Chapter 3 PDF
Chapter 3 PDF
PROSEDUR PERENCANAAN
3.1. Umum
Bab ini menjelaskan prosedur perencanaan Sistem Rangka Pemikul
Momen Khusus (SRPMK) yang didesain dengan menggunakan Reduced Beam
Section (RBS) pada kedua arah orthogonal bangunan sesuai SNI 03-1729-2002
dan AISC 358-05. Pembebanan gempa nominal akibat pengaruh gempa rencana
dilakukan dengan metode analisis statik ekuivalen. Selain itu juga dijelaskan
mengenai analisis momen-kurvatur penampang balok dan kolom dengan
menggunakan program XTRACT v3.0.3 (Imbsen dan Chadwell, 2004), analisis
nonlinear static pushover dilakukan menggunakan program ETABS v9.6.0, dan
non linear time history menggunakan program SAP 2000 v11.0.0.
31
Universitas Kristen Petra
y
32
Universitas Kristen Petra
Tabel 3.1 menunjukkan data struktur secara keseluruhan, Gambar 3.3
menunjukkan spesifikasi RBS yang digunakan dalam penelitian ini.
Dalam perhitungan penelitian ini, nilai awal a, b diambil nilai tengah dari
persyaratan geometri AISC 358-05. Sedangkan nilai c diambil sesuai dengan
default program ETABS v9.6.0.
33
Universitas Kristen Petra
3. Tata Cara Perhitungan Struktur Baja untuk Bangunan Gedung, SNI 03-1729-
2002 (Badan Standarisasi Nasional, 2002)
4. Prequalified Connections for Special and Intermediate Steel Moment Frames for
Seismic Applications, AISC 358-05 (AISC,2005)
34
Universitas Kristen Petra
Faktor reduksi gempa maksimum yang mampu dikerahkan Sistem Rangka
Pemikul Momen Khusus (SRPMK) berdasarkan Tabel 3 SNI 03-1726-2002
adalah sebesar 8,5
Beban mati :
Berat sendiri struktur beton bertulang (berat jenis = 2.400 kg/m3)
Beban mati pelat lantai dan atap, meliputi berat spesi (tebal 3 cm) sebesar 63
kg/m2, berat penutup lantai sebesar 24 kg/m2, berat plafond dan
penggantungnya sebesar 18 kg/m2, dan berat ducting sebesar 60 kg/m2
Berat dinding keliling bangunan (kecuali lantai atap) adalah setinggi 3,5 m
dari pasangan bata ½ batu (tebal 15 cm) sebesar 250 kg/m2
Beban hidup :
Untuk pelat lantai (selain lantai atap) sebesar 250 kg/m2
Untuk pelat lantai atap sebesar 400 kg/m2
Berikut dijelaskan mengenai contoh perhitungan perencanaan beban
statik ekuivalen untuk bangunan 6-lantai pada wilayah 6:
a. Menghitung berat total dari bangunan 6-lantai (Wt):
Untuk menghitung berat total bangunan, digunakan reaksi gaya normal kolom
pada tiap - tiap lantai. Gaya normal kolom diambil berdasarkan reaksi
pembebanan 1,0 D + 0,5 L (Tabel 3.2)
35
Universitas Kristen Petra
Tabel 3.2. Reaksi Tekan Kolom pada Bangunan 6-lantai
36
Universitas Kristen Petra
Berdasarkan gaya tekan kolom tiap lantai diketahui berat total tiap lantai
yang akan digunakan untuk mencari gaya geser dasar pada masing-masing lantai.
Berat lantai-6 = = 6.175,40 kN
Berat lantai-5 = 12.953,32 – 6.175,4 = 6.777,92 kN
Berat lantai-4 = 19.770,25 – 12.953,25 = 6.816,93 kN
Berat lantai-3 = 26.711,80 – 19.770,25 = 6.941,55 kN
Berat lantai-2 = 33.653,32 – 26.711,80 = 6.941,25 kN
Berat lantai-1 = 40.690,00 – 33.653,32 = 6.955,68 kN +
Berat total = 40.690,0 kN
Perhitungan gaya geser statik Fi (kN) baik pada arah-x maupun arah-y
T = 1,0413 (diperoleh dari hasil analisis ETABS v9.6.0)
C = 0,91 (Gambar 2 SNI 03-1726-2002)
I = 1 (Tabel 1 SNI 03-1726-2002)
R =8,5 (Tabel 3 SNI 03-1726-2002)
Dari persamaan SNI 03-1726-2002 dapat dihitung besar gaya geser dasar sebagai
berikut:
C I Wt
V=
R
0,91 1 10.690,0
V= = 4.358,64 kN
8,5
Kemudian gaya geser dasar tersebut disebar pada masing-masing lantai
berdasarkan berat dan ketinggian lantai (Tabel 3.3)
37
Universitas Kristen Petra
3.3.2. Pemeriksaan Kinerja Batas Layan dan Kinerja Batas Ultimit
Struktur
Persyaratan kinerja batas layan
Syarat drift maksimum untuk struktur lantai dengan h = 4 meter adalah
0,03 0,03
harga yang terkecil dari = = 0,003529 atau 30 mm / h1 = 30/4.000 =
R 8,5
0,0075. Dari antara 2 nilai tersebut diambil nilai drift maksimum = 0,003529.
