Proposal Penelitian: Profil Penyakit Skabies Pada Pasien Yang Berobat Di Wilayah Kerja Puskesmas Kamonji TAHUN 2018

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 60

i

PROPOSAL PENELITIAN
PROFIL PENYAKIT SKABIES PADA PASIEN YANG
BEROBAT DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KAMONJI
TAHUN 2018

JULAIKA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS AL-KHAIRAAT PALU

2018
ii
iii

DAFTAR ISI

Halaman
Halaman Judul i
Halaman Persetujuan ii
Daftar Isi iii
Daftar Tabel vi
Daftar Gambar vii
Daftar Singkatan viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Pertanyaan Penelitian 3
D. Tujuan Penelitian 3
a. Tujuan umum 3
b. Tujuan khusus 3
E. Manfaat Penelitian 4
a. Manfaat Pengembangan Ilmu 4
b. Manfaat Aplikasi 5
F. Ruang Lingkup Penelitian 5
G. Sistematika dan Organisasi Penulisan 5
a. Sistematika Penulisan 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


Judul : Profil penyakit scabies pada PASIEN yang
berobat wilayah kerja puskesmas Kamonji
tahun 2018

A. Landasan Teori 6
1. Skabies 6
a. Definisi 6
b. Epidemiologi 6
c. Etiologi 8
d. Cara Penularan 9
e. Patofisiologi 10
f. Faktor Resiko 11
g. Gambaran Klinis 11
h. Diagnosis 13
Halaman

i. Penatalaksanaan 17
iv

j. Komplikasi 18
k. Prognosis 19
l. Pengendalian 19
2. Profil Penyakit Skabies 20
B. Kerangka Teori 23
C. Kerangka Konsep 25
D. Definisi Operasional 26
BAB III METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian 30
B. Waktu dan Tempat 30
a. Waktu 30
b. Tempat 30
C. Populasi dan Subyek Penelitian 31
D. Kriteria Inklusi dan Eksklusi 31
a. Kriteria Inklusi 31
b. Kriteria Eksklusi 32
E. Besar Sampel 32
F. Cara Pengambilan Sampel 33
G. Alur Penelitian 33
H. Prosedur Penelitian 34
I. Pengolahan Data 35
J. Aspek Etika 35
BAB IV LAMPIRAN
A. Lampiran 1. Jadwal Penelitian 36
B. Lampiran 2. Informed Consent 37
a. Naskah Penjelasan Untuk Responden 37
b. Formulir Persetujuan Dari Responden 40
C. Lampiran 3. Daftar Tim Peneliti dan Biodata Peneliti
44
Utama
D. Lampiran 4. Formulir-formulir 46
a. Kuesioner 46
b. Case Report 48
E. Lampiran 5. Daftar Alat Yang Digunakan 50
F. Lampiran 6. Rincian Anggaran dan Sumber Dana 51
DAFTAR PUSTAKA 52
v

DAFTAR TABEL

No Halaman
1. Prevalensi skabies di Dunia 6
2. Prevalensi skabies di Indonesia 7
3. Gambaran penderita skabies berdasarkan usia 26
Gambaran penderita skabies berdasarkan jenis
4. 27
kelamin
Gambaran penderita skabies berdasarkan tingkat
5. 27
pendidikan
Gambaran penderita skabies berdasarkan komplikasi
6. 29
skabies
Gambaran pasien skabies berdasarkan riwayat
7. 29
keluarga
vi

DAFTAR GAMBAR

No Halaman
Angka Kejadian skabies di Provinsi Sulawesi Tengah,
1. 7
Kota Palu dan Puskesmas Kamonji
2. Bentuk dewasa sarcoptes scabei 8
Gejala Klinis dan Bagian Tubuh yang Bersarang
3. 13
Tungau Skabies
4. Gambaran mikroskopis pasien skabies 18
5. Kerangka Teori 24
6. Kerangka Konsep 26
7. Alur Penelitian 33
vii

