Anda di halaman 1dari 22

Skenario 2

Mata dan Kulit Kuning

Seorang anak laki-laki 10 tahun, dibawa ibunya ke RS karena mata dan kulitnya
terlihat kuning sejak 1 minggu yang lalu. Anak tersebut juga mengalami demam disertai
mual muntah dan buang air kecil berwarna seperti teh. Ibunya menyampaikan beberapa
anak di lingkungan tempat tinggalnya juga menderita penyakit yang sama.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan; vital sign dalam batas normal, sklera mata
ikterik. Pemeriksaan abdomen didapatkan nyeri tekan di hipokondrium kanan, hepar
teraba 3 cm di bawah arcus costae, tepi tajam, permukaan rata dan konsistensi kenyal.
Setelah pasien dirawat, dilakukan pemeriksaan laboratorium dengan hasil:
bilirubin total meningkat dan peningkatan bilirubin unconjugates lebih dominan. Bilirubin
urin positif. Pemeriksaan enzim hati didapatkan peningkatan SGOT dan SGPT.
Ibu menanyakan mengapa anaknya menjadi kuning. Dokter mencurigai anak ini
menderita hepatitis, maka dokter melanjutkan dengan pemeriksaan marker hepatitis
virus. Dokter juga menjelaskan prinsip penatalaksanaan dan cara pencegahan agar
keluarganya tidak tertular.

1
Sasaran Belajar

LI 1. Mengetahui dan menjelaskan anatomi hepar


LO 1.1. Makroskopis
LO 1.2. Mikroskopis

LI 2. Mengetahui dan menjelaskan fisiologi hepar


LO 2.1. Fungsi hepar

LI 3. Mengetahui dan menjelaskan hepatitis A


LO 3.1. Definisi
LO 3.2. Etiologi
LO 3.3. Epidemiologi
LO 3.4. Klasifikasi
LO 3.5. Patogenesis dan Patofisiologi
LO 3.6. Manifestasi klinis
LO 3.7. Diagnosis
LO 3.8. Diagnosis Banding
LO 3.9. Tatalaksana
LO 3.10. Komplikasi
LO 3.11. Prognosis
LO 3.12. Pencegahan

LI 4. Pemeriksan laboratorium pada infeksi hepar


LO 4. Tes Fungsi hati

2
LI 1. Mengetahui dan menjelaskan anatomi hepar

LO 1.1. Makroskopis
Hepar merupakan kelenjar terbesar di dalam tubuh dan mempunyai banyak
fungsi. Tiga fungsi dasar hepar:
a. membentuk dan mensekresikan empedu ke dalam traktus intestinalis;
b. berperan pada banyak metabolisme yang berhubungan dengan karbohidrat,
lemak, dan protein;
c. menyaring darah untuk membuang bakteri dan benda asing yang masuk ke
dalam darah dari lumen intestinum.

Hepar bertekstur lunak, lentur, dan terletak di bagian atas cavitas abdominalis
tepat di bawah diafragma. Seluruh hepar dikelilingi oleh kapsula fibrosa, tetapi
hanya sebagian ditutupi oleh peritoneum.
Sebagian besar hepar terletak di profunda arcus costalis dekstra, dan
hemidiafragma dekstra memisahkan hepar dari pleura, pulmo, perikardium, dan
cor. Hepar terbentang ke sebelah kiri untuk mencapai hemidiafragma sinistra.
Permukaan atas hepar yang cembung melengkung di bawah kubah diafragma.
Facies visceralis, atau posteroinferior, membentuk cetakan visera yang
letaknya berdekatan sehingga bentuknya menjadi tidak beraturan. Permukaan
ini berhubungan dengan pars abdominalis esofagus, gaster, duodenum, fleksura
coli dekstra, ren dekstra dan glandula suprarenalis dekstra, serta vesica biliaris.

3
▲Gambar 1-1. Anatomi makroskopis hepar dilihat dari anterior

▲Gambar 1-2. Anatomi makroskopis hepar dilihat dari posterior

Vaskularisasi appendix vermiformis


 Arteria hepatica propria, cabang truncus coeliacus, berakhir dengan
bercabang menjadi ramus dekster dan sinister yang masuk ke dalam porta
hepatis.
 Vena porta hepatis bercabang dua menjadi cabang terminal, yaitu ramus
dekster dan sinister yang masuk porta hepatis di belakang arteri.

Persarafan appendix vermiformis


Saraf simpatis dan parasimpatis membentuk pleksus coeliacus. Truncus vagalis
anterior mempercabangkan banyak rami hepatici yang berjalan langsung ke
hepar.

1.2. Mikroskopis

Merupakan kelenjar terbesar yang beratnya + 1500 g. Dibungkus oleh jaringan


penyambung padat fibrosa (capsula Glissoni). Capsula ini bercabang-cabang ke
dalam hati membentuk sekat-sekat interlobularis, ketebalan sekat berbeda pada
spesies yang berbeda, misalnya pada babi lebih tebal daripada pada manusia.

4
Terdiri dari lobulus-lobulus yang bentuknya hexagonal/polygonal, dibatasi
jaringan interlobular. Jika dilihat dari tiga dimensi, lobulus seperti prisma
hexagonal/polygonal disebut lobulus klasik, panjangnya 1-2 mm. Sel-sel hati/
hepatocyte berbentuk polygonal tersusun berderet radier, membentuk
lempengan yang saling berhubungan, dipisahkan oleh sinusoid yang juga saling
berhubungan.

Lobulus hati
 Lobulus Klasik
Bagian jaringan hati dengan pembuluh-pembuluh darah yang mendarahinya
yang bermuara pada pusatnya vena centralis. Batas-batasnya adalah jaringan
penyambung interlobular.

 Lobulus Portal
Bagian jaringan hati dengan aliran empedu yang menuju ductus biliris didalam
segitiga Kiernan.

Unit fungsional hati (acinus hati)


Bagian jaringan hati yang mengalirkan empedu ke dalam satu ductus biliaris
terkecil di dalam jaringan interlobular dan juga daerah ini mendapat perdarahan
dari cabang terakhir vena porta dan arteri hepatica.

