Anda di halaman 1dari 6

TUGAS RESUME

DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN


“ SEGITIGA PENYAKIT (DISEASE TRIANGLE)”

NAMA : Mahrani
NIM : 195040200111019
KELAS : A

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2019
Segitiga Penyakit
Pembudidayaan tanaman tentunya memiliki tujuan tertentu, yaitu untuk memenuhi
kebutuhan hidup, baik kebutuhan pangan, sandang maupun papan. Agar kebutuhan
tersebut dapat terpenuhi tentulah harus menjaga dan merawat tanaman yang
dibudidayakan agar terhindar dari serangan penyakit yang dapat menyebabkan
kehilangan hasil produksi tanaman dan menyebabkan kerugian yang tidak
diharapkan.

Kehilangan hasil adalah penyusutan kuantitas atau penurunan kualitas hasil tanaman
yang disebabkan oleh penyakit tanaman. Apabila dilihat dari prosesnya, kehilangan
hasil terjadi karena adanya interaksi yang kompleks antara penyakit dengan
pertumbuhan serta perkembangan tanaman atau inang (Gaunt dan Robertson,1989).
Fokus utama yang harus dicermati dalam memahami kehilangan hasil akibat dari
serangan penyakit ini adalah penyebabnya.

Penyakit pada tanaman disebabkan oleh adanya interaksi antara tiga faktor yaitu,
faktor tanaman atau inang, faktor organisme penggangu atau patogen, dan
lingkungan. Ketiga faktor inilah yang disebut segitiga penyakit atau triangle disease.
dalam perkembangan penyakit di alam, jumlah dan interaksi ketiga komponen
tersebut sangat ditentukan oleh waktu sehingga mengubah konsep segitiga penyakit
menjadi piramida penyakit atau disease pyramid.

Pada lingkungan yang stabil keseimbangannya dengan inang dan penyebab gangguan
seperti halnya pada hutan primer. Maka jarang terjadi gangguan, kecuali bencana
alam seperti gunung meletus, petir, dan sebagainya. Untuk itu, dengan memahami
segitiga penyakit, kita bisa meminimalisir kerugian akibat terserang penyakit atau
hama dan juga lebih memahami mengenai pengendaliannya dan upaya-upaya yang
dapat dilakukan untuk pencegahan hama dan penyakit tersebut.
Pengaruh tanaman inang terhadap timbulnya suatu penyakit tergantung dari jenis
tanaman inang, keretanan terhadap penyakit, bentuk dan tingkat pertumbuhan,
struktur dan kerapatan populasi, kesehatan tanaman dan ketahanan inang.

Pengertian dari hama tanaman itu sendiri adalah semua hewan, yang karena aktifitas
hidupnya, merusak tanaman atau hasilnya, sehingga menimbulkan kerugian secara
ekonomi. Hewan yang dapat menjadi hama antara lain serangga, tungau, tikus,
burung, dan mamalia besar. Sedangkan patogen tanaman adalah semua organisme
hidup yang mendapatkan makanan dari tanaman sehingga tanaman sakit dan
menimbulkan kerugian secara ekonomi. Patogen yang dapat menyebabkan penyakit
tanaman antara lain adalah golongan jamur (cendawan), bakteri, molikut (bakteri
tanpa dinding sel), nematoda, protozoa, virus dan viroid (partikel yang menyerupai
virus), serta tumbuhan berbiji tingkat tinggi yang bersifat sebagai parasit. Pengaruh
komponen patogen dalam timbulnya penyakit sangat tergantung pada kehadiran
patogen, jumlah populasi patogen, kemampuan adaptasi patogen, kemampuan
patogen untuk menimbulkan penyakit yaitu berupa kemampuan menginfeksi
(virulensi) dan kemampuan menyerang tanaman inang (agresifitas), penyebaran,
ketahanan hidup dan kemampuan berkembangbiak patogen.

Menurut Stern et all. (1959) ada tiga keadaan yang dapat menyebabkan perubahan
status suatu spesies binatang menjadi hama yang merugikan, yaitu perubahan ke
tanaman monokultur, pemindahan hama melewati batas geografik, dan perubahan
toleransi manusia.

Perubahan ke tanaman monokultur dapat merubah status binatang menjadi hama


karena penanaman varietas tanaman dengan hasil tinggi dan dengan keragaman
genetis yang rendah secara monokultur dapat memperbaiki kondisi kolonitas,
penyebaran dan pertumbuhan populasi serangga (Waage, 1996) sehingga dapat
merubah status serangga menjadi hama. Binatang arthropoda dapat berubah status
menjadi hama setelah dipindahkan atau ikut pindah sehingga melewati batas-batas
geografik tertentu, dan berhasil meninggalkan predator, parasitoid, dan patogennya
yang ada ditempat asalnya. Di alam, yang memiliki tingkat keragaman genetik tinggi,
umumnya telah terjadi keseimbangan antara patogen, inang dan lingkungannya
sehingga tidak terjadi epidemi penyakit. Apabila karena suatu hal keseimbangan
tersebut terganggu, maka terjadi epidemi penyakit. Usaha pertanian mengakibatkan
keragaman genetik makin sempit sehingga mengakibatkan kerentanan terhadap
timbulnya epidemi penyakit tanaman. Strategi pengolahan yang mampu
mempertahankan populasi hama pada tingkat yang tidak merugikan adalah dengan
adanya pembelajaran mengenai struktur ekosistem yang meliputi tanaman, hama,
musuh alami, dan kelompok biotik lainnya serta adanya interaksi dinamik antar
komponen biotik.

