Laporan Fix
Laporan Fix
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Untuk mengetahui sejarah usahatani jagung manis di desa Girimoyo Karangploso
Untuk mengetahui transek desa dan melihat vegetasi potensial yang ada di desa
Girimulyo Karangploso
Untuk menganalisis kelayakan usahatani jagung manis di Desa girimulyo
Karangploso
1.3 Manfaat
Dapat mengetahui sejarah usahatani jagung manis di desa girimulyo karangploso
Dapat mengetahui transek desa dan melihat vegetasi potensial yang ada di desa
Girimulyo Karangploso
Dapat mengetahui kelayakan usahatani jagung manis di desa Girimulyo Karangploso
TINJAUAN PUSTAKA
Pertanian telah merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia.
Awalnya pertanian dilakukan hanya semata untuk dapat bertahan hidup. Untuk memenuhi
keperluan hidup, masyarakat menanam apa saja yang diperlukan, awalnya adalah umbi-
umbian. Masyarakat berfikir sederhana bagaimana mempersiapkan lahan, alat-alat, hewan
dan sebagainya. Dari pengalaman bercocok tanam tersebut, nantinya akan muncul
kelompok manusia yang melanjutkan pekerjaan yang berhubungan dengan bercocok
tanam dan yang merasa tidak berbakat mereka akan memelihara dan menggembalakan
ternak.
Kelompok masyarakat yang suka bercocok tanam akan mencari lahan yang
gampang ditanami sesuai dengan kebutuhan hidupnya. Begitu juga kelompok masyarakat
yang memelihara ternak. Sebelumnya mereka menanam gandum yang mudah hidup.
Padilah yang sejenis paling cocok bagi mereka, karena padi dapat tumbuh baik di lahan
kering maupun tergenang air. Kelompok masyarakat tersebut berkelompok di satu tempat,
tetapi belum mempunyai tempat bermukim secara tepat (permanen). Kalau tanah
pertaniannya mulai merosot kesuburannya, maka seluruh kelompok tersebut berpindah
lahan pertanian, sehingga berpindah pula tempat bermukim. Mereka membuka tanah baru
lagi, bisa tanah hutan atau tanah padang rumput. Setiap tiga tahun mereka berpindah,
sistem pertanian tersebut dikenal dengan nama “berladang” yang berpindah-pindah
(shifting cultivation). Lahan yang ditinggalkan dijadikan belukar agar kembali subur.
Kemudian sistem bersawah di temukan, orang mulai bermukim ditempat yang
tetap, tanaman padi yang berasal dari daerah padang rumput dan kemudian juga
diusahakan di daerah-daerah hutan dengan cara berladang yang berpindah diatas tanah
kering terbukti dapat tumbuh baik ditempat-tempat yang tergenang air, bahkan
produksinya lebih tinggi dari padi alang. Pada persawahan ini belum mengenal bajak,
pengolahan tanah dikenal dengan cara menginjak-injak tanah basah sampai menjadi
lumpur.
Dengan timbulnya persawahan, orang mulai tinggal tetap disuatu lokasi yang
dikenal dengan nama “kampong” walaupun usaha tani persawahan sudah dimulai, namun
Harga jagung mulai meningkat setelah tahun 2000, sejalan dengan peningkatan
harga jagung di pasar dunia yang dipacu oleh peningkatan permintaan jagung sebagai
bahan baku untuk industri bahan bakar nonmigas/nabati. Kenaikan harga jagung akan
mempengaruhi ketahanan pangan dan industri pakan, dan tentunya juga mempengaruhi
pendapatan petani.