Sinusoid hati
Lebih lebar dari kapiler dengan bentuk tidak teratur. Dindingnya dibentuk oleh
sel endotel yang mempunyai fenestra. Pada dinding menempel:
 Pada dinding sebelah luar menempel fat storing cell (pericyte)
 Pada dinding sebelah dalam menempel sel Kupffer yang bersifat fagositik.

5
▲Gambar 1-2. Anatomi mikroskopis hepar babi, potongan
melintang. Dapat dilihat kapsula Glisson (GC), septum (S), area
portal (PA), lobulus (Lo) yang berbentuk hexagonal, dan vena
centralis (VC) yang terdapat di dalam lobulus.

LI 2. Fisiologi hepar

2.1. Metabolisme hepar

1. Sintesis

Fungsi hati sebagai metabolisme karbohidrat

Pembentukan, perubahan dan pemecahan KH, lemak dan protein saling


berkaitan 1 sama lain.Hati mengubah pentosa dan heksosa yang diserap dari
usus halus menjadi glikogen, mekanisme ini disebut glikogenesis. Glikogen lalu
ditimbun di dalam hati kemudian hati akan memecahkan glikogen menjadi
glukosa. Proses pemecahan glikogen mjd glukosa disebut glikogenelisis.Karena
proses-proses ini, hati merupakan sumber utama glukosa dalam tubuh,
selanjutnya hati mengubah glukosa melalui heksosa monophosphat shunt dan
6
terbentuklah pentosa. Pembentukan pentosa mempunyai beberapa tujuan:
Menghasilkan energi, biosintesis dari nukleotida, nucleic acid dan ATP, dan
membentuk/ biosintesis senyawa 3 karbon (3C)yaitu piruvic acid (asam piruvat
diperlukan dalam siklus krebs).

Fungsi hati sebagai metabolisme lemak

Hati tidak hanya membentuk/ mensintesis lemak tapi sekaligus mengadakan


katabolisis asam lemak Asam lemak dipecah menjadi beberapa komponen :

Senyawa 4 karbon – KETON BODIES

Senyawa 2 karbon – ACTIVE ACETATE (dipecah menjadi asam lemak dan


gliserol)

Pembentukan cholesterol

Pembentukan dan pemecahan fosfolipid

Hati merupakan pembentukan utama, sintesis, esterifikasi dan ekskresi


kholesterol .Dimana serum Cholesterol menjadi standar pemeriksaan
metabolisme lipid

Fungsi hati sebagai metabolisme protein

Hati mensintesis banyak macam protein dari asam amino. dengan proses
deaminasi, hati juga mensintesis gula dari asam lemak dan asam amino.Dengan
proses transaminasi, hati memproduksi asam amino dari bahan-bahan non
nitrogen. Hati merupakan satu-satunya organ yg membentuk plasma albumin dan
∂ - globulin dan organ utama bagi produksi urea.Urea merupakan end product
metabolisme protein.∂ - globulin selain dibentuk di dalam hati, juga dibentuk di
limpa dan sumsum tulang β – globulin hanya dibentuk di dalam hati.albumin
mengandung ± 584 asam amino dengan BM 66.000

Fungsi hati sehubungan dengan pembekuan darah

Hati merupakan organ penting bagi sintesis protein-protein yang berkaitan


dengan koagulasi darah, misalnya: membentuk fibrinogen, protrombin, faktor V,
VII, IX, X. Benda asing menusuk kena pembuluh darah – yang beraksi adalah
faktor ekstrinsi, bila ada hubungan dengan katup jantung – yang beraksi adalah
faktor intrinsik.Fibrin harus isomer biar kuat pembekuannya dan ditambah dengan
faktor XIII, sedangakan Vit K dibutuhkan untuk pembentukan protrombin dan
beberapa faktor koagulasi.

Fungsi hati sebagai metabolisme vitamin

7
Semua vitamin disimpan di dalam hati khususnya vitamin A, D, E, K

Fungsi hati sebagai fagositosis dan imunitas

Sel kupfer merupakan saringan penting bakteri, pigmen dan berbagai bahan
melalui proses fagositosis. Selain itu sel kupfer juga ikut memproduksi ∂ - globulin
sebagai imun livers mechanism.

Fungsi hemodinamik

Hati menerima ± 25% dari cardiac output, aliran darah hati yang normal ±
1500 cc/ menit atau 1000 – 1800 cc/ menit. Darah yang mengalir di dalam
a.hepatica ± 25% dan di dalam v.porta 75% dari seluruh aliran darah ke hati.
Aliran darah ke hepar dipengaruhi oleh faktor mekanis, pengaruh persarafan dan
hormonal, aliran ini berubah cepat pada waktu exercise, terik matahari,
shock.Hepar merupakan organ penting untuk mempertahankan aliran darah.

2. Sekresi

Semua sel hepar secara kontinu membentuk sejumlah kecil sekresi yang dinamai
empedu. Ini disekresikan ke dalam kanalikus bilifer yang kecil, yang terletak
diantara sel-sel hepar di dalam lempengan dan kemudian empedu mengalir ke
perifer menuju septa interlubuler di tempat mana kanalikulus mengeluarkan isinya
ke duktus biliaris terminanglis kemudian, progressive terus ke duktus yang lebih
besar dan akhirnya mencapai duktus hepatica dan duktus koledokus, dari mana
empedu dikosongkan langsung kearah duodenum atau dibagi kearah kantung
empedu.

3. Detoksifikasi

hase 1 – Jalur detoksifikasi

Disini zat kimia berbahaya dirubah menjadi tidak berbahaya dengan bantuan
enzim Cytochrome P-450. Selama proses ini, dihasilkan radikal bebas, yang bila
berlebih akan merusak sel-sel hati. Kecukupan antioksidan (vitamin C, E , beta
karotin, dll) sangat diperlukan untuk mengurangi kerusakan akibat radikal bebas.
Vitamin seperti riboflavin, niacin, dan mineral seperti magnesium, besi dan seng
dapat mendukung aktifitas sistem enzim pada phase ini. Sistem enzim P-450
dapat rusak karena banyaknya racun yang masuk kedalam tubuh.