DAFTAR SINGKATAN

No. Singkatan Keterangan

1. WHO World Health Organization


2. Depkes Departemen Kesehatan
3. RSU Rumah Sakit Umum
4. RSUD Rumah Sakit Umum Daerah
5. IgE Imunoglobulin E
6. Th2 Sel T helper 2
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh investasi dan

sensitisasi terhadap sarcoptes skabiei varian hominis yang membentuk

terowongan pada lapisan stratum korneum dan staratum granulosum yang

ditandai dengan keluhan gatal, terutama pada malam hari.1,2

Angka kejadian penyakit skabies menutut WHO diperkirakan 300 juta

kasus diseluruh dunia yang terkena skabies.3 Di Brazil pada tahun 2013

prevalensi skabies mencapai 18%,4 di Afrika barat tahun 2013 sebesar

28,33%,5 di Nigeria tahun 2013 yaitu 13,55%,6 di Malaysia pada tahun

2013 sebanyak 31%,7 sedangkan di India pada tahun 2013 sebesar

20,4%.8

Di Indonesia prevalensi skabies masih cukup tinggi, yaitu sebesar

5,60–12,95% dan skabies menduduki urutan ketiga dari 12 penyakit kulit

tersering9, di Papua prevalensi skabies sebesar 80%.10 di Jawa Barat

2,7%.11 Di Sulawesi Tengah, jumlah kasus scabies pada tahun 2013

jumlah kasus 4.568, tahun 2014 jumlah kasus 3.648, tahun 2015 jumlah

kasus 5.079 dan tahun 2016 jumlah kasus 3.104.12, Untuk kota Palu,

jumlah kasus scabies pada tahun 2013 ialah 304, tahun 2014 yaitu 1.521,

tahun 2015 sebanyak 961 dan pada tahun 2016 yaitu sebanyak 547

kasus skabies.13, Dan di wilayah kerja Puskesmas Kamonji pada tahun


2

2013 yaitu 348, tahun 2014 sebanyak 284, tahun 2015 yaitu sebanyak

365, dan pada tahun 2016 sebanyak 229 kasus scabies.14

Beberapa faktor yang dapat membantu penyebaran penyakit skabies

antara lain sosial ekonomi yang rendah, higiene yang buruk, hubungan

seksual dengan berganti-ganti pasangan, diagnosis yang salah,

demografi, dan ekologi. Beberapa literatur melaporkan, skabies bisa

menggambarkan sebuah ancaman di suatu institusi, seperti asrama,

penjara, panti asuhan, panti jompo, dan fasilitas perawatan jangka

panjang.30

B. Rumusan Masalah

Skabies masih menjadi masalah kesehatan di Dunia dan di Indonesia,

mengenai hampir semua golongan usia, paling sering dijumpai pada anak-

anak, dan kelompok sosial ekonomi rendah. Penderita skabies di kota

Palu masih cukup tinggi terutama di Wilayah Kerja Puskesmas kamonji,

penyakit ini juga mengakibat penderita merasa kurang nyaman sehingga

dampaknya dapat menganggu psikososialnya, dan produktivitas

penderita.

Berdasarkan hal-hal di atas maka rumusan masalah penelitian ini,

adalah “Bagaimana profil penyakit skabies pada pasien di Wilayah Kerja

Puskesmas Kamonji Tahun 2018?”


3

C. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana gambaran penderita skabies di Wilayah Kerja Puskesmas

Kamonji berdasarkan usia?

2. Bagaimana gambaran penderita skabies di Wilayah Kerja Puskesmas

Kamonji berdasarkan jenis kelamin?

3. Bagaimana gambaran penderita skabies di Wilayah Kerja Puskesmas

Kamonji bedasarkan tingkat pendidikan?

4. Bagaimana gambaran penderita skabies di Wilayah Kerja Puskesmas

Kamonji bedasarkan tingkat higiene?

5. Bagaimana gambaran penderita skabies di Wilayah Kerja Puskesmas

Kamonji berdasarkan tempat tinggal/lingkungan?

6. Bagaimana gambaran penderita skabies di Wilayah Kerja Puskesmas

Kamonji bedasarkan riwayat keluarga?

D. Tujuan Penelitian

a. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini untuk mengetahui profil penyakit

skabies pada anak di Wilayah Kerja Puskesmas Kamonji Kota Palu.

b. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui gambaran penderita skabies di Wilayah Kerja

Puskesmas Kamonji berdasarkan usia.

2. Untuk mengetahui gambaran penderita skabies di Wilayah Kerja

Puskesmas Kamonji berdasarkan jenis kelamin.


