Anda di halaman 1dari 9

Isi Kandungan Q.

S Ali-Imran [3] : 186

Disusun oleh :

Kelompok II

Anggota :
1. M Ikbal Muharrom
2. Ami Salam Sanaky
3. Arniati Kapota
4. Ika Ariyani Wally
5. La Ado
6. Nur Afni Djamudin Patty
7. Saria Wattimena
8. Syarahman Aloahiit
9. Wa Irna

Kelas : XII MIA 2

MAN 2 MALUKU TENGAH


TAHUN AJARAN 2018/2019
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum.... Wr.... Wb....

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang yang
telah melimpahkan rahmat dan hidayah-nya kepada kami sehingga terwujud makalah yang
berjudul “Isi Kandungan Surah Ali Imran [3] : 200”

Yang kedua adalah sholawat serta salam yang selalu tercurahkan terhadap junjungan kita Nabi
Agung Muhammad SAW. Semoga kita smua menjadi dari umat beliau yang mendapatkan syafaat di
yaumil qiyamah nanti amin.

Kami menyadari bahwa sepenuhnya makalah ini masih belum sempurna dan untuk menjadi
sempurna kami sangat membutuhkan masukan dan kritik dari pihak lain. Untuk itu, kami
mengharapkan kepada semua pihak untuk memberikan berbagai masukan kritik demi perbaikan
dan kesempurnaan makalah ini.

Kemudian kepada semua pihak yang telah membantu untuk menyelesaikan makalah ini kami
mengucapkan terima kasih. Semoga Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang selalu
memberikan petunjuk kepada kita dalam membentuk generasi yang berakhlakul karimah.
Amin . . . . . .

Masohi, 6 September 2018

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sabar termasuk salah satu tiang iman dan salah satu komponen budi pekerti yang harus dipunyai
setiap muslim. Di antara sekian banyak akhlak mulia, sabar merupakan sesuatu yang banyak
mendapat perhatian di dalam al-Qur'an. Hal ini dibuktikan dengan diulangnya kata yang
berhubungan dengan sabar sebanyak 103 kali yang tersebar di 93 ayat dan 45 surat. Ini
menunjukkan betapa pentingnya kesabaran dalam kehidupan sehingga sabar sering diulang-ulang
dalam al-Qur’an.

Pada dasarnya sabar dibagi dalam tiga bentuk, yaitu:


(1) Sabar dalam menghadapi cobaan,
(2) Sabar dalam menjalankan perintah-perintah Allah, dan
(3) Sabar dalam menjauhi hal-hal yang dilarang oleh Allah.

Dalam al-Qur’an Allah telah banyak memberikan perintah untuk bersabar. Dewasa ini
kesabaran umum dipandang sebagai menahan diri dari cobaan berupa musibah yang ditimpakan.
Setiap cobaan yang diberikan Allah merupakan bentuk cinta kasih Allah kepada hamba-Nya. Setiap
cobaan yang datang kepada kita membuka pintu pahala bagi kita. Dan dengan sabar menghadapi
setiap cobaan yang datang maka kita akan dengan mudah memperoleh pahala yang telah dijanjikan
Allah. Namun bila kita tidak bisa sabar maka yang kita peroleh hanyalah cobaan tersebut tanpa ada
pahala yang menyertainya. Hendaklah kita selalu ingat bahwa Allah Maha Mengetahui akan
kemampuan setiap makhluk-Nya. Untuk itu Allah tidak akan memberi cobaan kepada seseorang di
luar kemampuan orang tersebut.

Pada makalah ini akan dibahas bagaimana sabar dalam al-Qur’an surah Ali Imran [3] : 186 beserta
penafsirannya dan juga balasan bagi orang yang sabar. Harapannya, semoga dengan penelitian ini
dapat memberikan pemahaman tentang sabar dan menambah kesabaran bagi pembaca yang masih
dilanda cobaan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa sajakah isi kandungan surah Ali Imran [3] : 186 ?
2. Bagaimanakah hikmah dan balasan untuk orang yang bersabar?