Sedangkan syarat drift maksimum untuk struktur lantai dengan h = 3,5
0,03 0,03
meter adalah harga yang terkecil dari = = 0,003529 atau 30 mm / h1 =
R 8,5
30/3.500 = 0,008571. Dari antara 2 nilai tersebut diambil nilai drift maksimum =
0,003529.
Displacement dan simpangan antar lantai (drift) bangunan 6-lantai akibat
beban gempa nominal arah-x struktur ditampilkan pada Tabel 3.4. Pada penelitian
ini, displacement dan drift bangunan arah-y akibat gempa nominal arah-y simetris
dengan arah-x.
Tabel 3.4. Displacement dan Drift Maksimum Bangunan 6-lantai pada Arah-x
Struktur Akibat Beban Gempa Nominal Arah-x
38
Universitas Kristen Petra
Dari Tabel 3.4 di atas dapat dilihat bahwa tidak ada drift lantai yang
melampaui syarat drift maksimum, sehingga dapat dikatakan bahwa gedung telah
memenuhi syarat kinerja batas layan.
Sedangkan berdasarkan SNI 03-1729-2002, syarat drift untuk kolom
dengan analisis orde pertama akibat beban sementara adalah 1/200 atau 0,005.
Adapun harga tersebut masih lebih besar dibandingkan persyaratan drift
berdasarkan SNI 03-1726-2002.
39
Universitas Kristen Petra
58,91 mm. Harga tersebut tidak melampaui persyaratan kinerja batas ultimit
maksimum yakni 0,02 kali tinggi tingkat = 0,02 x 3.500 = 70 mm.
Dari Tabel 3.8 di atas dapat dilihat bahwa tidak ada simpangan lantai
yang melampaui syarat simpangan maksimum kondisi ultimit, sehingga dapat
dikatakan bahwa gedung telah memenuhi syarat kinerja batas ultimit.
Perhitungan gaya gempa statik dan displacement untuk bangunan 10-
lantai dapat dilihat pada Lampiran 1.
Balok Induk
Lantai Balok Anak
Eksterior Interior
Lantai-1 WF 450×200×9×14 WF 450×200×9×14
Lantai-2
WF 500×200×10×16 WF 500×200×10×16
Lantai-3
WF 250×125×6×9
Lantai-4 WF 450×200×9×14 WF 450×200×9×14
Lantai-5 WF 400×200×8×13 WF 400×200×8×13
Lantai-6 WF350×175×7×11 WF350×175×7×11
Kolom
Lantai
Eksterior Interior Sudut
Lantai-1 K 700×300×13×24 K 700×300×13×24 K 600×200×11×17
Lantai-2 K 700×300×13×24 K 700×300×13×24 K 600×200×11×17
Lantai-3 K 700×300×13×24 K 700×300×13×24 K600×200×11×17
Lantai-4 K 588×300×12×20 K 588×300×12×20 K 500×200×10×16
Lantai-5 K 588×300×12×20 K 588×300×12×20 K 400×200×8×13
Lantai-6 K 400×200×8×13 K 400×200×8×13 K 400×200×8×13
40
Universitas Kristen Petra
3.4.1. Perencanaan Balok Anak
Sebagai contoh dijelaskan mengenai perhitungan balok anak 6 meter
lantai-6. Profil yang digunakan adalah WF 250×125×6×9. Spesifikasi profil dapat
dilihat pada Tabel 3.8.
170 170
pf = = 10,97
fy 240
Badan ( web )
Nu
= 0 < 0,125
N y
h = d - 2 × tf - 2 × r = 250-2×9-2×12 = 208 mm
h 208
= = 34,67
tw 6
1.680 1.680
p = = 108,44
fy 240
41
Universitas Kristen Petra
Mnx = Mpx = 87,815 kNm
(SNI 03-1729-2002 pasal 8.2.3)
E
Lp = 1,76 iy (SNI tabel 8.3-2)
fy
2 10 5
= 1,76 × 28 × = 1419 mm
240
L = 3.000 mm
fL = fy – fr = 240 – 70 = 170 MPa
E = 2 x 105 MPa
G = 80.000 MPa
J = 77454 mm4
A = 3765,84 mm2
14782
= 28 × ( ) 1 1 1,72 10 -4 170 2 = 4505 mm
170
L = 3.000 mm
Lp = 1419 mm
Lp < L < Lr maka termasuk bentang menengah
42
Universitas Kristen Petra
12,5M max
Cb =
2,5M max 3M A 4M B 3M c
Momen diambil akibat pembebanan 1,2D +1,6L
Cb = 12,5 M max
3 1 1 1 3 1
2,5M max 3 ( - )M max 4 ( - )M max 3 ( - )M max
32 12 8 12 32 12
Cb = 1,563
Lr L
Mnx = Cb (Mr + (Mp – Mr)( )) (SNI pasal 8.3.4)
Lr Lp
4,505 3
= 1,563 (55,212 + (87,815 – 55,212)( ))
4,505 1,419
= 111,11 kNm > Mp = 87,815 kNm
Mnx = 87,815 kNm
h 250 knE
= = 34,67 1,1 = 71,04 (SNI 03-1729-2002 pasal 8.8-2.a)
tw 6 fy
5 5
kn = 5 + =5+ = 5,01
(a ) 2
(3.000 )2
h 208
h = 350 - 2 × tf - 2 × r = 250-2×9-2×12 = 208 mm
34,67 < 71,04 plastic buckling in shear
Menurut pasal 8.8-3.a SNI 03-1729-2002 besar kapasitas geser nominal adalah
sebagai berikut:
43
Universitas Kristen Petra
ФVn = 0,9 × 0,6 × fy × Aw
= 0,9 × 0,6 × 240 × (250 × 6)
= 194,4 kN > Vu = 65,30 kN
72,46 10 6 65,3 10 3
0,625 = 1,127 ≤ 1,375 (OK)
79,033 10 6 194,4 10 3
f. Batas-batas Lendutan
Menurut pasal 6.4.3 SNI 03-1729-2002, batas lendutan untuk balok biasa adalah
L/240 = 6.000/240 = 25 mm. Dari hasil perhitungan ETABS v9.6.0 didapatkan
hasil lendutan untuk balok anak dengan kombinasi pembebanan 1,0 D + 1,0 L
adalah sebesar 16 mm < 25 mm.