4

3. Untuk mengetahui gambaran penderita skabies di Wilayah Kerja

Puskesmas Kamonji berdasarkan tingkat pendidikan.

4. Untuk mengetahui gambaran penderita skabies di Wilayah Kerja

Puskesmas Kamonji berdasarkan status gizi.

5. Untuk mengetahui gambaran anak yang menderita skabies di Wilayah

Kerja Puskesmas Kamonji berdasarkan riwayat keluarga.

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Pengembangan Ilmu Pengetahun

a. Untuk penelitian

Menambah wawasan peneliti tentang penelitian, serta pengetahuan

tentang penyakit skabies.

b. Untuk penelitian lain

Dapat menjadi bahan bacaan maupun referensi untuk penelitian-

penelitian lebih lanjut oleh pihak lain, misalnya oleh mahasiswa Fakultas

Kedokteran Universitas Al-khairaat Palu.

c. Untuk Institusi pendidikan kesehatan

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu rujukan dalam

memperluas ilmu pengetahuan kedokteran dasar.

2. Manfaat Aplikasi

Dapat digunakan oleh petugas kesehatan utamanya, dokter keluarga

dan petugas puskesmas sebagai bahan promosi kesehatan dalam hal


5

pencegahan terjadinya skabies dengan cara penyuluhan mengenai

penyebaran skabies agar dapat menghindari, mengurangi atau

menghilangkan faktor risiko tersebut.

F. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup pada penelitian ini adalah penelitian di bidang

kesehatan tentang kedokteran klinik khususnya profil penyakit skabies

pada anak yang berobat di Wilayah Kerja Puskesmas Kamonji.

G. Sistematika dan Organisasi Penelitian

1. Sistematika penulisan

Bab I menjelaskan tentang hal-hal yang melater belakangi, tujuan dan

manfaat penelitian ini dilakukan.

Bab II berisikan tentang landasan teori penelitian (definisi skabies,

epidemiologi, etiologi, cara penularan, patofisiologi, faktor resiko, gambran

klinis, diagnosis, penatalaksanaan, komlikasi, prognosis, pengendalian,),

kerangka teori, kerangka konsep dan definisi oprasional.

Bab III berisi tentang metode penelitian yang digunakan dalam

melakukan penelitian ini,

Bab IV berisi tentang hal dan pembahasan penelitian, serta

Bab V berisikan tentang kesimpulan dan saran.


6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Skabies

a. Definisi

Skabies (gudik) adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh investasi