C. Tujuan
1. Mengetahui isi kandungan surah Ali Imran [3] : 186 ?
2. Mengetahui hikmah dan balasan untuk orang yang bersabar?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Q. S Ali Imran [3] : 186

‫لتُبْل ُو َّن فِي أ ْموا ِل ُك ْم وأ ْنفُ ِس ُك ْم ولت ْسمعُ َّن ِمن الَّذِين أُوتُوا ْال ِكتاب ِم ْن ق ْب ِل ُك ْم و ِمن الَّذِين‬
ِ ‫ص ِب ُروا وتتَّقُوا فإ ِ َّن ذ ِلك ِم ْن ع ْز ِم ْاْل ُ ُم‬
‫ور‬ ً ِ‫أ ْشر ُكوا أذًى كث‬
ْ ‫يرا وإِ ْن ت‬

Artinya:
Kamu sungguh-sungguh akan diuji terhadap hartamu dan dirimu. Dan (juga) kamu sungguh-
sungguh akan mendengar dari orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu dan dari orang-orang
yang mempersekutukan Allah, gangguan yang banyak yang menyakitkan hati. Jika kamu bersabar
dan bertakwa, maka sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang patut diutamakan.
(Q.S Ali Imran [3] : 186)

B. Mufradat
‫ْالكِتاب‬ = Bacaan; kitab. Merupakan mashdar dari ‫( كتب‬kataba) yang berarti membaca.
ً ‫أذًى كث‬
‫ِيرا‬ =-- Sangat terluka.
‫ور‬ ‫م‬ُ
ِ ُ ِ ‫اْل‬ ‫م‬‫ز‬ْ ‫ع‬ = Urusan yang patut diutamakan. Maksudnya sesuatu yang harus didahulukan atau
diraih dengan berlomba-lomba.

C. Asbabun Nuzul
Ayat ini diturunkan berhubungan dengan kisah yang terjadi di pemukiman al-Hârits bin al-Khazraj
(Madinah) sebelum perang Badar. Kaum Muslimin ketika itu sedang berkumpul dengan kaum
musyrikin dan orang-orang Yahudi. Datanglah Rasulullah saw. ke tempat itu dan memberi salam. Di
majlis tersebut, ada 'Abdullâh bin Ubay bin Salûl, dia berkata, "Janganlah kalian mengotori kami!"
Rasulullâh saw. pun mengajak mereka untuk masuk ke dalam Islam dan membacakan al-Qur’an
kepada mereka. 'Abdullâh bin Ubai menyahut, "Wahai lelaki! Apa yang engkau katakan bukanlah
sesuatu yang bagus. Jika itu adalah sesuatu yang haq, maka janganlah kamu mengganggu kami
dengan perkataan itu! Kembalilah ke hewan tungganganmu! Barang siapa mendatangimu, maka
ceritakanlah perkataan itu!"

Perkataan itu sangat menyakitkan hati kaum Muslimin, sehingga terjadilah pertengkaran di majlis
itu antara mereka dengan orang-orang kafir. Akhirnya, Rasulullah saw. menenangkan mereka.
Setelah mereka tenang, Rasulullah saw. pun kembali ke tunggangannya dan pergi. Setelah itu, Allâh
Azza wa Jalla menurunkan ayat ini yang berisi perintah untuk bersabar atas gangguan-gangguan
orang-orang kafir.

D. Penjelasan
Ayat di atas merupakan ayat yang diturunkan Allah sebagai penghibur atas kejadian yang baru
terjadi antara kaum Muslimin dan orang Yahudi dan juga orang kafir yang menerangkan tentang
keutamaan sabar. Sabar merupakan sebuah istilah yang berasal dari bahasa Arab, dan sudah
menjadi istilah dalam bahasa Indonesia. Sabar adalah menurut bahasa berasal dari bahasa arab ‫صبر‬
yang berarti tidak tergesa-gesa, tidak membalas, atau menunggu dengan tenang.
Menurut kamus besar bahasa Indonesia, sabar berarti tahan menghadapi cobaan (tidak lekas
marah, tidak lekas putus asa, tidak lekas patah hati, tenang, tidak tergesa-gesa, tidak terburu nafsu).
Secara umum sabar ialah kemampuan atau daya tahan manusia menguasai sifat yang destruktif
yang terdapat dalam tubuh setiap orang. Sehingga dapat disimpulkan bahwa sabar adalah perilaku
atau sikap menahan diri dari hawa nafsu untuk melakukan kerusakan baik pada diri sendiri
maupun kerusakan lingkungan sekitar. Selain itu sabar juga berarti menahan diri dari menyerah
dalam melakukan suatu usaha untuk meraih cita-cita.

