Bilirubin indirek : bilirubin yang bebas yang terdapat di sirkulasi dan bersifat toksik.
IgM anti-HAV positif : penanda adanya infeksi akut oleh virus hepatitis A.
Ikterik : kekuningan.
Fungsi hati antara lain untuk metabolisme, menetralkan toksin, merubah bilirubin indirek menjadi bilirubin
direk, menghasilkan cairan empedu. Virus hepatitis yang dapat disebarkan melalui fecal-oral sehingga
menyebabkan kerusakan di hepar. Manifestasi dari infeksi virus ini antara lain urin berwarna seperti teh karena
peningkatan peningkatan urobilinogen dan sklera ikterik karena peningkatan bilirubin. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan pembesaran hepar. Penyakit ini tidak dapat menyebabkan komplikasi pada organ lain. Oleh karena
itu, untuk mengindari atau mencegah penularan penyakit ini antara lain dilakukan vaksinasi dan tidak
menggunakan alat makan secar bersamaan.
Hepar bertekstur lunak, lentur, dan terletak di bagian atas cavitas abdominalis tepat di bawah
diafragma. Seluruh hepar dikelilingi oleh kapsula fibrosa, tetapi hanya sebagian ditutupi oleh
peritoneum.
Sebagian besar hepar terletak di profunda arcus costalis dekstra, dan hemidiafragma dekstra
memisahkan hepar dari pleura, pulmo, perikardium, dan cor. Hepar terbentang ke sebelah kiri untuk
mencapai hemidiafragma sinistra. Permukaan atas hepar yang cembung melengkung di bawah kubah
diafragma. Facies visceralis, atau posteroinferior, membentuk cetakan visera yang letaknya
berdekatan sehingga bentuknya menjadi tidak beraturan. Permukaan ini berhubungan dengan pars
abdominalis esofagus, gaster, duodenum, fleksura coli dekstra, ren dekstra dan glandula suprarenalis
dekstra, serta vesica biliaris.
▲
Gambar 1-1. Anatomi makroskopis hepar dilihat dari anterior
▲
Gambar 1-2. Anatomi makroskopis hepar dilihat dari posterior
Lobulus hati
Lobulus Klasik
Bagian jaringan hati dengan pembuluh-pembuluh darah yang mendarahinya yang bermuara pada
pusatnya vena centralis. Batas-batasnya adalah jaringan penyambung interlobular.
Lobulus Portal
Bagian jaringan hati dengan aliran empedu yang menuju ductus biliris didalam segitiga Kiernan.
▲
Gambar 1-2. Anatomi mikroskopis hepar babi, potongan melintang. Dapat dilihat
kapsula Glisson (GC), septum (S), area portal (PA), lobulus (Lo) yang berbentuk
hexagonal, dan vena centralis (VC) yang terdapat di dalam lobulus.
2. FISIOLOGI HEPAR
Fungsi dasar hati dapat dibagi menjadi:
a. fungsi vaskular untuk menyimpan dan menyaring darah,
b. fungsi metabolisme yang berhubungan dengan sebagian besar sistem metabolisme tubuh,
c. fungsi sekresi yang berperan membentuk empedu yang mengalir melalui saluran empedu ke saluran
pencernaan.
Dalam fungsi vaskularnya hati adalah sebuah tempat mengalir darah yang besar. Hati juga dapat dijadikan
tempat penimpanan sejumlah besar darah. Hal ini diakibatkan hati merupakan suatu organ yang dapat
diperluas. Aliran limfe dari hati juga sangat tinggi karena pori dalam sinusoid hati sangat permeable. Selain
itu di hati juga terdapat sel Kupffer (derivat sistem retikuloendotelial atau monosit-makrofag) yang
berfungsi untuk menyaring darah.