Phase 2 – Jalur detoksifikasi

Disini kimia beracun ditambahkan substansi lain seperti (cysteine, glycine atau
molekul sulfur) untuk dirubah menjadi molekul yang tidak berbahaya sehingga
8
larut air dan dengan mudah dikeluarkan dari dalam tubuh melalui cairan seperti
cairan empedu atau urin. Asam amino seperti taurine dan cysteine, glycine,
glutamine, dan vitamin seperti choline dan inositol dibutuhkan bagi efisiensi
detoksifikasi. Glutation sebagi antioksidan dan pelindung hati juga dibutuhkan
untuk mendukung sistem enzim yang diperlukan dalam phase ini.

Hati Yang Terbebani RACUN

Jika jalur detoksifikasi phase 1 dan phase 2 menjadi terbebani, maka toksin akan
menumpuk di dalam tubuh. Kebanyakan dari toksin ini adalah larut dalam lemak
dan menggabungkan diri mereka dengan bagian lemak tubuh dimana disana
mereka dapat tersimpan selama bertahun-tahun atau bahkan selamanya. Otak
kita dan kelenjar endokrin (hormon) adalah organ yang mengandung lemak dan
menjadi lokasi favorit bagi akumulasi toksin larut dalam lemak. Hal ini dapat
menimbulkan gejala disfungsi otak dan ketidakseimbangan hormonal seperti
kemandulan, nyeri payudara, gangguan menstruasi, kelelahan kelenjar adrenal
dan menopause dini. Banyak dari kimia ini (seperti pestisida, petrokimia) bersifat
karsinogenik dan mengakibatkan meningkatnya insiden kanker.

Hati yang terbebani racun dapat menimbulkan ketidakseimbangan hormonal

Jika sistem penyaringan dan/atau sistem detoksifikasi pada hati anda terbebani
atau tidak efisien, hal ini berakibat toksin, sel-sel mati dan mikroorganisme
menumpuk didalam darah yang kemudian semakin memperberat sistem imun
yang pada akhirnya menjadi terganggu. Dalam kondisi seperti ini, sistem imun
mulai memproduksi kimia yang menimbulkan peradangan secara berlebihan.
Didalam beberapa kasus menghasilkan auto-antibodi. Hal ini berikutnya dapat
menimbulkan gejala-gejala imun disfungsi seperti alergi, inflamasi,

9
pembengkakan kelenjar, masalah infeksi yang berulang-ulang, lelah (Chronic
Fatique Syndrome), fibromyalgia atau penyakit autoimun lainnya. Beberapa
kondisi penyakit autoimun yang sering dihasilkan adalah systemic lupus
erythematosus (SLE), sclerosing cholangitis, primary biliary cirrhosis, thyroid
Hashimoto, vasculitis dan rheumatoid arthritis.

Disfungsi sistem imun seringkali terjadi didalam lingkungan yang telah dibanjiri
oleh berbagai macam kimiawi seperti di zaman yang kita miliki saat ini dan
semakin diperparah dengan defisiensi nutrisi dan pola makan tinggi lemak.

sistem venus portel dan sistem sistemik. Sel ini berfungsi sebagai penapis yang
efektif. Apabiladarah mengalir melalui liver, sel pemangsa ini membersihkan
darah dengan memusnahkanbahan toksid, bakteri, virus parasit sel tumor dan
partikel asing yang bisa membahayakan tubuh(Achmad, 2009).Organ hati yang
cukup besar ini setara dengan fungsinya yang cukup berat. Setidaknyalebih dari
500 pekerjaan dilakukan oleh lever. Hati menjadi tempat menyaring segala
sesuatuyang dikonsumsi maupun dihirup manusia, termasuk yang diserap dari
permukaan kulit.Hati juga menyimpan beberapa vitamin, mineral (termasuk
zat besi), dan gula, mengaturpenyimpanan lemak dan mengontrol produksi serta
ekskresi kolesterol. Empedu yangdihasilkan oleh sel hati membantu mencerna
makanan dan menyerap zat gizi penting. Jugamenetralkan dan menghancurkan
substansi beracun serta memetabolisme alkohol, membantumenghambat infeksi,
dan mengeluarkan bakteri dari aliran darah.Hati juga mendetoksifikasi dengan
menetralkan racun dari obat-obatan, meski tidaksemua obat berhasil
didetoksifikasi hati. Bila tidak berhasil, bisa menimbulkan gangguan fungsihati. Di
satu sisi, bila terjadi gangguan dan membuat sebagian organ hati mesti dibuang,
organsisanya masih dapat berfungsi (Badrudin, 2009).

Tubuh manusia memiliki mekanisme detoksifikasi yang mengeluarkan racun-


racun daridalam tubuh. Liver berfungsi sebagai pusat detoksifikasi alamiah yang
mampu menetralisasikansemua racun di dalam tubuh. Liver, organ paling utama
dalam proses detoks di dalam tubuh,melakukan detoksifikasi setiap hari (Aryati,
2009).Detoksifikasi adalah sebuah usaha untuk membersihkan tubuh dengan
menghilangkanracun yang mengendap dalam tubuh. Tanpa kita sadari, dalam
kehidupan sehari-hari, banyaksekali racun (toxin) yang membombardir tubuh kita.
Racun yang masuk ke dalam tubuh kitabiasanya berasal dari luar tubuh
(exotoxin), baik yang masuk melalui mulut atau dari makananmaupun dari hidung
berupa udara.

