Anda di halaman 1dari 7

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Supervisi Pendidikan


A. Pengertian Supervisi Pendidikan

APAKAH SEBENARNYA SUPERVISI ITU ?


Jawaban atas pertanyaan ini bergantung kepada titik tinjau setiap ahli.
Dibawah ini dikemukakan beberapa definisi tentang supervisi. Menurut P. Adams dan
Frank G. Dickey : Supervisi adalah program yang berencana untuk memperbaiki
pengajaran (1 : 2). Inti dari program supervisi pada hakekatnya adalah untuk
memperbaiki hal belajar dan mengajar. Program itu dapat berhasil bila supervisor
memiliki keterampilan (skill) dan cara kerja yang efisien dalam kerjasama dengan orang
lain (guru dan petugas pendidikan lainnya).
Dalam “Dictionary of Education”, Good Carter, memberi pengertian supervise sebagai
berikut (terjemahan bebas) :
Supervisi adalah usaha dari petugas-petugas sekolah dalam memimpim guru-
guru dan petugas lainnya, dalam memperbaiki pengajaran, termasuk menstimulir,
menyeleksi pertumbuhan jabatan dan perkembangan guru-guru dan merevisi tujuan-
tujuan pendidikan, bahan-bahan pengajaran dan method mengajar dan evaluasi
pengajaran.
Rumusan di atas telah diperinci sedemikian rupa sehingga jelas di mana sasaran
supervisi itu. Penegasan terhadap apa sebenarnya tugas guru yang harus diperbaiki agar
guru-guru selalu “bertumbuh dalam jabatannya” (professional growth).
Untuk memahami pengertian supervisi secara agak mendalam maka perlu
meninjau istilah itu baik dari sudut etimologi maupun dari sudut semantik.

