Anda di halaman 1dari 7

206 |. Heny Siswanti, Ummi Kulsum ./ Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan Vol.10 No.

1 (2019) 206-212

PROGRESIVE MUSCLE RELAXATION (PMR) TERHADAP


PERUBAHAN KADAR GLUKOSA DARAH (KGD) PADA PASIEN
DEABETES MELITUS (DM)
Heny Siswantia, Ummi Kulsuma
a
Universitas Muhammadiyah Kudus, Kudus, Indonesia
a*
henysiswati@umkudus.ac.id
a
ummikulsum@umkudus.ac.id

Abstrak
Deabetes Melitus adalah kelompok penyakit metabolic yang dikarakteristikan dengan tingginya
kadar glukosa dalam darah (Hiperglikemia) karena kelainan sekresi insulin, kelainan kerja insulin atau
kombinasi keduanya, yang menyebabkan tingginya angka kematian di Indonesia. Progresif muscle
relaxation merupakan salah satu terapi non farmakologis untuk merilekskan otot sehingga menyebabkan
penurunan kadar glukosa darah pada pasien DM. Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengetahui
pengaruh terapi PMR terhadap perubahan kadar glukosa darah (KGD) pada pasien DM di Puskesmas
Kalinyamatan Jepara. Dalam penelitian ini menggunakan desain pre experimental one group pretest-
postest. Besar sampel adalah 32 responden yang masing – masing kelompok terdiri dari 16 responden.
Teknik pengambilan sampel dengan cara purposive sampling. Uji yang digunakan yaitu Uji T dan uji
normalitas menggunakan Shapiro Wilk. P value = 0,000 (α<0,05) yang berarti ada pengaruh terapi PMR
terhadap kadar glukosa darah pada pasien DM di Puskesmas Kalinyamatan Jepara. Hasil penelitian ini
dapat menjadi masukan bagi tenaga kesehatan terutama di pukesmas Kalinyamatan Jepara untuk
menjadikan PMR sebagai salah satu intervensi mandiri.

Kata Kunci : Deabetes Melitus, kadar glukosa darah, terapi PMR.

Abstract

Deabetic mellitus is a group of metabolic diseases characterized by high blood glucose levels
(hyperglycemia) due to insulin secretion abnormalities, insulin work abnormalities or a combination of
both. which causes high mortality in Indonesia. Progressive muscle relaxation is one of the non-
pharmacological therapies to relax the muscles, causing a decrease in blood glucose levels in DM
patients. This study aims to determine the effect of PMR therapy on changes in blood glucose levels
(KGD) in DM patients at the Jepara District Health Center. In this study using a pre-experimental one
group pretest-posttest design. The sample size was 32 respondents, each group consisting of 16
respondents. The sampling technique is purposive sampling. The test used is the T Test and normality test
using Shapiro Wilk. P value = 0,000 (α <0.05) which means that there is an effect of PMR therapy on
blood glucose levels in DM patients in the Puskesmas in Jepara District. The results of this study can be
input for health workers, especially in the community health center in Jepara to make PMR one of the
independent interventions.

Keywords: Deabetic Melitus, blood glucose levels, PMR therapy.

sewaktu > 200 mg/dl, kadar glukosa puasa >


PENDAHULUAN 126 mg/dl (tidak ada asupan kalori selama 8
Diabetes Mellitus (DM) adalah kelompok jam), 2 jam postprandial > 200 mg/dl (
penyakit kronis progresif yang ditandai Lemone, et all, 2016).
dengan ketidakmampuan tubuh untuk Prevalensi diabetes mellitus di dunia
melakukan pemecahan metabolisme tahun 2015 pada rentang umur 2—79 tahun
karbohidrat, lemak dan protein, sehingga sebanyak 415 juta orang (8,8%).
mengakibatkan hiperglikemia atau kadar Diperkirakan akan mengalami peningkatan
glukosa darah yang tinggi (Black & Hawk, pada tahun 2040 sebanyak 642 juta orang
2014). Kadar glukosa tinggi atau (10,4%). Prevalennsi tertinggi di dunia
hiperglikami ditandai dengan kadar glukosa
Heny Siswanti, Ummi Kulsum / Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan Vol.10 No.1 (2019) 206-212 | 207

