Anda di halaman 1dari 48

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara tropis karena terletak digaris khatulistiwa pertanian


memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Hal ini dapat
ditunjukan dari banyaknya penduduk yang hidup dan bekerja pada sector pertanian
atauproduk nasional yang berasal dari pertanian (Mubyarto, 1999).
Pemanfaatan jagung tidak hanya diambil biji keringnya saja sebagai bahan baku
pangan dan industri. Jagung dapat dipanen pada waktu muda untuk diambil tongkol
jagung muda yang dimanfaatkan sebagai sayuran. Jagung muda ini dapat dimanfaatkan
sebagai bahan sayuran dan untuk konsumsi langsung seperti jagung rebus atau jagung
bakar. Salah satu jenis jagung yang sering dipanen pada waktu muda adalah jagung
manis. Tanaman jagung manis merupakan jenis jagung yang belum lama dikenal dan
baru dikembangkan di indonesia. Jagung manis menjadi semakin dikenal dan banyak
dikonsumsi karena memiliki rasa yang lebih manis dibandingkan dengan jagung biasa.
Kandungan gula jagung manis 4-8 kali lebih tinggi dibandingkan dengan jagung biasa. .
Pemanfaatan jagung manis ini lebih banyak digunakan untuk kebutuhan pangan seperti
untuk dijadikan bahan campuran sayur, jagung rebus dan jagung bakar, atau untuk bahan
baku makanan.
Salah satu jenis jagung yang saat ini dikonsumsi adalah jenis jagung manis.
Permintaan pasar terhadap jagung manis terus meningkat seiring dengan munculnya
pasar swalayan baru yang membutuhkan dalam jumlah cukup besar. Kebutuhan untuk
pasar ekspor juga terus bertambah ditandai dengan adanya peningkatan volume ekspor
jagung manis. Kebutuhan pasar yang meningkat, produksi jagung manis lokal yang
masih rendah, dan harga jagung manis yang relatif tinggi merupakan faktor pendorong
agar petani dapat memgembangkan usaha jagung manis. Oleh karena itu, jagung manis
perlu diusahakan secara intensif dan komersial, sehingga kualitas, kuantitas, dan
kontinuitas produksinya pun dapat memenuhi standar permintaan konsumen (pasar).
Sentra penanaman jagung manis di Indonesia terutama di Sumatera Utara, Jawa Barat,
dan Jawa Timur.

PENGANTAR USAHA TANI |Laporan Hasil Analisis Usahatani Jagung Manis 1


Usahatani adalah kegiatan usaha manusia untuk mengusahakan tanahnya dengan
maksud untuk memperoleh hasil tanaman atau hewan tanpa mengakibatkan
berkurangnya kemampuan tanah yang bersangkutan untuk memperoleh hasil selanjutnya
(Adiwilaga, 1992 dalam Warsana, 2007) Dalam pengolahan usahatani, petani
mengupayakan agar hal yang diperoleh secara ekonomis menguntungkan, dimana biaya
yang di keluarkan dapat menghasilkan produksi maksimal. Sehingga pada akhirnya
pendapatan petani akan meningkat, dan dengan meningkatnya pendapatan maka secara
otomatis tingkat kesejahteraan petani tersebut akan meningkat.

1.2 Tujuan
 Untuk mengetahui sejarah usahatani jagung manis di desa Girimoyo Karangploso
 Untuk mengetahui transek desa dan melihat vegetasi potensial yang ada di desa
Girimulyo Karangploso
 Untuk menganalisis kelayakan usahatani jagung manis di Desa girimulyo
Karangploso

1.3 Manfaat
 Dapat mengetahui sejarah usahatani jagung manis di desa girimulyo karangploso
 Dapat mengetahui transek desa dan melihat vegetasi potensial yang ada di desa
Girimulyo Karangploso
 Dapat mengetahui kelayakan usahatani jagung manis di desa Girimulyo Karangploso

PENGANTAR USAHA TANI |Laporan Hasil Analisis Usahatani Jagung Manis 2


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sejarah Usaha Tani

Pertanian telah merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia.
Awalnya pertanian dilakukan hanya semata untuk dapat bertahan hidup. Untuk memenuhi
keperluan hidup, masyarakat menanam apa saja yang diperlukan, awalnya adalah umbi-
umbian. Masyarakat berfikir sederhana bagaimana mempersiapkan lahan, alat-alat, hewan
dan sebagainya. Dari pengalaman bercocok tanam tersebut, nantinya akan muncul
kelompok manusia yang melanjutkan pekerjaan yang berhubungan dengan bercocok
tanam dan yang merasa tidak berbakat mereka akan memelihara dan menggembalakan
ternak.
Kelompok masyarakat yang suka bercocok tanam akan mencari lahan yang
gampang ditanami sesuai dengan kebutuhan hidupnya. Begitu juga kelompok masyarakat
yang memelihara ternak. Sebelumnya mereka menanam gandum yang mudah hidup.
Padilah yang sejenis paling cocok bagi mereka, karena padi dapat tumbuh baik di lahan
kering maupun tergenang air. Kelompok masyarakat tersebut berkelompok di satu tempat,
tetapi belum mempunyai tempat bermukim secara tepat (permanen). Kalau tanah
pertaniannya mulai merosot kesuburannya, maka seluruh kelompok tersebut berpindah
lahan pertanian, sehingga berpindah pula tempat bermukim. Mereka membuka tanah baru
lagi, bisa tanah hutan atau tanah padang rumput. Setiap tiga tahun mereka berpindah,
sistem pertanian tersebut dikenal dengan nama “berladang” yang berpindah-pindah
(shifting cultivation). Lahan yang ditinggalkan dijadikan belukar agar kembali subur.
Kemudian sistem bersawah di temukan, orang mulai bermukim ditempat yang
tetap, tanaman padi yang berasal dari daerah padang rumput dan kemudian juga
diusahakan di daerah-daerah hutan dengan cara berladang yang berpindah diatas tanah
kering terbukti dapat tumbuh baik ditempat-tempat yang tergenang air, bahkan
produksinya lebih tinggi dari padi alang. Pada persawahan ini belum mengenal bajak,
pengolahan tanah dikenal dengan cara menginjak-injak tanah basah sampai menjadi
lumpur.
Dengan timbulnya persawahan, orang mulai tinggal tetap disuatu lokasi yang
dikenal dengan nama “kampong” walaupun usaha tani persawahan sudah dimulai, namun