44
Universitas Kristen Petra
A B C D E F G H I J K
11
10
Gambar 3.5. Tampak Atas Balok Induk dan Kolom yang Digunakan untuk
Contoh Perhitungan pada Bangunan 6-lantai Wilayah 6
A C E G I K
Gambar 3.6. Denah Potongan Balok Induk dan Kolom yang Digunakan untuk
Contoh Perhitungan pada Bangunan 6-lantai Wilayah 6
45
Universitas Kristen Petra
Profil balok induk terpakai adalah WF 500×200×10×16. Spesifikasi
profil dapat dilihat pada Tabel 3.9.
A B
A B
a b
| | |
Gambar 3.7. Tampak Atas Penampang Balok Induk dengan Menggunakan RBS
46
Universitas Kristen Petra
Badan ( web )
Berdasarkan kombinasi pembebanan 1,2D + 1,6L diperoleh Nu= 0 kN
Nu
= 0 < 0,125
N y
h = d - 2 × tf - 2 × r = 500-2×16-2×20 = 468 mm
h 468
w = = 46,8
tw 10
E
Lp = 1,76 iy (SNI 03-1729-2002 tabel 8.3-2)
fy
2 10 5
= 1,76 × 43 × = 2.199 mm
240
L = 3.000 mm
fL = fy – fr = 240 – 70 = 170 MPa
E = 2 × 105 MPa
G = 80.000 MPa
J = 702.133 mm4
A = 11.424 mm2
47
Universitas Kristen Petra
X1
1 1 X2 x fL
2
Lr = iy (SNI 03-1729-2002 tabel 8.3-2)
fL
13.134,08
= 43×( ) 1 1 2,911 10 -5 170 2 = 6.743,3 mm
170
L = 3.000 mm
Lp = 2.199 mm
Lp < L < Lr maka termasuk bentang menengah
Lr L
Mnx = Cb (Mr + (Mp – Mr)( )) (SNI pasal 8.3.4)
Lr Lp
6,7433 3,00
= 1,13×(325,865 + (522,076 – 325,865)( ))
6,7433 2,199
= 632 kNm > Mp = 318,49 kNm
Mnx = 550,849 kNm
48
Universitas Kristen Petra
Dari kombinasi tersebut diperoleh Mu = 242,32 kNm. Berdasarkan pengaruh
kekompakan penampang dan pengaruh tekuk lateral maka diambil nilai Mn =
550,849 kNm, ФMn = 0,9 × 550,849 = 495,764 kNm. maka Mu = 242,32 kNm <
ФMn = 495,764 kNm (SNI 03-1729-2002 pasal 8.1.1)
h 468 knE
= = 46,8 1,1 = 71,72 (SNI 03-1729-2002 pasal 8.8-2.a)
t w 10 fy
5 5
kn = 5 + =5 + = 5,102
(a ) 2
(3.000 )2
h 468
h = d - 2 × tf - 2 × r = 500-2×16-2×20 = 468 mm
46,8 < 71,72 plastic buckling in shear
Menurut pasal 8.8-3.a SNI 03-1729-2002 besar kapasitas geser nominal adalah
sebagai berikut:
ФVn = 0,9 × 0,6 × fy × Aw
= 0,9 × 0,6 × 240 × 500 × 16
= 648 kN > Vu = 129,89 kN
a. Batas-batas Lendutan
Menurut pasal 6.4.3 SNI 03-1729-2002, batas lendutan untuk balok biasa adalah
L/240 = 6.000/240 = 25 mm. Dari perhitungan ETABS v9.6.0 didapatkan hasil
lendutan untuk balok anak L=6m untuk kombinasi pembebanan 1,0 D + 1,0 L
adalah sebesar 3,48 mm < 25 mm
49
Universitas Kristen Petra
b. Pada Potongan B-B
b.1. Kapasitas Momen Arah Sumbu-x pada Bagian RBS
Sayap ( flange)
b 200 2 40
f = = 3,75
2 tf 2 16
135 135
pf = = 8,714
fy 240
λf < λpf (sayap kompak)
Badan ( web )
Berdasarkan kobinasi pembebanan 1,2D + 1,6L diperoleh Nu= 0 kN
Nu
= 0 < 0,125
N y
h = d - 2 × tf - 2 × r = 500-2×16-2×20 = 468 mm
h 468
w = = 46,8
tw 10
1.365 1,54 N u 1.365
pw 1 = 1 1,54 0 = 88,110
f y N y 240
λw < λpw ( badan kompak )
50
Universitas Kristen Petra
Dengan Mf merupakan momen pada muka tumpuan akibat amplifikasi
perpindahan momen plastis pada bagian RBS dan Mpe merupakan momen plastis
pada bagian muka tumpuan.
