Anda di halaman 1dari 5

“Materialitas dan Risiko”

Materialitas
Materialitas adalah pertimbangan utama dalam menentukan ketetapan audit yang harus
dikeluarkan.
FASB Concept Statement 2 mendefinisikan materialitas sebagai:
Besarnya penghapusan atau salah saji informasi akuntansi yang dengan memperhitungkan
situasinya, menyebabkan pertimbangan seseorang yang bijaksana yang mengandalkan
informasi tersebut mungkin akan berubah atau terpengaruh oleh penghapusan atau salah saji
tersebut.

Materialitas untuk laporan keuangan secara keseluruhan


Standar auditing mengharuskan auditor memutuskan jumlah salah saji gabungan dalam
laporan keuangan, yang akan mereka anggap material pada awal audit ketika sedang
mengembangkan strategi audit secara keseluruhan, keputusan ini disebut sebagai
pertimbangan pendahuluan tentang materialitas, karena meskipun merupakan pendapat
profesional, hal itu mungkin saja berubah selama penugasan. Selama pelaksanaan audit,
auditor sering kali mengubah pertimbangan pendahuluan tentang materialitas, hal ini disebut
sebagai pertimbangan materialitas yang direvisi. Audit mungkin akan melakukan revisi
karena adanya perubahan dalam salah satu faktor yang digunakan untuk menentukan
pertimbangan pendahuluan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pertimbangan materialitas

 Materialitas adalah konsep yang bersifat realtif ketimbang absolut, salah saji
dalam jumlah tertentu mungkin saja material bagi perusahaan kecil, tetapi tidak
dengan perusahaan besar. Jadi, tidak mungkin menetapkan pedoman nilai-dolar bagi
pertimbangan pendahuluan tentang materialitas yang dapat diterapkan pada semua
klien audit.
 Tolak ukur yang diperlukan untuk mengevaluasi materialitas, karena materialitas
bersifat relatif, diperlukan tolak ukur untuk menentukan apakah salah saji itu
material. Laba bersih sebelum pajak sering kali menjadi tolak ukur utama untuk
menentukan berapa jumlah yang material bagi perusahaan yang berorientasi laba,
selain itu tolak ukur utama lainnya meliputi penjualan bersih, laba kotor serta total
aset.

Faktor-faktor kualitatif yang juga mempengaruhi materialitas

 Jumlah yang melibatkan kecurangan biasanya dianggap lebih penting ketimbang


kesalahan yang tidak sengaja dengan nilai dolar yang sama.
 Salah saji yang sebernanya kecil bisa menjadi material jika ada konsekuensi yang
mungkin timbul dari kewajiban kontraktual.

Menentukan Materialitas Kinerja


Materialitas kinerja didefinisikan sebagai jumlah yang ditetapkan oleh auditor pada angka
yang lebih kecil dari materialitas untuk laporan keuangan secara keseluruhan demi
menguranginya ketingkat probabilitas yang rendah dan tepat bahwa jumlah agregat dari
salah saji yang belum dikoreksi atau tidak terdeteksi melebihi materialitas untuk laporan
keuangan secara keseluruhan.
Tidak tepat mengalokasikan pertimbangan pendahuluan baik ke akun laporan laba rugi
maupun neraca karena, jika dilakukan, akan menimbulkan perhitungan ganda. Hal ini
memungkinkan auditor untuk mengalokasikan materialitas ke akun-akun laporan laba-rugi
atau neraca.

Auditor menghadapi tiga kesulitan utama dalam mengalokasikan materialitas pada akun-akun
neraca:

1. Auditor memperkirakan akun-akun tertentu mengandung lebih banyak salah saji


dibandingkan akun-akun lainnya.
2. Baik lebih saji maupun kurang saji harus dipertimbangkan.
3. Biaya audit relatif mempengaruhi pengalokasian ini.