dan sensitisasi terhadap Sarcoptes scabiel varian hominis yang

membentuk terowongan pada stratum korneum dan stratum granulosum

dan ditandai dengan keluhan gatal, terutama pada malam hari.1,2

b. Epidemiologi

Tabel 1. Angka Kejadian Skabies di Dunia3

NO Nama Penulis Tahun Lokasi Angka kejadian

1. Strina 2013 Brazil 18%

2. Salifou 2013 Afrika barat 28,33%

3. Emodi 2013 Nigeria 13,55%

4. Zayyid 2013 Malaysia 31%

5. Baur 2013 India 20,4%

Angka kejadian penyakit skabies di Brazil pada tahun 2013 prevalensi

skabies mencapai 18%,4 di Kamboja tahun 2007 sebesar 42%,5 di


7

Bangladesh tahun 2013 yaitu 29%,6 di Malaysia tahun 2013 sebanyak

30,5%,7 sedangkan di India pada tahun 2013 sebesar 20,4%.8

Tabel 2. Angka kejadian skabies di Indonesia

No Nama Penulis Tahun Lokasi Angka Kejadian

1. Depkes RI 2008 Indonesia 5,60 - 12,95%

2. Kline 2013 Papua 80%

3. Amirudin, MD 2010 Jawa barat 2,7%

Di Indonesia sendiri menurut Depkes RI kejadian skabies yaitu 5,60-

12,95%.9 Di Papua yaitu 80%,10 dan di Jawa Barat yaitu 2,7%.11

6000

5000

4000

Provinsi Sulawesi Tengah


3000
Kota Palu
Puskesmas Kamonji
2000

1000

0
2013 2014 2015 2016

Gambar 1. Angka Kejadian skabies di Provinsi Sulawesi Tengah, Kota

Palu dan Puskesmas Kamonji

(Sumber: DINKES Prov. Sulteng, DINKES Kota Palu, Puskesmas Kamonji, 2017)
8

Di kota Palu tepatnya di wilayah kerja Puskesmas Kamonji pada tahun

2013 yaitu 348, tahun 2014 sebanyak 284, tahun 2015 yaitu sebanyak

365, dan pada tahun 2016 sebanyak 229 kasus scabies.14

c. Etiologi

Penyebab penyakit skabies ini sudah di temukan pada tahun (1637-

1718) oleh Diacinto Cestoni yang di sebut sarcoptes skabei yang

termasuk filum antropoda, kelas arachnida, ordo Ackarima, super famili

dari sarcoptes.

Secara morfologi, sarcoptes skabei meruakan tungau kecil, berbentuk

oval memiliki punggung cembung, bagian perut rata dan mempunyai 8

kaki. Tungau ini translusen, berwarna putih kotor, dan tidak bermata.

Ukuran tungau yang betina 330-450 mikron x 250-350 mikron, sedangkan

yang jantan lebih kecil dibandingkan tungau betina yakni 200-240 mikron x

150-200 mikron. Bentuk dewasa mempunyai 4 pasang kaki, 2 pasang kaki

di depan sebagai alat untuk melekat dan dua pasang kaki ke 2 pada

betina berakhir dengan rambut, sedangkan pada jantan pasangan kaki

ketiga berakhir dengan rambut dan kaki keempat berakhir dengan alat

perekat.2,12

Gambar 2. Morfologi Sarcoptes scabiei

(Sumber: Siregar, 2015)


9

d. Cara Penularan

Penyakit skabies dapat di tularkan melalui kontak langsung. Yang

paling sering adalah kontak langsung yang saling bersentuhan atau dapat

pula melalui alat-alat seperti tempat tidur, pakaian, dan handuk. Bahkan

penyakit ini dapat pula ditularkan melalui hubungan seksual antara

penderita dengan orang yang sehat. Di Amerika Serikat dilaporkan, bahwa

skabies dapat ditularkan melalui hubungan seksual meskipun bukan

merupakan akibat utama.2,13

Penyakit ini sangat erat kaitannya dengan kebersihan perseorangan

dan lingkungan, atau apabila banyak orang yang tinggal secara bersama-

sama di satu tempat yang relative sempit apabila tingkat kesadaran yang

dimiliki oleh banyak kalangan masyarakat masih cukup rendah, derajat

keterlibatan penduduk dalam melayani kebutuhan kesehatan yang masih

kurang, kurangnya pemantauan kesehatan oleh pemerintah, faktor

lingkungan terutama masalah penyediaan air bersih, serta kegagalan

pelaksanaan program kesehatan yang masih sering kita jumpai, akan

menambah panjang permasalahan kesehatan lingkungan yang telah

ada.13

Penularan skabies terjadi ketika orang-orang tidur bersamaan satu

tempat tidur yang sama di lingkungan rumah tangga sekolah-sekolah yang

menyediahkan fasilitas asrama dan pemondokan, serta fasilitas-fasilitas

kesehatan yang digunakan oleh masyarakat luas. Di Jerman terjadi

peningkatan insiden, sebagai akibat kontak langsung maupun tak


10

langsung seperti tidur bersama. Faktor lain seperti fasilitas umum yang

dipakai secara bersamaan di lingkungan padat penduduk.13,14

e. Patofisiologi

Sarcoptes scabei dapat menyebabkan reaksi kulit yang berbentuk

eritem, papul atau vesikel pada kulit dimana mereka berada. Timbulnya

reaksi kulit disertai perasaan gatal.2,15

Masuknya S.scabiei kedalam dalam epidermis tidak segera

memberikan gejala pruritus, rasa gatal timbul 1 bulan setelah infestasi

primer serta adanya infestasi kedua sebagai menifestasi respon imun

terhadap tungau maupun sekret yang dihasilkan trowongan dibawah kulit.

Tungau skabies menginduksi anti body IgE dan menimbulkan reaksi

hipersensivitas tipe cepat. Lesi-lesi disekitar terowongan terinfiltrasi oleh

sel-sel radang. Lesi biasanya berupa eksim atau urtika dengan pruritus

yang intens, dan semua ini berkaitan dengan hipersensitivitas tipe cepat.

