PENDAHULUAN
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Jadi dapat di simpulkan bahwa teknologi juga mempengaruhi terhadap
terjangkitnya penyakit kronis, kenapa? Karna teknologi juga dapat mengakibatkan
masalah masalah kronis yang hampir sama melemahkannya seperti yang di rancang
untuk menyembuhkannnya. Sebagai cintoh teknologi sangat meningkatkan angka
bertahan hidup bayi bayi yang sangat premature namun pada saat yang sama
teknologi tersebut juga membuat mereka rentan terhadap komplikasi seperti
ketergantungan terhadap ventilator dan kebutaan.
3.2 Saran
Sebagai calon perawat profesional, alangkah lebih baik nya jika dalam memberikan
asuhan keperawatan menggunakan teknik teknik komonikasi secara benar dan
bijaksana sehingga terciptalah generasi generasi penerus yang berkualitas
BAB II
PEMBAHASAN
“Pemutusan hubungan kerja bagi buruh merupakan permulaan dari segala pengakhiran,
permulaan dari berakirnya mempunyai pekerjaan, permulaan dari berakhirnya kemampuan
membiayai keperluan hidup sehari-hari baginya dan keluarganya, permulaan dari berakhirnya
kemampuan menyekolahkan anak-anak dan sebagainya”.2 Hukum Ketenagakerjaan
mengenal beberapa jenis PHK, yaitu:
a. PHK oleh majikan/pengusaha, yaitu PHK oleh pihak pengusaha terjadi karena
keinginan dari pihak pengusaha dengan alasan, persyaratan, dan prosedur tertentu.
b. PHK oleh pekerja/buruh, yaitu PHK oleh pihak pekerja terjadi karena keiginan dari
pihak pekerja dengan alasan dan prosedur tertentu.
c. PHK demi hukum, yaitu PHK adalah merupakan pemutusan hubungan kerja yang
terjadi dengan sendirinya sehubungan dengan jangka waktu yang dibuat oleh buruh
dengan pengusaha.Selain dapat terjadi karena berakirnya janka waktu perjanjian, PHK
demi hukum dapat terjadi karena meninggalnya pekerja.
d. PHK oleh pengadilan (PPHI) yaitu, PHK oleh putusan pengadilan terjadi karena alasan
tertentu yang mendesak dan penting, misalnya terjadi peralihan kepemilikan, peralihan
asset atau pailit.3
Flippo (1981) membedakan pemutusan hubungan kerja di luar konteks pensiun menjadi
3 kategori, yaitu
a. Layoff
Keputusan ini akan menjadi kenyataan ketika seorang karyawan yang
benar-benar memiliki kualifikasi yang membanggakan harus dipurnatugaskan
karena perusahaan tidak lagi membutuhkan sumbangan jasanya.
b. Outplacement
Ialah kegiatan pemutusan hubungan kerja disebabkan perusahaan ingin
mengurangi banyak tenaga kerja, baik tenaga profesional, manajerial, maupun
tenaga pelaksana biasa. Pada umumnya perusahaan melakukan kebijakan ini
untuk mengurangi karyawan yang performansinya tidak memuaskan, orang-orang
yang tingkat upahnya telah melampaui batas-batas yang dimungkinkan, dan
orang-orang yang dianggap kurang memiliki kompetensi kerja, serta orang-orang
yang kurang memiliki kemampuan yang dapat dikembangkan untuk posisi di
masa mendatang. Dasar dari kegiatan ini ialah kenyataan bahwa perusahaan
mempunyai tenaga kerja yang skillnya masih dapat dijual kepada perusahaan lain,
dan sejauh mana kebutuhan pasar terhadap keahlian atau skill ini masih
tersembunyi.
c. Discharge
Kegiatan ini merupakan kegiatan yang menimbulkan perasaan paling tidak
nyaman di antara beberapa metode pemutusan hubungan kerja yang ada.Kegiatan
ini dilakukan berdasar pada kenyataan bahwa karyawan kurang mempunyai sikap
dan perilaku kerja yang memuaskan.
Baik penyebab yang berasal dari kualifikasi, sikap dan perilaku karyawan yang
tidak memuaskan, atau penyebab yang berasal dari pihak manajemen yang seharusnya
dengan keahliannya dan kewenangan yang diserahkan kepadanya diharapkan mampu
mengembangkan perusahaan, walau dalam kenyataannya menimbulkan kesulitan-
kesulitan bagi perusahaan, dan harus mengambil keputusan untuk efisiensi tenaga kerja.