adalah china 109,6 juta orang dan negara klien harus menjalani perawatan di rumah
terendah ke-10 adalah Negara Bangladesh sakit untuk pengelolalan kadar glukosa darah
7,1 juta orang. Negara Indonesia urutan ke- 7 dan keluhan-keluhan lain yang ditimbulkan
dari 10 negara tertinggi dengan jumlah 10,0 oleh penyakit yang menyertainya. Kondisi
juta orang dengan diabetes mellitus (IDF, seperti ini sering kali membuat klien stres
2015). Indonesia pada tahun 2013 memiliki dan mengalami kecemasan yang hebat (Price
proporsi penduduk yang berusia ≥15 tahun & Wilson, 2006; Smeltzer & Bare, 2008).
dengan DM adalah 6,9%, prevalensi DM Stres yang menetap menimbulkan respon
Toleransi Glukosa Terganggu (TGT) sebesar stres berupa aktivasi sistem saraf simpatis
29,9%, dan Glukosa darah (GDP) terganggu dan peningkatan kortisol. Kortisol ini akan
sebesar 36,6%. Prevalensi DM mengalami meningkatkan konversi asam amino, laktat,
peningkatan dibandingkan tahun 2007 hanya dan piruvat di hati menjadi glukosa melalui
sebesar 5,7% (Kemenkes RI, 2014). proses glukoneogenesis, dengan demikian
Prevalensi DM yang tertinggi terdapat di DI stres akan meningkatkan kadar glukosa darah.
Yogyakarta (2,6%), DKI Jakarta (2,5%), Di lain pihak peristiwa kehidupan yang
Sulawesi Utara (2,4%), dan Kalimantan penuh stres telah dikaitkan dengan perawatan
Timur (2,3%). Prevalensi diabetes yang diri yang buruk pada klien diabetes seperti
tertinggi terdapat di Sulawesi Tengah (3,7%), pola makan, latihan, dan penggunaan obat-
Sulawesi Utara (3,6%), Sulawesi Selatan obatan (Smeltzer & Bare, 2008).
(3,4%) dan Nusa Tenggara Timur (3,3%) Langkah pertama yang harus dilakukan
(Kemenkes, 2013). dalam pengelolaan DM Tipe2 adalah
DM di Jawa Tengah pada tahun (2013) pengelolaan nonfarmakologis berupa
110,86 jiwa, pada tahun( 2014) meningkat perencanaan makan dan latihan jasmani.
menjadi 121,20 jiwa. Untuk tahun (2015 Tw) Apabila dengan cara ini sasaran pengendalian
46,64 jiwa. (Dinkes Jateng, 2015). Provinsi kadar glukosa darah belum tercapai, maka
Jawa Tengah menduduki peringkat ke-3 dapat dilanjutkan dengan pengelolaan
setelah Provinsi Riau dan Bangka Belitung farmakologis dengan penggunaan obat
(Badan Penelitian dan Pengembangan berkhasiat hipoglikemia (Waspadji, 2009).
Kementrian Kesehatan RI, 2011). Di Jepara Selain latihan fisik atau senam DM
pada tahun 2015 terdapat 22.989 kasus DM pendekatan nonfarmakologi yang dapat
yang menduduki peringkat ke tiga dari mengontrol kadar glukosa darah adalah
penyakit tidak menular (DKK Jepara, 2016). relaksasi yang sudah diakui dan dapat
Sedangkan untuk data DM di wilayah kerja dipakai sebagai pendamping terapi
puskesmas Kalinyamatan Kabupaten Jepara konvensional/medis. Pelaksanaannya dapat
tahun 2015 terdapat 1.122 kasus dengan rata- dilakukan bersamaan dengan terapi medis
rata setiap tahun terdapat 143 kasus. Dari dan terapi relaksasi ini ada bermacam-macam,
data Dinas Kesehatan Kabupaten Jepara pada salah satunya adalah relaksasi otot progresif
tahun 2013 terdapat 16.823 penderita DM, (Progressive Muscle Relaxation (PMR)),
penderita DM ini meningkat pada tahun 2014 (Moyad & Hawks, 2009).
sebanyak 20.367, dan pada tahun 2015 Terapi komplementer adalah pengobatan
jumlah pasien DM adalah 21.324 jiwa. tradisional dan non-konvensional yang bukan
Komplikasi DM dapat terjadi karena dari negara yang bersangkutan yang sudah
beberapa faktor yaitu genetik, lingkungan, diakui dan dapat dipakai sebagai pendamping
gaya hidup dan faktor yang mengakibatkan terapi konvensional/ medis. Salah satu
terlambatnya pengelolaan DM tipe 2 seperti contoh terapi komplemeter adalah relaksasi,
