2. pembongkar rahasia dari gerakan Angkatan Perang yang bernama Ratu Adil (APRA). Kegiatan pembongkaran
tersebut dipimpin oleh Westerling di Jakarta. Maret 1950, jenderal Parman kemudian diangkat sebagai Kepala Statf
G, lalu dikirim ke Negara AS untuk mengikuti adanya pendidikan baru yang bernama Military Police School.
3. melakukan perang geriliya dalam melawan penjajah pada Agresi Militer II untuk melawan Belanda.
Nilai – Nilai
1.Berjuang secara pikiran bukan dengan kekerasan untuk kemerdekaan Indonesia dan mempertahankan Indonesia
dari segala pemberontakan dan penyelewengan.
2. Nasution dan Divisi Siliwangi berperan besar menumpas pemberontakan PKI di Madiun yng meletus di tahun
1948.
3. Setelah pengakuan kemerdekaan oleh Belanda, Nasution menjadi perwira dan pernah menjabat sebagai
Kepala Staf Angkatan Darat.
Nilai – Nilai
1.Berjuang secara pikiran bukan dengan kekerasan untuk kemerdekaan Indonesia dan mempertahankan Indonesia
dari segala pemberontakan dan penyelewengan.
2. Menjadi anggota delegasi pada Konferensi Malino pada Juli 1946 di Sulawesi Selatan. Beliau mengganti
namanya di papan delegasinya dari Nederlands Nieuw Guinea menjadi Irian yang berarti menyatakan ikut Republik
Indonesia Anti Nederlands.
3. Menjadi anggota delegasi yang menentang pembentukan Negara Indonesia Timur (NIT)
4. Memimpin pemberontakan rakyat Biak pada Maret 1948 untuk melawan pemerintah Hindia Belanda.
5. Menolak menjadi Ketua Delegasi mewakili Nederlands Nieuw Guinea ke Konferensi Meja Bundar di Den Haag
6. Mendirikan Partai Politik Irian yang menuntut penyatuan Nederlands Niew Guinea (Papua) ke dalam NKRI
7. Menyatukan suara rakyat Papua dalam Penentuan Pendapat Rakyat (Pepera) agar menyatukan Papua ke dalam
NKRI,
Nilai – Nilai
1. Kegigihan dan pantang menyerah. Frans Kaisiepo dengan segenap usahanya telah menumpahkan seluruh
perhatiannya terhadap kepentingan perjuangan rakyat Indonesia. Baik diminta ataupun tidak Frans telah
menunujukan bahwa ia mempunyai kewajiban moral untuk memperjuangkan kedudukan dan nasib bangsa
Indonesia.
2.Jiwa Nasionalisme yang tinggi. Saat pemerintah Belanda menangkap Silas Papare pendiri Partai Kemerdekaan
Irian Indonesia, Frans bersama aktivis lainnya mengibarkan bendera Merah Putih pada tanggal 17 Agustus 1947
dan mereka memutuskan untuk meneruskan perjuangan menyatukan wilayah Irian dengan Indonesia. Selama 3
hari sebelum Proklamasi, Frans dan rekan lainnya memperdengarkan lagu Indonesia Raya di Jayapura. Beberapa
hari setelahnya mereka melaksanakan upacara dengan mengibarkan bendera Merah Putih.
3.Kokoh pada nilai yang dijunjung. Frans menolak penunjukan dirinya sebagai wakil dari Belanda untuk wilayah
Nugini pada Konferensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag. Alasannya adalah karena Frans tidak mau didikte oleh
Belanda. Hal tersebut mengakibatkan Frans harus menjadi tahanan politik mulai tahun 1954 hingga 1961.