PENGANTAR USAHA TANI |Laporan Hasil Analisis Usahatani Jagung Manis 3


usaha tani secara “berladang yang berpindah-pindah” belum ditinggalkan,namun ada
perubahan yang terjadi dalam pengusahaan jenis tanaman umbi-umbian, daun-daunan dan
buah-buahan. Pengusahaan jenis tanaman tersebut dilakukan jika disekeliling tempat
tinggal sehingga dengan demikian lahir sistem usaha tani pekarangan, sedangkan yang
semula diusahakan secara berladang mulai dijadikan tegalan yang permanen.
Untuk selanjutnya usaha pertanian menjalar ke semua arah, baik kearah
pegunungan maupun kearah pantai-pantai laut. Dengan bertambahnya penduduk
bertambah pula keperluan akan tanah pertanian dan jenis tanaman. Perluasan tanah
pertanian melebar kedaerah-daerah pegunungan dan kedaerah-daerah pantai.
Di Jawa, sejak VOC menguasai di Batavia, mulailah dilakukan penjualan atau
pemberian tanah yang luas oleh VOC kepada pihak-pihak yang berjasa kepada Belanda.
Pada pemerintahan Belanda, kebijakan pertanian bukan untuk tujuan memajukan
pertanian di Indonesia, melainkan hanya untuk memperoleh keuntungan sebesar-besarnya
bagi VOC. VOC menentukan perdagangan monopoli, hanya dengan VOC-lah rakyat
boleh berdagang. Apalagi pada saat ada gerakan tanaman kopi paksa oleh VOC terhadap
penduduk, di Jawa Barat hingga tahun 1921.
Tahun 1830, Van Den Bosch sebagai gubernur Jendral Hindia Belanda
mendapatkan tugas rahasia untuk meningkatkan ekspor dan muncullah yang disebut
tanam paksa. Kegiatan itu betul-betul menguras kekayaan dan menimbulkan kemiskinan.
Tanah pertanian ditinggalkan karena dipaksa menjadi kuli kontrak. Untuk sekedar
menutupi kejahatannya, tahun 1850, diikutsertakan pengusaha swasta dengan dalih
meningkatkan daya beli penduduk pribumi. Tahun 1830 mulai dikenal tanaman tebu yang
berkembang pesat di Jawa yang pada tahun 1870 ingin mencapai 100 perusahaan. Tahun
1839 mulai dikenal tanaman tembakau yang dipelopori oleh Mr. Birnies’s yang
mengerahkan 60 tenaga kerja, 500 mandor dan 350.000 penduduk pribumi. Tahun-tahun
berikutnya ada untuk pengembangan sarana pertanian seperti irigasi dan pendidikan untuk
memenuhi tenaga rendahan di perusahaan kuat Swasta Belanda tersebut.
Sebenarnya Undang-undang Pokok Agraria mengenai pembagian tanah, telah
muncul sejak 1870, namun kenyataanya tanam paksa baru berakhir tahun 1921, itupun
tanah masih dikuasai oleh orang-orang Eropa, namun dengan menanam tanaman bebas
mereka mengusahakan pertanian di atas tanah yang luas, menggunakan modal besar dan
usahanya ditetapkan di bawah pimpinan yang ahli dengan menikmati lindungan dari
pemerintah Hindia Belanda. Maka tidaklah mengherankan, bahwa perusahaan
perkebunan ini memperoleh keuntungan yang luar biasa besarnya. Petani-petani
PENGANTAR USAHA TANI |Laporan Hasil Analisis Usahatani Jagung Manis 4
Indonesia hanyalah buruh dengan upah yang sangat rendah. Hal berlangsung terus hingga
zaman penjajahan berakhir.
Setelah Indonesia merdeka, maka kebijakan pemerintah terhadap pertanian tidak
banyak mengalami perubahan. Pemerintah tetap mencurahkan perhatian khusus pada
produksi padi dengan berbagai peraturan seperti wajib jual padi kepada pemerintah.
Namun masih banyak tanah yang dikuasai oleh penguasa dan pemilik modal besar,
sehingga petani penggarap atau petani bagi hasil tidak dengan mudah menentukan
tanaman yang akan ditanam dan budidaya terhadap tanamannya pun tak berkembang.
Setelah swasembada beras hingga tahun 1990 an, baru ada perubahan kebijakan dari
beras ke pangan.Setelah itu mulailah muncul suatu usaha pertanian yang sehat yang
menguntungkan petani dengan di tandai munculnya undang-undang agraria, hak atas
penggunaan air, dan tanah seperti dalam UUD’45 pasal 33, dan pembangunan
infrastruktur oleh pemerintah seperti irigasi, jalan yang menunjang kelancaran kegiatan
pertanian. Penyuluhan-penyuluhan pertanian, lembaga penelitian pertanian bermanfaat
bagi petani khususnya dalam peningkatan hasil pertaniannya.
Pada permulaan tahun 1970-an pemerintah Indonesia meluncurkan suatu
program pembangunan pertanian yang dikenal secara luas dengan program Revolusi
Hijau yang dimasyarakat petani dikenal dengan program BIMAS. Tujuan utama dari
program tersebut adalah meningkatkan produktivitas sektor pertanian. Revolusi Hijau
memakan waktu lebih dari 20 tahun dan telah berhasil mengubah sikap para petani
khususnya para petani sub sektor pangan, dari anti teknologi ke sikap yang mau
memanfaatkan teknologi pertanian modern. Perubahan sikap petani sangat berpengaruh
terhadap kenaikan produktivitas sub sektor pangan sehingga Indonesia mampu mencapai
swasembada pangan. Namun kerugian yang ditimbulkan Revolusi Hijau pun tidak sedikit,
diantaranya adalah membuat petani menjadi bodoh. Banyak pengetahuan lokal yang
menyangkut pertanian telah banyak dilupakan, dan para petani tergantung pada paket-
paket teknoloogi pertanian produk industri.
Pada tahun 1998 usahatani di Indonesia mengalami keterpurukan karena adanya
krisis multi-dimensi. Pada waktu itu telah terjadi perubahanyang mendadak bahkan kacau
balau dalam pertanian kita. Kredit pertanian dicabut, suku bunga kredit membumbung
tinggi sehingga tidak ada kredit yang tersedia ke pertanian. Karena desakan IMF waktu
itu, subsidi pertanian (pupuk, benih, dll) juga dicabut dan tarif impor komoditi khususnya
pangan dipatok maksimum 5%. Infrastruktur pertanian pedesaan khususnya irigasi
banyak yang rusak karena biaya pemeliharaan tidak ada. Penyuluh pertanian juga kacau
PENGANTAR USAHA TANI |Laporan Hasil Analisis Usahatani Jagung Manis 5
balau karena terlalu mendadak didaerahkan. Tidak hanya itu, akibat kerusuhan, jaringan
distribusi bahan pangan dan sarana produksi pertanian lumpuh, antrian beras dan minyak
goreng terjadi dimana-mana. Itulah kondisi pertanian dan pangan yang kita hadapi saat
itu. Akibat perubahan mendadak tersebut pelaku agribisnis khususnya para petani
mengalami kegamangan dan kekacauan. Kredit untuk petani tidak ada, harga pupuk
melambung baik karena depresiasi rupiah maupun karena pencabutan subsidi. Itulah
sebabnya mengapa pada saat krisis pada tahun 1998-1999 booming agribisnis tidak
berlangsung lama meskipun depresiasi rupiah cukup memberi insentif untuk eksport.
Perubahan mendadak waktu itu, tidak memberi waktu bagi para petani untuk
menyesuaikan diri. Sehingga PDB pertanian mengalami pertumbuhan rendah, yaitu hanya
sebesar 0,88 persen (terendah sepanjang sejarah) (Saragih, 2004)
Menurut Bungaran Saragih (2004) hal ini membuat pemerintah dalam hal ini
departemen pertanian sebagai stake holder pembangunan pertanian mengambil suatu
keputusan untuk melindungi sektor agribisnis yaitu “pembangunan sistem dan usaha
agribisnis yang berdaya saing, berkerakyatan, berkelanjutan dan terdesentralisasi.”
Karena kondisi dan perubahan yang ada adalah persoalan sistem, maka pendekatan
recoverynya maupun pembangunan kembali landasan pembangunan tidak boleh
sepotong-sepotong, melainkan harus dilakukan secara sistem, yakni sistem agribisnis.
Paradigma baru pembangunan pertanian tersebut diimplemantasikan dengan kebijakan
dasar yakni kebijakan perlindungan dan promosi agribisnis (protection and promotion
policy).
Prinsip kebijakan ini adalah pemerintah memfasilitasi dan membantu tumbuh
kembangnya usaha agribisnis khususnya petani di seluruh daerah dan sekaligus
melindungi agribisnis domestic dari praktek unfair-trade (dumping) dari negara lain.
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) 2003, perkembangan pertanian di Indonesia
mengalami kemajuan pesat melebihi apa yang telah direncanakan departemen pertanian
sembilan komoditi yang dimaksud adalah padi, jagung, kacang tanah, ubi kayu, sayuran
dan buah, kelapa sawit, kakao, dan karet. Produksi padi meningkat dari 49 juta ton tahun
1998 menjadi 52,1 juta ton pada tahun 2003 yang merupakanrecord tertinggi sepanjang
sejarah. Bahkan tahun 2004, angka ramalan II BPS menunjukkan produksi padi 53,67 juta
ton, yang merupakan record tertinggi baru sepanjang sejarah. Jagung meningkat 9,2 ton
tahun 1999 menjadi 11 juta tahun 2003. CPO meningkat dari 5,62 juta tahun 1998
menjadi 10,6 juta tahun 2003. Karet meningkat dari 1,6 juta ton tahun 1998 menjadi 2,7
juta ton tahun 2003. Hal yang paling membanggakan adalah peningkatan produksi
PENGANTAR USAHA TANI |Laporan Hasil Analisis Usahatani Jagung Manis 6
tersebut sebagian besar disumbang oleh peningkatan produktivitas. Total impor komoditi
pertanian masih besar tetapi mengalami penurunan sementara ekspor meningkat.
Sehingga neraca perdagangan komoditi pertanian mengalami surplus yang meningkat
rata-rata 15 persen pertahun, yaitu dari US $ 2.2 milyar tahun 1999 menjadi US $ 3.4
milyar tahun 2002 dan 3.7 US $ pada tahun 2003.
Jagung (zea mays l) merupakan bahan makanan penghasil karbohidrat kedua
setelah padi. Selain dikonsumsi langsung jagung digunakan sebagai pakan ternak
penghasil susu, daging dan juga sebagai bahan baku industri. Oleh karena itu, jagung
merupakan komoditas yang mempunyai nilai strategis seperti halnya beras.
Di indonesia, pertumbuhan produksi jagung lebih disebabkan oleh
perkembangan permintaan (demand driven. Pemanfaatan jagung tidak hanya diambil biji
keringnya saja sebagai bahan baku pangan dan industri. Salah satu jenis jagung yang
sering dipanen pada waktu muda adalah jagung manis.
Tanaman jagung manis merupakan jenis jagung yang belum lama dikenal dan
baru dikembangkan di indonesia. Jagung manis menjadi semakin dikenal dan banyak
dikonsumsi karena memiliki rasa yang lebih manis dibandingkan dengan jagung biasa.
Kandungan gula jagung manis 4-8 kali lebih tinggi dibandingkan dengan jagung biasa. .
Pemanfaatan jagung manis ini lebih banyak digunakan untuk kebutuhan pangan seperti
untuk dijadikan bahan campuran sayur, jagung rebus dan jagung bakar, atau untuk bahan
baku makanan.
Menurut Data Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa produksi jagung manis
Indonesia periode 2001-2005 belum dapat mencukupi kebutuhan konsumsinya (BPS,
2006). Hal ini dikarenakan jumlah varietas jagung manis yang beredar di Indonesiamasih
terbatas sehinggaharga benihnya mahal, dan umumnya tidak tahan penyakit bulai. Harga
benih yang mahal tersebut disebabkan karena umumnya varietas yang beredar dirilis oleh
perusahaan swasta, dimana materi genetiknya merupakan hasil introduksi, dan belum
ada pesaing dalam negeri.Varietas jagung manis yang beredar diantaranya adalahManis
Madu, Biji Mas, Chia Thai Seed (varietas bersari bebas), Sweet Boy, Bonansa,S & G,
Thai Super Sweet (Hibrida.
Propinsi utama penghasil jagung di indonesia adalah jawa timur dengan pangsa
produksi pada tahun 2005 sebesar 35%, diikuti oleh jawa tengah 17%, lampung 11%,
sumatera utara 6%, sulawesi selatan 6%, dan nusa tenggara timur 5%. Pada tahun 1981
pangsa produksi jagung jawa timur adalah 43%, jawa tengah 22%, sulawesi selatan
11%, nusa tenggara timur 6%, lampung 2%, dan sumatera utara 1,0%. Dengan demikian
PENGANTAR USAHA TANI |Laporan Hasil Analisis Usahatani Jagung Manis 7
telah terjadi pergeseran sentra produksi jagung indonesia. Peregeseran ini didorong oleh
perkembangan industri pakan yang terkonsentrasi di jawa barat, jawa timur, lampung, dan
sumatera utara (kasryno et al, 2013)

Harga jagung mulai meningkat setelah tahun 2000, sejalan dengan peningkatan
harga jagung di pasar dunia yang dipacu oleh peningkatan permintaan jagung sebagai
bahan baku untuk industri bahan bakar nonmigas/nabati. Kenaikan harga jagung akan
mempengaruhi ketahanan pangan dan industri pakan, dan tentunya juga mempengaruhi
pendapatan petani.

PENGANTAR USAHA TANI |Laporan Hasil Analisis Usahatani Jagung Manis 8


Produksi jagung di indonesia mulai meningkat tajam setelah tahun 2002 dengan
laju 9,14% per tahun. Pada tahun 2005, produksi jagung mencapai 12,5 juta ton. Sebelum
tahun 1990, penggunaan jagung di indonesia lebih banyak (86%) untuk konsumsi
langsung, hanya sekitar 6% untuk industri pakan. Penggunaan jagung untuk industri
pangan juga masih rendah, baru sekitar 7,5%. Walaupun sebagian besar penggunaan
jagung untuk konsumsi langsung, tetapi sudah mulai tampak penggunaan untuk industri
pangan dan bahkan pangsanya sudah di atas penggunaan untuk industri pakan. Dalam
periode 1990-2002 telah terjadi pergesaran penggunaan jagung walaupun masih
didominasi untuk konsumsi langsung. Setelah tahun 2002, penggunaan jagung lebih
banyak untuk kebutuhan industri pakan selain industri pangan. Selama tahun 2000-2005,
penggunaan jagung untuk konsumsi menurun sekitar 2,0%/th. Sebaliknya, penggunaan
jagung untuk industri pakan dan industri pangan meningkat masing-masing 5,86% dan
3,01%/th.

(Pabbage et al, 2013)

PENGANTAR USAHA TANI |Laporan Hasil Analisis Usahatani Jagung Manis 9


2.2 Transek Desa
Analisis transek merupakan teknik untuk memfasilitasi masyarakat dengan
pengamatan langsung terhadap lingkungan dan keadaan sumber-sumber daya dengan
cara berjalan menelusuri wilayah tempat mereka tinggal, mengikuti suatu lintasan
tertentu yang disepakati. Dengan teknik analisis transek, diperoleh gambaran keadaan
potensi sumber daya alam beserta masalah-masalah, perubahan keadaan dan potensi-
potensi yang ada.
Penelusuran desa adalah pengamatan sambil berjalan melalui daerah
pemukiman desa yang bersangkutan guna mengamati dan mendiskusikan berbagai
keadaan. Keadaan-keadaan yang diamati yaitu pengaturan letak perumahan dan
kondisinya, pengaturan halaman rumah, pengaturan air bersih untuk keluarga, keadaan
sarana MCK (mandi-cuci-kakus), sarana umum desa (a.l. sekolah, took, tembok dan
gapura desa, tiang listrik, puskesmas, dsb), juga lokasi kebun dan sumber daya pertanian
secara garis besar. Kajian transek ini terarah terutama pada aspek-aspek umum
pemukiman desa tersebut, terutama sarana-sarana yang dimiliki desa, sedangkan
keadaan sumber daya alam dan bukan alam dibahas secara garis besarnya saja. Kajian ini
akan sangat membantu dalam mengenal desa secara umum dan beberapa sapek lainnya
dari wilayah pemukiman yang kurang diperharikan. Teknik penelusuran lokasi (transek)
desa merupakan sebuah teknik dalam melihat kenampakan alam dengan pengamatan
kondisi fisik desa secara langsung. Hal ini biasanya dilakukan dengan menelusuri desa
dengan mengikuti lintasan tertentu yang memperlihatkan kenampakan bentang alam
dengan kondisi fisik desa.