Mengestimasi Salah Saji dan Membandingkan dengan Pertimbangan


Pendahuluan
Dua langkah pertama dalam menerapkan materialitas melibatkan perencanaan. Tiga langkah
terakhir berasal dari pelaksanaan pengujian audit.
Ketika melaksanakan prosedur audit untuk setiap segmen audit, auditor membuat kertas kerja
untuk mencatat semua salah saji yang ditemukan. Salah saji yang ditemukan dalam satu akun
dapat dibedakan menjadi dua jenis:

1. Salah saji yang diketahui, adalah salah saji dalam akun yang jumlahnya dapat
ditentukan oleh auditor.
2. Salah saji yang mungkin, terbagi lagi menjadi 2 jenis, jenis yang pertama adalah salah
saji yang berasal dari perbedaan antara pertimbangan manajemen dan auditor tentang
estimasi saldo akun. Jenis yang kedua adalah proyeksi salah saji berdasarkan
pengujian auditor atas sampel dari suatu populasi.

Perhitungan proyeksi langsung estimasi salah saji:


salah saji bersih dalam sampel
× total nilai populasi yang tercatat = proyeksi langsung estimasi salah saji
total sample

Estimasi untuk kesalahan sampling timbul karena auditor hanya mengambil sampel dari
sebagian populasi dan ada risiko bahwa sampel itu tidak secara akurat mewakili populasi.

Risiko Audit
Standar auditing mengharuskan auditor memahami entitas dan lingkungannya, termasuk
pengendalian internalnya, untuk menilai resiko salah saji yang material dalam laporan
keuangan klien.

Model Risiko Audit untuk Perencanaan


Standar auditing mengharuskan auditor menilai risiko salah saji yang material pada tingkat
laporan keuangan secara keseluruhan serta tingkat asersi yang relevan bagi kelas transaksi,
saldo akun, dan pengungkapan. Auditor menangani risiko dalam merencanakan pengumpulan
bukti audit terutama dengan menerapkan model risiko audit. Model risiko audit membantu
auditor memutuskan seberapa banyak dan jenis bukti apa yang harus dikumpulkan dalam
setiap siklusnya.

Komponen Model Risiko Audit


1. Risiko deteksi yang direncanakan, adalah risiko bahwa bukti audit untuk suatu tujuan
audit akan gagal mendeteksi salah saji yang melebihi materialitas kinerja. Risiko
deteksi yang direncanakan menentukan jumlah bukti substansif yang direncanakan
akan dikumpulkan auditor, yang besarnya berlawanan dengan risiko deteksi yang
direncanakan.
2. Risiko inheren, mengukur penilaian auditor atas kerentetan asersi salah saji yang
material, sebelum memperhitungkan keefektifan pengendalian internal.
3. Risiko pengendalian, mengukur penilaian auditor mengenai risiko bahwa salah saji
yang material akan terjadi dalam suatu asersi dan tidak dapat dicegah atau terdeteksi
secara tepat waktu oleh pengendalian internal klien.
4. Risiko audit yang dapat diterima, ukuran kesediaan auditor untuk menerima bahwa
laporan keuangan mungkin mengandung salah saji yang material setelah audit selesa.

Perbedaan antara risiko-risiko dalam model risiko audit


Untuk risiko audit yang dapat diterima, auditor memutuskan risiko yang bersedia diambil
kantor akuntan publik bahwa laporan keuangan disalahsajikan setelah audit selesai,
berdasrkan faktor-faktor yang terkait dengan klien tertentu. Risiko interen dan risiko
pengendalian didasarkan pada ekspektasi atau prediksi auditor mengenai kondisi klien.
Menilai Risiko Audit yang Dapat Diterima
Risiko penugasan adalah risiko bahwa auditor atau kantor akuntan publik akan menderita
kerugian setelah audit selesai, walaupun laporan audit sudah benar.

Faktor-faktor yang mempengaruhi risiko audit yang dapat diterima


- Derajat ketergantungan pemakai eksternal pada laporan keuangan, jika pemakai eksternal
sangat tergantung pada laporan keuangan, maka tepat untuk mengurangi risiko audit yang
dapat diterima.
- Kemungkinan bahwa klien akan mengalami kesulitan keuangan setelah laporan audit
dikeluarkan, jika klien terpaksa mengajukan permohonan kebangkrutan atau menderita
kerugian yang besar setelah audit selesai, auditor menghadapi kemungkinan yang lebih besar
untuk membela mutu audit ketimbang jika klien tidak mengalami tekanan audit.
-Evaluasi auditor atas integritas manajemen, jika klien memiliki integritas yang meragukan,
auditor mungkin akan menilai risiko audit yang dapat diterima yang lebih rendah.