tidak terdiagnosanya DM, walaupun sudah karena relaksasi merupakan salah satu bentuk
terdiagnosa tetapi tidak menjalani mind-body therapy dalam terapi
pengobatan secara teratur (Suegondo, komplementer dan alternatif Pelaksanaannya
Soewondo & Subekti, 2013). Komplikasi dapat dilakukan bersamaan dengan terapi
kronik pada pasien DM Tipe2 seperti medis (Moyad & Hawks, 2011).
retinopati diabetik, nefropati diabetik, dan Relaksasi merupakan kegiatan untuk
neuropati diabetik ini yang mengindikasikan pembebasan diri dari segala ketegangan,
208 |. Heny Siswanti, Ummi Kulsum ./ Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan Vol.10 No.1 (2019) 206-212
pertama-tama terhadap ketegangan jasmaniah + 3 =32 orang. Data hasil penelitian ini
yang kemudian akan berdampak pada dianalisis dengan menggunakan uji statistik
penurunan ketegangan jiwa. Mekanisme uji T.
PMR dalam menurunkan KGD pada pasien
DM Type2 erat kaitannya dengan stres yang HASIL DAN PEMBAHASAN
dialami pasien baik fisik maupun psikologis. Karakteristik Responden
Selama stres, hormon-hormon yang Tabel 1
mengarah pada peningkatan KGD seperti Distribusi Frekuensi Berdasarkan Karakteristik
Responden
epineprin, kortisol, glukagon, ACTH,
kortikosteroid, dan tiroid akan meningkat. Karakteristik Jumlah %
Selain itu peristiwa kehidupan yang penuh responden
stres telah dikaitkan dengan perawatan diri Umur
yang buruk pada penderita diabetes seperti 36-45 tahun 3 9.3
pola makan, latihan, dan penggunaan obat- 46-55 tahun 6 18.8
obatan (Smeltzer & Bare, 2008; Price & 56-65 tahun 18 34.4
Wilson, 2006). 66-75 tahun 5 37.5
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui Pendidikan
Pengaruh progresive muscle relaxation Tidak sekolah 10 31.3
Terhadap Perubahan kadar glukosa Darah SD 16 50.0
pada pasien DM di Wilayah Kerja SMP 4 12.4
Puskesmas Kalinyamatan Kabupaten Jepara. SMA 2 6.3
Pekerjaan
METODE PENELITIAN Tidak Bekerja 12 37.5
Penelitian ini menggunakan jenis Pedagang 11 34.4
penelitian quasy eksperimen. Sedangkan Buruh 5 15.6
desain penelitian yang digunakan dalam Wiraswasta 3 9.4
penelitian ini adalah desain penelitian pre Karyawan 1 3.1
experimental one group pretest – posttest. Jumlah 32 100,0
Populasi dalam penelitian ini adalah pasien Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan
DM di Puskesmas Kalinyamatan Kabupaten hasil karakteristik responden berdasarkan
Jepara, dengan jumlah pasien hipertensi rata- umur sebagian besar kategori umur antara
rata tiap tahun sebanyak 143 pasien. Teknik 56-65 tahun yaitu sebanyak 18 responden
pengambilan sampel menggunakan cara (34.375%), karakteristik responden
Purposive sampling. Jumlah sampel pada berdasarkan jenis kelamin paling banyak
penelitian ini adalah 32, dengan mengambil perempuan yaitu sebanyak 17 responden
25% dari jumlah sampel atau jika dibulatkan (53.125%), karakteristik responden
maka jumlah responden dalam penelitian ini berdasarkan pendidikan paling banyak
adalah 29 orang. Dan untuk responden Sekolah Dasar (SD) yaitu sebanyak 16
cadangan atau drop out di ambil 10% dari responden (50.0%), sedangkan untuk
jumlah sampel penelian yaitu 3 responden. karakteristik responden berdasarkan
Jadi, jumlah responden yang dijadikan pekerjaan paling banyak adalah tidak bekerja
sampel penelitian adalah 25% x 143 = 28,25 yaitu sebanyak 12 responden (37.5%).
Analisa Univariat
Distribusi Frekuensi berdasarkan rata-rata kadar glukosa darah sebelum dan sesudah
diberikan PMR
Tabel 2
Distribusi Frekuensi berdasarkan rata-rata kadar glukosa darah sebelum dan sesudah diberikan PMR

