- Giro Wadi’ah
Dalam Undang-undang no 10 tahun 1998, pasal 1 ayait 6 disebutkan
yang dimaksud dengan giro adalah simpanan yang penarikannya dapat
dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet giro, sarana perintah
pembayaran lainnya atau dengan cara pemindahbukuan.
Dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional ditetapkan ketentuan tentang Giro
Wadiah (Fatwa, 2006) sebagai berikut:
Bersifat titipan
Titipan bisa diambil kapan saja (on call)
Tidak ada imbalan yang disyaratkan, kecuali dalam bentuk pemberian
(athaya) yang bersifat sukarela dari pihak bank.
- Tabungan Wadi’ah
Simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat tertentu
yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek atau alat yang dapat
dipersamakan dengan itu.
Jawaban No 2
Dilihat dari segi kuasa yang diberikan kepada pengusaha, mudharabah terbagi
menjadi 2 jenis, yaitu:
1. Mudharabah Muthlaqah, (Investasi Tidak Terikat/Dana Syirkah
Temporer) yaitu pihak pengusaha “diberi kuasa penuh untuk
menjalankan proyek tanpa larangan / gangguan apapun” urusan yang
berkaitan dengan proyek itu dan tidak terikat dengan waktu, tempat,
jenis, perusahaan dan pelanggan.
Investasi tidak terbatas ini pada usaha perbankan syariah diaplikasikan
pada tabungan, dan deposito.
Jawaban no 3
Jawaban no 5
Oleh karena itu dana mudharabah tersebut tidak harus dikembalikan oleh
mudharib seluruhnya (seratus persen), dikembalikan setelah dikurangi
dengan kerugian yang ditanggung oleh penggelolaan dana mudharabah
tersebut, hal ini sangat berbeda dengan penghimpunan dana dengan prinsip
wadiah (titipan), dimana penerima titipan harus mengembalikan dana
tersebut kapan saja penitip penghendaki, sehingga prinsip ini dikategorikan
sebagai kewajiban.
Jawaban no 6
Jawaban no 7