b. Karakteristik Ekonomi
Tipe-Tipe Penggunaan Lahan
Setelah melakukan survei di seluruh wilayah DAS Way Besai,
diperoleh 9 tipe penggunaan lahan sebagai kebun kopi yaitu; kebun kopi
diselingi jeruk; kebun kopi dengan pohon penaung, tanah di bawah
tanaman kopi tidak bersih, dan ada guludan; kebun kopi dengan pohon
penaung, tanah di bawah tanaman kopi bersih dari rumput dan serasah,
tidak ada guludan; kebun kopi denganpohon penaung, tanah di bawah
tanaman kopi tidak bersih, dan tidak ada guludan; kebun kopi tidak ada
pohon penaung, tanah di bawah tanaman kopi tidak bersih, dan ada
c. Karakteristik Kemasyarakatan
Pengetahuan tentang Fungsi Hutan
Persepsi masyarakat mengenai hutan sangat beragam. Ada yang
berpendapat bahwa hutan harus terus dijaga dengan tanpa diusahakan
sama sekali. Hutan harus dijaga sebagaimana adanya, agar fungsi hutan
dapat dijaga terus. Ada juga yang berpendapat bahwa hutan dapat
dimanfaatkan selama tidak menebang pohon yang ada, sehingga tanah
tidak terbuka. Pendapat yang lain, hutan sebaiknya dimanfaatkan untuk
sumber kehidupan masyarakat, sehingga lahan hutan akan lebih
bermanfaat.
Dari segi otonomi, ciri yang sangat penting pada petani kecil adalah
terbatasnya sumberdaya dasar tempat petani tersebut berusahatani. Pada umumnya
mereka hanya menguasai sebidang lahan kecil, disertai dengan ketidakpastian
dalam pengelolaannya. Lahannya sering tidak subur dan terpencar-pencar dalam
beberapa petak. Mereka sering terjerat hutang dan tidak terjangkau oleh lembaga
kredit dan sarana produksi. Bersamaan dengan itu, mereka menghadapi pasar dan
harga yang tidak stabil, mereka tidak cukup informasi dan modal.
Walaupun petani-petani kecil mempunyai ciri yang sama yaitu memiliki
sumberdaya terbatas dan pendapatan yang rendah, namun cara kerjanya tidak
sama. Karena itu petani kecil tidak dapat dipandang sebagai kelompok yang serba
sama, walaupun mereka berada di suatu wilayah kecil. Jelas bahwa hal ini
diperlukan penelitian-penelitian mengenai usahatani di bebagai daerah dengan
berbagai karakteristik petani, iklim, sosial, budaya yang berbeda, sehingga
diperoleh perumusan masalah yang dapat digunakan untuk merumuskan suatu
kebijakan.
Dengan melihat ciri-ciri petani kecil di atas, mempelajari usahatani
merupakan salah satu cara untuk melihat, menafsirkan, menganalisa, memikirkan
dan berbuat sesuatu (penyuluhan, penelitian, kunjungan, kebijakan dll) untuk
keluarga tani dan penduduk desa yang lain sehingga dapat meningkatkan
kesejahteraan petani dan keluarganya. Kesulitan utama dalam menganalisis
perekonomian rumah tangga tani di negara berkembang seperti Indonesia karena,
Sifat dwifungsinya : produksi dan konsumsi yang kadang tidak terpisahkan, serta
kuatnya peranan desa sebagai unit organisasi sosial dan perekonomian.
TC = TFC + TVC
dimana :
TC = Biaya total produksi
TFC = Biaya tetap total
TVC = Biaya variabel total
Biaya tetap adalah biaya yang tetap harus dikeluarkan pada berbagai tingkat
output yang dihasilkan. Pada penelitian ini yang termasuk biaya tetap dalam usahatani
jagung adalah biaya pajak lahan tanah, peralatan dan biaya Penyusutan. Biaya
variabel adalah biaya yang berubah ubah menurut tinggi rendahnya tingkat output
yang termasuk dalam penelitian ini adalah : biaya tenaga kerja, pembelian pupuk
SP36, pembelian pupuk Urea dan biaya pestisida.