Varia Kelompok PMR n Mean SD Min-Maks 95%


bel CI
KGD Sebelum 16 178,77 98,78 78,0- 438,0 151,52-211,02
Sesudah 16 157,59 88,99 78,0-393,0 133,05-186,83
Heny Siswanti, Ummi Kulsum / Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan Vol.10 No.1 (2019) 206-212 | 209

Distribusi Frekuensi berdasarkan rata-rata kadar glukosa darah sebelum dan sesudah pada
kelompok kontrol
Tabel 3
Distribusi Frekuensi berdasarkan rata-rata kadar glukosa darah sebelum dan sesudah pada kelompok kontrol

Varia Kelompok PMR n Mean SD Min-Maks 95%


bel CI
KGD Sebelum 16 305,31 61,43 216,0- 450,0 287,63-323,99
Sesudah 16 298,90 61,71 215,0-446,0 281,86-317,69
Analisa Bivariat
Tabel 4 Pengaruh PMR Terhadap Kadar Glukosa Darah pada Pasien DM Type 2 Sebelum dan Setelah pada
Kelompok Intervensi
Varia Kelompok Intervensi PMR Mean SD SE P value n 95%
bel CI
KGD Sebelum 178,77 98,78 14,89 0,00 11 14,83- 27,54
Sesudah 157,59 88,99 13,41
Selisih 21,18 9,79 1,48

