Anda di halaman 1dari 22

BAB l

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Leukemia berasal dari bahasa yunani yaitu leukos yang berarti putih dan haima yang
berarti darah. Jadi leukemia dapat diartikan sebagai suatu penyakit yang disebabkan oleh
sel darah putih. Proses terjadinya leukemia adalah ketika seldarah yang bersifat kanker
membelah secara tak terkontrol dan mengganggupembelahan sel darah normal.
Di Indonesia kasus leukemia sebanyak ± 7000 kasus/tahun dengan angkakematian mencapai 83,6
% (Herningtyas, 2004). Data dari International Cancer Parent Organization (ICPO)
menunjukkan bahwa dari setiap 1 juta anak terdapat120 anak yang mengidap kanker dan
60 % diantaranya disebabkan oleh leukemia(Sindo, 2007). Data dari WHO menunjukkan
bahwa angka kematian di AmerikaSerikat karena leukemia meningkat 2 kali lipat sejak
tahun 1971 (Katrin, 1997).
Di Amerika Serikat setiap 4 menitnya seseorang terdiagnosa menderita leukemia.Pada
akhir tahun 2009 diperkirakan 53.240 orang akan meninggal dikarenakan leukemia
(TLLS, 2009).
1.2 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah :
1. Memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Keperawatan Anak
2. Mengetahui Proses Terjadinya Leukemia pada anak
3. Mengetahui Proses Asuhan Keperawatan Leukamia pada anak
1.3 Manfaat Penulisan
Hasil dari penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada semua pihak,
khususnya kepada mahasiswa untuk menambah pengetahuan dan wawasan tentang
asuhan keperawatan Leukemia. Manfaat lain dari penulisan makalah ini adalah dengan
adanya penulisan makalah ini diharapkan dapat memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah
Keperawatan Anak.

1
BAB ll
PEMBAHASAN
2.1 Tinjauan Teoritis
2.1.1 Definisi Leukimia
Istilah leukemia pertama kali dijelaskan oleh Virchow sebagai “darah putih” pada
tahun 1874, adalah penyakit neoplastik yang ditandai dengan diferensiasi dan proliferasi
sel induk hematopoetik.
Leukemia adalah suatu keganasan yang berasal dari perubahan genetik pada satu atau
banyak sel di sumsum tulang. Pertumbuhan dari sel yang normal akan tertekan pada
waktu sel leukemia bertambah banyak sehingga akan menimbulkan gejala klinis.
Keganasan hematologik ini adalah akibat dari proses neoplastik yang disertai gangguan
diferensiasi pada berbagai tingkatan sel induk hematopoetik sehingga terjadi ekspansi
progresif kelompok sel ganas tersebut dalam sumsum tulang, kemudian sel leukemia
beredar secara sistemik.
Leukemia adalah neoplasma akut atau kronis dari sel-sel pembentuk darah dalam
sumsum tulang dan limfa (Reeves, 2001). Sifat khas leukemia adalah proliferasi tidak
teratur atau akumulasi sel darah putih dalam sumsum tulang, menggantikan elemen
sumsum tulang normal. Proliferasi juga terjadi di hati, limpa, dan nodus limfatikus.
Terjadi invasi organ non hematologis seperti meninges, traktus gastrointestinal, ginjal,
dan kulit.
Leukemia limfositik akut (LLA) sering terjadi pada anak-anak. Leukemia tergolong
akut bila ada proliferasi blastosit (sel darah yang masih muda) dari sumsum tulang.
Leukemia akut merupakan keganasan primer sumsum tulang yang berakibat terdesaknya
komponen darah normal oleh komponen darah abnormal (blastosit) yang disertai dengan
penyebaran organ-organ lain. Leukemia tergolong kronis bila ditemukan ekspansi dan
akumulasi dari sel tua dan sel muda (Tejawinata, 1996).
Selain akut dan kronik, ada juga leukemia kongenital yaitu leukemia yang ditemukan
pada bayi umur 4 minggu atau bayi yang lebih muda.
2.1 .2 Etiologi

c
2.1.3 Patofisiologi
Pada keadaan normal, sel darah putih berfungsi sebagai pertahanan tubuh terhadap
infeksi. Sel ini secara normal berkembang sesuai perintah, dapat dikontrol sesuai dengan