Contoh peta transek desa


( Defisheri,2009 )

PENGANTAR USAHA TANI |Laporan Hasil Analisis Usahatani Jagung Manis 10


Penelusuran lokasi (Transek) dilakukan untuk memfasilitasi masyarakat agar
mendiskusikan keadaan sumber-sumber daya dengan cara mengamati langsung hal yang
didiskusikan di lokasinya. Hal-hal yang biasanya didiskusikan adalah :
a) Masalah-masalah pemeliharaan sumber daya pertanian : seperti erosi, kurangnya
kesuburan tanah, hama dan penyakita tanaman, pembagian air, penggundulan
hutan dan sebagainya.
b) Potensi-potensi yang tersedia
c) Pandangan dan harapan-harapan para petani mengenai keadaan-keadaan tersebut
Desa girimoyo yang terletak di kecamatan karangploso, kabupaten malang
dengan luas wilayah yaitu luas 349,25 ha yang terbagi atas tiga dusun yaitu dusun
ngambon, dusun karangploso, dusun genengan (putra, 2013).
Sebagian besar lahan pertanian di desa tersebut adalah lahan produksi tanaman
hortikultura yaitu sayuran kubis, cabai, jagung manis, serta sebagian padi.
2.3 Profil Usahatani
2.3.1 Karakteristik Usahatani dan Petani di Indonesia
a. Karakteristik Sosial
 Umur
Pada golongan umur produktif (20-60 tahun), dengan golongan
umur terbanyak 31-40 tahun, manusia mencapai kematangan dalam
berusaha di suatu bidang tertentu. Jika seorang petani mulai melakukan
usaha tani sejak umur 18 tahun berarti pengalaman berusahataninya telah
mencapai 12 tahun. Pada golongan umur ini petani sudah
mempunyai cukup banyak pengalaman berusahatani tetapi keinginan
untuk mencoba hal-hal baru yang diyakini dapat memberikan penghasilan
yang lebih baik, masih besar. Kesempatan untuk memperbaiki nasib
sangat besar, sehingga minat pada hal-hal baru besar.
 Pengalaman Bertani
Dalam berusahatani, umumnya petani tidak memiliki pendidikan
khusus, apalagi pendidikan formal. Pengalaman merupakan guru yang
sangat berharga bagi mereka. Dengan mengusahakan area pertanian
secara lagsung akan diperoleh pengetahuan yang dibutuhkan. Pengalaman
bertani ini sangat berpengaruh pada sikap petani menghadapi hal-hal
baru, terutama teknologi baru. Bukti nyata tidak hanya ilustrasi dapat

PENGANTAR USAHA TANI |Laporan Hasil Analisis Usahatani Jagung Manis 11


membuat petani percaya akan manfaat suatu teknologi baru. Pada
teknologi mengenai pembuatan teras, sebagian besar petani sudah
mengetahui teknologi ini. Jadi pembuatan teras bukan teknologi baru,
tetapi merupakan teknologi konservasi yang sudah diketahui fungsi dan
tujuan pembuatannya.
 Jumlah Tanggungan
Rata-rata masyarakat di daerah sekitar DAS Way Besai
memiliki tanggungan sebanyak 5 orang, jumlah tanggungan yang cukup
banyak bagi sebuah keluarga petani. Akan tetapi jika dilihat luas rata-rata
lahan yang dikuasai dan dimiliki petani (rata-rata 2 ha) maka tanggungan
petani tersebut dapat tercukupi. Seperti juga keluarga petani di Indonesia
pada umunya, tanggungan keluarga ini dapat menjadi tenaga kerja
keluarga yang seringkali tidak diperhitungkan upahnya.
 Etnis Asal
Dari data survey diperoleh bahwa masyarakat di DAS Way
Besai didominasi oleh tiga etnis, yaitu Semendo, Jawa, dan Sunda.
Golongan etnis minoritas yang lain adalah Lampung, Padang, Batak, dan
Betawi. Seluruh etnis ini adalah masyarakat pendatang di DAS Way
Besai. Melihat kenyataan di atas, dapat dikatakan bahwa wilayah DAS ini
pertama kali dibuka oleh pendatang. Ketiga etnis utama hidup
berdampingan, akan tetapi dilihat bahwa letak rumah masing-masing
etnis berkumpul dan berdekatan sesame etnis.

b. Karakteristik Ekonomi
 Tipe-Tipe Penggunaan Lahan
Setelah melakukan survei di seluruh wilayah DAS Way Besai,
diperoleh 9 tipe penggunaan lahan sebagai kebun kopi yaitu; kebun kopi
diselingi jeruk; kebun kopi dengan pohon penaung, tanah di bawah
tanaman kopi tidak bersih, dan ada guludan; kebun kopi dengan pohon
penaung, tanah di bawah tanaman kopi bersih dari rumput dan serasah,
tidak ada guludan; kebun kopi denganpohon penaung, tanah di bawah
tanaman kopi tidak bersih, dan tidak ada guludan; kebun kopi tidak ada
pohon penaung, tanah di bawah tanaman kopi tidak bersih, dan ada

PENGANTAR USAHA TANI |Laporan Hasil Analisis Usahatani Jagung Manis 12


guludan; kebun kopi tidak ada pohon penaungm tanah di bawah tanaman
kopi tidak bersih, dan ada guludan; kebun kopi tidak ada pohon penaung,
tanah di bawah tanaman kopi bersih dari rumput dan serasah, tidak ada
guludan; kebun kopi tidak ada pohon penaung, tanah di bawah tanaman
kopi tidak bersih, dan tidak ada guludan.
 Pupuk yang Digunakan
Jenis pupuk yang umum untuk digunakan adalah Urea, TSP/Sp-
36 dan KCl, dan yang paling banyak digunakan responden adalah Urea.
Bagi responden yang tidak menggunakan pupuk sama sekali memiliki
alasan kekurangan dana untuk membeli pupuk. Harga pupuk dari hari ke
hari dirasa makin berat bagi petani untuk membelinya.
 Bibit yang Digunakan
Sumber bibit yang paling banyak digunakan adalah dari kebun
sediri. Selain murah, petani juga merasa yakin dengan tanaman yang telah
diusahakan sendiri.
 Pestisida yang Digunakan
Jenis obat-obatan pemberantas hama dan penyakit yang
digunakan petani sangat beragam, tapi ada juga petani yang tidak
menggunakan obat-obatan sama sekali. Harga obatobatan yang mahal
membuat petani merasa berat untuk membeli obat tersebut. Obat-obatan
yang paling banyak digunakan petani adalah fastac, spark dan roundap.
 Luas Kebun
Rata-rata luas kebun yang dikuasai dan dimilik responden pada
semua desa yang diteliti antara 1,5 sampai 2,5 ha. Secara rata-rata luas
kebun yang dikuasai responden adalah 2,07 ha untuk semua responden.
 Biaya Usahatani
Untuk melaksanakan proses produksi kebun kopi dibutuhkan
biaya yang tidak sedikit. Dari hasil survei diperoleh bahwa masyarakat di
DAS Way Besai menggunakan modal sendiri dalam mengusahakan
kebun kopinya. Oleh karena itu, masalah kekurangan modal sering
diutarakan sebagai kendala dalam budidaya tanaman kopi ini.
 Produksi Usahatani

PENGANTAR USAHA TANI |Laporan Hasil Analisis Usahatani Jagung Manis 13


Produksi kopi sangat dipengaruhi oleh umur tanaman kopi itu
senidiri. Kopi yang berumur kira-kira 2 tahun baru ‘belajar’ berbuah
produksinya belum maksimal. Kemudian dengan makin tuanya pohon
kopi buahnya akan semakin meningkat, sampai kemudian produksinya
menurun kembali pada umur kopi yang berbeda-beda tergantung
pemeliharaan kebun kopinya.
 Pendapatan Usahatani
Pendapatan yang diterima masyarakat sangat ditentukan oleh
harga jual kopi yang sangat berfluktuatif.
 Pengeluaran Rumahtangga
Pengeluaran keluarga responden yang paling tinggi terdapat
pada rumahtangga etnis Jawa. Jenis pengeluaran yang paling tinggi
dilakukan oleh etnis Jawa adalah perbaikan rumah, yaitu dari semula
dinding rumah berupa kayu diubah menjadi tembok. Hal ini terkait
dengan kebiasaan etnis Jawa dalam membuat rumah. Etnis ini sudah
terbiasa dengan rumah yang terbuat dari bata (dinding tembok)
dibandingkan dari papan. Oleh karena itu keinginan untuk memiliki
rumah yang berdindingkan tembok sangat besar.
 Teknik Konservasi
Kegiatan konservasi ini sangat berkaitan dengan keberlanjutan
dari kebun kopi yang diusahakannya. Dari seluruh responden, 45%
(responden) menyatakan pernah membuat teras di kebun kopinya.

c. Karakteristik Kemasyarakatan
 Pengetahuan tentang Fungsi Hutan
Persepsi masyarakat mengenai hutan sangat beragam. Ada yang
berpendapat bahwa hutan harus terus dijaga dengan tanpa diusahakan
sama sekali. Hutan harus dijaga sebagaimana adanya, agar fungsi hutan
dapat dijaga terus. Ada juga yang berpendapat bahwa hutan dapat
dimanfaatkan selama tidak menebang pohon yang ada, sehingga tanah
tidak terbuka. Pendapat yang lain, hutan sebaiknya dimanfaatkan untuk
sumber kehidupan masyarakat, sehingga lahan hutan akan lebih
bermanfaat.

PENGANTAR USAHA TANI |Laporan Hasil Analisis Usahatani Jagung Manis 14


 Keikutsertaan Dalam Organisasi Desa
Karakteristik kemasyarakatan yang lain adalah pola bertindak
dan kelakukan dalam bentuk organisasi sosial di dalam masyarakat. Dari
wawancara dengan responden diketahui bahwa terdapat beberapa
organisasi sosial masyarakat, seperti LKMD, LMD dan Lembaga
Swadaya Masyarakat lainnya (termasuk pengajian atau kegiatan
keagamaan). Akan tetapi hanya 21% dari responden yang aktif dalam
organisasi sosial tersebut.

Usaha meningkatkan produksi pertanian di suatu wilayah dapat


dilakukkan dengan dua cara, yaitu meningkatkan hasil dan meningkatkan luas
panen. Meningkatkan dasil dapat dilakukan dengan mengatur semua faktor sebaik
mungkin. Misalnya dengan menekan faktor yang berkorelasi negatif dan
meningkatkan faktor yang berkorelasi positif. Meningkatkan luas panen dapat
dilakukan dengan meningkatkan luas tanaman dan menekan kegagalan panen.
Salah satunya dengan jalan meningkatkan luas lahan pertanian yang biasa disebut
dengan ekstensifikasi. Pertanian merupakan bentuk kegiatan interaksi antara
manusia dengan lingkungan. Kegiatan ini mempunyai karakteristik yang berbeda
dengan kegiatan yang lain, walaupun sama-sama interaksi manusia dengan
lingkungannya.
Di Indonesia, usahatani dikategorikan sebagai usahatani kecil karena
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
a) Berusahatani dalam lingkungan tekanan penduduk lokal yang
meningkat
b) Mempunyai sumberdaya terbatas sehingga menciptakan tingkat
hidup yang rendah
c) Bergantung seluruhnya atau sebagian kepada produksi yang
subsisten
d) Kurang memperoleh pelayanan kesehatan, pendidikan dan
pelayanan lainnya
Usahatani tersebut masih dilakukan oleh petani kecil, maka telah
disepakati batasan petani kecil (Soekartawi, 1986) Pada seminar petani kecil di
Jakarta pada tahun 1979, menetapkan bahwa petani kecil didefinisikan sebagai
berikut :

PENGANTAR USAHA TANI |Laporan Hasil Analisis Usahatani Jagung Manis 15


a) Petani yang pendapatannya rendah, yaitu kurang dari setara 240 kg
beras per kapita per tahun
b) Petani yang memiliki lahan sempit, yaitu lebih kecil dari 0,25 ha
lahan sawah untuk di P.Jawa atau 0,5 ha di luar P.Jawa. Bila petani
tersebut juga memiliki lahan tegal maka luasnya 0,5 ha di P. Jawa
dan 1,0 ha di luar P.Jawa.
c) Petani yang kekurangan modal dan memiliki tabungan yang
terbatas.
d) Petani yang memiliki pengetahuan terbatas dan kurang dinamis.