Dari tabel 4 dapat disimpulkan bahwa adalah umur 36-45 tahun sejumlah 3
rata-rata KGD sebelum intervensi PMR responden (9.375%).
adalah 178,77 mg/dl dengan standar deviasi Hasil penelitian ini sesuai dengan teori
98,78 mg/dl. Setelah intervensi PMR yang mengatakan bahwa hiperglikemi pada
diperoleh rata-rata KGD sebesar 157,59 orang dewasa, meningkat seiring dengan
mg/dl dengan standar deviasi 88,99 mg/dl. pertambahan umur, terutama umur diatas 50
Diperoleh nilai mean perbedaan antara rata- tahun seperti yang terjadi pada lansia, KGD
rata KGD sebelum dan setelah intervensi meningkat dikarenakan terjadi penurunan
PMR sebesar 21,18 mg/dl, dengan standar fungsi pada organ pankreas (Perry & Potter,
deviasi 9,79 mg/dl. Hasil uji statistik 2005). Penelitian ini mendukung hasil dari
didapatkan nilai p= 0,000 (p<0,05), maka penelitian terdahulu yang dilakukan oleh
dapat disimpulkan ada perbedaan yang Anggraini (2009) dijelaskan dalam
signifikan antara rata-rata KGD sebelum dan penelitiannya mengenai karakteristik dan
setelah intervensi PMR. Diyakini sebesar faktor-faktor yang berhubungan dengan DM
95% bahwa perbedaan rata-rata KGD antara di desa Bangkinang. Dari hasil penelitian
sebelum dan setelah intervensi PMR adalah yang dilakukan pada 46 responden,
antara 14,82836 sampai dengan 27,53527 didapatkan hasil penelitian bahwa umur >45
mg/dl. Berdasarkan uji T dependent tahun (89.1%). Kesimpulan dari penelitian
diperoleh nilai p sebesar 0.000 ( <0.05) ini adalah ada pengaruh antara usia dengan
yang berarti ada pengaruh yang signifikan peningkatan KGD.
antara relaksasi PMR terhadap perubahan Berdasarkan Tingkat Pendidikan
KGD pada pasien DM Berdasarkan hasil yang diperoleh
PEMBAHASAN menunjukkan bahwa penelitian terhadap 32
responden berdasarkan tingkat pendidikan,
Berdasarkan Umur penderita hipertensi di Puskesmas
Berdasarkan hasil yang diperoleh Kalinyamatan Kabupaten Jepara adalah SD
menunjukkan bahwa penelitian terhadap 32 dengan jumlah 16 responden (50.0%), dan
responden berdasarkan umur responden yang paling sedikit adalah SMA dengan
penderita hipertensi di Puskesmas jumlah 2 responden (6,3%).
Kalinymatan Kabupaten Jepara mayoritas Berdasarkan observasi pada saat
umurnya adalah 56-65 tahun dengan jumlah penelitian, kemungkinan rendahnya tingkat
18 responden (34.375%), dan paling sedikit pendidikan responden disebabkan karena
mayoritas masyarakat di wilayah kerja
210 |. Heny Siswanti, Ummi Kulsum ./ Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan Vol.10 No.1 (2019) 206-212
puskesmas Kalinyamatan berusia lebih dari penyakit jantung, stroke dan lain-lain
50 tahun. Pada masa itu kesadaran akan (Kristanti, 2009).
bersekolah masih kurang, dan pemerintah
Pengaruh relaksasi PMR Terhadap
pada saat itu juga belum mencanangkan
perubahan KGD pada Pasien DM
wajib belajar 9 tahun. Faktor pendidikan Progressive Muscle Relaxtation (PMR)
dalam kehidupan sehari-hari, akan yang diberikan pada klien DM tipe 2 di
mempengaruhi secara positif terhadap puskesmas Kalinyamatan dilakukan selama 2
kemampuan kognitif individu. Hal ini minggu yang dimulai pada tanggal 15 Mei
disebabkan karena kecenderungan seseorang sampai dengan 28 Mei 2016 yang dilakukan
dengan pendidikan yang lebih baik dapat pada pagi dan sore di wilayah kerja