10
Tubuh kita adalah kuburan racun. Di zaman modern ini kira-kira ada 80 ribu jenis
racunyang masuk ke tubuh lewat makanan, minuman dan udara yang kita hirup
setiap detiknya.Detoksifikasi adalah jawaban untuk mengusir racun dari dalam
tubuh.Racun adalah segala sesuatu yang memiliki dampak buruk pada fungsi sel
tubuh. Racunini ada yang diproduksi sendiri dan merupakan hasil olahan dari
fungsi tubuh. Ada pula yangterbuat dari zat kimia sintetis, zat asing bagi tubuh
kita. Diperkirakan setiap tahun ada 2.000jenis zat kimia baru buatan manusia
yang masuk ke tubuh. Lebih mengerikan lagi, diperkirakan80 ribu zat kimia sudah
telanjur masuk ke dalam tubuh.Kebanyakan racun yang menumpuk dalam tubuh
kita berasal dari gaya hidup, terutamakebiasaan mengonsumsi makanan olahan.
Makanan jenis ini mengandung zat-zat artifisial,pengawet, penstabil, pewarna,
perasa, lemak trans yang sangat berbahaya.

Bila racun-racun inididiamkan begitu saja, lambat laun, sedikit demi sedikit akan
terjadi pengendapan dan sangatmembahayakan kesehatan tubuh manusia. Toxin
yang menumpuk di dalam tubuh, dapatmenyebabkan tubuh mudah lelah, mudah
jatuh sakit, wajah sayu dan kulit kusam.Sebenarnya tubuh sudah memiliki sistem
sendiri untuk membersihkan diri dari racun.Jika sistem dalam tubuh bekerja
secara optimal, tentu saja racun yang indekos itu jumlahnya

akan minimal. Tubuh yang sehat dan bekerja secara optimal ditandai dengan
setidaknya dalamsehari buang air besar sekali atau dua kali.Perjalanan makanan
dalam tubuh manusia sehat antara 24 hingga 48 jam.Kenyataannya, transit
makanan dalam tubuh manusia sibuk dan tak sempat berpola hidupsehat bisa
mencapai 65 hingga 100 jam.Hati tersusun dari kira-kira 300 miliar sel yang siap
mengontrol proses metabolismetubuh. Apa pun yang kita makan, minum, hirup
lewat udara, serap lewat kulit, semuanya akanterkumpul di hati. Sel-sel hati ini
akan memproses nutrisi dari zat makanan menjadi zat yangdibutuhkan
tubuh.Racun-racun juga dimetabolisasi oleh hati, sehingga dapat dibuang dengan
aman.Beberapa racun yang sudah dicerna itu disalurkan ke pembuluh darah, dan
akhirnya disaringoleh ginjal untuk kemudian dibuang lewat air seni.Zat racun yang
lain dibawa oleh cairan empedu, cairan berwarna kuning atau kehijauanyang
diproduksi oleh hati. Cairan ini dibawa melalui saluran empedu menuju kandung
empedudan usus untuk kemudian dibuang lewat buang air besar (Anonim²,
2009).Gambar Jalur Detoksifikasi Hati Dan Nutrien Pembantu

(sumber : Casarett & Doull s Toxicology The Basic Science of Poisons (6th
Edition); McGraw-Hill, 2004)

Pada dasarnya sel-sel hati memiliki 2 cara utama untuk melakukan detoksifikasi
yangdikenal dengan jalur detoksifikasi Phase 1 dan 2.Pada fase 1 Jalur
detoksifikasi, disini zat kimia berbahaya dirubah menjadi tidakberbahaya dengan

11
bantuan enzim Cytochrome P-450. Selama proses ini, dihasilkan radikalbebas,
yang bila berlebih akan merusak sel-sel hati. Kecukupan antioksidan (vitamin C, E
, betakarotin, dll) sangat diperlukan untuk mengurangi kerusakan akibat radikal
bebas. Vitaminseperti riboflavin, niacin, dan mineral seperti magnesium, besi dan
seng dapat mendukung

LI 3. Memahami dan menjelaskan hepatitis A

3.1. definisi

Hepatitis A adalah penyakit jinak yang dapat sembuh sendiri dengan masa
inkubasi 2-6 minggu.
Virus hepatitis A merupakan pikornavirus RNA rantai tunggal (single
stranded, ssRNA) yang kecil dan tidak berselubung. Sewaktu timbul ikterik,
antibodi terhadap HAV (anti-HAV) telah dapat diukur di dalam serum. Awalnya
antibodi IgM anti-HAV meningkat tajam, sehingga memudahkan mendiagnosis
secara cepat suati infeksi HAV. Setelah masa akut antibodi IgG anti-HAV
menjadi dominan dan bertahan seterusnya sehingga keadaan ini menunjukkan
bahwa pasien pernah mengalami infeksi HAV di masa lampau dan memiliki
imunitas. Keadaan karier tidak pernah ditemukan.
HAV menyebar melalui ingesti makanan dan minuman yang tercemar dan
dikeluarkan melalui tinja selama 2-3 minggu sebelum dan 1 minggu setelah
onset ikterus. HAV tidak dikeluarkan dalam jumlah signifikan dalam air liur, urine,
atau semen.

3.2. Etiologi
Hepatitis A disebabkan oleh infeksi virus Hepatitis A (HAV). Virus ini tidak
beramplop, merupakan virus RNA untai tunggal kecil dengan diameter 27nm.
Tidak inaktifasi oleh eter dan stabil pada suhu -20 celcius, serta pH yang
rendah. Strukturnya mirip dengan enterovirus, tapi hepatitis A virus berbeda dan
sekarang diklasifikasikan dalam genus Hepatovirus, famili picornavirus (Wilson,
2001).

3.3. Epidemiologi
Secara global terdapat 3 kategori daerah atau negara di mana prevalensi
infeksi hepatitis B di daerah tersebut dikategorikan :
prevalensi tinggi (>8%)
intermediet (2-8%)
prevalensi rendah (<2%)
Daerah yang termasuk endemis tinggi di antaranya adalah Asia Tenggara
(termasuk Indonesia, daerah Pasifik kecuali Jepang), Australia, dan Selandia
Baru, sub sahara di Afrika, sebagian Timur Tengah, Asia Tengah, dan
beberapa negara Eropa Timur.
Di daerah-daerah ini prevalensi infeksi berkisar antara 70-90% terjadi pada
populasi di bawah 40 tahun, dan 8 hingga 20% populasi menjadi carrier.