Adapun penafsiran ayat di atas menurut tafsir Jalalain, dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa
manusia sungguh-sungguh akan diuji dengan harta dan kewajiban yang harus dipenuhi dengan
ujian berupa malapetaka dari orang-orang Yahudi dan Nasrani atau dari kalangan orang yang
mengganggu berupa makian dan tuduhan serta godaan. Kita harus bersabar atas tantangan itu, dan
bertakwa kepada Allah. Dalam kehidupan, untuk mencapai kesuksesan tentu akan terhadang
dengan berbagai ujian dan cobaan. Lebih-lebih dalam mencapai kesuksesan di akhirat. Tentu akan
lebih berat ujian yang akan di hadapi. Hal ini sesuai dengan hadis Nabi saw.:

َّ ‫ و ُحفَّت النار بال‬،ِ‫اره‬


‫شهوات‬ ِ ‫ُحفَّت الجنَّة ِبالمك‬

“Syurga ditempuh dengan serba kesulitan dan neraka ditempuh dengan serba syahwat.”

Sekarang datanglah ayat 186, bahwasanya pastilah kamu akan diberi cobaan, kemanakah hatimu
condong, kepada dunia penipu itu, namun hartamu akan pisah juga dari dirimu dan mati pasti
datang. Di ayat ini Tuhan menyatakan pasti, sungguh-sungguh kamu akan diberi percobaan.
Sesudah perang Badar yang menggembirakan telah datang Uhud yang mengecewakan. Kemudian
akan mengikuti lagi yang lain, sampai harta itu meninggalkan kamu atau kamu meninggalkan harta
dan sampai nyawa itu bercerai dari badan.

Ujian dalam ayat ini secara khusus difokuskan pada cobaan dari urusan harta dan urusan diri
sendiri yang berupa kewajiban-kewajiban yang harus dilakukan sebagaimana pendapat dalam
tafsir Jalalain dan tafsir al-Azhar.

Dalam kalimat selanjutnya dalam ayat di atas (Jika kamu bersabar dan bertakwa, maka
sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang (patut) diutamakan), menurut tafsir at-
Tabari, kalimat ini bermakna dalam mengerjakan ketaatan atau perintah dari Allah, sabar dan
takwa harus dijadikan utama. Menurut M. Quraish Shihab dalam Anisa Kusuma Wahdati, kesabaran
dan takwa memiliki kedudukan yang sangat tinggi sebagaimana diisyaratkan oleh ayat ini. Sabar
dan takwa termasuk urusan yang patut ditekadkan untuk dilaksanakan, tidak ditunda, dan tidak
pula disangsikan. Kesabaran disandingkan dengan takwa karena sabar tanpa takwa bisa
menjadikan seseorang masuk dalam golongan fatalisme, yaitu sikap pasrah total akan keadaan yang
ada tanpa berusaha untuk merubah keadaan.

‫شجرة ُ ورقها‬
َّ ‫ّللاُ ِب ِه س ِيئا ِت ِه كما ت ُحط ال‬
َّ ‫ط‬َّ ‫ُص ْيبُهُ أذًى ِم ْن مرض فما ِسواهُ ِإ َّّل ح‬
ِ ‫ما ِم ْن ُم ْس ِلم ي‬

"Tidak ada seorang muslim yang tertimpa cobaan berupa sakit maupun selainnya, melainkan
dihapuskan oleh Allah Ta'ala dosa-dosanya, seperti sebatang pohon yang menggugurkan daunnya."
(HR. Muslim)
Berdasarkan pemaparan beberapa penafsir yang telah dikutip di atas, ayat ini sebenarnya
merupakan janji Allah yang akan memberikan cobaan bagi hambaNya. Baik cobaan dalam urusan
harta, maupun cobaan untuk diri manusia seperti halnya sakit, atau musibah lainnya. Ayat ini juga
diturunkan sebagai penghibur atas beratnya ujian yang dihadapi oleh Rasulullah saw.

