Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Materialitas
Materialitas adalah pertimbangan utama dalam menentukan ketetapan audit yang harus
dikeluarkan.
FASB Concept Statement 2 mendefinisikan materialitas sebagai:
Besarnya penghapusan atau salah saji informasi akuntansi yang dengan memperhitungkan
situasinya, menyebabkan pertimbangan seseorang yang bijaksana yang mengandalkan
informasi tersebut mungkin akan berubah atau terpengaruh oleh penghapusan atau salah saji
tersebut.
Materialitas adalah konsep yang bersifat realtif ketimbang absolut, salah saji
dalam jumlah tertentu mungkin saja material bagi perusahaan kecil, tetapi tidak
dengan perusahaan besar. Jadi, tidak mungkin menetapkan pedoman nilai-dolar bagi
pertimbangan pendahuluan tentang materialitas yang dapat diterapkan pada semua
klien audit.
Tolak ukur yang diperlukan untuk mengevaluasi materialitas, karena materialitas
bersifat relatif, diperlukan tolak ukur untuk menentukan apakah salah saji itu
material. Laba bersih sebelum pajak sering kali menjadi tolak ukur utama untuk
menentukan berapa jumlah yang material bagi perusahaan yang berorientasi laba,
selain itu tolak ukur utama lainnya meliputi penjualan bersih, laba kotor serta total
aset.
Auditor menghadapi tiga kesulitan utama dalam mengalokasikan materialitas pada akun-akun
neraca:
1. Salah saji yang diketahui, adalah salah saji dalam akun yang jumlahnya dapat
ditentukan oleh auditor.
2. Salah saji yang mungkin, terbagi lagi menjadi 2 jenis, jenis yang pertama adalah salah
saji yang berasal dari perbedaan antara pertimbangan manajemen dan auditor tentang
estimasi saldo akun. Jenis yang kedua adalah proyeksi salah saji berdasarkan
pengujian auditor atas sampel dari suatu populasi.
Estimasi untuk kesalahan sampling timbul karena auditor hanya mengambil sampel dari
sebagian populasi dan ada risiko bahwa sampel itu tidak secara akurat mewakili populasi.
Risiko Audit
Standar auditing mengharuskan auditor memahami entitas dan lingkungannya, termasuk
pengendalian internalnya, untuk menilai resiko salah saji yang material dalam laporan
keuangan klien.
- Sifat bisnis klien, sifat bisnis klien seharusnya tidak berpengaruh atau hanya
berpengaruh kecil terhadap risiko interen untuk akun-akun seperti kas, wesel tagih,
dan hutang hipotik.
- Hasil audit sebelumnya, salah saji yang ditemukan dalam hasil audit tahun
sebelumnya dapat saji terjadi lagi dalam audit tahun berjalan.
- Penugasan awal versus penugasan berulang, auditor akan memperoleh pengalaman
dan pengetahuan tentang kemungkinan salah saji setelah mengaudit klien selama
beberapa tahun.
- Pihak terkait, transaksi antara perusahaan induk dan perusahaan anak, serta antara
manajemen dan entitas perusahaan adalah contoh transaksi dengan pihak terkait.
- Transaksi nonrutin dan kompleks, transaksi-transaksi yang tidak biasa bagi klien, atau
melibatkan kontrak yang panjang dan kompleks, lebih besar kemungkinannya dicatat
secara salah ketimbang transaksi rutin.
- Pertimbangan yang diperlukan untuk mencatat saldo akun dan transaksi dengan tepat,
banyak saldo akun seperti investasi tertentu yang dicatat pada nilai wajar , kewajiban
pembayaran garansi, dll memerlukan estimasi dan banyak pertimbangan manajemen.
- Unsur-unsur populasi, setiap item-item yang membentuk total populasi sering kali
juga mempengaruhi ekspektasi auditor mengenai salah saji yang material.
- Faktor-faktor yang berkaitan dengan pelaporan keuangan yang curang dan
misapropisasi aset, auditor berfokus pada bidang-bidang tertentu yang risiko
kecurangannya lebih tinggi serta merancang prosedur audit atau mengubah
pelaksanaan audit secara keseluruhan untuk merespons risiko-risiko tersebut.
Risiko salah saji yang material, risiko pengendalian, dan risiko inheren dinilai untuk setiap
tujuan audit dalam setiap segmen audit. dalam audit yang sama, penilaian ini mungkin akan
bervariasi dari siklus ke siklus, dari akun ke akun, serta tujuan ke tujuan. Risiko audit yang
dapat diterima biasanya dinilai oleh auditor selama tahap perencanaan dan tidak berubah pada
setiap siklus serta akun utama. Akan tetapi dalam beberapa kasus risiko audit yang dapat
diterima yang lebih rendah mungkin yang lebih tepat untuk satu akun ketimbang untuk akun-
akun lainnya.
1. Auditor harus merevisi penilaian awal atas tingkat resiko yang tepat. Jika auditor
mengetahui bahwa penilaian awalnya tidak tepat tetapi dibiarkan tidak berubah, itu
melanggar standar kemahiran.
2. Auditor harus mempertimbangkan dampak revisi tersebut terhadap kebutuhan bukti,
tanpa menggunakan model risiko audit.