12
3.4. Klasifikasi
Hepatitis A Klasik : timbul secara mendadak didahului gejala prodromal sekitar 1
minggu sebelum jaundice.
Hepatitis A relaps : Timbul 6-10 minggu setelah sebelumnya dinyatakan sembuh
secara klinis. Kebanyakan terjadi pada umur 20-40 tahun. Gejala relaps lebih
ringan daripada bentuk pertama.
Hepatitis A kolestatik : Terjadi pada 10% penderita simtomatis. Ditandai dengan
pemanjangan gejala hepatitis dalam beberapa bulan disertai panas, gatal-gatal
dan jaundice.
Hepatitis A protracted : Pada biopsi hepar ditemukan adanya inflamasi portal
dengan piecemeal necrosis, periportal fibrosis, dan lobular hepatitis.
Hepatitis A fulminan : paling berat dan dapat menyebabkan kematian, ditandai
dengan memberatnya ikterus, ensefalopati, dan pemanjangan waktu protrombin.

3.5. Patogenesis dan Patofisiologi

13
Diawali dengan masuknya virus ke dalam saluran pencernaan, kemudian masuk
ke aliran darah menuju hati (vena portal), lalu menginvasi ke sel parenkim hati.
Di sel parenkim hati virus mengalami replikasi yang menyebabkan hati menjadi
rusak.
Setelah itu virus akan keluar dan menginvasi sel parenkim yang lain atau masuk
ke dalam ductus biliaris yang akan diekskresikan bersama feses.
Sel parenkim yang telah rusak akan merangsang reaksi inflamasi yang ditandai
dengan agregasi makrofag, pembesaran sel kuppfer yang akan menekan ductud
biliarus sehingga aliran bilirubin direk terhambat, kemudian terjadi penurunan
ekskresi bilirubin ke usus.
Keadaan ini menimbulkan ketidakseimbangan antara uptake dan ekskresi
bilirubin dari sel hati sehingga bilirubin yang telah mengalami proses konjugasi
(direk) akan terus menumpuk dalam sel hati yang akan menyebabkan reflux ke
pembuluh darahsehingga akan bermanifestasi kuning pada jaringan kulit terutama
pada sklera kadang disertai gatal dan air kencing seperti air teh pekat akibat
partikel bilirubin berukuran kecil sehingga dapat masuk ke ginjal dan
diekskresikan melalui urin.
Akibat bilirubin direk yang kurang dalam usus mengakibatkan gangguan produksi
asam empedu (produksi sedikit) sehingga proses pencernaan lemak terganggu
(lemak bertahan dalam lambung dengan waktu yang cukup lama) yang
menyebabkan regangan pada lambung sehingga merangsang saraf simpatis dan
saraf parasimoatis mengakibatkan teraktivasinya pusat muntah yang berada di
medula oblongata yang menyebabkan timbulnya gejala mual, muntah, dan nafsu
makan menurun.

3.6. Manifestasi klinik


Dibedakan menjadi 4 stadium, yaitu masa inkubasi, praikterik (prodromal), ikterik
dan fase penyembuhan. Masa inkubasi berlangsug selama 14-50 hari, dengan
rata-rata kurang lebih 28 hari. Masa prodromal terjadi selama 4 hari sampai 1
minggu atau lebih.
Pada masa prodromal, gejalanya adalah fatigue, nafsu makan berkurang,
mual, muntah, rasa tidak nyaman di daerah perut kanan atas, demam
(biasanya< 39oC), merasa dingin, nyeri kepala, gejala mirip flu, nasal discharge,
sakit tenggorok, dan batuk. Gejala yang jarang adalah penurunan berat badan
ringan, atralgia atau mononeuritis kranial atau perifer. Tanda yang ditemukan
biasanya hepatomegali ringan yang nyeri tekan (70%), manifestasi ekstrahepatik
lain pada kulit, sendi atau splenomegali (5-20%).
Fase ikterik dimulai dengan urin berwarna kuning tua, seperti teh, atau
gelap, diikuti feses yang berwarna seperti dempul (clay-coloured faeces),
kemudian warna sklera dan kulit perlahan – lahan menjadi kuning. Gejala
anoreksia, lesu, lelah, mual, dan muntah bertambah berat untuk sementara
waktu. Dengan bertambah berat ikterus gejala tersebut berkurang dan timbul

14
pruritus bersamaan dengan timbulnya ikterus atau hanya beberapa hari
sesudahnya.
Penyakit ini biasanya sembuh sendiri. Ikterik menghilang dan warna feses
kembali normal dalam 4 minggi setelah onset.

STADIUMPENYAKIT

1. stadium Inkubasi
Periode antara infeksi HAV dan munculnya gejala berkisar 15 – 49 hari, rata-rata
25-30 hari. Inkubasi tergantung jumlah virus dan kekebalan tubuh.

2. stadium prodromal
Ditandai dengan gejala seperti : mual, muntah, nafsu makn menurun, merasa
penuh diperut, diare (sembelit), yang diikuti oleh kelemahan, kelelahan, demam,
sakit kepala, gatal-gatal, nyeri tenggorokan, nyeri sendi, gangguan penciuman
dan pengecapan, sensitif terhadap cahaya, kadang-kadang batuk.
Gejala ini seperti “febrile influenza infection”. Pada anak-anak dan remaja gejala
gangguan pencernaan lebih dominan, sedangkan pada orang dewasa lebih
sering menunjukkan gejala ikterik disertai mialgia.