Pada kasus skabiei yang lain lesi dapat berupa urtika, nodul ataun papul,

dan ini dapat berhubungan dengan respon imun kompleks berupa

sensitisasi sel mast dengan antibody IgE dan respons seluler yang

diinduksi oleh pelepasan sitokin sel Th2 dan/atau sel mast.15,16

Di samping lesi yang disebabkan oleh sarcoptes scabiei secara

langsung, dapat pula terjadi lesi-lesi akibat garukan penderita sendiri.

Dengan garukan dapat timbul erosi, ekskoriasi, kusta, dan infeksi

sekunder.15
11

f. Faktor Resiko

Faktor menyebabkan kejadian skabies antara lain karena faktor

kependudukan dan lingkungan, status sosial ekonomi yang rendah,

sanitass lingkungan yang buruk, kepadatan penduduk dan hubungan

seksual dengan berganti-ganti pasangan, selain itu faktor status gizi yang

juga berpengaruh pada kejadian skabies karena status gizi yang bukuk

akan menurunkan daya tahan tubuh sehingga tubuh tidak mampu

merespon infeksi, salah satunya infeksi tungau penyebab skabies. 14 Ini

disebabkan juga karena rendahnya tingkat pendidikan yang merupakan

salah satu faktor yang menyebabkan peningkatan prevalensi skabies

karena rendahnya tingkat pengetahuan seseorang maka tingkat

pengetahuan higiene juga rendah ini menyebabkan bahayanya penyakit

skabies ini dianggap sebagai penyakit yang biasa saja karena tidak

membahayakan jiwa, selain itu rendahnya pengetahuan dengan

penyebarannya berbagi tempat tidur, pakaian, handuk, praktek higiene

yang tidak benar, dan sering berpergian ke tempat yang beresiko dan

berpotensi sebagai sumber penularan skabies juga merupakan faktor

ganda yang menyebabkan skabies.14,17

g. Gambaran klinis

Gejala klinis yang ditimbulkan oleh infeksi sarcoptes skabies inii

berupa gatal yang merupakan gejala utama sebelum gejala lainnya

muncul, rasa gatal biasanya hanya pada lesi tetapi pada skabies kronis
12

gatal dapat dirasakan pada seluruh tubuh. Selain itu gejala yang timbull

berupa rasa gatal yang hebat pada malam hari, ruam kulit yang yang

terjadi terutama dibagian sela-sela jari tangan, bawah ketiak, pinggang,

sekeliling siku, areola mammae, pada permukaan depan pergelangan

tangan, skrotum, dan penis.

Pada bayi dan pasien-pasien, lesi biasanya mengenai wajah, kepala,

leher, kulit kepala, dan telapak kaki. Pada bayi pali ng umum lesi yang

nampak adalah papul-papul dan vesikopustul yang sering tampak di kulit

kepala dan kaki.

Ada 4 tanda kardinal gejala skabies:

a) Pruritus nocturna, artinya gatal pada malam hari oleh karena aktivitas

tungau ini lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab dan panas. 2,15

b) Penyakit ini menyerang secara kelompok, misalnya dalam sebuah

keluarga biasanya seluruh anggota keluarga terkena infeksi. Begitu

pula dalam sebuah perkampungan yang padat penduduknya,

sebagian besar tetangga yang berdekatan akan diserang oleh tungau

tersebut. Di kenal juga keadaan hiposensitisasi, yaitu seluruh anggota

keluarganya terkena, tetapi tidak memberikan gejala. Penderita inii

bersifat sebagai pembawaan (carrier).2,15,18

c) Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predilekasi yang

berwarna putih keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok,

rata-rata panjang 1cm, pada ujung terowongan itu di temukan papul,

atau vesikel. Jika timbul infeksi sekunder ruam kulitnya menjadi


13

polimorf (pustul, ekskoriasi, dan lain-lain). Tempat predileksinya

biasanya biasanya merupakan tempet dengan stratum korneum yang

tipis, yaitu sela-sela jari tangan, pergelangan tangan volar, siku bagian

luar, lipat ketiak bagian depan a areola mammae ( wanita), umbilicus,

bokong, genetalia eksterna (pria), dan parut bagian bawah. Pada bayi

dan pasien dapat menyerang telapak tangan dan telapak kaki.2,18

d) Di temukan tungau, merupakan hal yangt paling diagnostik. Dapat

ditemukan satu atau lebih stadium hidup tungau ini.18

Gambar 3. Gambaran klinis penyakit skabies (A, F, dan H). Sela-sela jari
tangan. (B). Bawah ketiak. (C). Areola mammae. (D). Penis.
(E).Telapak kaki pada bayi. (G). Permukaan depan
pergelangan tangan