Dari segi otonomi, ciri yang sangat penting pada petani kecil adalah
terbatasnya sumberdaya dasar tempat petani tersebut berusahatani. Pada umumnya
mereka hanya menguasai sebidang lahan kecil, disertai dengan ketidakpastian
dalam pengelolaannya. Lahannya sering tidak subur dan terpencar-pencar dalam
beberapa petak. Mereka sering terjerat hutang dan tidak terjangkau oleh lembaga
kredit dan sarana produksi. Bersamaan dengan itu, mereka menghadapi pasar dan
harga yang tidak stabil, mereka tidak cukup informasi dan modal.
Walaupun petani-petani kecil mempunyai ciri yang sama yaitu memiliki
sumberdaya terbatas dan pendapatan yang rendah, namun cara kerjanya tidak
sama. Karena itu petani kecil tidak dapat dipandang sebagai kelompok yang serba
sama, walaupun mereka berada di suatu wilayah kecil. Jelas bahwa hal ini
diperlukan penelitian-penelitian mengenai usahatani di bebagai daerah dengan
berbagai karakteristik petani, iklim, sosial, budaya yang berbeda, sehingga
diperoleh perumusan masalah yang dapat digunakan untuk merumuskan suatu
kebijakan.
Dengan melihat ciri-ciri petani kecil di atas, mempelajari usahatani
merupakan salah satu cara untuk melihat, menafsirkan, menganalisa, memikirkan
dan berbuat sesuatu (penyuluhan, penelitian, kunjungan, kebijakan dll) untuk
keluarga tani dan penduduk desa yang lain sehingga dapat meningkatkan
kesejahteraan petani dan keluarganya. Kesulitan utama dalam menganalisis
perekonomian rumah tangga tani di negara berkembang seperti Indonesia karena,
Sifat dwifungsinya : produksi dan konsumsi yang kadang tidak terpisahkan, serta
kuatnya peranan desa sebagai unit organisasi sosial dan perekonomian.

PENGANTAR USAHA TANI |Laporan Hasil Analisis Usahatani Jagung Manis 16


Menurut Tohir (1983) ,Tingkat pertumbuhan dan perkembangan usaha
tani dapat diukur dari berbagai aspek. Ciri-ciri daerah dengan pertumbuhan dan
perkembangan usahatani, adalah :
A. Tingkat pertumbuhan dan perkembangan usaha tani atas asas pengelolaan
yang di dasarkan atas tujuan dan prinsip sosial ekonomi dari usaha.Usaha
pertanian atas dasar tujuan dan prinsip sosial ekonomi yang melekat padanya,
usaha tani digolongkan menjadi 3 (tiga) golongan, yaitu:
a) Usahatani yang memiliki ciri-ciri ekonomis kapitalis
b) Usahatani yang memiliki dasar ekonomis-sosialis-komunistis
c) Usaha tani yang memiliki ciri-ciri ekonomis
B. Tingkat pertumbuhan usahatani berdasarkan teknik atau alat pengelolaan
tanah. Menurut Hahn, kemajuan pertanian setelah tahap hidup mengembara
dilampaui dapat dipisah-pisahkan dalam beberapa tingkat. Tiap tingkat
memiliki ciri-cirinya sendiri. Tingkat-tingkat seperti yang dimaksud adalah:
a) Tingkat pertanian yang ditandai dengan pengelolaan tanah secara
sederhana (dicangkul). Tingkat ini memiliki dua fase, yaitu fase
perkembangan pertanian yang belum kenal jenis tanaman-tanaman
gandum dan fase perkembangan pertanian yang telah mengenal jenis-
jenis tanaman gandum.
b) Tingkat pertanian yang ditandai dengan pengelolaan tanah dengan cara
membajak. Van Der Kolf berkesimpulan, bahwa di Indonesia kita akan
menjumpai tingkatan-tingkatan yang dimaksud oleh hahn. Ciri
tingkatan-tingkatan tersebut adalah:
 Tingkat pertanian dengan pengolahan tanah secara mencangkul dan
pengusahaan jenis tanaman umbi-umbian.
 Tingkatan pertanian dengan pengolahan tanah secara mencangkul
dan pengusahaan jenis tanaman bangsa gandum sebagai tanaman
utamanya.
 Tingkatan pertanian yang ditandai dengan pengolahan secara
membajak dan penanaman jenis-jenis gandum sebagai tanaman
utamanya.
C. Tingkat pertumbuhan usahatani di Indonesia berdasarkan kekuasaan badan-
badan kemasyarakatan atas pengelolaan usaha tani.Menurut para cendekiawan

PENGANTAR USAHA TANI |Laporan Hasil Analisis Usahatani Jagung Manis 17


usaha tani di Indonesia itu mula-mula dilakukan oleh suku dan kemudian
digantikan dengan marga atau desa, famili atau keluarga persekutuan-
persekutuan orang dan akhirnya perseorangan. Berdasarkan kekuasaan badan-
badan usahatani dalam masyarkat atas besar kecilnya kekuasaan, maka
usahatani dapat kita golongkan sebagai berikut:
a) Suku sebagai pengusaha atau yang berkuasa dalam pengelolaan
usahatani
b) Suku sudah banyak kehilangan kekuasaannya dan perseorangan nampak
mulai memegang peranan dalam pengelolan usaha taninya.
c) Desa, marga, atau negari sebagai pengusaha usahatani atau masih
memiliki pengaruh dalam pengelolaan usahatani.
d) Famili sebagai pengusaha atau masih memiliki pengaruh dalam
pengelolaan usahatani.
e) Perseorangan sebagai pengusaha tani
f) Persekutuan adat sebagai pengusaha atau sebagai pembina usahatani
Tingkat pertumbuhan dan perkembangan usahatani berdasarkan
kedudukan sosial ekonomis petani sebagai pengusaha.Tingkat pertumbuhan dan
perkembangan usaha tani dapat dilihat dari (a) kedudukan struktural atau fungsi
dari petani dalam usaha tani dan (b) kedudukan sosial ekonomi dari petani dalam
masyarakat.
2.3.2 Tinjauan Tentang Jagung Manis ( Zea mays sacharata )

Jagung merupakan tanaman serealia yang paling produktif di dunia,


sesuai ditanam di wilayah bersuhu tinggi, dan pematangan tongkol ditentukan
oleh akumulasi panas yang diperoleh tanaman. Luas pertanaman jagung di seluruh
dunia lebih dari 100 juta ha, menyebar di 70 negara, termasuk 53 negara
berkembang. Penyebaran tanaman jagung sangat luas karena mampu beradaptasi
dengan baik pada berbagai lingkungan. Jagung tumbuh baik di wilayah tropis
hingga 50° LU dan 50° LS, dari dataran rendah sampai ketinggian 3.000 m di atas
permukaan laut (dpl), dengan curah hujan tinggi, sedang, hingga rendah sekitar
500 mm per tahun. Pusat produksi jagung di dunia tersebar di negara tropis dan
subtropis.
Areal dan agroekologi pertanaman jagung sangat bervariasi, dari dataran
rendah sampai dataran tinggi, pada berbagai jenis tanah, berbagai tipe iklim dan

PENGANTAR USAHA TANI |Laporan Hasil Analisis Usahatani Jagung Manis 18


bermacam pola tanam. Tanaman jagung dapat ditanam pada lahan kering beriklim
basah dan beriklim kering, sawah irigasi dan sawah tadah hujan, toleran terhadap
kompetisi pada pola tanam tumpang sari, sesuai untuk pertanian subsistem,
pertanian komersial skala kecil, menengah, hingga skala sangat besar. Suhu
optimum untuk pertumbuhan tanaman jagung rata-rata 26-300C dan pH tanah 5,7-
6,8 . Produksi jagung berbeda antardaerah, terutama disebabkan oleh perbedaan
kesuburan tanah, ketersediaan air, dan varietas yang ditanam. Variasi lingkungan
tumbuh akan mengakibatkan adanya interaksi genotipe dengan lingkungan, yang
berarti agroekologi spesifik memerlukan varietas yang spesifik untuk dapat
memperoleh produktivitas optimal.
Jagung merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang terpenting,
selain gandum dan padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika Tengah
dan Selatan, jagung juga menjadi alternatif sumber pangan di Amerika Serikat.
Penduduk beberapa daerah di Indonesia (misalnya di Madura dan Nusa Tenggara)
juga menggunakan jagung sebagai pangan pokok. Selain sebagai sumber
karbohidrat, jagung juga ditanam sebagai pakan ternak (hijauan maupun
tongkolnya), diambil minyaknya (dari biji), dibuat tepung (dari biji, dikenal
dengan istilah tepung jagung atau maizena), dan bahan baku industri (dari tepung
biji dan tepung tongkolnya). Tongkol jagung kaya akan pentosa, yang dipakai
sebagai bahan baku pembuatan furfural. Jagung yang telah direkayasa genetika
juga sekarang ditanam sebagai penghasil bahan farmasi.
Berdasarkan bukti genetik, antropologi, dan arkeologi diketahui bahwa
daerah asal tanaman jagung adalah Amerika Tengah (Meksiko bagian selatan),
kemudian dibawa ke Amerika Selatan (Ekuador) sekitar 7.000 tahun yang lalu,
dan mencapai daerah pegunungan di selatan Peru sekitar 4.000 tahun yang lalu.
Sejak 1.000 tahun yang lalu, petani di Meksiko telah menyeleksi tanaman jagung,
termasuk memilih tongkol yang besar untuk ditanam pada musim berikutnya.
Seleksi tongkol yang besar ini digunakan untuk memelihara kemurnian jagung
yang diinginkan. Di dataran tinggi Meksiko yang dikenal sebagai pusat jagung
terdapat suatu upacara keagamaan setelah panen, para petani membawa tongkol
jagung. Petani yang membawa tongkol jagung yang paling besar dan terbaik
diberi penghargaan dan paling dihormati dalam upacara ini. Dari Meksiko dan
Amerika Tengah, jagung tersebar ke Amerika Latin, Karibia, dan Amerika Utara,
yang dikembangkan oleh orang Indian.
PENGANTAR USAHA TANI |Laporan Hasil Analisis Usahatani Jagung Manis 19
 Deskripsi
Jagung merupakan tanaman semusim (annual). Satu siklus hidupnya
diselesaikan dalam 80-150 hari. Paruh pertama dari siklus merupakan tahap
pertumbuhan vegetatif dan paruh kedua untuk tahap pertumbuhan generatif.
Tinggi tanaman jagung sangat bervariasi. Meskipun tanaman jagung
umumnya berketinggian antara 1m sampai 3m, ada varietas yang dapat mencapai
tinggi 6m. Tinggi tanaman biasa diukur dari permukaan tanah hingga ruas teratas
sebelum bunga jantan. Meskipun beberapa varietas dapat menghasilkan anakan
(seperti padi), pada umumnya jagung tidak memiliki kemampuan ini.
Akar jagung tergolong akar serabut yang dapat mencapai kedalaman 8 m
meskipun sebagian besar berada pada kisaran 2 m. Pada tanaman yang sudah
cukup dewasa muncul akar adventif dari buku-buku batang bagian bawah yang
membantu menyangga tegaknya tanaman.
Batang jagung tegak dan mudah terlihat, sebagaimana sorgum dan tebu,
namun tidak seperti padi atau gandum. Terdapat mutan yang batangnya tidak
tumbuh pesat sehingga tanaman berbentuk roset. Batang beruas-ruas. Ruas
terbungkus pelepah daun yang muncul dari buku. Batang jagung cukup kokoh
namun tidak banyak mengandung lignin.
Daun jagung adalah daun sempurna. Bentuknya memanjang. Antara
pelepah dan [helai daun] terdapat ligula. Tulang daun sejajar dengan ibu tulang
daun. Permukaan daun ada yang licin dan ada yang berambut. Stoma pada daun
jagung berbentuk halter, yang khas dimiliki familia Poaceae. Setiap stoma
dikelilingi sel-sel epidermis berbentuk kipas. Struktur ini berperan penting dalam
respon tanaman menanggapi defisit air pada sel-sel daun.
Jagung memiliki bunga jantan dan bunga betina yang terpisah (diklin)
dalam satu tanaman (monoecious). Tiap kuntum bunga memiliki struktur khas
bunga dari suku Poaceae, yang disebut floret. Pada jagung, dua floret dibatasi oleh
sepasang glumae (tunggal: gluma). Bunga jantan tumbuh di bagian puncak
tanaman, berupa karangan bunga (inflorescence). Serbuk sari berwarna kuning
dan beraroma khas. Bunga betina tersusun dalam tongkol. Tongkol tumbuh dari
buku, di antara batang dan pelepah daun. Pada umumnya, satu tanaman hanya
dapat menghasilkan satu tongkol produktif meskipun memiliki sejumlah bunga
betina. Beberapa varietas unggul dapat menghasilkan lebih dari satu tongkol