Kurva Biaya Produksi :
(Warsana, 2007)
b. Analisa Penerimaan
Penerimaan petani pada dasamya dibedakan menjadi 2 jenis yaitu :
1. Penerimaan kotor yaitu penerimaan yang berasal dari penjualan hasil produksi
usahatani. Penghitungan penerimaan kotor ini diperoleh dari perkalian hasil
produksi dengan harga jualnya. Dalam notasi dapat ditulis sebagai berikut :
dimana :
TR = Penerimaan kotor
TR = P x Q
P = Harga produksi
Q = Jumlah produksi
π = TR - TC
Dimana:
π = Besamya tingkat pendapatan
TR = Penerimaan kotor
TC = Biaya total yang dikeluarkan
(Warsana, 2007)
(Warsana, 2007)
2.5.2 BEP ( Break Even Point )
Keterangan :
BEP = Break Event Point
TC = Total Cost
TFC = Total Fixed Cost (Biaya Tetap)
TVC = Total Variable Cost (Biaya Variabel)
P = Price (Harga Jual per unit)
Q = Quantities
(Warsana, 2007)
Lahan yang digunakan untuk usahatani oleh keluarga Pak Samud merupakan
lahan pemerintah yang diberikan sebagai imbalan atas jasa putra Pak Samud sebagai
kepala dusun. Pak Harianto adalah nama putra Pak Samud yang menjabat sebagai
kepala dusun Ngambon sejak setahun yang lalu. Lahan tersebut terus dimanfaatkan
sebagai lahan pertanian dengan tanaman komoditas padi dan jagung manis yang
ditanam secara bergantian, dan untuk saat ini ditanami tanaman jagung manis. Di
pinggir lahan tersebut terdapat berbagai macam tanaman lain seperti baik tanaman
budidaya (buncis, kangkung) maupun tanaman liar (rumput).
Biaya produksi dibedakan menjadi dua macam, yaitu biaya tetap dan biaya
variabel. Jumlah biaya tetap seluruhnya dan biaya variabel seluruhnya merupakan
biaya total produksi dalam notasi matematika. Usahatani utama Pak Samud adalah
tanaman jagung manis, karena 100% hasil panen jagung manis dijual ke tengkulak.
Oleh karena itu, analisis usahatani yang kami kerjakan adalah analisis usahatani
tanaman jagung manis.
Total Biaya ( TC )
Dari rincian biaya-biaya tersebut dapat diketahui total biaya yang dikeluarkan
untuk menjalankan kegiatan usaha tani jagung manis pada lahan seluas 2700 m2.
TC = TFC + TVC
= Rp 673.066 + Rp 4.068.333
= Rp 4.741.399
Total Penerimaan ( TR )
Setelah panen pada periode tanam terakhir (jagung manis) pada lahan seluas 2700
m2 didapatkan hasil panen sebanyak 0,25 ton dengan harga per kilogramnya Rp
2.800,- sehingga total penerimaan yang diterima adalah :
TR = Hasil panen (kg) x Harga satuan (kg)
= 2500 kg x Rp 2800,-
= Rp 7.000.000,-
Keuntungan ( π )
Dari total biaya dan penerimaan di atas dapa diketahui jumlah keuntungan yang
diterima petani, adalah sebagai berikut :
Π = TR – TC
= Rp 7.000.000 - Rp 4.741.399
= Rp 2.258.601
R/C = R / (TFC+TVC)
= 7.000.000 / 4.781.399
= 1,46
673.066
= 4.068.333
1−( )
7.000.000
= Rp 1.607.093,17
𝑇𝐹𝐶
BEP produksi = 𝑇𝑉𝐶
𝑃−( )
𝑄
673.066
= 4.068.333
2800−( )
2500
= 573,96 kg
𝑇𝐶
BEP harga = 𝑄
4.741399
= 2500
= Rp 1.896,56
BEP harga menggambarkan biaya rata-rata per satuan produk, dan dari
tabel BEP diketahui BEP harga pada usaha tani jagung manis pak Samud
adalah Rp 1.896,56 per kilogramnya sementara harga yang didapatkan pada
saat panen adalah Rp 2.800 sehingga jelas terlihat bahwa harga yang
didapatkan oleh petani diatas titik impasnya.