3. stadium klinis
90% dari semua pasien HAV akut adalah subklinis, sering tidak terdeteksi. Akhir
dari prodromal dan awal dari fase klinis di tandai dengan urin yang berwarna
coklat, urobilinogenuria persisten, proteinuria ringan dan microhaematuria dapat
berkembang. Feses biasanya acholic, dengan terjadinya ikteric (60-70% pada
anak-anak, 80-90% pada dewasa). Sebagian gejala mereda, namun demam bisa
tetap terjadi. Hepatomegali, nyeri tekan hepar splenomegali, dapat ditemukan.
Akhir masa inkubasi LDL dapat meningkat sebagai espresi duplikasi virocyte,
peningkatan SGOP, SGPT, GDH. Niali Transaminase biasanya tidak terlalu
diperlukan untuk menentukan derajat keparahan. Peningkatan serum iron selalu
merupakan ekspresi dari kerusakan sel hati. AP dan LAP meningkat sedikit. HAV
RNA terdeteksi sekitar 17 hari sebelum SHPT meningkat dan beberapa hari
sbelum HAV IgM muncul. Viremia bertahan selama rata-rata 79 hari setelah
peningkatan GPT , durasinya sekitar 95 hari (IPD UI, 2009).

4. Penyembuhan
fase ikterik berlangsung sekitar 2-6 minggu. Parameter laboratorium benar-benar
normal setelah 4-6 bulan. Normalisasi dari serum asam empedu juga dianggap
sebagai perameter dari penyembuhan

3.7. Diagnosis
Anamnesis
Di awal anamnesis, informasi yang didapat tidak selalu lengkap, untuk
melengkapinya perlu anamnesis ulang jika ditemukan tanda objektif pada

15
pemeriksaan

Point Anamnesis Hepatitis


 tipe panas, lama
 nyeri perut kanan atas
 mual, muntah
 air seni seperti teh
 mata kuning
 riwayat kontak penyakit kuning : keluarga, lingkungan, sosial ekonomi
 riwayat sakit serupa
 riwayat obat2an
 riwayat alkoholisme
 riwayat minum jamu
 riwayat suntik
 riwayat transfusi

Point pemeriksaan fisik hepatitis


 ikterik
 hepatomegali , deskripsi pemeriksaannya : nyeri tekan, ukuran (berapa cm
dari px dan ac), tepi tajam --> hepatitis akut, tepi tak rata --> sirosis, hepatoma,
tepi tumpul --> hepatitis kronis, permukaan licin --> hepatitis, permukaan
berbenjol --> hepatoma, konsistensi lunak/kenyal --> akut, konsistensi keras -->
ganas)

Gambaran laboratoris
Darah tepi : - survival eritrosit memendek
- kadang terjadi anemia hemolitik
- leukopenia ringan – limfositosis
- kadang terjadi anemia aplastik
urin : - eritrosit (<), proteinuria (<), bilirubinuria

Tes fungsi hati


- bilirubin (10-14 hari), turun perlahan 2-4 minggu
- AST/ALT 7-10 hari pra ikterus, pundak I minggu
- Alkali fosfatase, kolesterol, trigliserid, ringan
- non-ikterik hepatits akut, anak > dewasa
- hepatitis asimptomatic, anak > dewasa

1. deteksi virus / antigen


Bisa dideteksi melalui feses, setelah 2 minggu setelah ikterik, juga bisa melalui
serum, saliva, urin
2. deteksi antibodi
- choice metode untuk diagnosis hepatitis A
- IgM anti HAV akan terdeteksi di infeksi yang tersering
-IgG anti HAV digunakan untuk status imun

16
3.8. Diagnosis Banding

1. Demam tifoid
Adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Salmonella thypi atau Salmonella
parathypi A, B, atau C. Penyakit ini ditularkan lewat saluran pencernaan.
Basil yang tertelan menyerang mukosa usus halus, kemudian dibawa oleh
makrofag ke kelenjar limfe regional, lalu berkembang biak selama 1-3 minggu
masa inkubasi. Pada akhir masa inkubasi, basil ini memasuki peredaran darah
mengakibatkan demam, sakit kepala, dan nyeri otot. Diagnosis ditunjang oleh : (1)
splenomegali, (2) petechie, (3) brakikardi, (4) netropenia darah tepi. Dianosis
ditegakan dengan uji serologi (tes widal).
Pada minggu kedua penyakit, S thypi masuk kembali ke lumen usus melalui
ekskresi empedu. Sejumlah besar jaringan limfe di dalam usus halus dan kolon
terinfeksi lagi, yang menyababkan peradangan akut, nekrosis, dan ulserasi.
Secara klinis, fase ini ditandai dengan diare dan demam terus-menerus.
Diagnosis ditegakan dengan biakan tinja dan urine (Chandrasoma,2006).
Kloramfenikol merupakan bakteriostatik yang cukup kuat untuk mengendalikan
perkembangbiakan bakteri sampai mekanisme pertahanan tubuh pulih.
Tiamfenikol juga berhasil baik untuk demam tifoid.
Pencegahan dengan sanitasi yang baik dan vaksinasi (Soedarto, 1990).

2. Malaria
Adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh sporozoa dari genus plasmodium.
Terdapat empat spesies plasmodium, yaitu plasmodium vivaks menimbulkan
malaria tertiana yang ringan, P falciparum menimbulkan maliria tertiana yang
berat, P malariae menimbulkan malaria quartana, dan P ovale menimbulkan
malaria ovale. Cara penularan lewat nyamuk anopeles betina yang mengandung
sporozoit infektif. Dapat juga ditularkan melalui transfusi, plasenta, dan jarum
suntik dalam bentuk trofozoit.
Gejala klinik : demam, anemia, pembesaran limpa. Terdapat 3 stadium demam :
rasa kedinginan berlangsung 20 menit- 1 jam, panas badan 1-4 jam, dan stadium
berkeringat banyak 2-3 jam. Pada malaria tertiana, demam berlangsung tiap hari
ke-3 sehingga terjadi siklus 48 jam. Pada malaria quartana demam tiap hari ke-4
(siklus 72 jam). Anemia terjadi karena rusaknya eritrosit yang dijadikan tempat
berkembangbiak plasmodium. Splenomegali terjadi akibat bertambahnya kerja
limpa untuk menghancurkan eritrosit yang rusak.
Untuk menegakan diagnosis dilakukan pemeriksaan darah, yaitu tetes tebal untuk
mendiagnosis malaria, dan tetes tipis untuk menentukan spesies plasmodium.
Terdapat 2 kelompok obat antimalaria yaitu alkaloid alami dan sintetik seperti
chloroquine, camoquine, dll.. Pencegahan dengan PSN (Soedarto, 1990).