a. Pengertian supervisi dilihat dari sudut etimologi


Dilihat dari sudut etimologi “supervisi” berasal dari kata “super” dan “vision”
yang masing-masing kata itu berarti atas dan penglihatan. Jadi secara etimologis
supervisi berarti penglihatan dari atas. Pengertian seperti itu merupakan arti kiasan
yang menggambarkan suatu posisi yang melihat berkedudukan lebih tinggi daripada
yang dilihat.
Contoh: Kakanwil mensupervisi Kakandep Kabupaten dan Kakandep tingkat
Kabupaten mensupervisi Kakandep tingkat Kecamatan dan seterusnya.
Istilah ‘melihat’ dalam hubungannya dengan masalah supervisi searti dengan
“menilik”, “mengontrol”, “mengawasi”.
Timbul satu pertanyaan, apakah yang diawasi? Jawaban yang dapat diajukan
adalah segala tugas dan tanggung jawab yang dilimpahkan kepada bawahan. Dengan
pengertian tugas dan tanggung jawab itu telah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
yang telah ditetapkan atau belum. Jika sudah, perlu ditingkatkan; jika belum, akan
dicari sebabnya yang kemudian dicarikan jalan keluar sehingga tujuan yang telah
ditetapkan dapat tercapai.
b. Pengertian supervisi dilihat dari sudut semantik
Pengertian supervisi dilihat dari sudut semantik tidak dapat dilepaskan dari
perkembangan waktu ke waktu istilah itu digunakan. Untuk itu dalam memberikan
pengertian supervisi dari sudut semantik ini akan ditinjau dari dua zaman, yaitu
zaman penjajahan dan zaman kemerdekaan.
Zaman penjajahan
Sejak politik etis dilancarkan oleh Van Deventer dkk, pemerintah Hinda Belanda
mendirikan lembaga pendidikan di Indonesia. Pendidikan di zaman itu secara historis
berlangsung sampai dengan proklamasi kemerdekaan Indonesia dicetuskan.
Walaupun sudah didirikan lembaga pendidikan yang merupakan hasil politik etis,
namun sifat pendidikan di Indonesia belum etis. Hal demikian dapat dilihat dari:
 Tujuan pendidikan
Tujuan pendidikan di zaman itu bukan mengembangkan anak semata-
mata, serta bukan demi kepentingan anak, tetapi untuk kepentingan pemerintah
Belanda. Pendidikan bertujuan menghasilkan tenaga yang murah. Pemerintah
Belanda mendapatkan keuntungan yang maksimal dengan tenaga terampil yang
murah tersebut.
Berbeda sekali dengan pendidikan yang diberikan kepada anak-anak
Belanda. Mereka mendapat pendidikan terpisah dengan pendidikan bumi putra
dan berbeda dalam segalanya.
 Metodologi pengajaran
Metodologi pengajaran kolonial bersifat keras; guru bertindak keras
kepada siswa, kepala sekolah bertindak keras kepada guru, dan begitu seterusnya.
Murid harus tunduk kepada guru sepenuhnya, demikian pula guru harus tunduk
sepenuhnya kepada kepala sekolah. Guru menghukum dengan pukulan-pukulan
keras baik menggunakan alat atau tidak, merupakan hal yang biasa di zaman itu.
Keadaan yang tidak etis ini merupakan pengaruh dari keadaan
pemerintahan pada waktu itu, sebab pemerintah kolonial di zaman itu bersifat
begitu dictator. Sudah barang tentu pelaksanaan pendidikan termasuk juga cara
mensupervisi pun dilaksanakan secara diktator pula.
Sehubungan dengan itu makna yang tersirat dalam supervisi yang diktator
adalah usaha untuk mencari kesalahan yang diperbuat anak buah (guru). Data
kesalahan itu akan digunakan oleh kepala sekolah (supervisor) untuk dasar
pertimbangan dalam membuat daftar penilaian pelaksanaan pekerjaan (conduite
staat), atau sekarang lebih dikenal dengan DP3. DP3 itulah yang akan digunakan
untuk menentukan besar kecilnya gaji, naik tidaknya pangkat guru yang
bersangkutan. Hal itu sangat erat hubungannya dengan tujuan pendidikan pada
waktu itu, yaitu mendidik anak untuk dijadikan tenaga buruh yang murah.
Zaman kemerdekaan
Zaman kemerdekaan membentuk jiwa merdeka. Secara psikologis jiwa
yang merdeka adalah jiwa yang dapat berkembang secara maksimal dan integral.
Perkembangan jiwa secara maksimal artinya perkembangan sampai batas puncak
yang ditentukan oleh factor kodrati. Missal, menurut penelitian anak ber-IQ 100
dapat menamatkan pendidikan tingkat SD. Jika anak tersebut hanya bersekolah
sampai kelas II SD, itu berarti ia tidak berkembang secara maksimal. Ia baru
dapat dikatakan berkembang secara maksimal, jika dapat menamatkan tingkat SD
itu. Perkembangan secara integral maksudnya perkembangan itu meliputi seluruh
unsur kejiwaan secara seimbang. Sebagai ilustrasi dapat dicontohkan gambaran
sebagai berikut : Guru memberikan pelajaran ilmu alam dengan pokok bahasan
Hukum Archimedes. Metode yang digunakan metode ceramah yang tidak disertai
dengan metode lain. PBM ditandai dengan kegiatan : guru mengucapkan hukum
itu lalu murid menirukan kemudian menghapalkannya. Setelah itu guru
menerangkan dan murid mendengarkan dengan penuh perhatian sambil membuat
catatan-catatan. Proses belajar-mengajar seperti itu hanya memberi kesempatan
berkembang pada segi fantasi dan ingatan murid sedangkan segi berpikir analisa
segi kemauan, segi rasa, segi tanggapan, segi motorik kurang berkembang bahkan
mungkin tidak berkembang. Perkembangan seperti itu merupakan perkembangan
yang tidak integral, dan tidak selaras dengan tujuan pendidikan modern.
Oleh karena pengertian supervisi pendidikan adalah bantuan yang
diberikan supervisor kepada guru (bawahan) agar ia mengalami pertumbuhan
secara maksimal dan integral baik profesi maupun pribadinya.
Di sini supervisi diharapkan membawa dampak perkembangan secara
utuh, baik perkembangan pribadi guru maupun perkembangan profesinya. Guru
seperti itu diharapkan ‘mau’ dan ‘mampu’ menciptakan situasi belajar-mengajar
yang baik.
B. Fungsi Supervisi Pendidikan
Huse (1972) mengatakan supervisi hanya sebagai satu fungsi yaitu fungsi
manajemen, ialah pengarahan yang terdiri dari inisiatif dan kepemimpinan, pengaturan,
dan pembimbingan, pemberian motivasi, dan pengawasan. Tetapi literatur lain
menunjukkan beraneka ragam fungsi, dengan istilah yang berbeda-beda antara lain tugas,
fungsi, pelaksanaan, dan sejenisnya. Fungsi supervisi pendidikan akan disusun secara
sistematis sebagai uraian berikut.
Fungsi supervisi dapat dibedakan menjadi dua bagian besar yaitu :
1. Fungsi utama ialah membantu sekolah yang sekaligus mewakili pemerintah
dalam usaha mencapai tujuan pendidikan yaitu membantu perkembangan
individu para siswa.
2. Fungsi tambahan ialah membantu sekolah dalam membina guru-guru agar
dapat bekerja dengan baik dan dalam mengadakan kontak dengan masyarakat
dalam rangka menyesuaikan diri dengan tuntutan masyarakat serta
mempelopori kemajuan masyarakat.