Jumlah Pemasaran
No Uraian Alasan
Unit % Lembaga Lokasi
1 Dikonsumi - - - - -
sendiri
2 Dijual Borong 100% Tengkulak Supit urang Memiliki
an (bapak penawaran
Syaiful) paling tinggi
Hasil panen keseluruhan jagung manis dijual oleh petani, tanpa ada yang
dikonsumsi sendiri dengan kata lain pak Samud tergolong petani yang tidak subsisten
dan usahanya bersifat komersial. Untuk pemasarannya, hasil panen jagung manis
dijual langsung kepada tengkulak yang yang berasal dari daerah Supit Urang,
bernama bapak Syaiful. Alasan petani menjual jagung manis kepada tengkulak (bapak
Syaiful) karena dari sekian tengkulak yang memborong jagung manis, bapak syaiful
memiliki penawaran paling tinggi dari pada pemborong-pemborong lain, selain itu
pemasaran melalui perantara tengkulak adalah metode yang paling praktis dan hanya
satu kali proses yang tidak berbelit.
Jenis
No Lokasi Manfaaat
kelembagaan
1 Kelompok Tani Dusun Ngambon Memberi informasi atau
Girimoyo RT 21 RW 05 penyuluhan kepada petani. Tentang
Kecamatan penggunaan bibit unggul.
Karangploso Penyuluhan dilakukan oleh mantri
penyuluh maupun dari dinas
pertanian.
2 HIPPA Kecamatan Membagi air
Karangploso
Menurut petani ada beberapa Jenis kelembagaan yang ada di daerah usaha
tani tersebut antara lain kelompok Tani Girimoyo dan HIPPA (Himpunan Petani
Pemakai Air). Peran Kelompok Tani Girimoyo antara lain Memberi informasi atau
penyuluhan kepada petani Tentang penggunaan bibit unggul. untuk Penyuluhan
sendiri dilakukan oleh mantri penyuluh maupun dari dinas pertanian.
Tetapi Secara keseluruhan petani kurang aktif di kelembagaan yang ada
karena menurut petani kelembagaan yang ada khususnya Kelompok Tani Girimoyo
kurang bermanfaat bagi petani.
4.1 Kesimpulan
Meskipun dengan pendidikan yang rendah (SMP) dan pengalaman bertani yang
sangat minim (2 tahun), Tetapi Petani dapat mengusahakan pertaniannya dengan
baik, bahkan tanaman jagung manisnya dapat tumbuh dengan baik dan petani
mendapat untung yang cukup besar.
Petani memiliki akses yang mudah dalam menjual produk pertaniannya karena
kedekatannya dengan akses pasar akan tetapi disisi lain terdapat resiko dalam
usaha taninya karena terdapat industri pabrik yang mengganggu usaha tani
petani.
Setelah dilakukan analisis kelayakan usahatani maka diperoleh hasil bahawa R/C
= 1,46 (R/C > 1), maka usahatani tersebut efisien dan menguntungkan atau layak.
Artinya, setiap input 1 rupiah yang dikeluarkan, maka akan mendapatkan output
sebesar 1,46 rupiah. Lalu untuk BEP, baik untuk BEP harga, unit dan penerimaan
hasilnya berturut – turut 1896.56, 573,96 dan 1.607.093,17 dan hasil
kenyataannya di lapang (usaha tani milik pak Samud) untuk harga, unit dan
penerimaan yang didapatkan lebih besar dari nilai BEP sehingga dapat
menjelaskan bahwa pak Samud mengalami untung dalam menjalankan usaha tani
jagung manis tersebut.
4.2 Saran
Dalam melaksanakan suatu usaha tani, akan lebih baik hasilnya jika dilakukan
secara profesional artinya dengan managemen yang tepat, bukan secara amatiran
walaupun dalam skala kecil. Dengan demikian manfaat yang diperoleh oleh
pengelola akan semakin besar dan tingkat kesejahteraan meningkat.