(Sumber: Chosidow, 2006)


14

h. Diagnosis

Diagnosis skabies ditegakan berdasarkan anamnesi, pemeriksaan

fisik dan pemeriksaan penunjang apabila sudah ditemukan dua atau

empat tanda kardinal skabies makan diagnosis sudah dapat dipastikan

bila menemukan Sarcoptes scabei.

1) Anamnesis

(a) Biodata

Perlu dikaji secara lengkap umur, penyakit skabies bisa menyerang

semua kelompok umur, baik manula, dewasa maupun pasien-pasien bisa

terkena penyakit ini, tempat paling yang paling sering terkena penyakit ini

pada lingkungan dengan kebersihan yang kurang dan padat penduduknya

seperti asrama, panti jompo, penjara.18

(b) Keluhan utama

Biasanya penderita datang dengan keluhan gatal dan ada lesi pada kulit.2

(c) Riwayat penyakit sekarang

Biasanya penderita mengeluh gatal terutama pada malam hari dan

timbul lesi berbentuk pastul pada sela-sala jari tangan, telapak tangan,

ketiak, areola mammae, bokong atau perut bagian bawah. Untuk

menghilangkan gatal biasanya penderita menggaruk lesi tersebut

sehingga ditemukan adanya lesi tambahan akibat garukan.2,19

(d) Riwayat penyakit terdahulu

Tidak ada penyakit lain yang dapat menimbulkan skabies kecuali

kontak langasung atau tidak langsung dengan penderita skabies.2


15

(e) Riwayat penyakit keluarga

Pada penyakit skabies, biasanya ditemukan anggota keluarga lain,

tetangga atau juga yang menderita, atau mempunyai keluhan dan gejala

yang sama.2

(f) Pola kehidupan sehari-hari

Penyakit skabies terjadi karena hygiene pribadi yang buruk atau

kurang (kebiasaan mandi, cuci tangan, dan ganti baju yang tidak baik).

Pada saat anamnesis, perlu ditanya secara jelas tentang pola kebersihan

diri penderita maupun keluarga. Dengan adanya rasa gatal di malam hari,

tidur penderita sering terganggu. Lesi dan bau yang tidak sedap, yang

tercium dari sela-sela jari atau telapak tangan akan menimbulkan

gangguan aktivitas dan interaksi sosial.2,18

2) Pemeriksaan fisik

Pada pemerikasan fisik didapatkan kelainan berupa :

(a) Terowongan berupa garis hitam, lurus, berkelok, atau terputus-putus

berbentuk benang.18

(b) Papula, urtika, ekskoriasi dalam perubahan ekzematous ialah lesi-lesi

sekunder yang disebabkan sensitisasi parasi, serta ditemukan

eksantem.18

(c) Terlihat infeksi bakteri sekunder dengan impetiginasi dan

furunkolosis.1 Lokasi biasanya pada tempat dengan stratum korneum

Yang tipis seperti: sele-sela jari tangan, pergelangan tangan barian

volar, siku bagian luar, lipatan ketiak bagian depan, areola mammae
16

(wanita), umbilikus, bokong, genetalia eksterna (pia) dan perut bagian

bawah. Pada bayi dapat meyerang telapak tangan dan kaki bahkan

diseluruh permukaan kulit, sedangkan pada remaja dan dewasa dapat

timbul pada kulit kepala dan wajah.20

3) Pemeriksaan penunjang

(a) Kerokan kulit

Minyak mineral diteteskan di atas papul atau terowongan baru yang

masih utuh, kemudian kerok dengan menggunakan scapel steril untuk

mengangakt atap papul atau terowongan, lalu diletakan di atas gelas

objek, di tutup dengan gelas penutu, dan diperikas di bawah mikroskop.