Masing-masing fungsi tersebut di atas diuraikan secara terperinci seperti berikut.


Yang termasuk fungsi utama ialah :

Pertama, supervisi merupakan teman seperjuangan administrasi, secara fungsional


tidak terpisah antara satu dengan yang lain, keduanya terkoordinasi, berkorelasi, saling
melengkapi, dan saling menunjang dalam melaksanakan sistem pendidikan.

Kedua, supervisi mengkoordinasi personalia sekolah terutama guru-guru dan


aktivitas-aktivitas sekolah agar tidak jauh menyimpang dari perencanaan semula.

Ketiga, sebagai wakil pemerintah, khususnya pemerintah Indonesia, sekolah


berkewajiban memasyarakatkan PMP di kalangan para siswa, karena keduanya
merupakan manifestasi dari falsafah bangsa Indonesia, yaitu Pancasila. Karena itu patut
menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari di sekolah atau sebagai cara bertingkah laku di
sekolah. Hal ini dapat dilakukan lebih efektif dengan bantuan supervisi.

Keempat, sebagai wakil pemerintah sekolah akan melaksanakan kebijakan-


kebijakan pemerintah. Kebijakan pemerintah Indonesia misalnya ialah menciptakan
sekolah sebagai pusat kebudayaan yang didukung oleh ketahanan sekolah, meningkatkan
pendidikan humaniora untuk mengimbangi pendidikan intelek, meningkatkan pendidikan
Sejarah Indonesia untuk menggalang kecintaan dan semangat bangsa di kalangan para
siswa, melayani anak-anak yang berbakat, dan sebagainya. Untuk memahami kebijakan-
kebijakan itu secara lebih mendalam diperlukan bantuan, begitu pula pelaksanaannya
membutuhkan monitoring kedua-duanya dari pihak supervisor.

Kelima, supervisi memperlancar proses belajar mengajar.

