki 5 bentang arah-x dan-y, panjang masing-masing
bentang adalah 6 meter. Pemilihan bangunan dengan 6- serta 10-lantai yaitu
untuk mewakili medium rise building. Sedangkan panjang bentang dipilih 6
meter, untuk mengefisienkan penggunan profil baja.
 Fungsi gedung untuk perkantoran.
 Desain sambungan menggunakan Reduced Beam Section pada kedua arah
bangunan yang didesain berdasarkan AISC 358-05 (2005).
 Deskripsi bangunan rencana:

Gambar 1.3. Denah Struktur Bangunan 6- dan 10-Lantai

4
Universitas Kristen Petra
 Data mengenai mutu beton dan mutu baja, dapat dilihat pada Tabel 1.1.

Tabel 1.1. Data Mutu Beton dan Mutu Baja


Mutu Keterangan
Mutu beton (fc') 25 MPa
Mutu baja (fy) BJ 37

 Untuk jenis tanah, dianggap semua struktur gedung tersebut berdiri di atas
tanah lunak wilayah 2 dan 6 peta gempa Indonesia yang memiliki respons
spektrum sebagai berikut (Gambar 1.4).

Gambar 1.4. Respons Spektrum Gempa Rencana, Sumber: SNI 1726-03-2002

 Sistem lantai adalah beton bertulang dengan tebal 12 cm, yang didukung oleh
balok anak setiap jarak 3 m untuk arah-x dan -y. Propertis penampang kolom
(Gambar 1.5) simetris 2 arah, sehingga kekakuan struktur relatif sama pada
kedua arahnya.

Gambar 1.5. Penampang Kolom


1.4.2. Jenis Beban-Beban yang Bekerja
 Beban mati dan beban hidup untuk gedung perkantoran sesuai dengan
Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung 1983 (PPIUG 1983).

5
Universitas Kristen Petra
 Beban gempa menggunakan respons spektrum gempa rencana untuk wilayah
2 dan 6 peta gempa Indonesia sesuai dengan SNI 03-1726–2002 yang
diekuivalenkan menjadi beban statis.

1.4.3. Analisis Struktur yang Dilakukan untuk Desain


 Analisis statis untuk beban mati dan beban hidup.
 Analisis statik ekuivalen untuk beban gempa.

1.4.4. Desain Balok dan Kolom


 Digunakan konsep desain Load and Resistance Factor Design (LRFD)
menurut SNI 03-1729-2002 untuk perencanaan balok dan kolom.

1.4.5. Pengujian Kinerja


 Analisis statis pushover non-linier menggunakan bantuan program ETABS
v9.6.0.
 Analisis dinamis time history non-linier menggunakan bantuan program SAP
v11.0.0 dengan rekaman gempa El-Centro 18 Mei 1940 N-S yang
dimodifikasi respons spektrumnya sesuai dengan wilayah 2 dan 6 peta gempa
Indonesia (Lumantarna dan Lukito, 1997). Gempa ditinjau dalam 3 periode
ulang, yaitu 100, 500, dan 1000 tahun.
 Analisis hasil pengujian kinerja struktur bangunan dilakukan berdasarkan
drift ratio dan damage index maksimum bangunan.

6
Universitas Kristen Petra
1.5. Metodologi Penelitian
Start

Permodelan struktur dan preliminary design

Penentuan jenis beban-beban yang bekerja


(beban mati, beban hidup dan beban gempa)

Analisis struktur statis untuk beban mati dan


beban hidup, dan statis ekivalen untuk beban
gempa berdasarkan SNI 03-1726-2002

Perencanaan SRPMK menggunakan RBS berdasarkan SNI 03-1729-2002


dan AISC 358 -05 (2005)

Tidak OK Pemeriksaan Kinerja Batas Layan


dan Batas layan ultimit Struktur

OK
Pengujian kinerja bangunan

Analisis Statis Pushover Non-linier Analisis Dinamis Time History Non-


dengan ETABS v9.6.0 linier dengan SAP v11.0.0.

Evaluasi hasil pengujian meliputi drift ratio dan damage index.

Kesimpulan dan saran

Finish

7
Universitas Kristen Petra
1.6. Sistematika Penulisan
Laporan dari hasil penelitian ini terbagi dalam lima bab, dimana isi dari
masing-masing bab saling berkaitan, sebagai berikut :
Bab 1 : Pendahuluan
Bagian ini menguraikan tentang latar belakang masalah, perumusan
masalah, tujuan penelitian, ruang lingkup pembahasan, metodologi yang
digunakan dan sistematika penulisan.
Bab 2 : Landasan Teori
Dalam bagian ini diuraikan tentang konsep Reduced Beam Section
(RBS), capacity design, performance based design untuk mengetahui
tingkat kinerja struktur, pemodelan struktur dengan menggunakan
ETABS v9.6.0, analisis statis pushover nonlinier dan analisis dinamis
time history nonlinier.
Bab 3 : Prosedur Perencanaan
Dalam bagian ini dijelaskan mengenai informasi umum perencanaan,
contoh perhitungan perencanaan Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus
(SRPMK) dengan Reduced Beam Section (RBS), penjelasan analisis
momen-kurvatur dengan program XTRACT v3.0.3, penjelasan mengenai
analisis pushover dengan program ETABS v9.6.0, dan analisis time
history dengan program SAP v1100.
Bab 4 : Hasil dan Analisis
Bagian ini menampilkan hasil desain dari seluruh bangunan, performance
point dari analisis pushover, simpangan (displacement) dan simpangan
antar tingkat (drift ratio), lokasi sendi plastis yang terjadi, damage index,
matriks kinerja, dan perbandingan berat profil terhadap penelitian
sebelumnya.
Bab 5 : Kesimpulan dan Saran
Bagian ini membahas kesimpulan yang diambil dan saran-saran sebagai
masukan untuk penelitian yang akan datang.

8
Universitas Kristen Petra

Anda mungkin juga menyukai