Hasil positif apabila tampak tungau, telur, larva, atau skibala. 1,2

(b) Mengambil tungau dengan jarum

Jarum dimasukan ke dalam terowongan pada bagian yang gelap,lalu

digerakan secara tangensial. Tungau akan memegang ujung jarum dan

dapat di angkat keluar.2,15

(c) Epidermal shave biopsi

Mencari terowongan atau papul yang dicurigai pada sela jari atara ibu

jari telunjuk, lalu dengan hati-hati diiris pada puncak lesi dengan scalpwl

no.16 yang dilakukan sejajar dengan permukaan kulit. Biopsi dilakukan

sangat superficial sehingga tidak terjadi perdarahan dan tidak memerlukan

anastesis. Spesimen kemudian diletakkan pada gelas objek, lalu ditetesi

minyak mineral dan periksa dibawah mikroskop.2,15

(d) Tes tinta Burrow


17

Papul skabies dilapisi dengan tinta pena, kemudian segera dihapus

dengan alkohol. Jejak terowongan akan nampak sebagai garis yang

karakteristik berkelok-kelok karena adanya tinta yang masuk.2,20

(e) Kuretase terowongan

Kuretase superficial sepanjang sumbu terowongan atau pada puncak

papul, lalu kerokan diperiksa dibawah mikroskop setelah ditetesi minyak

mineral.21

(f) Apusan kulit

Kulit dibersihkan dengan eter, kemudian diletakan selotip pada lesi

dan diangkat dengan gerakan cepat. Selotipe kemudian diletakan di atas

gelas objek enam buah dari lesi yang sama pada satu gelas objek dan

diperiksa dengan mikroskop.21,22

Beberapa tungau dalam stratum Tampak seekor tungau. Spongiosis

korneum yang hyperkeratosis. Epidermis eosinofilik mungkin ada (dengan

tampak spongiosa (dengan pewarnaan pewarnaan H.E, pembesaran 400x)

H.E, pembesaran 100x)

Gambar 4. Gambaran mikroskopis pada pasien skabies.18

(Sumber: Currie BJ. 2007).


18

i. Penatalaksanaan

1) Belerang endap ( sulfur presipitatum ) dengan kadar 4-20% dalam

bentuk salap atau krim. Preparat ini karena tidak efektif terhadap

stadium telur, maka penggunaan dilakukan dilakukan selama 3 hari

berturut-turut. Kekurangan yang lain ialah berbau dan mengotori serta

kadang-kadang menimbulkan iritasi. Dapat dipakai pada bayi berumur

kurang dari 2 tahun.23

2) Emulsi benzil-benzoas ( 20-25%), efektif terhadap semua stadium,

diberikan setiap malam selama 3 hari. Obat ini sulit diperoleh, sering

memberikan iritasi, dan kadang-kadang makin gatal dan panas

setelah dipakai.2,23

3) Gama benzena heksa klorida ( gemeksan= gammexane ) karadarnya

1% dalam krim atau losio, termasuk obat pilihan karen efektif terhadap

semua stadium, mudah digunakan, dan jarang memberi iritas. Obat ini

tidak dianjurkan pada pasien di bawah 6 tahun dan ibu hamil karena

toksis terhadap susunan saraf pusat. Pemberian cukup sekali, kecuali

jika masalah ada gejala, diulangi seminggu kemudian.23

4) Krotamiton 10% dalam krim atau losio juga merupakan obat pilihan,

mempunyai dua efek sebagai antiskabies dan antigatal; harus

dijauhkan dari mata, mulut dan uretra.22,23

5) Permetrin dengan kadar 5% dalam krim, efektivitas sama, aplikasi

hanya sekali, dan dibersihkan dengan mandi setelah 8-10 jam.


19

Pengobatan diulangi setelah seminggu. Tidak dianjurkan pada bayi

dibawah umur 2 bulan.23,24

j. Komplikasi

Infeksi sekunder pada skabies merupakan akibat dari infeksi bakteri

atau karena garukan. Keduanya mendominasi gambaran klinis yang ada.

Erosi merupakan tanda yang paling sering muncul pada lesi sekunder.