2
kebutuhan tubuh. Leukemia meningkatkan produksi sel darah putih pada sumsum tulang
yang lebih dari normal. Mereka terlihat berbeda dengan sel darah normal dan tidak
berfungsi seperti biasanya. Sel leukemi memblok produksi sel darah normal, merusak
kemampuan tubuh terhadap infeksi. Sel leukemi juga merusak produksi sel darah lain
pada sumsum tulang termasuk sel darah merah dimana sel tersebut berfungsi untuk
menyuplai oksigen pada jaringan.
Analisis sitogenik menghasilkan banyak pengetahuan mengenai aberasi kromosomal
yang terdapat pada pasien dengan leukemia. Perubahan kromosom dapat meliputi
perubahan angka, yang menambahkan atau menghilangkan seluruh kromosom, atau
perubahan struktur termasuk translokasi (penyusunan kembali), delesi, inversi dan insersi.
Pada kondisi ini, dua kromosom atau lebih mengubah bahan genetik, dengan
perkembangan gen yang berubah dianggap menyebabkan mulainya proliferasi sel
abnormal.
Leukemia terjadi jika proses pematangan dari stem sel menjadi sel darah putih
mengalami gangguan dan menghasilkan perubahan ke arah keganasan. Perubahan
tersebut seringkali melibatkan penyusunan kembali bagian dari kromosom (bahan genetik
sel yang kompleks). Translokasi kromosom mengganggu pengendalian normal dari
pembelahan sel, sehingga sel membelah tidak terkendali dan menjadi ganas. Pada
akhirnya sel-sel ini menguasai sumsum tulang dan menggantikan tempat dari sel-sel yang
menghasilkan sel-sel darah yang normal. Kanker ini juga bias menyusup ke dalam organ
lainnya termasuk hati, limpa, kelenjar getah bening, ginjal, dan otak.
2.1.4 Manifestasi Klinis
Gejala klinis dari leukemia pada umumnya adalah anemia, trombositopenia, neutropenia,
infeksi, kelainan organ yang terkena infiltrasi, hipermetabolisme.
a. Leukemia Limfositik Akut
Gejala klinis LLA sangat bervariasi. Umumnya menggambarkan kegagalan sumsum
tulang. Gejala klinis berhubungan dengan anemia (mudah lelah, letargi, pusing, sesak,
nyeri dada), infeksi dan perdarahan. Selain itu juga ditemukan anoreksi, nyeri tulang
dan sendi, hipermetabolisme. Nyeri tulang bisa dijumpai terutama pada sternum, tibia
dan femur.
b. Leukemia Mielositik Akut
Gejala utama LMA adalah rasa lelah, perdarahan dan infeksi yang disebabkan oleh
sindrom kegagalan sumsum tulang. perdarahan biasanya terjadi dalam bentuk purpura
atau petekia. Penderita LMA dengan leukosit yang sangat tinggi (lebih dari 100

3
ribu/mm3) biasanya mengalami gangguan kesadaran, napas sesak, nyeri dada dan
priapismus. Selain itu juga menimbulkan gangguan metabolisme yaitu hiperurisemia
dan hipoglikemia.
c. Leukemia Limfositik Kronik
Sekitar 25% penderita LLK tidak menunjukkan gejala. Penderita LLK yang
mengalami gejala biasanya ditemukan limfadenopati generalisata, penurunan berat
badan dan kelelahan. Gejala lain yaitu hilangnya nafsu makan dan penurunan
kemampuan latihan atau olahraga. Demam, keringat malam dan infeksi semakin parah
sejalan dengan perjalanan penyakitnya.
d. Leukemia Granulositik/Mielositik Kronik
LGK memiliki 3 fase yaitu fase kronik, fase akselerasi dan fase krisis blas. Pada fase
kronik ditemukan hipermetabolisme, merasa cepat kenyang akibat desakan limpa dan
lambung. Penurunan berat badan terjadi setelah penyakit berlangsung lama. Pada fase
akselerasi ditemukan keluhan anemia yang bertambah berat, petekie, ekimosis dan
demam yang disertai infeksi.
2.1.5 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan dengan pemeriksaan darah tepi dan pemeriksaan
sumsum tulang.
 Pemeriksaan Darah Tepi
Pada penderita leukemia jenis LLA ditemukan leukositosis (60%) dan kadang-
kadang leukopenia (25%). Pada penderita LMA ditemukan penurunan eritrosit dan
trombosit. Pada penderita LLK ditemukan limfositosis lebih dari 50.000/mm3,
sedangkan pada penderita LGK/LMK ditemukan leukositosis lebih dari 50.000/mm3.
 Pemeriksaan Sumsum Tulang
Hasil pemeriksaan sumsum tulang pada penderita leukemia akut ditemukan
keadaan hiperselular. Hampir semua sel sumsum tulang diganti sel leukemia (blast),
terdapat perubahan tiba-tiba dari sel muda (blast) ke sel yang matang tanpa sel antara
(leukemic gap). Jumlah blast minimal 30% dari sel berinti dalam sumsum tulang.
Pada penderita LLK ditemukan adanya infiltrasi merata oleh limfosit kecil yaitu lebih
dari 40% dari total sel yang berinti. Kurang lebih 95% pasien LLK disebabkan oleh
peningkatan limfosit B. Sedangkan pada penderita LGK/LMK ditemukan keadaan
hiperselular dengan peningkatan jumlah megakariosit dan aktivitas granulopoeisis.
Jumlah granulosit lebih dari 30.000/mm3.
2.1.6 Penatalaksanan
4
a. Kemoterapi
 Kemoterapi pada penderita LLA
 Tahap 1 (terapi induksi)
Tujuan dari tahap pertama pengobatan adalah untuk membunuh sebagian besar
sel-sel leukemia di dalam darah dan sumsum tulang. Terapi induksi kemoterapi
biasanya memerlukan perawatan di rumah sakit yang panjang karena obat
menghancurkan banyak sel darah normal dalam proses membunuh sel leukemia.
Pada tahap ini dengan memberikan kemoterapi kombinasi yaitu daunorubisin,
vincristin, prednison dan asparaginase.
 Tahap 2 (terapi konsolidasi/ intensifikasi)
Setelah mencapai remisi komplit, segera dilakukan terapi intensifikasi yang
bertujuan untuk mengeliminasi sel leukemia residual untuk mencegah relaps dan
juga timbulnya sel yang resisten terhadap obat. Terapi ini dilakukan setelah 6
bulan kemudian.
 Tahap 3 ( profilaksis SSP)
Profilaksis SSP diberikan untuk mencegah kekambuhan pada SSP. Perawatan
yang digunakan dalam tahap ini sering diberikan pada dosis yang lebih rendah.
Pada tahap ini menggunakan obat kemoterapi yang berbeda, kadang-kadang
dikombinasikan dengan terapi radiasi, untuk mencegah leukemia memasuki otak
dan sistem saraf pusat.
 Tahap 4 (pemeliharaan jangka panjang)
Pada tahap ini dimaksudkan untuk mempertahankan masa remisi. Tahap ini
biasanya memerlukan waktu 2-3 tahun. Angka harapan hidup yang membaik
dengan pengobatan sangat dramatis. Tidak hanya 95% anak dapat mencapai
remisi penuh, tetapi 60% menjadi sembuh. Sekitar 80% orang dewasa mencapai
remisi lengkap dan sepertiganya mengalami harapan hidup jangka panjang, yang
dicapai dengan kemoterapi agresif yang diarahkan pada sumsum tulang dan SSP.
 Kemoterapi pada penderita LMA
 Fase induksi
Fase induksi adalah regimen kemoterapi yang intensif, bertujuan untuk
mengeradikasi sel-sel leukemia secara maksimal sehingga tercapai remisi
komplit. Walaupun remisi komplit telah tercapai, masih tersisa sel-sel