3. DHF
Adalah penyakit demam disertai perdarahan yang disebabkan oleh virus dengue.
Vektor penularnya adalah nyamuk aedes aegypti dan aedes albopictus.

17
Gejala : demam terus-menerus 2-7 hari, tanda perdarahan (petechie, ekimosis),
hepatomegali, syok. Kriteria laboratorium : trombositopenia, dan peningkatan
hematokrit.
Pengobatan simptomatik. Bila tanpa syok beri minum yang banyak, beri infus. Bila
disertai syok, beri cairan ringers laktat, oksigen. Pencegahan dengan PSN dan
bila perlu dengan foging (Tim Field Lab FKUNS, 2008).

3.9. Tatalaksana
Pasien dirawat bila ada dehidrasi berat dengan kesulitan masukan peroral,
kadar SGOT-SGPT >10x normal, perubahan perilaku atau penurunan kesadaran
akibat ensefalopatihepatitis fulminan, dan prolong, atau relapsing hepatitis.
Tidak ada terapi medikamentosa khusus karena pasien dapat sembuh
sendiri (self-limiting disease). Pemeriksaan kadar SGOT-SGPT terkonjugasi
diulang pada minggu kedua untuk melihat proses penyembuhan dan minggu
ketiga untuk kemungkinan prolong atau relapsing hepatitis. Pembatasan
aktivitas fisik terutama yang bersifat kompetitif selama SGOT-SGPT tiga kali
batas atas normal.
Diet disesuaikan dengan kebutuhan dan hindarkan makanan yang berjamur,
yang mengandung zat pengawet yang hepatotoksik ataupun zat hepatotoksik
lainnya. Biasanya antiemetik tidak diperlukan dan makan 5-6 kali dalam porsi
kecil lebih baik daripada makan tiga kali dalam porsi besar. Bila muntah
berkepanjangan, pasein dapat diberi antiemetik seperti metoklopramid, tetapi
bila demikan perlu baehati-hati terhadap efek efek samping yang timbuk karena
dapat mengacaukan gejal klinis pernurukan. Dalam keadaan klinis terdapat mual
dan muntah pasien diberikan diet rendah lemak. Viamin K diberikan bila terdapat
perpanjangan masa protrombin. Kortikosterosid tidak boleh digunakan.
Pencegahan infeksi terhadap lingkungan harus diperhatikan.

3.10. Komplikasi
HAV tidak menyebabkan hepatitis kronis atau keadaan pembawa (carrier) dan
hanya sekali-sekali menyebabkan hepatitis fulminan. Angka kematian akibat
HAV sangat rendah, sekitar 0,1% dan tampaknya lebih sering terjadi pada
pasien yang sudah mengidap penyakit hati akibat penyakit lain, misalnya virus
hepatitis B atau alkohol.

3.11. Prognosis
Prognosis hepatitis A sangat baik, lebih dari 99% dari pasien dengan
hepatitis A infeksi sembuh sendiri. Hanya 0,1% pasien berkembang menjadi
nekrosis hepatik akut fatal (Wilson, 2001).
3.12. Pencegahan

1. Berikan penyuluhan kepada masyarakat tentang sanitasi yang baik dan


higiene perorangan dengan penekanan khusus tentang pentingnya untuk
mencuci tangan secara benar dan pembuangan tinja pada jamban yang
saniter.

18
2. Sediakan fasilitas pengolahan air bersih, sistem distribusi air yang baik dan
sistem pembuangan air limbah yang benar.
3. Dua jenis vaksin hepatitis A inaktivasi saat ini tersedia di Amerika Serikat
untuk imunisasi pra pajanan bagi anak yang berusia 2 tahun keatas.
Vaksin tersebut aman dipakai, dalam uji coba ternyata cukup imunogenik
dan mempunyai efikasi yang baik. Perlindungan terhadap hepatitis A klinis
mungkin sudah dimulai pada sebagian besar orang 14-21 hari setelah
pemberian dosis tunggal vaksin dan hampir semua orang sudah
mempunyai antibodi protektif dalam 30 hari setelah pemberian dosis
pertama. Dosis kedua biasanya diberikan untuk perlindungan jangka
panjang. Vaksin tersebut di Amerika Serikat tidak diberi izin untuk diberikan
pada anak yang berusia kurang dari 2 tahun; dosis optimal dan jadwal
pemberian tepat untuk meningkatkan perlindungan pada seseorang
supaya tidak terjadi interferenssi dengan antibodi yang didapat secara
pasif dari ibunya belum diketahui dengan jelas.
4. Penggunaan vaksin hepatitis A termasuk imunisasi pra pajanan
5. Pengelolaan tempat penitipan anak dan panti-panti asuhan sebaiknya
menekankan kepada upaya untuk mengurangi kemungkinan terjadi
penularan melalui rute fekal-oral, termasuk dengan memberdayakan
kebiasaan cuci tangan setiap saat dari toilet setelah mengganti popok dan
sebelum makan. Jika ditemukan satu orang penderita hepatitis A atau lebih
pada suatu institusi, atau jika ditemukan penderita pada 2 atau lebih
keluarga dari pengunjung institusi tersebut, maka IG harus diberikan pada
para staf dan para pengunjung. Pemberian IG perlu dipertimbangkan bagi
kontak anggota keluarga yang mengunjungi tempat penitipan anak dimana
KLB terjadi, dan kasus tambahan ditemukan pada 3 keluarga atau lebih.
Bila perlu sebagai bagian dari imunisasi rutin atau bagian dari upaya
pengendalian KLB yang luas, perlu dipertimbangkan pemberian imunisasi
hepatitis A kepada para pengunjung dan staf yang terlibat ataupun tidak di
tempat tersebut.
6. Semua wisatawan yang bepergian ke daerah endemis tinggi atau sedang,
termasuk Afrika, Timur Tengah, Asia, Eropa Timur, Amerika Tengah dan
Selatan, perlu diberikan IG atau vaksin hepatitis A sebelum keberangkatan.
Wisatawan diperkirakan terlindungi 4 minggu setelah pemberian vaksin
dosis inisial tersebut. Vaksin hepatitis A diprioritaskan untuk diberikan
kepada mereka yang merencanakan bepergian berulangkali atau bagi
mereka yang akan tinggal dalam waktu yang cukup lama di daerah
endemis HAV baik yang endemis tinggi maupun menengah. IG dalam
dosis tunggal 0.02 ml/kg, atau 2 ml diberikan untuk orang dewasa, yang
akan terpajan lebih dari 3 bulan, untuk pemajanan yang lebih lama,
diberikan 0.06 ml/kg atau 5 ml dan diulang setiap 4-6 bulan apabila proses
pemajanan terus berlangsung.
7. Vaksin hepatitis A harus dipetimbangkan untuk diberikan bagi masyarakat
lain dengan risiko tinggi terkena hepatitis A, misalnya pria homoseksual,
kepada para pemakai obat-obatan terlarang dengan suntikan dan kepada