Fungsi metabolisme hati dibagi menjadi metabolisme karbohidrat, lemak, protein, dan lain-lain. Dalam
metabolisme karbohidrat fungsi hati: menyimpan glikogen, mengubah galaktosa dan fruktosa menjadi
glukosa, glukoneogenesis, membentuk senyawa kimia penting dari hasil perantara metabolisme
karbohidrat. Dalam metabolisme lemak fungsi hati : kecepatan oksidasi beta asam lemak yang sangat cepat
untuk mensuplai energi bagi fungsi tubuh yang lain, pembentukan sebagian besar lipoprotein,
pembentukan sejumlah besar kolesterol dan fosfolipid, dan penguraian sejumlah besar karbohidrat dan
protein menjadi lemak. Dalam metabolisme protein hati berfungsi: deaminasi asam amino, pembentukan
ureum untuk mengeluarkan amonia dari dalam tubuh, pembentukan protein plasma, interkonversi di
antara asam amino yang berbeda.
Fungsi sekresi hati membentuk empedu juga sangat penting. Salah satu zat yang dieksresi ke empedu
adalah pigmen bilirubin yang berwarna kuning-kehijauan. Bilirubin adalah hasil akhir dari pemecahan
hemoglobin. Bilirubin merupakan suatu alat mendiagnosis yang sangat bernilai bagi para dokter untuk
mendiagnosis penyakit darah hemolitik dan berbagai tipe penyakit hati.
3. HEPATITIS A
3.1 DEFINISI DAN ETIOLOGI
Hepatitis A adalah penyakit jinak yang dapat sembuh sendiri dengan masa inkubasi 2-6 minggu.
Virus hepatitis A merupakan pikornavirus RNA rantai tunggal (single stranded, ssRNA) yang kecil
dan tidak berselubung. Sewaktu timbul ikterik, antibodi terhadap HAV (anti-HAV) telah dapat diukur
di dalam serum. Awalnya antibodi IgM anti-HAV meningkat tajam, sehingga memudahkan
mendiagnosis secara cepat suati infeksi HAV. Setelah masa akut antibodi IgG anti-HAV menjadi
dominan dan bertahan seterusnya sehingga keadaan ini menunjukkan bahwa pasien pernah
mengalami infeksi HAV di masa lampau dan memiliki imunitas. Keadaan karier tidak pernah
ditemukan.
HAV menyebar melalui ingesti makanan dan minuman yang tercemar dan dikeluarkan melalui
tinja selama 2-3 minggu sebelum dan 1 minggu setelah onset ikterus. HAV tidak dikeluarkan dalam
jumlah signifikan dalam air liur, urine, atau semen.
3.2 PATOLOGI
Perubahan morfologi yang terjadi pada hati sering kali mirip pada berbagai virus yang berlainan. Pada
kasus yang klasik hati tampaknya berukuran dan berwarna normal, namun kadang-kadang agak
edema, membesar, dan pada saat palpasi “teraba nyeri di tepian”. Secara histologi terjadi kekacauan
susunan hepatoseluler, cedera, dan nekrosis sel hati dalam berbagai derajat, dan peradangan
periportal. Perubahan ini bersifat reversibel sempurna, bila fase akut penyakit mereda. Pada beberapa
kasus nekrosis submasif atau masif dapat mengakibatkan gagal hati fulminan dan kematian.
4. DIAGNOSIS
4.1 PEMERIKSAAN PENUNJANG
Virus marker
IgM anti-HAV dapat dideteksi selama fase akut dan 3-6 bulan setelahnya. Anti-HAV yang positif
tanpa IgM anti-HAV mengindikasikan infeksi lampau.
Aspartat Enzim yang dilepaskan ke dalam darah Luka di hati, jantung, otot, otak.
Transaminase bila hati, jantung, otot, otak mengalami
(AST)/SGOT luka.
Protombin Time
Waktu yang diperlukan untuk
pembekuan darah. Membutuhkan vit K
yang dibuat oleh hati.
4.3 KOMPLIKASI
HAV tidak menyebabkan hepatitis kronis atau keadaan pembawa (carrier) dan hanya sekali-sekali
menyebabkan hepatitis fulminan. Angka kematian akibat HAV sangat rendah, sekitar 0,1% dan
tampaknya lebih sering terjadi pada pasien yang sudah mengidap penyakit hati akibat penyakit lain,
misalnya virus hepatitis B atau alkohol.