5
leukemia di dalam tubuh penderita tetapi tidak dapat dideteksi. Bila dibiarkan,
sel-sel ini berpotensi menyebabkan kekambuhan di masa yang akan datang.
 Fase konsolidasi
Fase konsolidasi dilakukan sebagai tindak lanjut dari fase induksi. Kemoterapi
konsolidasi biasanya terdiri dari beberapa siklus kemoterapi dan menggunakan
obat dengan jenis dan dosis yang sama atau lebih besar dari dosis yang
digunakan pada fase induksi.
Dengan pengobatan modern, angka remisi 50-75%, tetapi angka rata-rata
hidup masih 2 tahun dan yang dapat hidup lebih dari 5 tahun hanya 10%.
 Kemoterapi pada penderita LLK
Derajat penyakit LLK harus ditetapkan karena menetukan strategi terapi dan
prognosis. Salah satu sistem penderajatan yang dipakai ialah klasifikasi Rai:
 Stadium 0 : limfositosis darah tepi dan sumsum tulang
 Stadium I : limfositosis dan limfadenopati.
 Stadium II : limfositosis dan splenomegali/ hepatomegali.
 Stadium III : limfositosis dan anemia (Hb < 11 gr/dl).
 Stadium IV : limfositosis dan trombositopenia <100.000/mm3 dengan/tanpa
gejala pembesaran hati, limpa, kelenjar.
Terapi untuk LLK jarang mencapai kesembuhan karena tujuan terapi bersifat
konvensional, terutama untuk mengendalikan gejala. Pengobatan tidak diberikan
kepada penderita tanpa gejala karena tidak memperpanjang hidup. Pada stadium I atau
II, pengamatan atau kemoterapi adalah pengobatan biasa. Pada stadium III atau IV
diberikan kemoterapi intensif.
Angka ketahanan hidup rata-rata adalah sekitar 6 tahun dan 25% pasien dapat hidup
lebih dari 10 tahun. Pasien dengan sradium 0 atau 1 dapat bertahan hidup rata-rata 10
tahun. Sedangkan pada pasien dengan stadium III atau IV rata-rata dapat bertahan
hidup kurang dari 2 tahun.
 Kemoterapi pada penderita LGK/LMK
 Fase Kronik
Busulfan dan hidroksiurea merupakan obat pilihan yag mampu menahan
pasien bebas dari gejala untuk jangka waktu yang lama. Regimen dengan
bermacam obat yang intensif merupakan terapi pilihan fase kronis LMK yang
tidak diarahkan pada tindakan transplantasi sumsum tulang.