PENGANTAR USAHA TANI |Laporan Hasil Analisis Usahatani Jagung Manis 20


produktif, dan disebut sebagai varietas prolifik. Bunga jantan jagung cenderung
siap untuk penyerbukan 2-5 hari lebih dini daripada bunga betinanya (protandri).

2.4 Analisis Biaya, Penerimaan dan Keuntungan ( Pendapatan ) Usaha Tani


a. Analisa Biaya
Biaya produksi dibedakan menjadi dua macam, yaitu biaya tetap dan biaya
variabel. Jumlah biaya tetap seluruhnya dan biaya variabel seluruhnya merupakan
biaya total produksi dalam notasi matematika dituliskan :

TC = TFC + TVC

dimana :
TC = Biaya total produksi
TFC = Biaya tetap total
TVC = Biaya variabel total
Biaya tetap adalah biaya yang tetap harus dikeluarkan pada berbagai tingkat
output yang dihasilkan. Pada penelitian ini yang termasuk biaya tetap dalam usahatani
jagung adalah biaya pajak lahan tanah, peralatan dan biaya Penyusutan. Biaya
variabel adalah biaya yang berubah ubah menurut tinggi rendahnya tingkat output
yang termasuk dalam penelitian ini adalah : biaya tenaga kerja, pembelian pupuk
SP36, pembelian pupuk Urea dan biaya pestisida.
Kurva Biaya Produksi :
(Warsana, 2007)

b. Analisa Penerimaan
Penerimaan petani pada dasamya dibedakan menjadi 2 jenis yaitu :
1. Penerimaan kotor yaitu penerimaan yang berasal dari penjualan hasil produksi
usahatani. Penghitungan penerimaan kotor ini diperoleh dari perkalian hasil
produksi dengan harga jualnya. Dalam notasi dapat ditulis sebagai berikut :
dimana :
TR = Penerimaan kotor
TR = P x Q
P = Harga produksi
Q = Jumlah produksi

PENGANTAR USAHA TANI |Laporan Hasil Analisis Usahatani Jagung Manis 21


2. Penerimaan bersih yaitu penerimaan yang berasal dari penjualan hasil produksi
usahatani setelah dikurangi biaya total yang dikeluarkan Dalam bentuk notasi
dapat dituliskan sebagai berikut :

π = TR - TC

Dimana:
π = Besamya tingkat pendapatan
TR = Penerimaan kotor
TC = Biaya total yang dikeluarkan
(Warsana, 2007)

c. Analisa Keuntungan ( Pendapatan )


Keuntungan Usahatani adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya.
Bila menggunakan analisis ekonomi, maka TC biasanya lebih besar daripada
menggunakan analisis finansial.
Pendapatan usahatani merupakan ukuran keuntungan yang digunakan
sebagai pembanding dalam beberapa usahatani. Pendapatan usahatani diperoleh dari
selisih antara penerimaan total dengan biaya total. Sehingga keuntungan yang
didapatkan petani ditentukan dari besar atau kecilnya biaya yang dikeluarkan dan
penerimaan yang diperoleh petani.
Besarnya biaya dan pendapatan usahatani depengaruhi oleh dua faktor yaitu :
1. Faktor internal dan eksternal
Faktor internal maupun eksternal akan bersama-sama mempengaruhi
biaya dan pendapatan usahatani. Faktor yang dapat mempengaruhi biaya dan
pendapatan antara lain umur petani, pendidikan, luas lahan, dan modal.
Sedangkan faktor eksternal yang dapat mempengaruhi biaya dan pendapatan
adalah ketersediaan input, permintaan output dan harga input dan output.
2. Faktor manajemen
Petani harus dapat mengatasi faktor eksternal yang selalu berubah.
Petani sebagai juru tani harus dapat melaksanakan usahataninya dengan
sebaikbaiknya dengan menggunakan faktor produksi dan tenaga kerja secara
efisien sehingga akan memperoleh manfaat setinggi-tingginya. Selain sebagai
juru tani, petani juga bertindak sebagai manajer yang harus dapat mengambil
PENGANTAR USAHA TANI |Laporan Hasil Analisis Usahatani Jagung Manis 22
keputusan dengan berbagai pertimbangan ekonomis, sehingga didapatkan hasil
yang akan memberikan pendapatan yang maksimal. Agar dapat mengantisipasi
perubahan supaya tidak salah pilih dan merugi, petani memerlukan berbagai
informasi tentang kombinasi faktor produksi dan informasi mengenai harga,
baik harga input maupun output.
(Warsana, 2007)

2.5 Analisis Kelayakan Usahatani


2.5.1 R/C Ratio

R/C adalah perbandingan antara penerimaan penjualan dengan biaya-


biaya yang dikeluarkan selama proses produksi hingga menghasilkan produk.
Usaha peternakan akan menguntungkan apabila nilai R/C > 1. Semakin besar
nilai R/C semakin besar pula tingkat keuntungan yang akan diperoleh dari usaha
tersebut.

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑃𝑒𝑛𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎𝑎𝑛 𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘


𝑅/𝐶 = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎

(Warsana, 2007)
2.5.2 BEP ( Break Even Point )

Analisa Break Even adalah tehnik analisa untuk mempelajari hubungan


antara biaya tetap, biaya variable, keuntungan dan volume kegiatan. Maka sering
disebut : C.P.V Analysis (Cost-Profit-Vol Analysis). Biaya variable, secara
totalitas akan berubah-ubah sesuai dengan Volume produksi.
Hasil volume penjualan tetap sama dengan biaya total atau BEP akan
tercapaipada volume penjualan dimana contribution margin (CM) sama besarnya
dengan biaya tetap. Sementara contribution margin (CM) enghasilan penjualan
setelah dikurangi biaya variable tersedia untuk menutup Biaya tetap.
Dalam mengadakan analisa Break Even (BE) digunakan asumsi dasar
sebagai berikut:
a. Biaya didalam perusahaan terdiri dari biaya variable dan biaya tetap
b. Biaya variable secara totalitas berubah-ubah secara proporsional dengan
volume produksi

PENGANTAR USAHA TANI |Laporan Hasil Analisis Usahatani Jagung Manis 23


c. Biaya tetap secara totalitas tidak berubah meskipun ada perubahan volume
penjualan. Jadi biaya tetap perunit berubah-ubah
d. Harga jual perunit tidak berubah-ubah selama periode yang dianalisa
e. Perusahaan hanya memproduksi 1 macam produk

Dalam perencanaan profit analisa break even merupakan “Profit


Planning Approach” yang didasarkan pada hubungan biaya (Cost) dan
penghasilan penjualan (Revenue). Penghasilan penjualan dikurangi biaya
variable merupakan bagian penghasilan penjualan yang menutup biaya tetap
disebut: Contribution Margin, jadi bila contribution margin (CM) lebih besar dari
pada Fixed Cost (FC), berarti Revenue lebih besar dari pada Total Cost, jasi
perusahaan untung.
BEP (Break event point ) merupakan titik impas usaha. Dari nilai BEP
dapat diketahui pada tingkat produksi dan harga berapa suatu usahatani tidak
memberikan keuntungan dan tidak pula mengalami kerugian.

BEP penerimaan (Rp) = TFC/1-(TVC/TR)


BEP harga (Rp) = TC/Q
BEP produksi (Unit) = TVC/P-(TVC/Q)

Keterangan :
BEP = Break Event Point
TC = Total Cost
TFC = Total Fixed Cost (Biaya Tetap)
TVC = Total Variable Cost (Biaya Variabel)
P = Price (Harga Jual per unit)
Q = Quantities
(Warsana, 2007)

PENGANTAR USAHA TANI |Laporan Hasil Analisis Usahatani Jagung Manis 24


BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Sejarah Usahatani

Lahan yang digunakan untuk usahatani oleh keluarga Pak Samud merupakan
lahan pemerintah yang diberikan sebagai imbalan atas jasa putra Pak Samud sebagai
kepala dusun. Pak Harianto adalah nama putra Pak Samud yang menjabat sebagai
kepala dusun Ngambon sejak setahun yang lalu. Lahan tersebut terus dimanfaatkan
sebagai lahan pertanian dengan tanaman komoditas padi dan jagung manis yang
ditanam secara bergantian, dan untuk saat ini ditanami tanaman jagung manis. Di
pinggir lahan tersebut terdapat berbagai macam tanaman lain seperti baik tanaman
budidaya (buncis, kangkung) maupun tanaman liar (rumput).

Pak Harianto sebagai kepala dusun berkonsentrasi terhadap statusnya


sebagai pemimpin, sehingga jarang terjun ke lahan sebagai petani. Oleh karena itu,
pekerjaan mengelola lahan untuk usahatani diserahkan kepada Pak Samud yang
sebelumnya berprofesi sebagai pedagang kecil atau talenan. Sebagai seorang petani
baru, Pak Samud mendapatkan ilmu secara otodidak dan dari bertanya ke tetangga
yang bekerja sebagi petani. Dari lahan seluas 4700 m2 didapatkan hasil panen dari
beberapa komoditas yang mana sebagian dari hasil tersebut dikonsumsi sendiri,
sebagian dibagikan ke tetangga dan sebagian lagi dijual. Untuk hasil panen jagung
manis seluruh hasilnya dijual, melalui tengkulak.