menyerap lebih banyak informasi dalam puskesmas Kalinyamatan dari hasil analisis
bentuk ilmu pengetahuan. Selain itu, menunjukkan bahwa rata-rata kadar glukosa
pendidikan juga akan memberikan darah (KGD) sebelum dilakukan PMR adalah
kesempatan dalam pembentukan proses 178,77 mg/dl, rata-rata KGD setelah
berfikir sehingga mempengaruhi perilaku dilakukan PMR adalah 157,59 mg/dl, dari
seseorang. Dalam beberapa penelitian hasil uji statistik di dapatkan nilai p=0,000
membuktikan bahwa pendidikan yang lebih (p<0,05), maka dapat disimpulakn ada
tinggi berperan secara positif terhadap gaya pengaruh yang signifikan Progressive
hidup sehingga akan menentukan status Muscle Relaxatiton (PMR) terhadap kadar
kesehatan individu (Muhaimin, 2008).
glukosa darah pada pasien DM tipe 2.
Penelitian ini mendukung penelitian yang PMR merupakan salah satu intervensi
di lakukan Sulistiawati (2011) di RSU H. keperawatan yang dapat diberikan kepada
Adam Malik Medan bahwa responden yang pasien DM untuk meningkatkan relaksasi dan
mempunyai pendidikan rendah lebih banyak kemampuan pengelolaan diri. Latihan ini
terkena DM dengan jumlah 64 orang dapat membantu mengurangi ketegangan otot,
(58,18%) dari 110 responden, sedangkan stres, menurunkan tekanan darah,
yang berpendidikan tinggi dengan jumlah 46 meningkatkan toleransi terhadap aktivitas
orang (41,82%) dari 110 responden yang sehari-hari, meningkatkan imunitas, sehingga
mengalami DM. Penelitian ini menggunakan status fungsional dan kualitas hidup
Chi-Square test dengan hasil p value 0,000 meningkat (Smeltzer & Bare, 2012).
(α-0,05). Hal ini menunjukkan bahwa Mekanisme PMR dalam menurunkan
pendidikan berpengaruh dengan terjadinya KGD pada pasien DM Type2 erat kaitannya
DM. dengan stres yang dialami pasien baik fisik
Berdasarkan Pekerjaan maupun psikologis. Selama stres, hormon-
Berdasarkan hasil yang diperoleh hormon yang mengarah pada peningkatan
menunjukkan bahwa penelitian terhadap 32 KGD seperti epineprin, kortisol, glukagon,
responden berdasarkan pekerjaan responden ACTH, kortikosteroid, dan tiroid akan
penderita DM di Puskesmas Kalinyamatan meningkat. Selain itu peristiwa kehidupan
Kabupaten Jepara adalah Tidak Bekerja yang penuh stres telah dikaitkan dengan
dengan jumlah 12 responden (37.5%), dan perawatan diri yang buruk pada penderita
paling sedikit adalah Karyawan dengan diabetes seperti pola makan, latihan, dan
jumlah 1 responden (3.1%). penggunaan obat-obatan (Smeltzer & Bare,
Dalam penelitian ini, yang tidak bekerja 2008; Price & Wilson, 2010).
mayoritas adalah para lansia. Para lanjut usia Stres fisik maupun emosional
tanpa kita sadari kalu tidak diperhatikan akan mengaktifkan sistem neuroendokrin dan
mengalami stress,apalagi lansia yang sistem saraf simpatis melalui hipotalamus-
kebutuhan mandirinya kurang terpenuhi. pituitari-adrenal (Price & Wilson, 2006;
Stres adalah salah satunya penyebab Smeltzer, 2002; DiNardo, 2009). Relaksasi
terjadinya DM. Stres yang terlalu besar dapat PMR merupakan salah satu bentuk mind-
memicu terjadinya berbagai penyakit body therapy (terapi pikiran dan otot-otot
misalnya DM, hipertensi, tukak lambung, tubuh) dalam terapi komplementer (Moyad &
Hawks, 2009). Brown 1997 dalam Snyder &
Heny Siswanti, Ummi Kulsum / Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan Vol.10 No.1 (2019) 206-212 | 211