6
 Fase Akselerasi,
Sama dengan terapi leukemia akut, tetapi respons sangat rendah.
b. Radioterapi
Radioterapi menggunakan sinar berenergi tinggi untuk membunuh sel-sel
leukemia. Sinar berenergi tinggi ini ditujukan terhadap limpa atau bagian lain dalam
tubuh tempat menumpuknya sel leukemia. Energi ini bisa menjadi gelombang atau
partikel seperti proton, elektron, x-ray dan sinar gamma. Pengobatan dengan cara ini
dapat diberikan jika terdapat keluhan pendesakan karena pembengkakan kelenjar
getah bening setempat.
c. Transplantasi Sumsum Tulang
Transplantasi sumsum tulang dilakukan untuk mengganti sumsum tulang yang
rusak dengan sumsum tulang yang sehat. Sumsum tulang yang rusak dapat
disebabkan oleh dosis tinggi kemoterapi atau terapi radiasi. Selain itu, transplantasi
sumsum tulang juga berguna untuk mengganti sel-sel darah yang rusak karena kanker.
Pada penderita LMK, hasil terbaik (70-80% angka keberhasilan) dicapai jika
menjalani transplantasi dalam waktu 1 tahun setelah terdiagnosis dengan donor
Human Lymphocytic Antigen (HLA) yang sesuai. Pada penderita LMA transplantasi
bisa dilakukan pada penderita yang tidak memberikan respon terhadap pengobatan
dan pada penderita usia muda yang pada awalnya memberikan respon terhadap
pengobatan.
d. Terapi Suportif
Terapi suportif berfungsi untuk mengatasi akibat-akibat yag ditimbulkan
penyakit leukemia dan mengatasi efek samping obat. Misalnya transfusi darah untuk
penderita leukemia dengan keluhan anemia, transfusi trombosit untuk mengatasi
perdarahan dan antibiotik untuk mengatasi infeksi.
petekia. Perdarahan ini dapat terjadi secara spontan atau karena trauma. Apabila kadar
trombosit sangat rendah, perdarahan dapat terjadi secara spontan.
2.2 Asuhan Keperawatan Leukimia
2.2.1 Pengkajian
Riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik sering kali memberi tanda pertama yang
menunjukkan adanya penyakit neoplastik. Keluhan yang samar seperti perasaan letih,
nyeri pada ekstermitas, berkeringat dimalam hari, penurunan selera makan, sakit
kepala, dan perasaan tidak enak badan dapat menjadi petunjuk pertama leukimia

7
(Wong’s pediatric nursing 2009. Hal:1140)
Adapun pengkajian yang sistematis pada sistem hamatologi (leukemia) meliputi

1. Biodata
a) Identitas klien : nama, umur, jenis kelamin, agama, alamat, dan pendidikan.
b) Identitas penanggung : nama, umur, jenis kelamin, agama, tingkat
pendidikan, pekerjaan, pendapatan, dan alamat.
2. Riwayat kesehatan sekarang
a) Adanya kerusakan pada organ sel darah/sum-sum tulang.
b) Gejala awal biasanya terjadi secara mendadak panas dan perdarahan.
3. Riwayat kesehatan sebelumnya
a) Riwayat kehamilan/persalinan.
b) Riwayat pertumbuhan dan perkembangan.
c) Riwayat pemberian imunisasi.
d) Riwayat nutrisi, pemberian makanan yang adekuat.
e) Infeksi-infeksi sebelumnya dan pengobatan yang pernah dialami.
4. Riwayat Imunisasi
Riwayat imunisasi yang di dapatkan oleh klien yaitu BCG, DPT (I, II, III),
Polio (I, II ,III), Campak, Hepatitis, dan riwayat penyakit yang berhubungan
dengan imunitas seperti malnutrisi.
5. Riwayat Tumbuh Kembang
a. Pertumbuhan Fisik
- Berat badan
BBL : 2500 gr – 4000 gr
3 - 12 bulan : umur (bulan) + 9
2
1 - 6 tahun : umur (tahun) x 2 + 8
6 - 12 tahun : umur (tahun) x 7 – 5
2
- Tinggi Badan
Tinggi badan lahir : 45 - 50 cm

8
Umur 1 tahun : 75 cm
2 - 12 tahun : umur (tahun) x 6 + 7
Atau
1 tahun : 1,5 x TB lahir
4 tahun : 2 x TB lahir
6 tahun : 1,5 x TB setahun
13 tahun : 3 x TB lahir
Dewasa : 3,5 x TB lahir (2 x TB 2 tahun)
b. Perkembangan tiap tahap usia
- Berguling : 3-6 bulan
- Duduk : 6-9 bulan
- Merangkak : 9-10 bulan
- Berdiri : 9-12 bulan
- Jalan : 12-18 bulan
- Senyum pertama kali dengan orang lain : 2-3 bulan
- Bicara : 2-3 tahun
- Berpakaian tanpa dibantu : 3-4 tahun
(Aziz Alimul Hidayat, Hal : 27).
6. Pemeriksaan fisik
a) Keadaan Umum
Meliputi : Baik, Jelek, Sedang
b) Tanda-tanda vital
- TD : Tekanan Darah
- N : Nadi
- P : Pernapasan
- S : Suhu
c) Antropometri
- TB : Tinggi badan
- BB : Berat badan
- LLA : Lingkar lengan atas
- LK : Lingkar kepala
- LD : Lingkar dada
- LP : Lingkar perut
d) Sistem pernafasan