Gangguan pada tanaman yang disebabkan oleh serangan hama dan penyakit
umumnya akan menimbulkan kerusakan pada tanaman yang terserang, namun
kerusakan pada tanaman tidak hanya disebabkan oleh serangan hama dan penyakit,
ada faktor lain yang juga berpengaruh terhadap kerusakan tanaman yaitu faktor
lingkungan karena pertumbuhan tanaman tidak hanya dipengaruhi oleh faktor
genetic, tetapi juga faktor lingkungan. Oleh karena itu, faktor lingkungan sangat
berpengaruh terutama faktor ketersedian air dan unsur hara. Gejala kerusakan
tanaman akan timbul bila tanaman mengalami kekurangan atau kelebihan air dan
unsur hara. Selain itu, kondisi lingkungan yang dapat berubah secara tiba-tiba dalam
tingkatan yang bervariasi dapat menyebabkan perubahan perkembangan penyakit
menjadi lebih cepat atau lambat. Suhu udara, curah hujan, kandungan air tanah,
kesuburan tanah juga dapat mempengaruhi timbulnya hama dan penyakit. Yakni,
dengan menciptakan kondisi lingkungan yang sesuai dengan tempat hidup patogen
tersebut.

Tanaman yang terserang penyakit dapat diketahui dengan melihat gejala yang terjadi.
Gejala tersebut dapat dijumpai dibagian akar, batang, daun maupun buah dari
tanaman tersebut. Dengan mengetahui gejala yang terjadi dapat diupayakan
pengendalian untuk mengurangi kerusakan pada tanaman sehingga dapat
meningkatkan produksi.

Segitiga Penyakit dapat dijelaskan secara sederhana bahwa patogen dapat


berkembang pada inang yang memiliki potensi menyebabkan peledakan penyakit
apabila virulensi tinggi dan pada saat bersamaan kondisi lingkungan mendukung
perkembangan penyakit. sebagai misal pada tanaman bawang merah yang terinfeksi
patogen Alternaria porri. Patogen tersebut dapat menyebabkan penyakit bercak ungu
apabila kondisi lingkungan lembab selama 6 jam, maka mengakibatkan permukaan
daun basah dan dapat diprediksi bahwa penyakit akan berkembang lebih cepat,
apalagi tanaman bawang merah ditanam pada saat musim penghujan. Proses tersebut
tidak terlepas dari proses sebelumnya, yaitu lahan yang terus ditanami jenis tanaman
bawang. Kondisi ini dapat diperparah dengan pemberian pupuk N yang berlebihan.
Kondisi ini merupakan contoh adanya interaksi patogen dan tanaman inang yang
terus tersedia disamping pemberian pupuk yang tidak berimbang.

Salah satu cara untuk menekan hama dan penyakit adalah dengan menggunakan
bahan kimia. Namun, penggunaan bahan kimia yang berlebihan dapat menyebabkan
kerusakan yang lebih parah. Misalnya dengan menggunakan bahan kimia, hama yang
menyerang tanaman tersebut dapat menjadi resisten. Sehingga penanganan nya akan
lebih sulit. Penggunaan bahan kimia secara terus menerus juga dapat mengubah
serangga yang dulunya bukan hama menjadi hama yang merusak tanaman. Selain
menggunakan bahan kimia, bisa juga dengan menyeleksi bibit tanaman yang tahan
penyakit dan memperhatikan kondisi lingkungan disekitar tanaman. Untuk
memperoleh keuntungan yang maksimal bisa dilakukan dengan melakukan
pengendalian hama. Adanya sedikit populasi hama di tanaman yang merupakan
makanan/mangsa bagi musuh alami sehingga keberadaan musuh alami dapat
dipertahankan untuk menjaga keseimbangan ekosistem.
DAFTAR PUSTAKA

Dewi, Nurulita Candra. 2019. Mengenal Hama dan Penyakit Tanaman. Klaten : PT
Intan Pariwara.

Indiati, Sri Wahyuni. dan Marwoto. (OKTOBER 2017). Penerapan Pengendalian


Hama Terpadu (PHT) pada Tanaman Kedelai. BULETIN PALAWIJA, VOL. 15,
NO. 2: 87–100.

Mudjiono, Gatot. 2013. Pengelolaan Hama Terpadu : Konsep, Taktik, Strategi,


Penyusunan Program PHT, dan Implementasinya. Malang : Universitas Brawijaya
Press (UB Press).

Nirwanto, Hery. 2007. PENGANTAR EPIDEMI DAN MANAJEMEN PENYAKIT


TANAMAN. Surabaya : Penerbit UPN “Veteran” Jawa Timur.

Raharjo, Argohartono Arie. 2017. Hama & Penyakit Tanaman : Kenali dan Atasi.
Jakarta : Trubus Swadaya.

Rivai, Firdaus. 2018. Kehilangan Hasil Akibat Penyakit Tanaman. Padang : Andalas
University Press.

Saleh, Nasir. (2004). “Strategi Pengendalian Penyakit Tanaman Kedelai”. BULETIN


PALAWIJA, No. 7 & 8: 51–60.

Sopialena. 2017. Segitiga Penyakit Tanaman. Samarinda : Mulawarman. University


Press.

Sulistiya. 2010. “Dasar-dasar perlindungan tanaman”.


https://www.academia.edu/33843213/DASAR-
DASAR_PERLINDUNGAN_TANAMAN, diakses pada 7 september 2019 pukul
3:25 PM

Triharso. 2010. DASAR-DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN. Yogyakarta : Gadjah


Mada University Press.

Anda mungkin juga menyukai