3.2 Transek Desa

Transek yang ada di desa Girimoyo menunjukan berbagai penggunaan lahan


yang terdiri dari pabrik industri, lahan pertanian, jalan raya, dan pemukiman. Pabrik
industri yang ditampilkan dalam transek diatas, merupakan industri bahan baku beton,

PENGANTAR USAHA TANI |Laporan Hasil Analisis Usahatani Jagung Manis 25


dan letaknya berada disamping lahan pertanian pengamatan. Secara tidak langsung,
operasi pabrik ini mempengaruhi tingkat produktivitas dari lahan pertanian yang
letaknya bersampingan karena menghasilkan polutan berupa debu berpartikel kecil
yang arah jatuhnya tepat di area pertanaman. Untuk lahan pertanian yang terdapat
dalam transek, didominasi oleh pertanaman jagung dan padi, meskipun terdapat
peranaman lain seperti buncis, kangkung dan terong jumlahnya tidak mencapai 35 %
tetapi semua itu masih termasuk dalam daftar tanaman semusim. Selanjutnya adalah
penggunaan lahan berupa jalan raya, yang memotong penggunaan lahan pertanian
dengan pemukiman. Letak jalan raya yang dekat dengan lahan pertanian juga
memiliki manfaat, karena memudahkan akses keluar masuk dari lahan budidaya .
Sementara itu rumah-rumahanpada transek menggambaran pemukiman pada
transekdi Desa Girimoyo, khususnya di Dusun Ngambon. Lokasi pemukiman ini
berada di sebelah utara lahan dan gambar tersebut sekaligus menjelaskan lokasi
perumahan yang menuju rumah petani pemilik lahan pertanian pengamatan. Satu Hal
lagi yang digambarkan pada transek adalah pohon yang ada di sekitar pemukiman,
yaitu adalah pohon mangga. Hampir setiap rumah di dusun tersebut memiliki
tanamana tahunan mangga serta tanaman buah tahunan lainnya di depan-depan
rumahnya .

3.3 Profil Petani dan Usahatani


 Nama : Pak Samud
 Umur : 64 tahun
 Pendidikan : SMP
 Pekerjaan utama : petani
 Pekerjaan sampingan : pedagang rokok/talenan
 Jumlah anggota keluarga : 5 orang

Tabel 1. Data anggota keluarga

N Nama Hubungan Umur Pendidikan Pekerjaan


o Utama Sampingan
1 Pak Samud KK 64 th SMP Petani talenan
2 Bu Samud Istri 64 th SD Petani talenan
3 Pak Anak 43 th SMA Pedagang -
Supriyanto
4 Pak Harianto Anak 35 th Kuliah Kasun petani

PENGANTAR USAHA TANI |Laporan Hasil Analisis Usahatani Jagung Manis 26


5 Bu Harianto anak 32 th SMA ibu rumah -
menantu tangga
6 Akbar Cucu 9 th SD Pelajar -

Pembahasan karakteristik sosial


Faktor sosial terdiri dari umur, pendidikan, pengalaman berusaha tani, jumlah
anggota keluarga, status sosial, status penguasaan lahan, informasi teknologi yang
meliputi frekuensi penyuluhan dan kontak lembaga. Menurut Nur Asih (2009) faktor
sosial inilah merupakan aspek yang mempengaruhi keterampilan petani dalam mengelola
usahatani. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada tanggal 14 November 2013,
Pak Samud berumur 64 tahun yang termasuk dalam umur tidak produktif lagi. Artinya
usahatani jagung manis tidak dapat dikerjakan secara optimal dengan mencurahkan
tenaga kerja fisik yang tersedia. Namun pada kenyataan di lapang hasil dari usdahatani
jagung manis yang dikelola oleh pak Samud dapat dikatakan berhasil, hal ini dikarenakan
tenaga kerja yang dicurahkan tidak hanya oleh pemilik lahan sendiri melainkan juga
diperoleh dari tenaga kerja luar.
Ditinjau dari sisi pendidikan, responden mempunyai tingkat pendidikan formal
Sekolah Menengah Pertama (SMP) Umur dan tingkat pendidikan dalam hal ini dapat
mempengaruhi petani dalam mengambil keputusan. Menurut Nur Asih (2009) umur muda
dengan tingkat pendidikan yang tinggi memungkinkan petani lebih dinamis dan lebih
mudah menerima inovasi baru. Akan tetapi, umur Pak Samud termasuk dalam kategori
umur yang tidak produktif lagi serta pendidikan hanya sebatas SMP, sehingga usahatani
dilakukan secara otodidak atau berdasarkan pengalaman selama setahun bertani.
Jumlah tanggungan keluarga merupakan banyaknya orang yang berada dalam
manajemen rumahtangga selain kepala rumahtangga. Hal ini akan berpengaruh terhadap
pola produksi dan konsumsi petani serta mengakibatkan perbedaan pendapatan yang
diterima oleh rumahtangga petani. Jumlah anggota petani adalah 5 orang dan tidak
semua orang tinggal dalam satu rumah. Pak Supriyanto, putra pertama Pak Samud
tinggal jauh di daerah Lumajang, sehingga yang berada dalam satu rumah hanya 5 orang.
Jumlah anggota keluarga merupakan sumber tenaga kerja dalam keluarga dalam
berusahatani jagung manis. Ketersediaan tenaga kerja tidak 100% berasal dari dalam
keluarga pak Samud, karena dalam berusahatani membutuhkan tenaga kerja dari luar.
Semakin banyak tenaga kerja dari luar keluarga, semakin tinggi pula biaya yang
dikeluarkan untuk konsumsi sehingga semakin besar dana yang dapat dialokasikan untuk
biaya usahatani.

PENGANTAR USAHA TANI |Laporan Hasil Analisis Usahatani Jagung Manis 27


Pengalaman berusahatani menjadi salah satu faktor penting dalam mendukung
keberhasilan usahatani (Nur Asih, 2009). Pengalaman usahatani petani responden kurang
lebih selama satu tahun, yaitu semenjak Pak Harianto-putranya yang menjabat sebagai
kepala dusun mendapatkan lahan ganjaran. Pengalaman berusahatani merupakan proses
belajar yang dapat mempermudah adopsi dan penerapan teknologi yang dikembangkan
secara dinamis. Namun pengalaman usahatani Pak Samud yang singkat mencerminkan
petani menerapkan teknik budidaya dan penggunaan input sarana produksi yang optimal.
Hal ini terlihat bahwa, tidak ada masalah yang timbul tentang teknik pengelolaan
tanaman dan tidak ada hama atau penyakit tertentu yang menyerang jagung manis yang
dibudidayakan.

Tabel 2. Data luas penguasaan lahan

Jenis lahan (m2)


No Keterangan Jumlah (m2)
Sawah Tegal/kebun Pekarangan
Lahan
1. 4700 - - 4700
ganjaran
2. Milik sendiri - - - -
Milik orang
3. - - - -
lain/sewa
Total 4700

Tabel 3. Kegiatan bercocok tanam

No Waktu tanam Luas (m2) Jenis tanaman Keterangan


1. Oktober minggu 2700 jagung manis umur tanaman jagung
pertama manis 40 hari pada saat
wawancara
2. Oktober minggu 1950 Padi umur tanaman padi 3
kedua minggu pada saat
wawancara
3. September 50 Terong sudah muncul buah terong
dan siap dipanen
4. September - Buncis ditanam sebagai border

 Komoditas : jagung manis, padi, terong, buncis


 Pola tanam : tumpangsari
 Pupuk yang digunakan : pupuk kotoran ayam pada saat pengolahan tanah dan
pupukponska dan ZA selama proses perawatan tanaman

PENGANTAR USAHA TANI |Laporan Hasil Analisis Usahatani Jagung Manis 28


 Obat yang digunakan : untuk mengendalikan hama digunakan cara kimia
dengan obat Endure

3.4 Analisis Biaya, Penerimaan dan Keuntungan ( Pendapatan Usahatani )

Biaya produksi dibedakan menjadi dua macam, yaitu biaya tetap dan biaya
variabel. Jumlah biaya tetap seluruhnya dan biaya variabel seluruhnya merupakan
biaya total produksi dalam notasi matematika. Usahatani utama Pak Samud adalah
tanaman jagung manis, karena 100% hasil panen jagung manis dijual ke tengkulak.
Oleh karena itu, analisis usahatani yang kami kerjakan adalah analisis usahatani
tanaman jagung manis.

Tabel 4. Biaya tetap (TFC)

No Uraian Jumlah (unit) Harga (Rp) Biaya (Rp)


1 Sewa lahan 2700 m2 2.000.000/th 666.666
2 Penyusutan alat
Cangkul 4.000
Sabit 2.400
Total TFC 673.066

Tabel 5. Biaya variable (TVC)

No Uraian Jumlah (unit) Harga (Rp) Biaya (Rp)


1 Bibit 5 plastik 90.000 450.000
2 Pupuk
kotoran ayam 30 karung 20.000 600.000
Ponska 240 kg 2.000/kg 480.000
ZA 240 kg 1.250/kg 300.000
3 Obat 1 botol 80.000 80.000
4 Tenaga kerja
Pengolahan 2 HOK 1. 600.000
Penanaman 6 HOK 25.000/HOK 150.000
Pemupukan dan 8 HOK 25.000/HOK 200.000
pengendalian HP
Penyiangan dan 8 HOK 25.000/HOK 200.000
pembumbunan

PENGANTAR USAHA TANI |Laporan Hasil Analisis Usahatani Jagung Manis 29


Air 25.000/th 8.333
Total TVC 4.068.333

 Total Biaya ( TC )
Dari rincian biaya-biaya tersebut dapat diketahui total biaya yang dikeluarkan
untuk menjalankan kegiatan usaha tani jagung manis pada lahan seluas 2700 m2.
TC = TFC + TVC
= Rp 673.066 + Rp 4.068.333
= Rp 4.741.399

Tabel 6. Total biaya

No Biaya Total (Rp)


1. TFC 673.066
2. TVC 4.068.333
Total cost 4.741.399

 Total Penerimaan ( TR )
Setelah panen pada periode tanam terakhir (jagung manis) pada lahan seluas 2700
m2 didapatkan hasil panen sebanyak 0,25 ton dengan harga per kilogramnya Rp
2.800,- sehingga total penerimaan yang diterima adalah :
TR = Hasil panen (kg) x Harga satuan (kg)
= 2500 kg x Rp 2800,-
= Rp 7.000.000,-

 Keuntungan ( π )
Dari total biaya dan penerimaan di atas dapa diketahui jumlah keuntungan yang
diterima petani, adalah sebagai berikut :
Π = TR – TC
= Rp 7.000.000 - Rp 4.741.399
= Rp 2.258.601

PENGANTAR USAHA TANI |Laporan Hasil Analisis Usahatani Jagung Manis 30


Tabel 7. Keuntungan Usahatani ( π )

No Uraian Jumlah (Rp)


1. Penerimaan (revenue) 7.000.000
2. Total cost 4.741.399
Keuntungan 2.258.601

3.5 Analisis Kelayakan Usahatani


3.5.1 R/C Ratio

R/C = R / (TFC+TVC)

= 7.000.000 / 4.781.399

= 1,46

Dilihat dari segi efisiensi ekonomi ternyata usahatani jagung manis


menguntungkan petani. Hal ini dapat dilihat dari nilai R/C ratio yang bernilai
>1, yaitu 1,46. Artinya setiap pengeluaran input sebanyak 1 rupiah akan
menghasilkan output sebesar 1,46 rupiah sehingga usahatani tersebut efisien
dan menguntungkan atau layak.