9
Frekuensi pernapasan, bersihan jalan napas, gangguan pola napas, bunyi
tambahan ronchi dan wheezing.
e) Sistem cardiovaskuler
Anemis atau tidak, bibir pucat atau tidak, denyut nadi, bunyi jantung, tekanan
darah dan capylary reffiling time.
f) Sistem pencernaan
Mukosa bibir dan mulut kering atau tidak, anoreksia atau tidak, palpasi
abdomen apakah mengalami distensi dan auskultasi peristaltik usus adakah
meningkat atau tidak.
g) Sistem muskuloskeletal
Bentuk kepala, extermitas atas dan ekstermitas bawah.
h) Sistem integumen
Rambut : warna rambut, kebersihan, mudah tercabut atau tidak
Kulit : warna, temperatur, turgor dan kelembaban
Kuku : warna, permukaan kuku, dan kebersihannya
i) Sistem endokrin
Keadaan kelenjar tiroid, suhu tubuh dan ekskresi urine.
j) Sistem penginderaan
Mata : Lapang pandang dan visus.
Hidung : Kemampuan penciuman.
Telingan : Keadaan daun telinga dan kemampuan pendengaran.
k) Sistem reproduksi
Observasi keadaan genetalia, dan perubahan fisik sistem reproduksi.
l) Sistem neurologis
1) Fungsi cerebral
2) Status mental : orientasi, daya ingat dan bahasa.
3) Tingkat kesadaran (eye, motorik, verbal) : dengan menggunakan
Gaslow Coma Scale (GCS).
4) Kemampuan berbicara.
5) Fungsi kranial :
a) Nervus I (Olfaktorius) : Suruh anak menutup mata dan
menutup salah satu lubang hidung, mengidentifikasi dengan benar
bau yang berbeda (misalnya jeruk dan kapas alkohol).

10
b) Nervus II (Optikus) : Periksa ketajaman penglihatan anak,
Persepsi terhadap cahaya dan warna, periksa diskus optikus,
penglihatan perifer.
c) Nervus III (Okulomotorius) : Periksa ukuran dan reaksi pupil,
periksa kelopak mata terhadap posisi jika terbuka, suruh anak
mengikuti cahaya.
d) Nervus IV (Troklearis) : Suruh anak menggerakkan mata
kearah bawah dan kearah dalam.
e) Nervus V (trigemenus) : Lakukan palpasi pada pelipis dan
rahang ketika anak merapatkan giginya dengan kuat, kaji terhadap
kesimetrisan dan kekuatan, tentukan apakah anak dapat merasakan
sentuhan di ats pipi (bayi muda menoleh bila area dekat pipi
disentuh), dekati dari samping, sentuh bagian mata yang berwarna
dengan lembut dengan sepotong kapas untuk menguji refleks
berkedip dan refleks kornea.
f) Nervus VI (Abdusen) : kaji kemampuan anak untuk
menggerakkan mata secara lateral.
g) Nervus VIII (Fasialis) : Uji kemampuan anak untuk
mengidentifikasiLarutan manis (gula), Asam (jus lemon), atau
hambar (kuinin) pada lidah anterior. Kaji fungsi motorik dengan
meminta anak yang lebih besar untuk tersenyum,
menggembungkan pipi, atau memperlihatkan gigi, (amati bayi
ketika senyum dan menangis).
h) Nervus VIII (akustikus) : Uji pendengaran anak
i) Nervus IX (glosofharingeus) : Uji kemampuan anak untuk
mengidentifikasi rasa larutan pada lidah posterior.
j) Nervus X (vagus) : Kaji anak terhadap suara parau dan
kemampuan menelan, sentuhkan spatel lidah ke posterior faring
untuk menentukan apakah refleks muntah ada (saraf cranial IX
dan X mempengaruhi respon ini), jangan menstimulasi refleks
muntah jika terdapat kecurigaan epiglotitis, periksa apakah ovula
pada posisi tengah.

11
k) Nervus XI (aksesorius) : Suruh anak memutar kepala
kesamping dengan melawan tahanan, minta anak untuk
mengangkat bahu ketika bahunya ditekan kebawah.
l) Nervus XII (hipoglosus) : Minta anak untuk mengeluarkan
lidahnya. periksa lidah terhadap deviasi garis tengah, (amati lidah
bayi terhadap deviasi lateral ketika anak menangis dan
tertawa).dengarkan kemampuan anak untuk mengucapkan “r”.
letakkan spatel lidah di sisi lidah anak dan minta anak untuk
menjauhkannya, kaji kekuatannya.
6) Fungsi motorik : massa otot, tonus otot dan kekuatan otot
7) Fungsi sensorik: respon terhadap suhu, nyeri dan getaran
8) Fungsi cerebrum: kemampuan koordinasi dan keseimbangan
7. Pemeriksaan diagnostic
a) Hitung darah lengkap : Menunjukkan normositik, anemia
normositik.
Hemoglobin : Dapat kurang dari 10 g/100 ml
Retikulosit : Jumlah biasanya rendah
Jumlah trombosit : Mungkin sangat rendah (<50.000/mm)
SDP : Mungkin lebih dari 50.000/cm dengan peningkatan SDP
imatur (“menyimpang ke kiri”).mungkin ada sel blast Leukimia
b) PT/PTT : memanjang
c) LDH : Mungkin meningkat
d) Asam urat serum/urine : Mungkin meningkat
e) Muramidase serum (lisozim) : Peningkatan pada Leukimia
monositik Akut dan mielomositik.
f) Copper serum : Meningkat
g) Zink serum : Menurun
h) Biopsi sumsum tulang : SDM abnormal biasanya lebih dari 50%
atau Lebih dari sel blast, dengan prekusor eritroid, sel imatur, dan
megakariositis menurun.
i) Foto dada dan biopsy nodus limfe : Dapat mengindikasikan derajat
keterlibatan
2.2.2 Diagnosa Keperawatan