Mpe = Zb × Ry × Fy
Mpe = 2175×103 × 1,5 × 240 = 783,115 kNm
2M pr wuL w L
VRBS = + , di mana u adalah gaya geser pada bagian RBS akibat
L 2 2
pembebanan 1,2D + 0,5L ± 0,2S. Dengan menggunakan program ETABS v9.6.0
w L
diperoleh u = 95,980 kN
2
2 672,105
VRBS = + 95,980 = 371,66 kN
4,675
Mf = Mpr + VRBS × Sh
Mf = 672,105 + 371,66 × (125 + 0,5 ×375) /1000 = 788,249 kNm
Mf > Mpe (not OK)
Karena Mf >Mpe, maka nilai a,b,c pada RBS harus diubah. Perubahan terlebih
dahulu dilakukan dengan memperkecil nilai a dan b. Jika masih belum memenuhi,
maka selanjutnya nilai c diperbesar.
Dalam contoh perhitungan balok induk pada bangunan ini, cukup dengan
memperkecil nilai a dan b saja. Sedangkan nilai c tidak perlu diperbesar.
a = 0,5 × bf = 0,5 × 200 = 100 mm
b = 0,65 × d = 0,65 × 500 = 325 mm
51
Universitas Kristen Petra
Dengan langkah-langkah perhitungan yang sama seperti point b.2 di atas, ternyata
diperoleh nilai Mf = 768,085 kNm < Mpe (783,115 kNm) (OK)
Badan ( web )
Berdasarkan kobinasi pembebanan 1,2D + 1,6L diperoleh Nu= 1972,74 kN
Nu 1972,74 1.000
= = 0,21 > 0,125
N y 0,85 45583 240
h = d - 2 × tf - 2 × r = 700-2×24-2×28 = 596 mm
h 596
w = = 45,85
tw 13
Nilai λpw diambil yang terbesar antara 2 nilai berikut:
500 N pw
665
pw 2,33 u
f y N y fy
665
500
2,33 0,21
240 240
= 68,35 = 42,93
52
Universitas Kristen Petra
λpw = 68,35
λw < λpw ( badan kompak )
Jadi profil WF700×300×13×24 berpenampang kompak.
Mnx = Mpx= 1.765,39 kNm
E
Lp = 1,76 iy (SNI 03-1729-2002 tabel 8.3-2)
fy
2 10 5
= 1,76 × 212,3 × = 10.785,51 mm
240
L = 4.000 mm
fL = fy – fr = 240 – 70 = 170 MPa
E = 2 × 105 MPa
G = 80.000 MPa
J = 6.475.042 mm4
A = 45.583 mm2
53
Universitas Kristen Petra
Kapasitas momen arah sumbu-x
Mr = Sx (fy – fr) = 5.869.105 × (240 – 70) = 733,638 kNm
12,5M MAX
Cb =
2,5M MAX 3M A 4M B 3M c
Untuk mempermudah penelitian ini, maka nilai Cb langsung diambil
kemungkinan nilai terkecil yang dapat dihasilkan secara teoritis pada
elemen struktur kolom, yaitu sebesar 2,3.
Lr L
Mnx = Cb (Mr + (Mp – Mr)( )) (SNI pasal 8.3.4)
Lr Lp
68.237,15 3.500
= 2,3 × (733,638 + (1.765,39– 733,638)( ))
68.237,15 10.785,51
= 4.361,32 kNm > Mp = 1.765,39 kNm
Mnx = 1.765,39 kNm
4m
54
Universitas Kristen Petra
pada lt. 1 adalah WF450×200×9×14, dengan I× = 32.259×104 mm4 dan L=6.000
mm Arah tekuk kolom interior dapat dilihat pada Gambar 3.9.
