Anda di halaman 1dari 6

Prinsip wadiah dalam perbankan syariah dapat diterapkan pada

kegiatan penghimpunan dana berupa giro dan tabungan. Di Indonesia, hampir


semua Bank Syariah menerapkan prinsip wadiah pada tabungan giro. Giro
wadiah adalah titipan pihak ketiga pada Bank Syariah yang penarikannya
dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet giro, kartu ATM,
sarana perintah pembayaran lainnya atau dengan cara pemindahbukuan.

- Giro Wadi’ah
Dalam Undang-undang no 10 tahun 1998, pasal 1 ayait 6 disebutkan
yang dimaksud dengan giro adalah simpanan yang penarikannya dapat
dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet giro, sarana perintah
pembayaran lainnya atau dengan cara pemindahbukuan.
Dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional ditetapkan ketentuan tentang Giro
Wadiah (Fatwa, 2006) sebagai berikut:
 Bersifat titipan
 Titipan bisa diambil kapan saja (on call)
 Tidak ada imbalan yang disyaratkan, kecuali dalam bentuk pemberian
(athaya) yang bersifat sukarela dari pihak bank.

- Tabungan Wadi’ah
Simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat tertentu
yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek atau alat yang dapat
dipersamakan dengan itu.

Jawaban No 2

Penghimpunan dana dengan prinsip mudharabah, dapat dibagi atas dua


skema yaitu skema muthlaqah dan skema muqayyadah. Dalam penghimpunan
dana dengan prinsip mudharabah muthalaqah, kedudukan Bank Syariah
adalah sebagai mudharib (pihak yang mengelola dana) sedangkan penabung
atau deposan adalah pemilik dana (shahibul maal). Hasil usaha yang diperoleh
bank selanjutnya dibagi antara bank dengan nasabah pemilik dana sesuai
dengan porsi nisbah yang disepakati dimuka.

Dilihat dari segi kuasa yang diberikan kepada pengusaha, mudharabah terbagi
menjadi 2 jenis, yaitu:
1. Mudharabah Muthlaqah, (Investasi Tidak Terikat/Dana Syirkah
Temporer) yaitu pihak pengusaha “diberi kuasa penuh untuk
menjalankan proyek tanpa larangan / gangguan apapun” urusan yang
berkaitan dengan proyek itu dan tidak terikat dengan waktu, tempat,
jenis, perusahaan dan pelanggan.
Investasi tidak terbatas ini pada usaha perbankan syariah diaplikasikan
pada tabungan, dan deposito.

1. Mudharabah Muqaidah / Muqayyadah (Investasi Terikat) yaitu pemilik


dana (shahibul maal) membatasi / memberi syarat kepada mudharib
dalam pengelolaan dana seperti misalnya hanya untuk melakukan
mudharaah bidang tertentu, cara, waktu dan tempat yang tertentu saja,
Bank dilarang mencampurkan rekening investasi terbatas dengan dana
bank atau dana rekening lainnya pada saat investasi. Bank dilarang
untuk investasi dananya pada transaksi penjualan cicilan, tanpa
penjamin atau tanpa jaminan. Bank diharuskan melakukan investasi
sendiri (tidak melalui pihak ketiga).

Jawaban no 3

Komite Akuntansi Syariah Dewan Standar Akuntasi Keuangan (KAS


DSAK) menerbitkan enam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
(PSAK) bagi seluruh lembaga keuangan syariah (LKS) yang disahkan
tanggal 27 Juni 2007 dan berlaku mulai tanggal 1 Januari 2008 atau
pembukuan tahun yang berakhir tahun 2008.
Ke- enam PSAK itu adalah:
. PSAK 101: Penyajian Laporan Keuangan Syariah
Pernyataan ini bertujuan untuk mengatur penyajian dan pengungkapan
laporan keuangan untuk tujuan umum (general purpose financial statements)
untuk entitas syariah, yang selanjutnya disebut “laporan keuangan”, agar
dapat dibandingkan baik dengan laporan keuangan entitas syariah periode
sebelumnya maupun dengan laporan keuangan entitas syariah lain.
Pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan transaksi dan
peristiwa tertentu diatur dalam PSAK terkait.
. PSAK 102 Akuntansi Murabahah
Pernyataan ini bertujuan untuk mengatur pengakuan, pengukuran,
penyajian, dan pengungkapan Transaksi murabahah :
Ruang lingkup pernyataan ini diterapkan untuk lembaga keuangan syariah
dan koperasi syariah yang melakukan transaksi murabahah baik sebagai
penjual maupun pembeli; dan pihak-pihak yang melakukan transaksi
murabahah dengan lembaga keuangan syariah atau koperasi syariah.
PSAK 103 Akuntansi Salam
Pernyataan ini bertujuan untuk mengatur pengakuan, pengukuran,
penyajian, dan pengungkapan transaksi salam.
Ruang Lingkup Pernyataan ini diterapkan untuk entitas yang
melakukan transaksi salam, baik sebagai penjual atau pembeli. Pernyataan ini
tidak mencakup pengaturan perlakuan akuntansi atas obligasi syariah
(sukuk) yang menggunakan akad salam.
. PSAK 104 Akuntansi Istishna'
Pernyataan ini bertujuan untuk mengatur pengakuan, pengukuran,
penyajian, dan pengungkapan transaksi istishna’.
Ruang Lingkup Pernyataan ini diterapkan untuk lembaga keuangan syariah
dan koperasi syariah yang melakukan transaksi istishna’, baik sebagai penjual
maupun pembeli.
. PSAK 105 Akuntansi Mudharabah
Pernyataan ini bertujuan untuk mengatur pengakuan, pengukuran,
penyajian, dan pengungkapan transaksi mudharabah.
Ruang Lingkup Pernyataan ini diterapkan untuk entitas yang
melakukan transaksi mudharabah baik sebagai pemilik dana (shahibul maal)
maupun pengelola dana (mudharib). Pernyataan ini tidak mencakup
pengaturan perlakuan akuntansi atas obligasi syariah (sukuk) yang
menggunakan akad mudharabah.
. PSAK 106 Akuntansi Musyarakah
Pernyataan ini bertujuan untuk mengatur pengakuan, pengukuran,
penyajian, dan pengungkapan transaksi musyarakah. Ruang Lingkup
Pernyataan ini diterapkan untuk entitas yang melakukan transaksi
musyarakah
Pernyataan ini tidak mencakup pengaturan perlakuan akuntansi atas obligasi
syariah (sukuk) yang menggunakan akad musyarakah.
Jawaban No 4
Penghimpunan dana prinsip wadi’ah (titipan) penerima titipan harus
mengembalikan dana kapan saja penitip menghendaki.
Prinsip wadi’ah dikategorikan sebagai kewajiban.