12
Diagnosa keperawatan menurut The North American Nursing Diagnosis Association
NANDA) adalah “suatu penilalan klinis tentang respon individu, keluarga. atau
kornunitas terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang aktual dan
potensial. Diagnosa keperawatan memberikan dasar untuk pemilihan intervensi
keperawatan untuk mencapai tujuan dimana perawat bertanggung gugat ‘ (Wong,
2004)
Menurut Donna L Wong 2004 diagnosa pada anak dengan leukemia adalah:
a. Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan tubuh
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat anemia
c. Resiko terhadap cedera : perdarahan yang berhubungan dengan penurunan jumlah
trombosit
d. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah
e. Perubahan membran mukosa mulut : stomatitis yang berhubungan dengan efek
samping agen kemoterapi
f. Perubahan nutrisi kurang dan kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan a
noreksia, malaise, mual dan muntah, efek samping kemoterapi dan atau stomatitis
g. Nyeri yang berhubungan dengan efek fisiologis dan leukemia
h. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pemberian agens kemoterapi,
radioterapi, imobilitas.
i. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan alopesia atau perubahan cepat pada
penampilan.
j. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak yang menderita
leukemia.
k. Antisipasi berduka berhubungan dengan perasaan potensial kehilangan anak.
2.2.3 Rencana keperawatan
Rencana keperawatan merupakan serangkaian tindakan atau intervensi untuk
mencapai tujuan pelaksanaan asuhan keperawatan.
Intervensi keperawatan adalah preskripsi untuk perilaku spesifik yang diharapkan dan
pasien dan atau tindakan yang harus dilakukan oleh perawat.
Berdasarkan diagnosa yang ada maka dapat disusun rencana keperawatan sebagai
berikut (Wong ,2004: 595-602)
a. Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan tubuh
Tujuan: Anak tidak mengalami gejala-gejala infeksi

13
Intervensi Rasional
a) Pantau suhu dengan teliti a) untuk mendeteksi kemungkinan infeksi
b) untuk meminimalkan terpaparnya anak dan
b) Ternpatkan anak dalam ruangan khusus sumber infeksi
c) Anjurkan semua pengunjung dan staf rumahc) untuk meminimalkan pajanan pada
sakit untuk menggunakan teknik mencuci organism infektif
tangan dengan baik
d) Gunakan teknik aseptik yang cermat untuk
semua prosedur invasive d) untuk mencegah kontaminasi silang atau
e) Evaluasi keadaan anak terhadap tempat tempat menurunkan resiko infeksi
munculnya infeksi seperti tempat penusukane) untuk intervensi dini penanganan infeksi
jarum, ulserasi mukosa, dan masalah gigi
f).Inspeksi membran mukosa mulut. Bersihkan
mulut dengan baik
g) Berikan periode istirahat tanpa gangguan f) rongga mulut adalah medium yang baik
untuk pertumbuhan organism
h) Berikan diet lengkap nutrisi sesuai usia g) menambah energi untuk penyembuhan
i)Berikan antibiotik sesuai ketentuan dan regenerasi seluler
h) untuk mendukung pertahanan alami tubuh
i) diberikan sebagai profilaktik atau
mengobati infeksi khusus

b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat anemi


Tujuan : terjadi peningkatan toleransi aktifitas
Intervensi Rasional
a) Evaluasi laporan kelemahan, perhatikana) menentukan derajat dan efek
ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam ketidakmampuan
aktifitas sehari-hari
b) Berikan lingkungan tenang dan perlu istirahat
tanpa gangguan b) menghemat energi untuk aktifitas dan
regenerasi seluler atau penyambungan

14
Intervensi Rasional
a) Gunakan semua tindakan untuk mencegaha) karena perdarahan memperberat kondisi anak
perdarahan khususnya pada daerah ekimosis dengan adanya anemia
b) Cegah ulserasi oral dan rectal b) karena kulit yang luka cenderung untuk
berdarah
c) Gunakan jarum yang kecil pada saatc) untuk mencegah perdarahan
melakukan injeksi
d) untuk mencegah perdarahan d) untuk mencegah perdarahan
e) Laporkan setiap tanda-tanda perdarahan e) untuk memberikan intervensi dm1 dalam
(tekanan darah menurun, denyut nadi cepat, dan mengatasi perdarahan
pucat)
f) Hindari obat-obat yang mengandung aspirin f) karena aspirin mempengaruhi fungsi
g) Ajarkan orang tua dan anak yang lebih besar trombosit
untuk mengontrol g) untuk mencegah perdarahan
c) Kaji kemampuan untuk berpartisipasi pada jaringan
aktifitas yang diinginkan atau dibutühkan c) mengidentifikasi kebutuhan individual dan
membantu pemilihan intervensi

c. Resiko terhadap cedera, perdarahan yang berhubungan dengan penurunan jumlah


trombosit
Tujuan : klien tidak menunjukkan bukti-bukti perdarahan
d. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah
Tujuan : Pasien tidak mengalami mual atau muntah.
Intervensi Rasional
a) Berikan antiemetik awal sebelum dimulainyaa) untuk mencegah mual dan muntah
kemoterapi
b) Berikan antiemetik secara teratur pada waktub) untuk mencegah episode berulang
dan program kemoterapi
c) untuk mencegah episode berulang
c) karena tidak ada obat antiemetik yang secara
umum berhasil hindari memberikan makanan
yang beraroma menyengat
d) Anjurkan makan dalam porsi kecil tapi sering d) karena jumlah kecil biasanya ditoleransi
e) Berikan cairan intravena sesuai ketentuan dengan baik
e) untuk mempertahankan hidrasi