‫ي ف ْوق‬ َّ ‫ّللاُ عل ْي ِه وس َّلم وهُو يُوعكُ فوض ْعتُ يدِي عل ْي ِه فوجدْتُ ح َّرهُ بيْن يد‬ َّ ‫ع ْن أ ِبي س ِعيْد ْال ُخد ِْري ِ قال دخ ْلتُ على النَّ ِبي ِ صلَّى‬
‫اس أشد‬ ِ َّ‫ّللا أي الن‬
ِ َّ ‫س ْول‬ ْ
ُ ‫ف لنا ْاْلجْ ُر قُلتُ يا ر‬ ْ
ُ َّ‫ف لنا البَل ُء ويُضع‬ ُ َّ‫ّللا ما أشدَّها عليْك قال ِإنَّا كذ ِلك يُضع‬ ِ َّ ‫س ْول‬ُ ‫اف فقُ ْلتُ يا ر‬ ِ ‫اللح‬ ِ
ْ َّ َّ ْ ْ ْ
‫صا ِل ُح ْون إِن كان أح ُد ُه ْم ليُبْتلى بِالفق ِر حتى ما ي ِج ُد أح ُد ُه ْم إِّل العباءة يُح ِويْها‬ ُ ْ ُ
َّ ‫ّللا ث َّم من قال ث َّم ال‬ ْ ُ ْ ْ
ُ ‫بَل ًء قال اْلنبِيا ُء قلتُ يا ر‬
ِ َّ ‫س ْول‬
‫اء‬
ِ ‫الرخ‬ َّ ‫و ِإ ْن كان أح ُد ُه ْم لي ْفر ُح ِب ْالبَل ِء كما ي ْفر ُح أح ُد ُك ْم ِب‬

Dari Abu Sa'id Al-Khudri dia berkata, Aku pernah menjenguk Nabi saw. ketika beliau sedang sakit
panas, aku meletakkan tanganku dan aku mendapati panasnya terasa hingga di atas selimut. Aku
lalu berkata, "Wahai Rasulullah, alangkah panasnya sakit yang menimpa dirimu." Beliau bersabda:
"Sesungguhnya begitulah kita, ketika dilipatgandakan cobaan bagi kita maka akan dilipatgandakan
pula pahalanya." Aku bertanya, "Wahai Rasulullah, siapakah manusia yang paling berat cobaannya?"
Beliau menjawab: "Para Nabi." Aku bertanya lagi, "Wahai Rasulullah, kemudian siapa lagi?" Beliau
menjawab: "Kemudian orang-orang yang shalih, salah seorang di antara mereka ada yang dicoba
dengan kefakiran sehingga tidak menemukan kecuali mantel untuk dia pakai, dan ada salah seorang
dari mereka yang senang dengan cobaan sebagaimana salah seorang dari kalian senang dengan
kemewahan." (HR. Ibnu Majah)

selain itu, ayat ini juga menerangkan tentang sikap kaum Yahudi dan Nasrani yang akan terus
mengganggu umat Islam dengan gangguan yang menyakitkan. Akan tetapi, Allah memberikan
solusi, yaitu dengan bersabar dan bertakwa karena keduanya merupakan hal yang harus
diutamakan dalam menghadapi gangguan tersebut.

Adapun sikap sabar memiliki tingkatan-tingkatan sebagaimana dijelaskan oleh Achmad Mubarok
berikut ini. Tingkatan pertama, orang yang dapat menekan habis dorongan hawa nafsu hingga tidak
ada perlawanan sedikitpun, dan orang itu bersabar secara konstan. Mereka adalah orang yang
sudah mencapai tingkat shiddiqin. Tingkatan shiddiqin adalah orang yang selalu memegang teguh
kebenaran dan kejujuran. Tingkatan yang selanjutnya yaitu orang yang tunduk total kepada
dorongan hawa nafsunya sehingga motivasi agama sama sekali tidak dapat muncul. Mereka
termasuk kategori orang-orang yang lalai (alghofilun). Dan tingkatan yang terakhir adalah orang
yang senantiasa dalam konflik antara dorongan hawa nafsu dengan dorongan keberagamaan.
Semakin tinggi tingkat kesabaran, semakin berat kesabaran yang dilakukan oleh orang yang telah
disebut di atas.

Salah satu hadis Rasulullah saw. tentang orang yang sabar menjelaskan bahwa orang yang sabar
adalah orang yang kuat. Hadis tersebut tertulis sebagai berikut.