Ic
Lc 2.054.187 10 4 2.054.187 10 4 2 46.036 10 4
GA= = / = 7,649
Ib 3.500 3.500 6.000
Lb
Ic
Lc 2.054.187 10 4 2.054.187 10 4 2 32.259 10 4
GB= = / = 10,234
Ib 4.000 3.500 6.000
Lb
Kc (AB) = 4,2
Lkx = 4.000 × 4,2 = 16.800 mm
L fy
λcx = × (SNI 03-1729-2002 pasal 7.6.2)
ix E
16.800 240
= × = 0,764
212,3 2 10 5
Penelitian ini hanya meninjau kelangsingan kolom dalam arah-x penampang (λcx),
sehingga:
λc = λcx = 0,764
1,43
0,25<λc<1,2 ω= = 1,313
1,6 0,67c
fy 240
Nn = Ag × = 45.538 × = 8.323,78 kN
1,313
55
Universitas Kristen Petra
Mu7 = 0.9 (MDx + MDy) + 1.0 (MEXx+ MEXy) + 0.3 (MEYx + MYy)
Mu8 = 0.9 (MDx + MDy) - 1.0 (MEXx+ MEXy) - 0.3 (MEYx + MYy)
Mu9 = 0.9 (MDx + MDy) + 1.0 (MEYx + MYy) + 0.3 (MEXx+ MEXy)
Mu10 = 0.9 (MDx + MDy) - 1.0 (MEYx + MYy) - 0.3 (MEXx+ MEXy)
Berikut ini adalah contoh perhitungan interaksi persamaan balok dan kolom
untuk kombinasi pembebanan 1.2 (MDx + MDy) + 1.0 × 0.5 (MLx + MLy) + 1.0
(MEXx+ MEXy) + 0.3 (MEYx + MYy) menurut persamaan 7.4.3.3 SNI 03-1729-2002.
Rumus interaksi:
Nu 8 M ux M uy
+ ( + )≤1 (SNI 03-1729-2002 pasal 11.3)
N n 9 b M nx b M ny
1972,74 8 233,6304 87,706
+ ( + )≤1
0,85 8232,78 9 0,9 1765,39 0,9 1765,39
0,462 < 1 (OK)
56
Universitas Kristen Petra
Gaya aksial terfaktor pada kolom adalah: (akibat kombinasi 1,2D+1,6L)
Kolom lantai 2 (atas) = -1.960,06 kN
Kolom lantai 3 (bawah) = -1.593,79 kN
N uc
ΣM*pc = Σ Zc (fyc - )
Ag
1.960,06 10 3 1.593,79 10 3
= 7.355.786 × (240 - ) + 7.355.786 × (240 - )
45.583 45.583
= 2.955,242 kNm
M *
pc
=
2.955,242
= 1,71 > 1 (OK)
M *
pb 1.723,898
57
Universitas Kristen Petra
Gambar 3.9. Input Awal XTRACT v3.0.3
58
Universitas Kristen Petra
dengan RBS spesifikasi penampang yang digunakan adalah bagian minimum dari
penampang RBS (Gambar 3.11).
Draw shape mode
Pada program XTRACT v3.0.3 ini tidak ada pilihan jenis bentuk yang
sesuai dengan king cross . Oleh karena itu, untuk menggambar penampang kolom,
perlu ditambahkan profil T yang dirotasikan pada sisi kiri dan kanan badan I-WF
XTRACT v3.0.3 akan memberikan nilai default untuk ukuran mesh
(mesh size). Hasil mesh penampang yang sesuai dengan default XTRACT v3.0.3
akan langsung ditampilkan seperti terlihat pada Gambar 3.12.
59
Universitas Kristen Petra
Keakuratan analisis momen-kurvatur dapat ditingkatkan dengan
memperkecil ukuran elemen dengan opsi “discretize”. Nilai minimum mesh size
adalah suatu nilai batas di mana XTRACT v3.0.3 mampu membuat mesh
penampang tanpa mengeluarkan “warning error”. Contoh melakukan remesh dan
hasil discretize yang lebih halus dapat dilihat pada Gambar 3.13.
Pada “moment curvature loading” untuk profil balok dengan RBS input
yang harus diisikan meliputi:
1. General:
Loading name, diisi sesuai dengan keinginan pemakai
On section, diisi sesuai dengan profil yang akan dihitung
2. Applied First Step Loads:
Axial load, diisi nol
Mxx dan Myy diisi nol
60
Universitas Kristen Petra
3. Pada analisis momen kurvatur sumbu lokal-x penampang, dipilih opsi
“moment about the x-axis (Mxx)” pada incrementing loads. Penjelasan cara
pengisian dapat dilihat pada Gambar 3.15. di bawah ini.
61
Universitas Kristen Petra
Gambar 3.17. Tampilan Hasil “Moment Curvature Loading”
62
Universitas Kristen Petra
Mxx dan Myy, diisi nol
3. Pada analisis momen kurvatur sumbu lokal-x penampang, dipilih opsi
“moment about the x-axis (Mxx)” pada incrementing loads
Gambar 3.18. Model SRPMK 6-lantai Wilayah 6 pada Program ETABS v9.6.0
63
Universitas Kristen Petra
Gambar 3.19. Model RBS dengan Menggunakan Program ETABS v9.6.0
64
Universitas Kristen Petra
Local 2-axis
Minor axis
Major Direction
Local 3-axis
Major axis
Minor Direction
M (3.1)
EI
bM
dx (3.2)
a EI
M (3.3)
l
EI p
keterangan :
Ф = kurvatur EI = kekakuan
θ = rotasi lp = plastic hinge length
M = momen
Pada Persamaan 3.2 tampak bahwa rotasi merupakan hasil integrasi M/EI
pada daerah sepanjang sendi plastis. Dengan mengasumsi bahwa momen di
65
Universitas Kristen Petra
sepanjang sendi plastis adalah konstan, maka diperoleh Persamaan 3.3 sehingga
rotasi merupakan hasil perkalian antara kurvatur dengan plastic hinge length.