5. PENATALAKSANAAN HEPATITIS A
5.1 TERAPI
Pasien dirawat bila ada dehidrasi berat dengan kesulitan masukan peroral, kadar SGOT-SGPT >10x
normal, perubahan perilaku atau penurunan kesadaran akibat ensefalopatihepatitis fulminan, dan
prolong, atau relapsing hepatitis.
Tidak ada terapi medikamentosa khusus karena pasien dapat sembuh sendiri (self-limiting
disease). Pemeriksaan kadar SGOT-SGPT terkonjugasi diulang pada minggu kedua untuk melihat
proses penyembuhan dan minggu ketiga untuk kemungkinan prolong atau relapsing hepatitis.
Pembatasan aktivitas fisik terutama yang bersifat kompetitif selama SGOT-SGPT tiga kali batas atas
normal.
Diet disesuaikan dengan kebutuhan dan hindarkan makanan yang berjamur, yang mengandung
zat pengawet yang hepatotoksik ataupun zat hepatotoksik lainnya. Biasanya antiemetik tidak
diperlukan dan makan 5-6 kali dalam porsi kecil lebih baik daripada makan tiga kali dalam porsi besar.
Bila muntah berkepanjangan, pasein dapat diberi antiemetik seperti metoklopramid, tetapi bila
demikan perlu baehati-hati terhadap efek efek samping yang timbuk karena dapat mengacaukan gejal
klinis pernurukan. Dalam keadaan klinis terdapat mual dan muntah pasien diberikan diet rendah
lemak. Viamin K diberikan bila terdapat perpanjangan masa protrombin. Kortikosterosid tidak boleh
digunakan. Pencegahan infeksi terhadap lingkungan harus diperhatikan.
5.2 PENCEGAHAN
Pencegahan dengan imunoprofilaksis
Imunoprofilaksis sebelum paparan
a. Vaksin HAV yang dilemahkan
Efektivitas tinggi (angka proteksi 93-100%)
Sangat imunogenik (hampir 100% pada subjek sehat)
Antibosi protektif terbentuk dalam 15 hari pada 85-90% subjek
Aman, toleransi baik
Efektivitas proteksi selama 20-50 tahun
Efek samping utama adalah nyeri di tempat suntikan
b. Dosis dan jadwal vaksin HAV
Usia >19 tahun, 2 dosis HAVRIX (1440 Unit Elisa) dengan interval 6-12 bulan
Anak > 2 tahun, 3 dosis HAVRIX (360 Unit Elisa), 0, 1, dan 6-12 bulan atau 2 dosis (720 Unit
Elisa), 0, 6-12 bulan
c. Indikasi vaksinasi
Pengunjungan ke daerah resiko
Homoseksual dan biseksual
IDVU
Anak dewasa muda yang pernah mengalami kejadian luar biasa luas
Anak pada daerah dimana angka kejadian HAV labih tinggi dari angka nasional
Pasien yang rentan dengan penyakit hati kronik
Pekerja laboratorium yang menangani HAV
Pramusaji
Pekerja pada pembuangan limbah
Daftar Pustaka
Dorland, W. A. Newman. 2006. Kamus Kedokteran Dorland, Edisi 29. Jakarta: EGC
Guyton, AC. & Hall, JE. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 11. Jakarta: EGC
Idrus, Alwi dkk. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I Edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbitan IPD FKUI
Price, Sylvia A. 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses Penyakit, Volume 2 Edisi 6. Jakarta: EGC
Putz, Reinhard & Reinhard Pabst. 2006. Atlas Anatomi Manusia Sobotta, Jilid 2 Edisi 22. Jakarta: EGC
Robbins, Stanley L. 2007. Buku Ajar Patologi Robbins, Volume 2 Edisi 7. Jakarta: EGC
Snell, Richard S. 2006. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. Jakarta: EGC
http://www.medicastore.com/