AIDIL WALBAHRI
ANNISA DESTY RAMADINI
KHOIRUNNISA SALSABILA TUHFAH
NUR ILHAM FATHURRAHMAN
Percobaan ini bertujuan untuk menguji unjuk kerja metode penetapan kadar
Besi (Fe) dalam air minum secara Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) dan
membuktikan hasilnya dapat dipercaya. Hasil penetapan kemudian diolah dan
dibandingkan dengan standar keberterimaan Badan Standarisasi Nasional (BSN).
3.2. BAHAN
Bahan-bahan yang digunakan berupa bahan uji dan bahan kimia. Bahan
uji yang digunakan yaitu sampel air sungai. Bahan kimia yang digunakan
yaitu aquades, asam nitrat pekat, larutan standar logam besi (Fe), gas
asetilen dengan tekanan minimum 100 psi, larutan pengencer HNO3 0,05
M, larutan pencuci HNO3 5% (v/v), larutan kalsium, dan udara tekan.
3.3. ALAT
Alat yang digunakan adalah Spektrofotometer Serapan Atom (SSA)-
nyala, lampu katoda berongga besi, gelas piala 100 mL dan 250 mL, pipet
volumetric 10 mL dan 50 mL, labu ukur 50 mL, 100 mL dan 1000 mL,
Erlenmeyer 100 mL, corong gelas, kaca arloji, pemanas listrik,
seperangkat alat saring vakum, timbangan analtik dengan ketelitian
0,0001 g, dan labu semprot.
3.7. PERHITUNGAN
Kadar logam besi
Fe (mg/L) = C x Fp
Keterangan :
C = kadar yang didapat hasil pengukuran
Fp = factor pengenceran
UJI PARAMETER
1. UJI PRESISI
Presisi menunjukan keseragaman, kecermatan, dan kedekatan
antara serangkaian data pengujian. Pada percobaan ini, presisi
ditetapkan berdasarkan uji repeatabilitas yaitu menguji sampel yang
sama dalam kondisi yang sama dengan metode yang sama dalam
waktu interval yang singkat. Hal ini dilakukan untuk meminimalkan
sumber galat (kesalahan) yang berasal dari kesalahan acak.
Presisi diukur sebagai simpangan baku atau simpangan baku
relative (koefisien variasi). Nilai presisi untuk pengujian yang
dilakukan lebih dari 2 kali (minimal 5 kali) replika ditentukan
berdasarkan nilai RSD. Tujuh larutan sampel dibuat sebagaimana
cara kerja preparasi larutan sampel. Hitung nlai %RSD dan %CV
Horwitz-nya.
Rumus :
𝑠𝑑
𝑅𝑆𝐷 = × 100%
𝑥̅
2. AKURASI
Akurasi dilakukan untuk mengetahui kedekatan antara hasil pengujian
dengan nilai yang sebenarnya. Semakin dekat nilai hasil ujian dengan nilai
sebenarnya maka semakin akurat data yang dihasilkan, oleh karena itu
parameter akurasi ini perlu dilakukan agar metode yang digunakan memiliki
ke akuratan yang tinggi. Akurasi dapat dinyatakan sebagai persen perolehan
kembali (recovery) analit yang ditambahkan.
Lakukan sebagai mana penetapan presisi sampel tetapi sebelumnya
dilakukan Teknik spiking (memperkaya) dengan cara menambahkan standar
analit dengan konsentrasi tertentu. Ukur serapannya (absorbansi) dan hitung
persentase perolehan kembalinya (persen recovery).
Rumus :
𝐶3 − 𝐶2
%𝑅𝑒𝑐𝑜𝑣𝑒𝑦 = × 100%
𝐶1
Atau
𝐻𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑢𝑗𝑖𝑎𝑛
× 100%
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑛𝑎𝑟𝑛𝑦𝑎
Keterangan :
C3 = kadar analit dalam sampel setelah dispike analit standar
C2 = kadar analit dalam sampel sebelum dispike analit standar
C1 = kadar analit standar yang dispike (target value)
3. LIMIT DETEKSI INSTRUMEN
Ukuran jumlah terkecil analit dalam sampel yang dapat dideteksi yang
masih membereikan respon signifikan dibandingkan dengan blanko.
Tujuh larutan blanko dibuat kemudian ditera dengan akuades pada labu
takar 100 mL dan dihomogenkan.. Serapannya (absorbansi) diukur. Jika tidak
ada serapan, lakukan pengukuran serapan dengan pengenceran dari deret
standar terkecil.
Rumus:
IDL (mg/L) teoritis = (konsentrasi blanko) + (3 x SD)
∑(𝑥𝑖 − ̅̅̅
𝑥)
𝑆𝐷 = √
𝑛−1
Keterangan :
SD = standar deviasi
Xi = nilai konsentrasi ke-i
4. LIMIT QUANTISASI
Konsentrasi terendah analit dalam sampel yang dapat ditentukan dengan
tingkat presisi dan akurasi yang dapat diterima
Rumus :
𝐿𝐷𝑀 = (𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙) + 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 × 𝑆𝐷
̅̅̅
∑(𝑥𝑖 −𝑥)
𝑆𝐷 = √ 𝑛−1
Keterangan :
LDM = Limit Deteksi Metode
SD = Standar Deviasi
𝑋𝑖 = Nilai konsentrasi ke-i
𝑥̅ = Nilai rata-rata konsentrasi (mg/L)
N = Jumlah ulangan pengukuran
𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 , 𝛼 = 99% 𝑎𝑡𝑎𝑢 95%
6. Linearitas
Linearitas adalah kemampuan metode memberikan respon
proporsional terhadap konsentrasi analit dalam sampel, minimal 5 konsentrasi
larutan standar yang berbeda yang menaik dengan rentang 50-100% dari
rentang komponen uji. Tujuan linearitas adalah untuk mengetahui
kemampuan standar dalam mendeteksi analit dalam contoh, diharapkan
respon linear terhadap konsentraasi larutan baku dengan nilai koefisien
relative ( r ) mendekati 1,00 dan nilai derajat kemiringan kurva mendekati 45⁰
(evaluasi berdasarkan nilai slope).
Lima larutan kalibrasi dibuat sesuai rentang kerja standar kerja yang
digunakan dengan memindahkan larutan standar induk 1000 mg/L
menggunakan buret ke dalam masing-masing labu takar 100 Ml, ditera
dengan larutan blanko, dan dihomogenkan. Kelima larutan standar tersebut
diukur serapannya dengan instrument yang sesuai. Lakukan tiga kali
pengulangan pembacaan. Selanjutnya dibuat kurva kalibrasi yang
menghubungkan antara konsentrasi dan absorbansi sehingga didapatkan nilai
koefisien korelasinya.
Rumus :
∑ 𝑥𝑦
∑ 𝑥𝑦−( )
𝑛
2
√∑ 𝑛2 −((∑ 𝑥)²).√∑ 𝑦 2 −((∑ 𝑦 )
𝑛 𝑛
Keterangan :
r = nilai koefisien korelasi (linearitas)
x = nilai konsentrasi standar (mg/L)
y = nilai pembacaan absorbansi standar
n = jumlah deret standar yang digunakan
𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 = (𝛼 ; 𝑑𝑏)
Keterangan :
𝛿1 = Simpangan baku dengan nilai yang besar
𝛿2 = Simpangan baku dengan nilai yang kecil
Db = Derajat bebas (𝑛1 − 𝑛2 )
α = Kesalahan yang masih dapat diterima (5%)