Pengusaha dapat pula melakukan PHK terhadap pekerja atau buruh apabila terjadi
perubahan status, penggabungan, peleburan atau perubahan kepemilikan dan pekerja
atau buruh tidak bersedia melanjutkan hubungan kerja. Selain itu, PHK juga dapat di
lakukan oleh pengusaha apabila perusahaan tutup yang disebabkan karena perusahaan
mengalami kerugian atau pailit serta perusahaan tidak dapat melakukan proses produksi
lagi.
1. Faktor Pribadi
a. Usia, pekerja muda mempunyai tingkat turnover yang lebih tinggi daripada
pekerja-pekerja yang lebih tua. Semakin tinggi usia seseorang, semakin
rendah intensi untuk melakukan turnover. Karyawan yang lebih muda lebih
tinggi kemungkinan untuk keluar. Hal ini mungkin disebabkan pekerja yang
lebih tua enggan berpindah-pindah tempat kerja karena berbagai alasan
seperti tanggung jawab keluarga, mobilitas yang menurun, tidak mau repot
pindah kerja dan memulai pekerjaan di tempat kerja baru, atau karena energi
yang sudah berkurang, dan lebih lagi karena senioritas yang belum tentu
diperoleh di tempat kerja yang baru walaupun gaji dan fasilitasnya lebih
besar.
b. Lama Kerja, Pemutusan Hubungan Kerja lebih banyak terjadi pada karyawan
dengan masa kerja lebih singkat. Interaksi dengan usia, kurangnya sosialisasi
awal merupakan keadaan-keadaan yang memungkinkan terjadinya turnover
tersebut. Karyawan sering pula menemukan harapan-harapan mereka
terhadap pekerjaan atau perusahaan itu berbeda dengan kenyataan yang
didapat.Disamping itu, umumnya pekerja-pekerja baru itu masih muda
usianya, masih punya keberanian untuk berusaha mencari perusahaan dan
pekerjaan yang sesuai dengan yang diharapkan.
c. Keikatan terhadap perusahaan. Pekerja yang mempunyai rasa keikatan yang
kuat terhadap perusahaan tempat ia bekerja berarti mempunyai dan
membentuk perasaan memiliki (sense of belonging), rasa aman, efikasi,
tujuan dan arti hidup, serta gambaran diri yang positif. Akibat secara
langsung adalah menurunnya dorongan diri untuk berpindah pekerjaan dan
perusahaan.
2. Kepuasan kerja.
Ketidakpuasan yang menjadi penyebab turnover memiliki banyak aspek,
diantara aspekaspek itu adalah ketidakpuasan terhadap manajemen perusahaan,
kondisi kerja, mutu pengawasan, penghargaan, gaji, promosi dan hubungan
interpersonal. Kepuasan terhadap kerja, dengan kepuasan kerja yang diperoleh,
diharapkan kinerja karyawan yang tinggi dapat dicapai para karyawan. Tanpa
adanya kepuasan kerja, karyawan akan bekerja tidak seperti apa yang diharapkan
oleh perusahaan
3. Budaya perusahaan
Merupakan suatu kekuatan tak terlihat yang mempengaruhi pemikiran,
perasaan, pembicaraan maupun tindakan manusia yang bekerja di dalam
perusahaan. Budaya perusahaan mempengaruhi persepsi mereka, menentukan
dan mengharapkan bagaimana cara individu bekerja sehari-hari dan dapat
membuat individu tersebut merasa senang dalam menjalankan tugasnya
PENUTUP
A. Kesimpulan PHK
1. Merupakan peristiwa yang tidak diharapkan terjadi, baik oleh kalangan pekerja atau
buruh , pengusaha maupun pemerintah. Bagi buruh tentu akan berdampak pada
pemasukan ekonomi keluarganya sedangkan bagi pengusaha PHK berarti
kehilangan pekerja atau buruh yang telah dididk dan memahami tentang prosedur
kerja di perusahaannya.
2. Pemerintah mengupayakan secara langsung untuk menghindari agar PHK tidak
terjadi. Pemerintah bertugas untuk menjaga kelangsungan atas berputarnya roda
perekonomian nasional dan terjaminnya ketertiban umum serta untuk melindungi
pihak yang berekonomi lemah.
DAFTAR PUSTAKA