Panjang sendi plastis untuk struktur baja, untuk balok diambil sebesar 0,5 h profil
sesuai dengan FEMA 350, sedangkan untuk kolom diambil sebesar h profil.
Berikut ditampilkan contoh input data hinge properties untuk profil
WF400×200×8×13 (Gambar 3.21).
350
250 C, D, E
B
150
Momen (kNm)
50
-50 A
-150
C, D, E B
-250
-350
-1.6 -1.2 -0.8 -0.4 0.0 0.4 0.8 1.2 1.6
Rotasi (Radian)
66
Universitas Kristen Petra
total plastic rotation (θu - θy).
Titik LS Titik di mana plastic rotation mempunyai nilai sebesar 0,333
dari total plastic rotation (θu - θy).
Titik SS Titik di mana plastic rotation mempunyai nilai sebesar 0,5 dari
total plastic rotation (θu - θy).
Penentuan titik IO, LS, dan SS ini disesuaikan dengan kriteria damage
index berdasarkan FEMA 350 dimana untuk level Immediately Occupancy,
damage index mempunyai nilai antara 0,1-0,333. Untuk level Life Safety, damage
index mempunyai nilai antara 0,333-0,5. Untuk level Structural Stability, damage
index mempunyai nilai antara 0,5-1,0.
67
Universitas Kristen Petra
Gambar 3.22. Input Hinge Properties untuk Profil Balok WF400×200×8×13
= 17,57
y 0,333 ( u y )
Life Safety = (3.7)
y
= 0,00770 0,333 (1,2843 0,00770)
0,00770
= 56.24
y 0,5 ( u y )
Collapse Prevention = (3.8)
y
0,00770 0,5 (1,2843 0,00770)
=
0,00770
= 83,86
68
Universitas Kristen Petra
3.6.2.2. Pendefinisian “Non-linear Hinge Properties” Kolom.
Data hinge properties untuk elemen kolom adalah model P-M2-M3, yang
mempunyai arti bahwa terjadinya sendi plastis ditentukan oleh interaksi gaya
aksial (P) dan momen (M) sumbu lokal-2 dan sumbu lokal-3. Posisi sumbu lokal-
2 dan sumbu lokal-3 pada kolom dapat dilihat pada Gambar 3.23:
69
Universitas Kristen Petra
Secara teoritis, grafik moment-rotation untuk penampang kolom lebih
sulit untuk ditentukan. Hal ini disebabkan karena gaya aksial yang bekerja pada
kolom selalu berubah-ubah ketika bangunan dibebani oleh beban gempa. Ketika
gaya aksialnya berubah, maka grafik moment-rotation pun ikut berubah. Untuk
itu, pada penelitian ini dipakai gaya aksial yang sesuai dengan kombinasi
pembebanan ketika terjadi gempa berupa beban statis sebesar 1,2D + 0,5L dalam
penentuan grafik moment-rotation untuk kolom. Sedangkan untuk penentuan
tegangan leleh kolom diambil sebesar 240 MPa.
Prosedur perhitungan dan penentuan koordinat titik A, B, C, D, E, IO,
LS, CP untuk input hinge properties kolom sama dengan pada balok. Perbedaan
yang ada hanya pada panjang sendi plastis saja yaitu diambil sebesar h profil.
Gambar 3.25. Tampilan Input Letak Sendi Plastis Balok dan Kolom
70
Universitas Kristen Petra
3.6.2.4. Kondisi Pembebanan Pushover
Pada “static nonlinear pushover case” dibuat dua macam kondisi
pembebanan, di mana yang pertama adalah pembebanan akibat beban gravitasi.
Dalam studi ini, kombinasi pembebanan yang digunakan adalah 1,2D+0,5L
(sesuai dengan kombinasi yang dipakai dalam analisis momen-kurvatur dengan
program XTRACT v3.0.3). Setelah kondisi pertama selesai dijalankan,
pembebanan bangunan dilanjutkan dengan kondisi kedua, yakni akibat beban
lateral. Pola beban lateral yang mewakili gaya inersia bangunan akibat gempa ini
berupa beban terpusat yang menangkap pada pusat massa tiap lantai, yang
diperoleh dari analisis statik ekuivalen. Arah pembebanan beban lateral dilakukan
searah dengan sumbu utama bangunan.