Jawaban no 5

Semua penghimpunan dana Bank Syariah yang mempergunakan prinsip


mudharabah mutlqah, seperti tabungan mudharabah, deposito mudharabah
dibukukan pada unsur neraca dalam kelompok sebelumnya “Investasi Tidak
terikat” disempurnakan menjadi “Dana Syirkah Temporer”. Unsur Dana
Syirkah Temporer ini, tidak dapat dikategorikan sebagai kewajiban dan tidak
pula dapat diketagorikan sebagai ekuitas, karena sesuai prinsip syariah
mudharabah, apabila terdapat kerugian yang bukan karena kelalaian
mudharib, maka kerugian tersebut menjadi tanggungan pemilik dana /
shahibul maal.

Oleh karena itu dana mudharabah tersebut tidak harus dikembalikan oleh
mudharib seluruhnya (seratus persen), dikembalikan setelah dikurangi
dengan kerugian yang ditanggung oleh penggelolaan dana mudharabah
tersebut, hal ini sangat berbeda dengan penghimpunan dana dengan prinsip
wadiah (titipan), dimana penerima titipan harus mengembalikan dana
tersebut kapan saja penitip penghendaki, sehingga prinsip ini dikategorikan
sebagai kewajiban.

Jawaban no 6

1. Ketentuan Syariah Transaksi Murabahah


Pembolehan penggunaan murabahah didasarkan pada Al-Quran surat Al
Baqarah ayat 275 yang menyatakan bahwa Allah telah menghalalkan jual beli
dan mengharamkan riba.
Ketentuan syar’i terkait transakasi murabahah, digariskan oleh fatwa dewan
syariah Nomor 04/DSN-MUI/IV/2000.
2. Rukun Transaksi Murabahah
Rukun trasnsaksi murabahah meliputi transaktor, yaitu adanya pembeli
(nasabah) dan penjual (bank syariah), objek akad murabahah yang
didalamnya tekandung barang dan harga, serta ijab dan qabul berupa
pernyataan kehendak masing masing pihak , baik dalam bentuk ucapan
maupun perbuatan.
 Transaktor (pihak yang bertransaksi) terdiri dari pembeli (nasabah) dan
penjual (bank syariah)
 Objek murabahah, meliputi barang dan harga barang yang diperjual
belikan, barang tersebut tidak boleh barang yang diharamkan oleh syariah
islam.
 Ijab dan kabul, merupakan kehendak pihak yang bertransaksi baik itu
secara lisan maupun tertulis, atau secara diam diam.

Jawaban no 7

Standar Akuntansi Murabahah


Pernyataan ini bertujuan untuk mengatur pengakuan, pengukuran,
penyajian, dan pengungkapan Transaksi murabahah :
Ruang lingkup pernyataan ini diterapkan untuk lembaga keuangan syariah
dan koperasi syariah yang melakukan transaksi murabahah baik sebagai
penjual maupun pembeli; dan pihak-pihak yang melakukan transaksi
murabahah dengan lembaga keuangan syariah atau koperasi syariah.
Murabahah adalah akad jual beli barang dengan harga jual sebesar
biaya perolehan ditambah keuntungan yang disepakati dan penjual harus
mengungkapkan biaya perolehan barang tersebut kepada pembeli.
Lembaga keuangan syariah yang dimaksud, antara lain, adalah:
perbankan syariah sebagaimana yang dimaksud dalam peraturan perundang-
undangan yang berlaku seperti lembaga keuangan syariah nonbank seperti
asuransi, lembaga pembiayaan, dan dana pensiun; dan lembaga keuangan lain
yang diizinkan oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku untuk
menjalankan transaksi murabahah.
Pernyataan ini tidak mencakup pengaturan perlakuan akuntansi atas obligasi
syariah (sukuk) yang menggunakan akad murabahah.
Jawaban no 8
Sedangkan perlakuan akuntansi murabahah adalah sebagai berikut :
1. Pengakuan dan pengukuran urbun ( uang muka ) :
a) Urbun diakui sebagai uang muka pembelian sebesar jumlah yang diterima
bank pada saat diterima
b) Jika transaksi murabahah dilaksanakan, maka urbun diakui sebagai
pembayaran piutang ( bagian angsuran pembelian )
c) Jika transaksi tidak dilaksanakan, maka urbun dikembalikan kepada
nasabah setelah dikurangi dengan biaya yang telah dikeluarkan bank
d) Pengakuan piutang. Pada saat akad murabahah, piutang murabahah diakui
sebesar nilai perolehan ditambah keuntungan yang disepakati

Anda mungkin juga menyukai