Lindquist (2002) menyebutkan bahwa respon terutama mengurangi ansietas atau


stres merupakan bagian dari jalur umpan kecemasan, dan berkurangnya kecemasan ini
balik yang tertutup antara otot-otot dan mempengaruhi berbagai gejala psikologis
pikiran. Penilaian terhadap stressor dan kondisi medis. Yildirim & Fadiloglu
mengakibatkan ketegangan otot yang (2006) dari hasil penelitiannya menyebutkan
mengirimkan stimulus ke otak dan membuat bahwa PMR menurunkan kecemasan dan
jalur umpan balik. Relaksasi PMR akan meningkatkan kualitas hidup pasien yang
menghambat jalur tersebut dengan cara menjalani dialisis. Penelitian yang dilakukan
mengaktivasi kerja sistem saraf parasimpatis oleh Sheu, et al, (2003) memperlihatkan
dan memanipulasi hipotalamus melalui bahwa PMR menurunkan rata-rata tekanan
pemusatan pikiran untuk memperkuat sikap darah sistolik dan diastolik pada pasien
positif sehingga rangsangan stres terhadap hipertensi di Taiwan. Maryani (2008),
hipotalamus berkurang. menyebutkan PMR mengurangi kecemasan
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil yang berimplikasi pada penurunan mual dan
penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh muntah pada pasien yang menjalani
Mashudi (2011) menjelas bahwa latihan kemoterapi. Haryati (2009), menyebutkan
PMR yang diberikan kepada pasien DM bahwa PMR meningkatkan status fungsional
Type2 dapat menurunkan KGD. pasien kanker dengan kemoterapi di RS. Dr
Perbedaannya dengan penelitian ini adalah, Wahidin Sudirohusodo. Selanjutnya
pada penelitian tersebut peneliti relaxatasi otot progresif efektif menurunkan
membandingkan PMR dengan kelompok tekanan darah pada pasien hipertensi primer
kontrol pada pasien DM Type2 untuk di Kota Malang (Hamarno, 2010).
mengukur KGD. 30 sampel dibagi dalam dua Dalam penelitian ini responden
kelompok, kelompok intervensi diberikan melaporkan bahwa pada saat melakukan
latihan PMR oleh peneliti selama tiga hari PMR ada dua sensasi yang berbeda yaitu
(sehari 2 kali) selama 15 meit. Hasilnya merasakan ketegangan otot ketika bagian
kelompok PMR menunjukkan penurunan otot-otot tubuhnya diteganggkan dan
KGD secara signifikan pada jam 06.00, 11.00, merasakan sesuatu yang rileks, nyaman, enak,
16.00 nilai (p= 0,001), sedangkan kelompok dan santai ketika otot-otot tubuh yang
kontrol KGD pada jam 06.00, jam 11.00 dan sebelumnya ditegangkan tersebut
jam 16.00 nilai (p=0,565). direlaksasikan. Kemungkinan lain adalah
Dari hasil penelitian Mashudi (2011) dan kemampuan responden melaksanakan PMR
hasil penelitian ini jelas bahwa PMR dapat dengan benar. Meskipun responden dapat
menurunkan kadar glukosa darah pasien DM melakukan semua prosedur atau langkah-
tipe 2 dengan memunculkan kondisi rileks. langkah PMR, namun bila yang8bersangkutan
Pada kondisi ini terjadi perubahan impuls tidak mampu memusatkan1 pikiran dalam
saraf pada jalur aferen ke otak dimana melaksanakan PMR juga kurang membawa
aktivasi manjadi inhibisi. Perubahan impuls hasil yang maksimal, karena PMR
saraf ini menyebabkan perasaan tenang baik merupakan salah satu bentuk mind-body
fisik maupun mental seperti berkurangnya therapy.
denyut jantung, menurunnya kecepatan
metabolisme tubuh dalam hal ini mencegah KESIMPULAN
peningkatan KGD (Smeltzer & Bare, 2002). Dari hasil penelitian dapat disimpulkan
