Bab Iv
Bab Iv
PEMBAHASAN
terhadap penerapan terapi ROM di wilayah kerja puskesmas sei panas mulai dari
tampak klien sesekali meringis memegang kepala, hasil Ttv tekanan darah
150/90 mmHg, pernapasan 18 x/menit, nadi 82 x/ menit, suhu 36,9ºC. Hal ini
119
120
secara mandiri. Klien tampak kurang bersemangat, tangan kiri dan kaki kiri
klien tampak sulit digerakkan. Hal ini sejalan dengan teori menurut
fisik adalah keterbatasan dalam, pergerakan fisik mandiri dan terarah pada
tubuh atau satu ekstremitas atau lebih. Batasan karakteristik dari hambatan
balik posisi tubuh, perubahan cara berjalan (misalnya penurunan aktivitas dan
terkoordinasi.
klien sudah tidak BAB selama 4 hari. Hal ini sejalan dengan teori menurut
kolon, kolon akan menyerap air dan membentuk bahan bahan buangan sisa
makanan atau feses. Kontraksi otot kolon akan mendorong feses kearah
rectum, dan feses akan terbentuk padat karena sebagian besar airnya diserap.
Feses yang keras dan kering terjadi akibat kolon menyerap terlalu banyak air.
Hal ini terjadi karena kontraksi otot kolon terlalu perlahan-lahan, sehingga
Dari semua keluhan yang timbul pada klien diatas juga sejalan dengan
teori menurut Rahayu dkk (2014) yang menyatakan bahwa Kelainan yang
biasa timbul pada penyakit stroke berupa rasa nyeri, keterbatasan pergerakan,
terjadi pasien stroke karena kerusakan sel-sel otak saat stroke. Kerusakan sel-
sel otak dapat mengakibatkan berbagai macam gangguan dalam fungsi tubuh
secara aktif akibat berbagai penyakit atau impairment (gangguan pada organ
Ny.N mengalami nyeri akut, hambatan mobilitas fisik, dan konstipasi yang
122
sesekali meringis kesakitan , hasil Ttv tekanan darah 150/90 mmHg. Klien
bagian tubuh sebelah kiri klien masih mengalami kelemahan terutama bagian
ektremitas. Klien tampak kurang bersemangat, tangan kiri dan kaki kiri klien
aktual atau potensial klien terhadap masalah kesehatan. Respon aktual dan
masalah kesehatan yang muncul pada Ny.N yang dapat ditegakkan menjadi
kiri
Hal ini tidak sejalan dengan teori menurut NANDA (2015), bahwa
timbul, skala nyeri 5, tampak klien sesekali meringis kesakitan, hasil Ttv
tekanan darah 150/90 mmHg, Hal ini sejalan dengan teori NANDA (2015)
nyeri.
dan kaki kiri klien tampak sulit digerakkan. Hal ini sejalan dengan teori
tidak terkoordinasi.
124
tidak BAB. Hal ini sejalan dengan teori NANDA (2015), pada diagnosa
defekasi privasi.
Dari ketiga diagnosa yang muncul pada Ny.N yaitu Nyeri akut
membantu klien dalam beralih dari tingkat kesehatan saat ini ke tingkat
kesehatan yang diinginkan dalam hasil yang diharapkan (Potter dan Perry,
2005).
berdasarkan teori yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi agar rencana
serta dapat memperoleh hasil sesuai tujuan yang ingin dicapai dan kriteria
nyeri berkurang, mengenali apa yang terkait dengan gejala nyeri. Intervensi
menurut teori NANDA NIC NOC (2015) yaitu: monitor tanda tanda vital pasien
sebelum atau setelah latihan, bantu pasien untuk menggunakan walker, ajarkan
keluarga tentang teknik ambulasi, kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi, latih
pasien dalam kebutuhan ADLs secara mandiri, dampingi dan bantu pasien saat
mobilisasi, berikan alat bantu jika perlu dan ajarkan pasien bagaimana merubah
posisi. Latihan pada pasien gangguan mobilitas fisik diberikan latihan range of
126
menit di harapkan klien dapat BAB dengan normal. Intervensi yang penulis
yang telah disusun dengan memperhatikan aspek tujuan dan kriteria hasil
dalam Tindakan keperawatan yang dilakukan selama 6 hari pada tanggal 11-
dalam.
saat berjalan dan cegah terhadap cidera , melatih pasien dalam pemenuhan
makanan tinggi serat, berikan intake cairan yang cukup, lakukan mobilisasi
pada tahap perencanaan. Jenis tindakan pada implementasi ini terdiri dari
keadaan klien (hasil yang diamati) dengan tujuan yang dibuat pada tahap
perencanaan (Rohmah dan Wahid, 2012). Evaluasi yang akan dilakukan oleh
penulis disesuaikan dengan kondisi pasien dan fasilitas yang ada, sehingga
relaksasi nafas dalam, data objektif klien tampak lebih tenang dengan hasil
18 x/m, suhu : 36,5ºC, dengan skala nyeri 1, klien tampak lebih nyaman
hasil dengan data subjektif klien mengatakan keadaannya lebih baik, klien
mengatakan sudah mulai berlatih jalan dan sudah mulai melakukan latihan
tampak klien masih dibantu untuk melakukan mobilisasi, dengan hasil tanda-
tanda vital: tekanan darah 130/80 mmHg, nadi 80 x/m, pernapasan 18 x/m,
keadaannya sudah lebih baik, klien mengatakan sudah BAB walaupun hanya
gerak aktif untuk meningkatkan massa otot , tonus otot dan kekuatan otot
129
pada lansia.. Hal ini didukung oleh teori menurut (Notoadmodjo, 2010),
Latihan gerak aktif meningkatkan massa otot, tonus otot dan kekuatan otot
serta memperbaiki fungsi jantung akibat tirah baring. Bila otot-otot volunter
dilakukan latihan gerak pasif. Hal ini dapat mengimbangi paralysis melalui
dilakukan empat kali sehari maupun latihan ROM yang diberikan hanya satu
duduk dengan ditopang di atas tempat tidur, duduk dengan ditopang di tepi
tempat tidur, berpindah tempat dengan alat bantu mobilisasi, duduk tanpa
Hal ini bertujuan untuk menghindari kelelahan (Askim et al, 2012). Hal ini
dapat bermanfaat bagi pasien bahkan lebih jika mereka dapat melakukan
tugas fungsional seperti makan, tugas perawatan diri atau interaksi dengan
keluarga
130
Penerapan tekhnik ROM pada Ny.N yang dilakukan selama ±60 menit
sesuai prosedur dapat memperkuat otot , massa otot dan tonus otot, klien
klien tampak lebih nyaman dan lebih tenang. Hal ini sejalan dengan teori