ِ ‫شدِي ُد الَّذِي ي ْم ِلكُ ن ْفسهُ ِع ْند ْالغض‬


‫ب‬ َّ ‫ص ْرع ِة و ِإنَّما ال‬ َّ ‫ليْس ال‬
َّ ‫شدِي ُد ِبال‬

“Orang yang gagah perkasa tidak diukur dengan kemenangan dalam pertarungan, tetapi kekuatan
yang sebenarnya adalah orang yang dapat mengawal dirinya ketika marah (sabar)” (HR. Bukhari,
Muslim)
Berdasarkan hadis tersebut, dapat diambil pelajaran bahwa sabar bukanlah suatu perkara yang
mudah. Sehingga dikiaskan oleh Rasulullah saw. seakan-akan menang dalam pertempuran lebih
mudah daripada memenangkan pertarungan dengan diri sendiri dengan bersabar.

Hadits lainnya :
ِ ‫س ْو ِء ْالقض‬
ِ ‫اء وشمات ِة ْاْلعْد‬
‫اء‬ ُ ‫اء و‬ َّ ‫اّلل ِم ْن ج ْه ِد ْالبَل ِء ودر ِك ال‬
ِ ‫شق‬ ِ َّ ‫تع َّوذُ ْوا ِب‬

"Mintalah perlindungan (bersabar) kepada Allah dari cobaan yang menyulitkan, kesengsaraan yang
menderitakan, takdir yang buruk dan cacian musuh." (HR. Bukhari)
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan yang telah dijabarkan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa sabar
adalah sikap menahan diri dari hawa nafsu untuk melakukan kerusakan baik pada diri sendiri
maupun kerusakan lingkungan sekitar dengan didasari oleh ketakwaan kepada Allah. Walaupun hal
ini sulit untuk dilakukan dengan gangguan dari masalah harta dan keinginan-keinginan dari hawa
nafsu. Hal ini sesuai dengan ayat al-Qur’an surat Ali Imran ayat 186.

Berdasarkan pembahasan pula dapat diketahui ternyata sabar memiliki berbagai hikmah yang
terkandung dibalik anjurannya. Dengan sabar melakukan usaha dan ketaatan, seseorang lebih
dekat pada hasil yang diharapkan dibandingkan hanya dengan bersabar menunggu kesempatan
datang pada diri kita. Harapannya dengan mengetahui hakikat sabar ini, selayaknya kita selaku
umat Islam tidak putus asa dalam meraih cita-cita akan tetapi senantiasa sabar dan teguh dalam
meraih cita-cita tersebut. Sehingga dengan kesabaran itu kebahagiaan di dunia maupun di akhirat
dapat diraih.

B. Saran
Dari hasil pembahasan tentang isi kandungan surah Ali Imran [3] : 186, kami sangat mengharapkan
kritik serta saran dari berbagai pihak demi kelengkapan dan kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah bin Muhammad bin ‘Abdurrahman bin Ishaq. 2007. Tafsir Ibnu Katsir. Jakarta: Pustaka
Imam Asy-Syafi’i.

Asghary, Basri Iba. 1994. Solusi Al-Qur’an tentang Problematika Sosial, Politik dan Budaya. Jakarta:
Rineka Cipta.

Asmaran. 1994. Pengantar Studi Akhlak. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Hamka. 2003. Tafsir Al-Azhar. Singapura: Pustaka Nasional PTE LTD Singapura.

Kementerian Agama RI. 2012. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Jakarta: Sinergi Pustaka.

Al Mahally, Jalaludin Muhammad Ibnu Ahmad dan Jalaludin asy-Suyuthi. 2003. Tafsir Jalalain Jilid 1.
Bandung: Sinar Baru Algesindo.

Mubarok, Achmad. 2001. Psikologi Qu’ani. Jakarta: Pustaka Firdaus.

Nur, Junaidah. 2004. Konsep Al-Qur’an Tentang Sabar: Aplikasinya dalam Mendidik Anak Agresif.
Semarang: IAIN Walisongo.

Tasmara, Toto. 2001. Kecerdasan Ruhaniah. Jakarta: Gema Insani Press.

Ath-Thabari, Imam Muhammad Abdul Ja’far. 2001. Tafsir ath-Thabari. Jakarta: Pustaka Azzam.

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaaan Bahasa. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:
Balai Pustaka.

Utbah, Hasan Ali dan M. Suqi Amin. 1982. Al-Mu’jam al-Wasit Juz I. Kairo : Darul Kutub.

Wahdati, Anisa Kusuma. 2012. Sikap dan Tantangan Dakwah: Kajian Tafsir Ali Imron Ayat 186.
Semarang: UIN Walisongo.

Anda mungkin juga menyukai