15
e. Perubahan membran mukosa mulut stomatitis yang berhubungan dengan efek samping agen
kemoterapi
Tujuan : pasien tidak mengalami mukositis oral
Intervensi Rasional
a) lnspeksi mulut setiap hari untuk adanya ulkusa) untuk mendapatkan tindakan yang segera
oral b) untuk mencegah trauma
b) Untuk mendapatkan tindakan yang segera
c) Gunakan sikat gigi berbulu lembut, aplikatorc) untuk menghindari trauma
berujung kapas, atau jan yang dibalut kasa
d) Berikan pencucian mulut yang sering dengan
cairan salin normal atau tanpa larutand) untuk rneningkatkan penyembuhan
bikarbonat
e) Gunakan pelembab bibir e) untuk menjaga agar bibir tetap lembab dan
mencegah pecah pecah (fisura)
f) karena bila digunakan pada faring, dapat
f) Hindari penggunaan larutan lidokain pada anak menekan refleks muntah yang
kecil mengakibatkan resiko aspirasi dan dapat
menyebabkan kejang
g) agar makanan yang masuk dapat ditoleransi
anak
g) Berikan diet cair, lembut dan lunak h) untuk mendeteksi kemungkinan infeksi
i) untuk membantu melewati area nyeri
h) Inspeksi mulut setiap hari j) dapat mengiritasi jaringan yang luka dan
dapat membusukkan gigi, memperlambat
i) Dorong masukan cairan dengan menggunakan penyembuhan dengan rnemecah protein dan
sedotan dapat mengeringkan mukosa
j) Hindari penggunaa swab gliserin, hidrogenk) untuk mencegah atau mengatasi mukositis
peroksida dan susu magnesia l) untuk mengendalikan nyeri

k) Berikan obat-obat anti infeksi sesuai ketentuan


l) Berikan analgetik

16
f. Perubahan nutrisi kurang dan kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan anoreksia,
malaise, mual dan muntah, efek samping kernoterapi dan atau stomatitis
Tujuan : pasien mendapat nutrisi yang adekuat
Intervensi Rasional
a) Dorong orang tua untuk tetap rileks pada saata) jelaskan bahwa
anak makan hilangnya nafsu makan
adalah akibat langsung
dan mual dan muntah
b) Izinkan anak memakan semua makanan yang serta kemoterapi
dapat ditoleransi, rencanakan untukb) untuk mempertahankan
memperbaiki kualitas gizi pada saat selera nutrisi yang optimal
makan anak meningkat
c) Berikan makanan yang disertai suplemen
nutrisi gizi, seperti susu bubuk atau suplemen
yang dijual bebas c) untuk memaksimalkan
d) Izinkan anak untuk terlibat dalam persiapan dan kualitas intake nutrisi
pemilihan makanan
e) Dorong masukan nutrisi dengan jumlah sedikit
tapi sering d) untuk mendorong agar
f) Dorong pasien untuk makan diet tinggi kalori anak mau makan
kaya nutrient e) karna jumlah yang kecil
biasanya ditoleransi
dengan baik
f) kebutuhan jaringan
metabolik ditingkatkan
begitu juga cairan untuk
g) Timbang BB, ukur TB dan ketebalan lipatan menghilangkan produk
kulit trisep sisa suplemen dapat
memainkan peranan
penting dalam
mempertahankan
masukan kalori dan

17
Intervensi Rasional

protein yang adekuat


g) membantu dalam
mengidentifikasi
malnutrisi protein
kalori, khususnya bila
BB dan pengukuran
antropometri kurang

g. Nycri yang berhubungan dengan efek fisiologis dan leukemia


Tujuan : pasien tidak mengalami nyeri atau nyeri menurun sampai tingkat yang dapat diterirna anak
Intervensi Rasional
a) Mengkaji tingkat nyeri dengan skala 0a) informasi memberikan data dasar untuk
sampai 5 mengevaluasi kebutuhan atau
keefekti fan
b) Jika mungkin, gunakan prosedur-b) untuk meminimalkan rasa tidak aman
prosedur (misal pemantauan suhu non
invasif, alat akses vena c) untuk menentukan kebutuhan
c) Evaluasi efektifitas penghilang nyeri perubahan dosis. Waktu pemberian atau
dengan derajat kesadaran dan sedasi obat

d) Lakukan teknik pengurangan nyeri


e) Berikan obat-obat anti nyeri secara teratur d) sebagai analgetik tambahan
e) untuk mencegah kambuhnya nyeri

i. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan alopesia atau perubahan cepat pada penampilan
Tujuan : pasien atau keluarga menunjukkan perilaku koping positif