Pada “static nonlinear pushover case” untuk beban gravitasi, dipilih
“push to load level defined by pattern” karena beban gravitasi yang akan bekerja
sudah diketahui besarnya melalui perhitungan. Contoh input pushover case untuk
beban gravitasi dapat dilihat pada Gambar 3.26 berikut ini:
71
Universitas Kristen Petra
angsur hingga mencapai target displacement yang diinginkan, dalam hal ini pola
pembebanan yang dipakai adalah akibat beban gempa statik ekuivalen (EX),
target displacement yang ingin dicapai diambil sesuai dengan default program
ETABS v9.6.0 yaitu sebesar 0,04 kali tinggi bangunan total. Pada penelitian ini,
pushover case untuk beban lateral akibat gempa arah-x diberi nama “PUSHX”.
Efek non-linier geometri dan material dari struktur diberikan melalui P-Δ effect
dan hubungan antara moment-rotation dari penampang elemen struktur yang telah
di-input-kan. Untuk "unloading method" pada penelitian ini digunakan "apply
local redistribution" yang artinya beban akan ditransfer ke elemen di sebelahnya
apabila suatu elemen-A mengalami sendi plastis, namun elemen-A tersebut masih
tetap menerima pembebanan. Contoh input pushover case untuk beban lateral
dapat dilihat pada Gambar 3.27.
72
Universitas Kristen Petra
3.6.2.5. Analisis Kinerja Struktur dari Hasil Analisis Statis Pushover Non-
Linier
Program ETABS v9.6.0 dapat menampilkan hasil analisis berupa static
pushover curve. Untuk mengetahui performance point dari struktur akibat gempa
periode ulang 100, 500 dan 1000 tahun, maka diperlukan data berupa CA dan CV
dari masing-masing gempa periode ulang tersebut. Besar nilai CA didapat dari
nilai Peak Ground Acceleration. Peak Ground Acceleration (PGA) ialah
percepatan muka tanah maksimum pada suatu wilayah untuk gempa rencana
periode ulang 500 tahun. PGA untuk tiap wilayah gempa dan jenis tanah telah
ditentukan pada SNI 03-1726-2002 (Badan Standarisasi Nasional, 2002). Pada
wilayah 6 peta gempa Indonesia, untuk jenis tanah lunak, besarnya CA = 0,38 dan
CV = 0,95. Harga CA dan CV ini kemudian di-input-kan ke dalam program ETABS
v9.6.0 sehingga didapatkan performance point. Berikut ditampilkan contoh input
pada program ETABS v9.6.0 untuk mengetahui performance point akibat gempa
periode ulang 500 tahun (Gambar 3.28)
73
Universitas Kristen Petra
SNI 03-1726-2002 hanya memberikan harga CA dan CV untuk gempa
dengan periode ulang 500 tahun saja. Oleh karena itu, untuk mengetahui besarnya
CA dan CV untuk gempa dengan periode ulang 100 tahun dan 1000 tahun,
digunakan faktor PGA. Faktor PGA adalah perbandingan PGA untuk gempa
dengan suatu periode ulang tertentu terhadap PGA untuk gempa dengan periode
ulang 500 tahun. Pada penelitian ini digunakan faktor PGA untuk wilayah 3 peta
gempa Indonesia (Susila, I.G.M, Seismic Microzonation and Site Specific
Response Analysis for Denpasar, 2000) seperti pada Gambar 3.30. Digunakannya
faktor PGA untuk wilayah 3 peta gempa Indonesia ini disebabkan karena tidak
diketahuinya faktor PGA untuk wilayah 6 peta gempa Indonesia. Kurva faktor
PGA dapat didekati dengan persamaan regresi :
y = x / (110,1304479 + 0,8808431 x – 0,0002063 x2) (3.9)
ketengan:
y = nilai faktor PGA
x = periode ulang gempa (tahun)
Nilai CA dan CV untuk gempa dengan periode ulang 1000 tahun di
wilayah 6 peta gempa Indonesia dengan jenis tanah lunak adalah 1,2744 x 0,38 =
0,484 (CA) dan 1,2744 x 0,95 = 1,211 (CV). Nilai ini lalu dimasukkan untuk
mengetahui performance point gempa dengan periode ulang 1000 tahun. (Gambar
3.29)
74
Universitas Kristen Petra
Setelah mengetahui nilai performance point, maka dicari pada step ke
berapa struktur mencapai performance point. Hal ini dapat diketahui dengan
mengeluarkan ”display table”. Untuk gempa periode ulang 500 tahun step yang
paling mendekati nilai-nilai performance point adalah step 51 (Gambar 3.30),
maka kemudian struktur didorong sampai step 5 untuk mengetahui bagaimana
kinerja bangunan terhadap gempa rencana yaitu gempa dengan periode ulang 500
tahun pada wilayah gempa 6. Hasil pushover bangunan 6 lantai gempa 500 tahun
ini dapat dilihat pada Gambar 3.31.