Perlunya optimalisasi peran kelembagaan khusunya kelembagaan kelompok tani.
LAMPIRAN
Peta Desa
Mushola
PT. Kartika Jaya Beton
a b c d e f
Keterangan :
a = Pabrik
b = Lahan pertanaman jagung
c = Lahan pertanaman padi
d = Jalan Raya
e = Perumahan
f = Tanaman pohon pekarangan
Gambar 1. Kondisi lahan jagung manis Gambar 2. Foto bersama keluarga petani
Gambar 4. Kondisi tanaman jagung manis Gambar 5. Foto di lahan jagung manis
Gambar 5. Hambatan pabrik batu yang dekat dengan lahan Gambar 6. Foto di rumah petani
Bulan
No Tanaman
1 2 3 4 5 7 8 9 10 11 12
1 Jagung
2 Cabai
RT/RW : RT 21/ RW 05
I. Sejarah Usahatani
Lahan seluas 4700 m2 yang dikelola oleh pak Samud ini merupakan milik pemerintah
yang diberikan sebagai imbalan atas jasa anaknya sebagai kepala dusun. Lahan dengan
luas hampir setengah hektar tersebut sebelumnya ditanami tanaman padi, kemudian
ditanami tanaman jagung manis secara bergantian. Di pinggir lahan tersebut terdapat
berbagai macam tanaman lain seperti rumput, tanaman kangkung dan tanaman buncis.
Sawah
Waru
Pemukiman
Sawa Ds.Girimulyo Dsn. 4700 m2
Ngambon Kec.
1. Biaya Usahatani
a. Biaya tetap (TFC)
3. Keuntungan Usahatani
Jumlah Pemasaran
No Uraian Unit % Lembaga Tempat / Alasan
lokasi
1 Dikonsum - - - - -
si sendiri
VI. Kelembagaan
Burhanuddin L., dan A. Syakur., 2004. Pertumbuhan dan Hasil Bawang Merah (Allium
ascalonicum L.) Pada berbagai Dosis Pupuk Kandang. J. Agroland 13(3) : 265-
269.
Hidayati, L., 2006. Produksi Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Akibat Pemberian
Herbisida Oxyfluorfen dan Pupuk Kandang . J. Agroland 13(2) : 145-150.
Kasryno., faisal, effendi pasandaran, suyamto, dan made o. Adnyana. 2013. Gambaran
umum ekonomi jagung indonesia. Badan penelitian dan pengembangan
pertanian, jakarta dan pusat penelitian dan pengembangan tanaman pangan,
bogor.
Nur Asih, Dewi. 2009. Analisis Karakteristik dan Tingkat Pendapatan Usahatani Bawang
Merah di Sulawesi Tengah. Jurnal Agroland 16 (1): 53-59. ISSN: 0854-641X.
Rusidi. 1989. Dinamika Kelompok Tani dalam Struktur Kekuasaan Masyarakat Desa serta
Pengaruhnya terhadap Perilaku Berusahatani Petani Berlahan Sempit dan
Kekuatan Ikatan Patron Klien. Universitas Padjadjaran. Bandung.
Saragih Bungaran, 2004. Kuliah Tamu Perkembangan Mutakhir Pertanian Indonesia dan
Agenda Pembangunan Ke Depan. Universitas Brawijaya. Malang
Sudana., Wayan. 2013. Perkembangan Jagung Pada Dekade Terakhir Serta Peluang
Pengembangan Kedepan. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian Dan Badan
Litbang Pertannian, Departemen Pertanian Bogor
Soetriono, Salyo, 2003. Pengantar Ilmu Pertanian Umum. Universitas Brawijaya. Malang
Warsana. 2007. Tesis Analisis Efisiensi Dan Keuntungan Usaha Tani Jagung (Studi Di
Kecamatan Randublatung Kabupaten Blora). Program Studi Magister Ilmu
Ekonomi Dan Studi Pembangunan Universitas Diponegoro, Semarang.