Keenam, para supervisor hendaknya mengendalikan usaha guru mendidik para


siswa agar setiap siswa berkembang secara total, yaitu setiap aspek individu anak
berkembang seimbang, harmonis, dan optimal.
Ketujuh, setiap siswa dikatakan unik, artinya memiliki minat, bakat, dan
kemampuan tersendiri tidak pernah sama dengan individu lain. Perkembangan masing-
masing siswa ini perlu dilayani dan disalurkan, diberi wadah, dan dibina sesuai dengan
minat/bakat dan tingkat kemampuannya. Siswa yang mempunyai kemampuan tinggi
disalurkan ke perguruan tinggi, sedangkan yang mempunyai kemampuan biasa,
diarahkan ke dunia kerja sesuai dengan bakat mereka masing-masing. Guru dalam
mengatur program dan belajar siswa untuk maksud di atas, sangat membutuhkan bantuan
pemikiran supervisor.

Kedelapan, bimbingan karier tersebut di atas sangat erat hubungannya dengan


tugas Badan Bimbingan dan Konseling di sekolah. Di samping itu, badan ini juga
mengurusi kesulitan belajar para siswa dan kesulitan-kesulitan pribadi mereka. Pekerjaan
seperti itu bagi guru tidaklah mudah, namun demikian setiap guru pada hakikatnya adalah
Guru Pembimbing. Mereka tidak boleh menyerahkan tugas itu semuanya kepada petugas
bimbingan dan konseling. Kesulitan para guru ini bisa dikurangi dengan hadirnya
supervisor di bidang bimbingan dan konseling.

Adapun analisis yang lebih luas seperti yang dibahas oleh Swearingen, ia
mengemukakan delapan fungsi supervisi. Delapan fungsi tersebut adalah mengkoordinasi
semua usaha kelas, melengkapi kepemimpinan sekolah, memperluas pengalaman guru-
guru, menstimulasi usaha-usaha yang kreatif, memberi fasilitas dan penilaian yang terus
menerus, menganalisis situasi belajar mengajar, memberikan pengetahuan dan
keterampilan kepada setiap anggota staf, memberi wawasan yang lebih luas dan
terintegrasi dalam merumuskan tujuan-tujuan pendidikan dan meningkatkan kemampuan
mengajar guru-guru.

C. Peran Supervisi di Sekolah


Supervisi berfungsi membantu (Asosting) memberi support (Suporting) dan
mengajak mengikutsertakan (Sharing). Peranan itu tampak dalam kinerja berperan
sebagai (a) Koordinator, (b) Konsultan, (c) Pemimpin Kelompok dan (d) Evaluator.

(a) Sebagai koordinator ia dapat mengkoordinasi program belajar mengajar, tugas-


tugas anggota staf berbagai kegiatan yang berbeda-beda diantara guru-guru.
Contoh konkrit mengkoordinasi tugas mengajar atau mata pelajaran yang dibina
oleh berbagai guru.
(b) Sebagai konsultan ia dapat memberi bantuan, bersama mengkonsultasikan
masalah yang dialami guru baik secara individual maupun secara kelompok.
(c) Sebagai pemimpin kelompok ia dapat memimpin sejumlah staf dalam
mengembangkan potensi kelompok, pada saat mengembangkan kurikulum, materi
pelajaran dan kebutuhan profesional guru-guru secara bersama. Sebagai
pemimpin kelompok ia dapat mengembangkan keterampilan dan kiat-kiat dalam
bekerja untuk kelompok (working for the group), bekerja dengan kelompok
(working with the group) dan bekerja melalui kelompok (working through the
group).
(d) Sebagai evaluator ia dapat membantu guru-guru dalam menilai hasil dan proses
belajar, dapat menilai kurikulum yang sedang dikembangkan, ia juga belajar
menatap dirinya sendiri. Ia bantu dalam merefleksi dirinya sendiri, yaitu konsep
dirinya (self concept), idea/cita-cita dirinya (self idea), realitas dirinya (self
reality). Misalnya di akhir semester umpan balik dari setiap peserta didik yang
dapat dipakai sebagai bahan untuk memperbaiki dan meningkatkan dirinya.

Anda mungkin juga menyukai