Gambar 3.30. Step yang Paling Mendekati Performance Point Gempa 500 Tahun
3.7. Analisis Dinamis Nonlinier Riwayat Waktu dengan SAP 2000 v11.0.0
3.7.1 Model Struktur
Pada program SAP 2000 v11.0.0 tidak ada fasilitas khusus untuk dapat
langsung memodelkan RBS pada balok induk seperti pada program ETABS
v9.6.0. Oleh karena itu, untuk mendapatkan karakteristik struktur yang identik
75
Universitas Kristen Petra
dengan keadaan sebenarnya, maka pemodelan pada section RBS dibuat
menggunakan WF yang pada bagian sayapnya dikurangi secara linier tanpa radius
coakan (gambar 3.32). Untuk mendapatkan hasil analisis struktur yang mendekati
dengan hasil analisis menggunakan program ETABS v9.6.0, maka dilakukan
beberapa percobaan trial and error terlebih dahulu sehingga diperoleh lebar sayap
yang sesuai. Setelah dilakukan beberapa percobaan terhadap seluruh tipe WF yang
digunakan maka di tetapkan besarnya c adalah 0.11 dari bf. Sedangkan besarnya
nilai a dan b sama seperti yang dimodelkan pada program ETABS v9.6.0.
c = 0,11 bf
a b
Gambar 3.32. Pemodelan RBS pada Program SAP 2000 v11.0.0
76
Universitas Kristen Petra
Gambar 3.33. Input Hinge Properties untuk Profil Balok
77
Universitas Kristen Petra
Gambar 3.34b. Input Hinge Properties untuk Profil Kolom
78
Universitas Kristen Petra
Pada static case untuk beban gravitasi, dipilih push to load level defined
by pattern, karena beban gravitasi yang akan bekerja sudah diketahui besarnya
melalui perhitungan. Pada penelitian ini pushover case untuk beban gravitasi
diberi nama PUSH1. Contoh masukan pushover case untuk beban gravitasi dapat
dilihat pada Gambar 3.35. Efek nonlinier geometri dan material struktur diberikan
melalui efek P-Δ dan hubungan antara momen-kurvatur dari penampang elemen
struktur yang telah dimasukkan.
79
Universitas Kristen Petra
Dalam studi ini, rekaman gempa yang digunakan untuk adalah gempa El
Centro 18 Mei 1940 komponen Utara-Selatan. Rekaman gempa tersebut
dimodifikasi terhadap periode ulang 500 tahun dengan program RESMAT
(Lumantarna dan Lukito, 1997), berdasarkan SNI 03-1726-2002 (SNI 1726,
2002). Target respons spektrum 500 tahun yang digunakan adalah target respons
spektrum untuk Wilayah 2 Peta Gempa
Rekaman Indonesia
Gempa El Centro(SNI 1726,
18 Mei 1940 2002) untuk jenis
Komponen North-South Dimodifikasi terhadap
tanah lunak (gambar 3.36). Periode Ulang 500 Tahun
0.4
0.3
0.2
Percepatan (g)
0.1
-0.1
-0.2
-0.3
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Waktu (detik)
80
Universitas Kristen Petra
Kemudian, dibuat suatu Time History Case seperti terlihat pada Gambar
3.38. Percepatan gempa ditinjau satu arah karena bangunan yang digunakan
simetris. Dalam analisis digunakan Time Step sebesar 0,02 detik dan dicatat
sampai detik ke-20. Scale Factor yang digunakan adalah nilai gravitasi, yang
berarti rekaman gempa yang dimasukkan nilainya akan dikali dengan 1 kali
gravitasi (g). Karena pada studi ini juga diteliti pada wilayah 6 peta gempa
Indonesia dengan besaran gempa 100 tahun, 500 tahun, dan 1000 tahun, maka
perlu diberikan scale factor (koefisien) untuk memodifikasi dari wilayah 2 gempa
500 tahun terhadap besarnya gempa yang akan ditinjau.
Gambar 3.38. Input Data untuk Analisis Dinamik Non-Linear Time History
81
Universitas Kristen Petra
Metode integrasi langsung yang digunakan adalah metode Newmark
dengan nilai β adalah 0,25 dan nilai γ adalah 0,5. Dalam analisis ini, parameter
nonlinear yang dimasukkan adalah efek P-Δ dan redaman yang digunakan adalah
sebesar 5%. Parameter non-linear yang digunakan (Gambar 3.39) untuk
mengontrol hasil Analisis Dinamik Non-Linear Time History adalah :
1. Minimum Substep Size, nilai yang diambil adalah 1/200 dari nilai Output
Time Step Size yang di dalam studi ini dimasukkan nilai 0,02 detik. Sehingga
nilai Minimum Substep Size adalah 0,001
2. Iteration Convergence Tolerance (Relative), untuk mengefisiensi proses
iterasi, nilai toleransi yang dimasukkan adalah 0,01
3.7.2.4 Analisis Kinerja Struktur dari Hasil Analisis Dinamis Time History
Nonlinier
Untuk mengetahui nilai Damage Index yang terjadi pada elemen struktur,
maka dilihat pada step yang terakhir dari analisis time history ini, yaitu pada detik
ke-20. Tetapi dalam penelitian ini hanya ditinjau hingga detik ke-6 saja. Hal ini
dikarenakan untuk mencapai analisis hingga detik ke-20, program SAP v11.0.0
membutuhkan running time yang amat lama. Untuk mendapatkan nilai
displacement dan drift maksimum, harus dilakukan tinjauan secara menyeluruh
pada setiap time step.
82
Universitas Kristen Petra