18
a) Dorong anak untuk memilih wig (anak
a) untuk membaritu
perempuan) yang serupa gaya dan warna mengembangkan penyesuaian
rambut anak sebelum rambut mulai rontol rambut terhadap kerontokan
b) Berikan penutup kepala yang adekuat selama rambut
pemajanan pada sinar matahari, angin atau
b) karena hilangnya perlindungan
dingin rambut
c) Anjurkan untuk menjaga agar rambut yang
tipis itu tetap bersih, pendek dan halus c) untuk menyamarkan kebotakan
d) Jelaskan bahwa rambut mulai tumbuh dalam parsial
3 hingga 6 bulan dan mungkin warna atau
teksturnya agak berbeda d) untuk menyiapkan anak dan
e) Dorong hygiene, berdandan, dan alat-alat keluarga terhadap perubahan
yang sesuai dengan jenis kelamin ,misalnya penampilan rambut baru
wig, skarf, topi, tata rias.
e) untuk meningkatkan penampilan
2.2.3 Implementasi
Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan dan perencanaan keperawatan yang
telah dibuat untuk rnencapai hasil yang efektif. Dalam pelaksanaan implementasi
keperawatan, penguasaan keterampilan dan pengetahuan hams dimiliki oleh setiap
perawat sehingga pelayanan yang diberikan baik mutunya. Dengan demikian tujuan dan
rencana yang telah ditentukan dapat tercapai (Wong. 2004:33 1).
2.2.4 Evaluasi
Evaluasi adalah suatu penilaian terhadap keberhasilan rencana keperawatan untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhan klien. Menurut Donna L Wong (2004:596-610) hasil
yang diharapkan pada klien dengan leukemia adalah:
1) Anak tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi
2) Berpartisipasi dalam aktifitas sehari-sehari sesuai tingkat kemampuan, adanya laporan
peningkatan toleransi aktifitas.
3) Anak tidak menunjukkan bukti-bukti perdarahan.
4) Anak menyerap makanan dan cairan, anak tidak mengalami mual dan muntah
5) Membran mukosa tetap utuh, ulkus menunjukkan tidak adanya rasa tidak nyaman
6) Masukan nutrisi adekuat
7) Anak beristirahat dengan tenang, tidak melaporkan dan atau menunj ukkan bukti-
bukti ketidaknyamanan, tidak mengeluhkan perasaan tidak nyaman.
19
8) Kulit tetap bersih dan utuh
9) Anak mengungkapkan masalah yang berkaitan dengan kerontokan rambut, anak
membantu menentukan metode untuk mengurangi efek kerontokan rambut dan
menerapkan metode mi dan anak tampak bersih, rapi, dan berpakaian menarik.
10) Anak dan keluarga menunjukkan pemahaman tentang prosedur, keluarga
menunjukkan pengetahuan tentang penyakit anak dan tindakannya. Keluarga
mengekspresikan perasaan serta kekhawatirannya dan meluangkan waktu bersama anak.
11) Keluarga tetap terbuka terhadap konseling dan kontak keperawatan

20
BAB lll
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Leukemia berasal dari bahasa yunani yaitu leukos yang berarti putih dan
haima yang berarti darah. Jadi leukemia dapat diartikan sebagai suatu penyakit yang
disebabkan oleh sel darah putih. Proses terjadinya leukemia adalah ketika seldarah
yang bersifat kanker membelah secara tak terkontrol dan mengganggupembelahan sel
darah normal.
Leukemia ada 4 jenis berdasarkan asal dan kecepatan perkembangan selkanker
yaitu Leukemia Mieloblastik Akut (LMA), Leukemia Mielositik Kronik (LMK),
Leukemia Limfoblastik Akut (LLA), dan Leukemia Limfositik Kronik (LLK)
(Medicastore, 2009).
Gejala – gejala yang dirasakan antara lain anemia,wajah pucat, sesak nafas,
pendarahan gusi, mimisan, mudah memar, penurunanberat badan, nyeri tulang dan
nyeri sendi.
Di Indonesia kasus leukemia sebanyak ± 7000 kasus/tahun dengan angkakematian
mencapai 83,6 % (Herningtyas, 2004). Data dari International Cancer Parent
Organization (ICPO) menunjukkan bahwa dari setiap 1 juta anak terdapat120 anak
yang mengidap kanker dan 60 % diantaranya disebabkan oleh leukemia(Sindo, 2007).
Data dari WHO menunjukkan bahwa angka kematian di AmerikaSerikat karena
leukemia meningkat 2 kali lipat sejak tahun 1971 (Katrin, 1997).Di Amerika Serikat
setiap 4 menitnya seseorang terdiagnosa menderita leukemia.Pada akhir tahun 2009
diperkirakan 53.240 orang akan meninggal dikarenakan leukemia (TLLS, 2009).
Kemoterapi merupakan jenis pengobatan yang menggunakan obat - obatan
untuk membunuh sel - sel leukemia, tetapi juga berdampak buruk karena membunuh
sel- sel normal pada bagian tubuh yang sehat.
3.2 Saran
Bagi para pembaca kami berharap agar tidak merasa puas dengan makalah
yang kami tulis ini sehingga menambah minat untuk mencari sumber lain. Karena
kami pun menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna.

21
DAFTAR PUSTAKA

Behrman, Kliegman, Arvin. 2000. Ilmu Kesehatan Anak. EGC


Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. EGC
Nursalam, dkk. 2005. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Salemba Merdeka.
http://catatanperawat.byethost15.com/asuhan-keperawatan/asuhan-keperawatan-anak-
leukimia/

22

Anda mungkin juga menyukai