3.5.2 BEP (Break Even Point)


Dalam penjualan jagung manis, petani menjual hasil panennya ke
tengkulak dengan cara borongan. Sehingga BEP yang dihitung hanya BEP
penerimaan. Sedangkan untuk BEP harga dan unit tidak dapat dihitung karena
harga jual jagung manis dan jumlah panen tidak dapat diketahui. Tetapi BEP
harga dan unit dapat dihitung dengan mengetahui informasi aktual harga pasar
dan produktifitas jagung manis perluasan lahan tertentu. Harga jagung manis
berkisar antara Rp 2.800,00/kg sampai Rp. 3.000,00/kg dan produktifitas
jagung manis mencapai 10 ton/ha. Jadi harga yang dijadikan sebagai patokan
harga untuk menentukan BEP adalah harga terendah jagung manis pada saat
itu, yaitu Rp 2.800 / kg dengan produktivitas lahan seluas 2.700 m2 sebanyak
2,5 ton. Dengan demikian didapatkan nilai BEP penerimaan, BEP produksi,
BEP harga sebagai berikut :

PENGANTAR USAHA TANI |Laporan Hasil Analisis Usahatani Jagung Manis 31


𝑇𝐹𝐶
 BEP penerimaan = 𝑇𝑉𝐶
1−( )
𝑇𝑅

673.066
= 4.068.333
1−( )
7.000.000

= Rp 1.607.093,17

𝑇𝐹𝐶
 BEP produksi = 𝑇𝑉𝐶
𝑃−( )
𝑄

673.066
= 4.068.333
2800−( )
2500

= 573,96 kg

𝑇𝐶
 BEP harga = 𝑄

4.741399
= 2500

= Rp 1.896,56

Tabel 8. BEP Penerimaan, Produksi dan Harga

No. BEP Keterangan


1. Penerimaan Rp 1.607.093,17
2. Produksi 573,96 kg
3. Harga Rp 1.896,56

Analisa BEP digunakan untuk mengetahui hasil usaha tani yang


dilakukan sudah mencapai titik impas atau belum baik dilihat dari penerimaan,
produksi maupun harga per satuannya.

Berdasarkan tabel BEP diatas dapat diketahui bahwa BEP penerimaan


adalah Rp 1.607.093,17 , artinya titik impas (kembali modal) baru akan
tercapai apabila didapatkan penerimaan sebesar Rp 1.607.093,17. Sementara
itu penerimaan yang diperoleh oleh pak Samud atas hasil usaha tani jagung
manis adalah sebesar Rp 7.000.000 sehingga dapat dikatakan bahwa pak
Samud untung karena mendapatkan penerimaan diatas BEP penerimaannya.

PENGANTAR USAHA TANI |Laporan Hasil Analisis Usahatani Jagung Manis 32


Untuk BEP produksi yang didapatkan berdasarkan tabel diatas adalah
573,96 kg , artinya hasil produksi jagung manis baru dapat mencapai titik
impas apabila hasil panen yang didapatkan pada lahan seluas 2700 m2
sebanyak 573,96 kg. Sedangkan hasil panen yang didapatkan oleh pak Samud
melebihi angka BEP tersebut, yaitu sebanyak 2500 kg dengan demikian hasil
tersebut sudah melebihi produksi minimal yang harus dihasilkan sehingga pak
Samud tidak mengalami kerugian dalam usaha taninya.

BEP harga menggambarkan biaya rata-rata per satuan produk, dan dari
tabel BEP diketahui BEP harga pada usaha tani jagung manis pak Samud
adalah Rp 1.896,56 per kilogramnya sementara harga yang didapatkan pada
saat panen adalah Rp 2.800 sehingga jelas terlihat bahwa harga yang
didapatkan oleh petani diatas titik impasnya.

Pembahasan karakteristik ekonomi


Luas pemilikan lahan erat hubungannya dengan kesediaan petani
untuk menerapkan teknologi. Hal ini sejalan dengan pendapat Rusidi (1989),
bahwa petani dengan luas lahan usahatani yang sempit banyak menghadapi
hambatan dalam peningkatan usahataninya, terutama jika dihadapkan dengan
penggunaan inovasi atau teknologi baru. Petani dengan luas lahan kurang dari
0,5 hektar termassuk petani gurem atau petani kecil, sehingga memerlukan
input produksi yang tinggi untuk mengoptimalkan pendapatan petani.
Penggunaan sarana produksi yang diterapkan petani terdiri dari
benih, pupuk, pestisida dan tenaga kerja. Benih yang digunakan oleh Pak
Samud adalah jenis benih jagung manis super yang beprharga Rp 90.000 per
plastiknya. Pemakaian jenis benih jagung manis tersebut sebanyak 2,5 kg
untuk lahan seluas 2700 m2. Hal ini tidak sesuai dengan Bapelluh (2013) yaitu
kebutuhan benih jagung per hektar 2 kilogram. Pemupukan yang dilakukan
petani dalam hal ini belum sesuai dengan teknologi pemupukan, baik dari
dosis pupuk, cara, maupun waktu pemupukan. Pupuk yang diberikan adalah
ponska dan ZA masing-masing sebanyak 80 kg setiap satu kali aplikasi dan
diberikan sebanyak tiga kali pemupukan. Kedua pupuk tersebut dicampur
diaplikasikan dengan cara ditebar di lahan jagung manis milik petani.

PENGANTAR USAHA TANI |Laporan Hasil Analisis Usahatani Jagung Manis 33


Penggunaan pupuk kandang jauh lebih besar dari pupuk buatan
(kimia) dan sangat diminati petani. Hal ini diakibatkan selain harganya lebih
murah, juga dapat memberikan manfaat ganda yaitu menyediakan hara
tanaman sekaligus memperbaiki kondisi fisik dan mikro-organisme tanah.
Hasil penelitian Burhanuddin dan Syakur (2004), dan Hidayati (2006),
menunjukan bahwa pemberian pupuk kandang memberikan hasil yang lebih
baik dibandingkan dengan tanpa pemberian pupuk kandang. Penggunaan
pestisida adalah untuk menghindari adanya serangan hama dan penyakit
tanaman. Upaya tersebut dilakukan untuk menekan kehilangan hasil akibat
adanya serangan hama sehingga produksi diharapkan akan lebih tinggi.

3.6 Pemasaran Hasil Pertanian


Tabel 8. Pemasaran Hasil Pertanian

Jumlah Pemasaran
No Uraian Alasan
Unit % Lembaga Lokasi
1 Dikonsumi - - - - -
sendiri
2 Dijual Borong 100% Tengkulak Supit urang Memiliki
an (bapak penawaran
Syaiful) paling tinggi

Hasil panen keseluruhan jagung manis dijual oleh petani, tanpa ada yang
dikonsumsi sendiri dengan kata lain pak Samud tergolong petani yang tidak subsisten
dan usahanya bersifat komersial. Untuk pemasarannya, hasil panen jagung manis
dijual langsung kepada tengkulak yang yang berasal dari daerah Supit Urang,
bernama bapak Syaiful. Alasan petani menjual jagung manis kepada tengkulak (bapak
Syaiful) karena dari sekian tengkulak yang memborong jagung manis, bapak syaiful
memiliki penawaran paling tinggi dari pada pemborong-pemborong lain, selain itu
pemasaran melalui perantara tengkulak adalah metode yang paling praktis dan hanya
satu kali proses yang tidak berbelit.

PENGANTAR USAHA TANI |Laporan Hasil Analisis Usahatani Jagung Manis 34


3.7 Kelembagaan Petani
Tabel 9. Kelembagaan

Jenis
No Lokasi Manfaaat
kelembagaan
1 Kelompok Tani Dusun Ngambon Memberi informasi atau
Girimoyo RT 21 RW 05 penyuluhan kepada petani. Tentang
Kecamatan penggunaan bibit unggul.
Karangploso Penyuluhan dilakukan oleh mantri
penyuluh maupun dari dinas
pertanian.
2 HIPPA Kecamatan Membagi air
Karangploso

Menurut petani ada beberapa Jenis kelembagaan yang ada di daerah usaha
tani tersebut antara lain kelompok Tani Girimoyo dan HIPPA (Himpunan Petani
Pemakai Air). Peran Kelompok Tani Girimoyo antara lain Memberi informasi atau
penyuluhan kepada petani Tentang penggunaan bibit unggul. untuk Penyuluhan
sendiri dilakukan oleh mantri penyuluh maupun dari dinas pertanian.
Tetapi Secara keseluruhan petani kurang aktif di kelembagaan yang ada
karena menurut petani kelembagaan yang ada khususnya Kelompok Tani Girimoyo
kurang bermanfaat bagi petani.

3.8 Kendala Usaha Tani


Tabel 10. Kendala – kendala petani dalam berusaha tani

No Kendala Solusi Harapan


1 Terdapat Sudah ada pengaduan dari para Untuk tembok
perusahaan petani terhadap aktifitas perusahaan pabrik beton agak
Beton penggilingan batu tersebut kepada ditinggikan agar
didekat camat karangploso, tetapi hasilnya debu tidak
lahan tetap nihil. menyebar.
budidaya.

PENGANTAR USAHA TANI |Laporan Hasil Analisis Usahatani Jagung Manis 35


Didaerah transek desa yang diamati, tanaman budidaya yang ditanam oleh
petani dapat tumbuh dengan baik karena didukung oleh keadaan iklim yang baik.
Selain itu sumber air juga mudah didapat dan hampir setiap tahun tidak terjadi
kekeringan. Akses penjualan hasil pertanian juga mudah karena lahan budidaya dekat
dengan pasar karangploso sehingga petani dengan mudah dapat menjual hasil
pertaniannya langsung. Meskipun demikian karena terdapat pembangunan pabrik
industry, khususnya pabrik beton didaerah tersebut menyebabkan polusi debu. Debu
tersebut dapat menempel dan menutupi daun sehingga secara tidak langsung dapat
menghambat proses fotosintesis tanaman. Selain dapat mengganggu proses
fotosintesis, debu tersebut juga dapat merusak tanaman seperti terlihat pada tanaman
budidaya yang kering seperti terbakar.
Petani sudah mencoba menyelesaikan masalah dengan mengadu ke camat
setempat tentang aktifitas pabrik beton yang merugikan petani tetapi hasilnya tidak
ada karena tidak ada tindak lanjut dari Pemerintah Kecamatan. Sebenarnya petani
tidak menuntut untuk menutup perusahaan penggilingan batu tersebut, petani hanya
meminta kepada perusahaan agar dinding atau pagar perusahaan agak ditinggikan
agar debu tidak menyebar ke lahan budidaya.

PENGANTAR USAHA TANI |Laporan Hasil Analisis Usahatani Jagung Manis 36


BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
 Meskipun dengan pendidikan yang rendah (SMP) dan pengalaman bertani yang
sangat minim (2 tahun), Tetapi Petani dapat mengusahakan pertaniannya dengan
baik, bahkan tanaman jagung manisnya dapat tumbuh dengan baik dan petani
mendapat untung yang cukup besar.
 Petani memiliki akses yang mudah dalam menjual produk pertaniannya karena
kedekatannya dengan akses pasar akan tetapi disisi lain terdapat resiko dalam
usaha taninya karena terdapat industri pabrik yang mengganggu usaha tani
petani.
 Setelah dilakukan analisis kelayakan usahatani maka diperoleh hasil bahawa R/C
= 1,46 (R/C > 1), maka usahatani tersebut efisien dan menguntungkan atau layak.
Artinya, setiap input 1 rupiah yang dikeluarkan, maka akan mendapatkan output
sebesar 1,46 rupiah. Lalu untuk BEP, baik untuk BEP harga, unit dan penerimaan
hasilnya berturut – turut 1896.56, 573,96 dan 1.607.093,17 dan hasil
kenyataannya di lapang (usaha tani milik pak Samud) untuk harga, unit dan
penerimaan yang didapatkan lebih besar dari nilai BEP sehingga dapat
menjelaskan bahwa pak Samud mengalami untung dalam menjalankan usaha tani
jagung manis tersebut.