19
mereka yang bekerja dengan primata yang terinfeksi HAV atau bagi nereka
yang bekerja di tempattempat riset penelitian HAV.
8. Tiram, kerang-kerangan yang berasal dari daerah tercemar harus
dipanaskan pada suhu 85°- 90°C (185°-194°F) terlebih dahulu selama 4
menit atau diuapkan selama 90 detik sebelum dimakan.

LO 4. Pemeriksaan laoratorium pada infeksi hepar

4.1. Tes fungsi hati

Tes fungsi hati atau lebih dikenal dengan liver panel atau liver function test adalah
sekelompok tes darah yang mengukur enzim atau protein tertentu di dalam darah
anda. Tes fungsi hati umumnya digunakan untuk membantu mendeteksi, menilai
dan memantau penyakit atau kerusakan hati.
Biasanya jika untuk memantau kondisi hati, tes ini dilakukan secara berkala. Atau
dilakukan juga ketika Anda memiliki risiko perlukaan hati, ketika Anda memiliki
penyakit hati, atau muncul gejala-gejala tertentu seperti jaundice (ikterus).
Untuk tes ini diperlukan contoh darah yang diambil dari pembuluh balik (vena)
umumnya pada lengan pasien. Dan sebelum tes dilakukan, tidak diperlukan
persiapan khusus, kecuali tes dilakukan bersamaan dengan tes lain yang
mungkin memerlukan persiapan khusus.

▼Tabel 4-1. Hal-hal yang meliputi pemeriksaan fungsi hati


Pemeriksaan Untuk mengukur Hasilnya menunjukkan
 Alkalin Enzim yang dihasilkan di Penyumbatan saluran
fosfatase dalam hati, tulang, plasenta; empedu, cedera hepar,
yang dilepaskan ke hati bila beberapa kanker.
terjadi cedera/aktivitas
normal tertentu, contohnya :
kehamilan, pertumbuhan
tulang

Luka pada hepatosit.


 Alanin Enzim yang dihasilkan oleh Contohnya : hepatitis
Transaminase hati. Dilepaskan oleh hati
(ALT)/SGPT bila hati terluka (hepatosit).

Luka di hati, jantung,


 Aspartat Enzim yang dilepaskan ke otot, otak.
Transaminase dalam darah bila hati,
(AST)/SGOT jantung, otot, otak
mengalami luka.
Obstruksi aliran
 Bilirubin empedu, kerusakan
Komponen dari cairan hati, pemecahan sel
empedu yang dihasilkan darah merah yang

20
oleh hati. berlebihan.

 Gamma Kerusakan organ,


glutamil keracunan obat,
transpeptidase Enzim yang dihasilkan oleh penyalahgunaan
(GGT) hati, pankreas, ginjal. alkohol, penyakit
Dilepaskan ke darah, jika pankreas.
jaringan-jaringan tesebut
mengalami luka.
 Laktat
Dehidrogenase Kerusakan hati jantung,
(LDH) Enzim yang dilepaskan ke paru-paru atau otak,
dalam darah jika organ pemecahan sel darah
tersebut mengalami luka. merah yang berlebihan.
 Nukleotidase
Obstruksi saluran
Enzim yang hanya tedapat empedu, gangguan
di hati. Dilepaskan bila hati aliran empedu.
 Albumin cedera.

Kerusakan hati.
Protein yang dihasilkan oleh
 α Fetoprotein hati dan secara normal
dilepaskan ke darah.
Hepatitis berat, kanker
Protein yang dihasilkan oleh hati atau kanker testis.
hati janin dan testis.
 Antibodi
mitokondria
Sirosis bilier primer,
Antibodi untuk melawan penyakit autoimun.
mitokondria. Antibodi ini Contoh : hepatitis
 Protombin Time adalah komponen sel menahun yang aktif.
sebelah dalam.

Waktu yang diperlukan


untuk pembekuan darah.
Membutuhkan vit K yang
dibuat oleh hati.

21
DAFTAR PUSTAKA

Casarett & Doull’s Toxicology The Basic Science of Poisons (6th Edition); McGraw-Hill,
2004

Sherwood, Lauralee. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem ed. 2. EGC.Jakarta

Ganong, W.F . 2008 . Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 22. EGC. Jakarta.

Sudoyo, Aru W., Bambang Setyohadi, dkk., 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1
ed. 4, Interna Publishing. Jakarta.

Tes fungsi hati. Diakses melalui http://www.abclab.co.id/?p=358 24 Mei 2013.

Prince, Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi: Konsep-konsep penyakit Volume 1 Edisi 6,


EGC. Jakarta

22

Anda mungkin juga menyukai