Hipofisis anterior juga diinhibisi sehingga bahwa hipotesis (Ha) yang digunakan dalam
ACTH yang menyebabkan sekresi kortisol penelitian ini diterima, yang berarti bahwa
menurun sehingga proses glukoneogenesis, ada pengaruh progresife muscle relaxation
katabolisme protein dan lemak yang berperan (PMR) terhadap kadar glukosa darah pada
meningkat dan KGD menurun (Sudoyo, et al, klien DM di Puskesmas Kalinyamatan
2006). kabupaten Jepara. Peneliti
Beberapa penelitian sebelumnya tentang merekomendasikan agar PMR dapat
PMR, telah menunjukkan manfaat dalam digunakan sebagai salah satu intervensi
mengatasi berbagai masalah kesehatan keperawatan mandiri, dalam menjaga
stabilan kadar glukosa darah. Menjadi
212 |. Heny Siswanti, Ummi Kulsum ./ Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan Vol.10 No.1 (2019) 206-212
sumber informasi bagi perawat, mahasiswa, Cheltenham General Hospital. Victoria.
dosen, institusi pelayanan kesehatan, dan Diunduh dari
peneliti lain yang ingin melakukan penelitian www.glospccag.nhs.uk/roleofthenurse.p
terkait pemberian PMR pada klien DM. df.
DAFTAR PUSTAKA Hamarno, Rudi. (2006). Pengaruh latihan
Arikunto, Suharsini. 2012. Prosedur Relaksasi Otot Progresif Terhadap
Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. penurunan Tekanan Darah Klien
Jakarta: Rineka Cipta Hipertensi Primer Di Kota Malang.
(Tesis) perpustakaan FKUI
Ankrom, S. (2008). Progressive Muscle
Relaxation Can Help You Reduce Internasional Diabetes Federation (IDF).
Anxiety And Prevent Panic. (2015). Diabetes atlas sevent edition
2015: www.diabetesatlas.0rg Tanggal
Asti, Tri. 2006. Kepatuhan pasien : Faktor akses 22 Agustus 2016.
penting dalam keberhasilan tarapi. Info
POM, vol. 7, NO. 5, diakses Januari Istiarini, C.H. (2009). Pengaruh terapi
2015 dari http// refleksologi terhadap kadar glukosa
perpustakaan.pom.go.id/koleksi darah pada klien diabetes melitus tipe 2
lainya/Buletin%20info%20POM/0506.p dalam konteks asuhan keperawatan di
df. Sleman Yogyakarta, (tesis).
Perpustakaan FIK-UI.
Black, J.M., & Hawks, J.H. (2014). Medical
– Surgical Nursing ; Clinical Price, S.A., & Wilson, L.M. (2006).
Management For positive outcomes, (8th Patofisiologi konsep klinis proses
Edition). Elsevier Saunders penyakit,Edisi 6. Jakarta : EGC.
Charlesworth, E.A., & Nathan, R.G. (1996). Riset Kesehatan Dasar (2013) Badan
Manajemen stres dengan teknik penelitian dan pengembangan kesehatan
relaksasi, dalam Haryati (2009). kemenkes RI Tahun 2013
Pengaruh latihan PMR terhadap status Snyder, M. dan Lindquist, R. (2002).
fungsional dalam konteks asuhan Complementary/ alternative therapies in
keperawatan pasien kanker dengan nursing, (4th ed). New York : Springer
kemoterapi di RS. Dr. Wahidin Publishing Company
Sudirohusodo Makasar,
(tesis).Perpustakaan FIK-UI. Smeltzer, S.C. dan bare, B.G. (2008). Buku
ajar keperawatan medikal bedah
Copstead, L.C., & Banasik, J.L. (2000).
Pathophysiology, (2th ed). Philadelphia : Brunner & suddarth, (edisi 8). Jakarta : EGC.
W.B. saunders company Tomey, AM., dan Alligood, MR., (2006).
Carter, M. (2010). The role of the diabetes Nursing Theorists and Their Work, (6th
specialist nurse. Presentasi ilmiah pada edition). Elsevier Mosby.
diabetes specialist nurse conference.

Anda mungkin juga menyukai