Menilai Resiko Inheren


Faktor-faktor yang mempengaruhi risiko inheren:

- Sifat bisnis klien, sifat bisnis klien seharusnya tidak berpengaruh atau hanya
berpengaruh kecil terhadap risiko interen untuk akun-akun seperti kas, wesel tagih,
dan hutang hipotik.
- Hasil audit sebelumnya, salah saji yang ditemukan dalam hasil audit tahun
sebelumnya dapat saji terjadi lagi dalam audit tahun berjalan.
- Penugasan awal versus penugasan berulang, auditor akan memperoleh pengalaman
dan pengetahuan tentang kemungkinan salah saji setelah mengaudit klien selama
beberapa tahun.
- Pihak terkait, transaksi antara perusahaan induk dan perusahaan anak, serta antara
manajemen dan entitas perusahaan adalah contoh transaksi dengan pihak terkait.
- Transaksi nonrutin dan kompleks, transaksi-transaksi yang tidak biasa bagi klien, atau
melibatkan kontrak yang panjang dan kompleks, lebih besar kemungkinannya dicatat
secara salah ketimbang transaksi rutin.
- Pertimbangan yang diperlukan untuk mencatat saldo akun dan transaksi dengan tepat,
banyak saldo akun seperti investasi tertentu yang dicatat pada nilai wajar , kewajiban
pembayaran garansi, dll memerlukan estimasi dan banyak pertimbangan manajemen.
- Unsur-unsur populasi, setiap item-item yang membentuk total populasi sering kali
juga mempengaruhi ekspektasi auditor mengenai salah saji yang material.
- Faktor-faktor yang berkaitan dengan pelaporan keuangan yang curang dan
misapropisasi aset, auditor berfokus pada bidang-bidang tertentu yang risiko
kecurangannya lebih tinggi serta merancang prosedur audit atau mengubah
pelaksanaan audit secara keseluruhan untuk merespons risiko-risiko tersebut.

Hubungan Risiko dengan Bukti Serta Faktor-Faktor yang Mempengaruhi


Risiko
Auditor merespons risiko utama dengan mengubah luas pengujian dan jenis prosedur audit,
termasuk memasukkan unsur ketakterdugaan dalam prosedur audit yang digunakan. Selain
memodifikasi bukti audit, ada dua cara lain yang dapat dipakai auditor untuk mrngubah audit
guna merespons risiko:

1. Penugasan mungkin membutuhkan staf yang lebih berpengalaman, untuk setiap


penugasan, kantor akuntan publik harus menugaskan staf yang berkualifikasi.
2. Penugasan akan direview secara lebih seksama daripada biasanya, kantor akuntan
publik harus memastikan bahwa file audit yang mendokumentasikan rencana auditor,
bukti yang dikumpulkan serta kesimpulan, dan masalah-masalah lain dalam audit
direview dengan memadai.

Risiko audit untuk segmen-segmen

Risiko salah saji yang material, risiko pengendalian, dan risiko inheren dinilai untuk setiap
tujuan audit dalam setiap segmen audit. dalam audit yang sama, penilaian ini mungkin akan
bervariasi dari siklus ke siklus, dari akun ke akun, serta tujuan ke tujuan. Risiko audit yang
dapat diterima biasanya dinilai oleh auditor selama tahap perencanaan dan tidak berubah pada
setiap siklus serta akun utama. Akan tetapi dalam beberapa kasus risiko audit yang dapat
diterima yang lebih rendah mungkin yang lebih tepat untuk satu akun ketimbang untuk akun-
akun lainnya.

Hubungan Risiko dan Materialitas dengan Bukti Audit


Konsep materialitas dan risiko dalam auditing berkaitan erat dan tidak terpisahkan. Risiko
adalah ukuran ketidakpastian, sedangkan materialitas mengukur besarnya. Secara bersama-
sama keduanya mengukur ketidakpastian jumlah dengan besaran tertentu.

Merevisi risiko dan bukti


auditor harus mengikuti pendekatan dua langkah:

1. Auditor harus merevisi penilaian awal atas tingkat resiko yang tepat. Jika auditor
mengetahui bahwa penilaian awalnya tidak tepat tetapi dibiarkan tidak berubah, itu
melanggar standar kemahiran.
2. Auditor harus mempertimbangkan dampak revisi tersebut terhadap kebutuhan bukti,
tanpa menggunakan model risiko audit.

Anda mungkin juga menyukai