4.2 Saran
 Dalam melaksanakan suatu usaha tani, akan lebih baik hasilnya jika dilakukan
secara profesional artinya dengan managemen yang tepat, bukan secara amatiran
walaupun dalam skala kecil. Dengan demikian manfaat yang diperoleh oleh
pengelola akan semakin besar dan tingkat kesejahteraan meningkat.
 Perlunya optimalisasi peran kelembagaan khusunya kelembagaan kelompok tani.

PENGANTAR USAHA TANI |Laporan Hasil Analisis Usahatani Jagung Manis 37


BAB V

LAMPIRAN

5.1 Transek Desa dan Peta Desa

 Peta Desa

Mushola
PT. Kartika Jaya Beton

PENGANTAR USAHA TANI |Laporan Hasil Analisis Usahatani Jagung Manis 38


 Peta Transek

a b c d e f

Keterangan :
a = Pabrik
b = Lahan pertanaman jagung
c = Lahan pertanaman padi
d = Jalan Raya
e = Perumahan
f = Tanaman pohon pekarangan

 Foto Desa Girimoyo, Kecamatan Karangploso dilihat dari Google Earth

PENGANTAR USAHA TANI |Laporan Hasil Analisis Usahatani Jagung Manis 39


5.2 Lampiran Foto Hasil pengamatan Lapang

Gambar 1. Kondisi lahan jagung manis Gambar 2. Foto bersama keluarga petani

Gambar 4. Kondisi tanaman jagung manis Gambar 5. Foto di lahan jagung manis

Gambar 5. Hambatan pabrik batu yang dekat dengan lahan Gambar 6. Foto di rumah petani

PENGANTAR USAHA TANI |Laporan Hasil Analisis Usahatani Jagung Manis 40


5.3 Kalender Musim Tanam

Bulan
No Tanaman
1 2 3 4 5 7 8 9 10 11 12
1 Jagung
2 Cabai

5.4 Quisioner Yang Sudah Terisi Data Survei Lapang

Nama Petani : Bapak Samud

Desa : Desa Girimoyo

Dusun : Dusun Ngambon

RT/RW : RT 21/ RW 05

Kota/Kabupaten : Kota Malang

Propinsi : Jawa Timur

Komoditas : Jagung manis ( Zea mays sacharata )

Nama Kelompok Tani : Girimoyo

Tanggal Wawancara : 2 Desember 2013

I. Sejarah Usahatani
Lahan seluas 4700 m2 yang dikelola oleh pak Samud ini merupakan milik pemerintah
yang diberikan sebagai imbalan atas jasa anaknya sebagai kepala dusun. Lahan dengan
luas hampir setengah hektar tersebut sebelumnya ditanami tanaman padi, kemudian
ditanami tanaman jagung manis secara bergantian. Di pinggir lahan tersebut terdapat
berbagai macam tanaman lain seperti rumput, tanaman kangkung dan tanaman buncis.

PENGANTAR USAHA TANI |Laporan Hasil Analisis Usahatani Jagung Manis 41


II. Transek Lahan

Sawah

Waru

Pemukiman
Sawa Ds.Girimulyo Dsn. 4700 m2
Ngambon Kec.

Lahan jagung manis


i
buncis r

III. Profil Usahatani


1. Nama : Pak Samud
2. Umur : 64 tahun
3. Pendidikan : SMP
4. Pekerjaan utama : petani
5. Pekerjaan sampingan : pedagang rokok
6. Jumlah anggota keluarga: 5 orang
7. Tabel Data Anggota Keluarga
No Nama Hubungan Umur Pendidikan Pekerjaan
Utama Sampingan
1 Pak Samud KK 64 th SMP petani petani
2 Bu Samud Istri 64 th SD petani -
3 Pak Anak 43 th SMA pedagang -
Supriyanto
4 Pak Harianto Anak 35 th Kuliah Kasun petani
5 Bu Harianto anak 32 th SMA ibu rumah -
menantu tangga
6 Akbar Cucu 9 th SD pelajar -

PENGANTAR USAHA TANI |Laporan Hasil Analisis Usahatani Jagung Manis 42


8. Tabel Data luas penguasaan lahan

Jenis lahan (m2)


No Keterangan Jumlah (m2)
Sawah Tegal/kebun Pekarangan
Lahan
1. 4700 - - 4700
ganjaran
2. Milik sendiri - - - -
Milik orang
3. - - - -
lain/sewa
Total 4700

IV. Biaya, Penerimaan Dan Keuntungan Usahatani

1. Biaya Usahatani
a. Biaya tetap (TFC)

No Uraian Jumlah (unit) Jumlah (hari) Harga (Rp) Biaya (Rp)


1. Sewa lahan 2700 m2 120 2.000.000 666.666
Sewa alat:
Traktor 1 4 400.000 1.600.000
2.
Cangkul 1 - 25.000 25.000
Sabit 1 - 15.000 15.000
Penyusutan alat
3. Cangkul - - - 4.000
Sabit - - - 2.400
Tatal TFC 2.313.066

b. Biaya variable (TVC)

No Uraian Jumlah (unit) Jumlah Harga (Rp) Biaya (Rp)


1. Bibit 5 plastik 2,5 kg 90.000 450.000
2. Pupuk
kotoran ayam 30 karung - 20.000 600.000
ponska 240 kg - 2.000/kg 480.000
ZA 240 kg - 1.250/kg 300.000
3. Obat 1 botol - 80.000 80.000
4. Tenaga kerja

PENGANTAR USAHA TANI |Laporan Hasil Analisis Usahatani Jagung Manis 43


penanaman 6 HOK - 25.000/HOK 150.000
pemupukan & 8 HOK - 25.000/HOK 200.000
pengendalian
HP
penyiangan & 8 HOK - 25.000/HOK 200.000
pembubunan
5. Air - 120 hari 25.000/tahun 8.333
Total TVC 2.468.333

No Biaya Total (Rp)


1. TFC 2.313.066
2. TVC 2.468.333
Total cost 4.781.399

3. Keuntungan Usahatani

No Uraian Jum;ah (Rp)


1. Penerimaan (revenue) 7.000.000
2. Total cost 4.781.399
Keuntungan 2.218.601

V. Pemasaran Hasil Pertanian

Jumlah Pemasaran
No Uraian Unit % Lembaga Tempat / Alasan
lokasi
1 Dikonsum - - - - -
si sendiri

PENGANTAR USAHA TANI |Laporan Hasil Analisis Usahatani Jagung Manis 44


2 Dijual Boro 10 Tengkul Supit Memili
ngan 0 ak urang ki
% (bapak penawa
Syaiful) ran
paling
tinggi
dari
pada
pembor
ong -
pembor
ong
lain

VI. Kelembagaan

No Jenis Lokasi Manfaaat


kelembagaan
1 Kelompok Dsn. Memberi informasi atau
Tani Ngambon penyuluhan kepada petani.
Girimoyo RT 21 RW Tentang penggunaan bibit
05 Kec. unggul. Penyuluhan dilakukan
Karangploso oleh mantra penyuluh maupun
dari dinas pertanian.
2

PENGANTAR USAHA TANI |Laporan Hasil Analisis Usahatani Jagung Manis 45


VII. Kendala-Kendala Petani Dalam Berusahatani

No Kendala Solusi Harapan


1 Terdapat perusahaan Sudah ada Sebenarnya petani
“Penggilingan Batu“ pengaduan dari tidak menuntut untuk
didekat lahan budidaya, para petani menutup perusahaan
dimana perusahaan terhadap aktifitas penggilingan batu
tersebut menghasilkan perusahaan tersebut, petani hanya
limbah debu yang dapat penggilingan meminta kepada
menempel dan batu tersebut perusahaan agar
menutupi daun sehingga kepada camat dinding atau pagar
secara tidak langsung karangploso, perusahaan agak
dapat menghambat tetapi hasilnya ditinggikan agar debu
proses fotosintesis tetap nihil. tidak menyebar ke
tanaman. Selain dapat lahan budidaya.
mengganggu proses
fotosintesis, debu
tersebut juga dapat
merusak tanaman
seperti terlihat pada
tanaman budidaya yang
kering seperti terbakar

PENGANTAR USAHA TANI |Laporan Hasil Analisis Usahatani Jagung Manis 46


DAFTAR PUSTAKA

Bapelluh. 2013. Budidaya Jagung Manis. http://epetani.deptan.go.id/budidaya/budidaya-


jagung-manis-7908. Diakses tanggal 6 Desember 2013.

Burhanuddin L., dan A. Syakur., 2004. Pertumbuhan dan Hasil Bawang Merah (Allium
ascalonicum L.) Pada berbagai Dosis Pupuk Kandang. J. Agroland 13(3) : 265-
269.

BPS dan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. 2006. Statistik Indonesia.

Hidayati, L., 2006. Produksi Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Akibat Pemberian
Herbisida Oxyfluorfen dan Pupuk Kandang . J. Agroland 13(2) : 145-150.

Kasryno., faisal, effendi pasandaran, suyamto, dan made o. Adnyana. 2013. Gambaran
umum ekonomi jagung indonesia. Badan penelitian dan pengembangan
pertanian, jakarta dan pusat penelitian dan pengembangan tanaman pangan,
bogor.

Mubyarto, 1999, Pengantar Ekonomi Pertanian, LP3ES, Jakarta.

Nur Asih, Dewi. 2009. Analisis Karakteristik dan Tingkat Pendapatan Usahatani Bawang
Merah di Sulawesi Tengah. Jurnal Agroland 16 (1): 53-59. ISSN: 0854-641X.

Pabbage.,Zubachtirodin dan Subandi. 2013. Wilayah Produksi dan Potensi Pengembangan


Jagung. Balai Penelitian Tanaman Serealia : Maros.

Rusidi. 1989. Dinamika Kelompok Tani dalam Struktur Kekuasaan Masyarakat Desa serta
Pengaruhnya terhadap Perilaku Berusahatani Petani Berlahan Sempit dan
Kekuatan Ikatan Patron Klien. Universitas Padjadjaran. Bandung.

Saragih Bungaran, 2004. Kuliah Tamu Perkembangan Mutakhir Pertanian Indonesia dan
Agenda Pembangunan Ke Depan. Universitas Brawijaya. Malang

Sudana., Wayan. 2013. Perkembangan Jagung Pada Dekade Terakhir Serta Peluang
Pengembangan Kedepan. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian Dan Badan
Litbang Pertannian, Departemen Pertanian Bogor

PENGANTAR USAHA TANI |Laporan Hasil Analisis Usahatani Jagung Manis 47


Tohir, Kaslan. 1983. Seuntai Pengetahuan Tentang Usaha Tani Indonesia. Bina Aksara.
Jakarta.

Soetriono, Salyo, 2003. Pengantar Ilmu Pertanian Umum. Universitas Brawijaya. Malang

Warsana. 2007. Tesis Analisis Efisiensi Dan Keuntungan Usaha Tani Jagung (Studi Di
Kecamatan Randublatung Kabupaten Blora). Program Studi Magister Ilmu
Ekonomi Dan Studi Pembangunan Universitas Diponegoro, Semarang.

PENGANTAR USAHA TANI |Laporan Hasil Analisis Usahatani Jagung Manis 48

Anda mungkin juga menyukai