Infeksi sekunder dapat ditandai dengan munculnya pustule, supurasi dan

ulkus. Selain itu dapat muncul eritema, skuama dan semua tanda

inflamasi lain pada eczema sebagai respon imun tubuh yang kuat terdapat

iritan. Nodul-nodul muncul pada daerah yang tertutup seperti bokong,

skrotum, inguinal, penis dan axilla. Infeksi sekunder lokal sebagian besar

disebabkan oleh staphylococcus aureus dan menyerupai respon yang

bagus terhadap topikal atau antibiotik oral, tergantung tingkat

pyodermanya. Selain itu, limfangitis dan septiksemia dapat juga terjadi

terutama pada skabies norwegian, post-streptococcal glomerulonephritis

bisa terjadi karena skabies-induced pyodermas yang disebabkan oleh

streptococcus pyogen.25

k. Prognosis

Dengan memperhatikan pilihan dan cara pemakaian obat, serta syarat

pengobatan dan mengilangkan faktor prediposisi, antara lain higiene,


20

serta semua orang yang berkontak erat dengan pasien harus diobati,

maka penyakit ini dapat diberantas dan prognosis baik.

l. Pengendalian

Untuk melakukan pengendalian terhadap skabies, orang-orang yang

kontak langsung atau dekat dengan penderita harus diterapi topical

skabisid. Terapi pencegahan ini harus diberikan untuk mencegah

penyebaran skabies karena seseorang mungkin saja telah mengandung

tungau skabies yang masih dalam periode inkubasi asimptomatik.26

Selain itu untuk mencegah terjadinya reinfeksi melalui sprei, bantal,

handuk dan pakaian yang digunakan dalam 5 hari terakhir, harus dicuci

bersih dan dikeringkan dengan udara panas karena tungau skabies dapat

hidup hingga 3 hari diluar kulit, karpet dan kain pelapis lainnya sehingga

harus dibersihkan (vacuum cleaner).26

2. Profil penyakit skabies

a. Profil demografi

1) Usia

Adapun hubungan antara kejadian frekuensi penyakit dengan usia

biasanya dinyatakan dalam bentuk age specific incidence maupun

prevalence (angka kejadian umur khusus ) yakini jumlah kejadian suatu

penyakit pada suatu kelompok umur tertentu dengan semua usia.17

Penyakit skabies ini juga banyak dijumpai pada pasien dan usia dewasa
21

muda hal ini disebabkan karena pasien-pasien dan remaja memiliki tingkat

kerentanan yang tinggi karena mereka belum telaten merawat diri serta

belum memiliki pengalaman.

2) Jenis kelamin

Jenis kelamin merupakan salah satu variabel deskriptif yang dapat

memberikan perbedaan kejadian laki-laki dan perempuan. Dalam

perbedaan kejadian penyakit berdasarkan kelamin ini memiliki resiko yang

berbeda terhadap kejadian skabies, berdasarkan penelitian yang

diperoleh dari klinik penyakit kulit dan kelamin Rumah Sakit Palang Merah

Indonesia (RS PMI) Bogor didapatkan perbandingan penderita laki-laki

dan perempuan yaitu 83,7% : 18,3%.17

3) Tingkat pendidikan

Tingkat pendidikan adalah suatu proses pengembangan diri dari suatu

individu. Pada umumnya semakin rendah tingkat pendidikan pada

masyarakat maka tingkat pengetahuan tentang personal higienis juga

semakin rendah. Akibatnya mayarakat menjadi kurang peduli tentang

pentingnya personal higienis dan perannya terhadap penyebaran penyakit

khususnya informasi tentang penyakit skabies.28


22

4) Status gizi

Status gizi adalah suatu kondisi gizi manusia yang dihitung

berdasarkan kondisi fisik manusia. Status gizi yang buruk dapat

menyebabkan tingkat imunitas individu menurun dan akhirnya

meningkatkan kejadian suatu penyakit dalam diri individu maupun

komunitas. Ini di sebabkan juga oleh status ekomomi yang rendah dan

dihubungkan dengan buruknya status gizi.

5) Kebiasaan

Perilaku hidup bersih dan sehat merupakan kebiasaan untuk

menerapkan kebiasaan yang baik, bersih dan sehat secara berhasil dan

berdaya guna baik dirumah tangga, institusi-institusi maupun tempat-

tempat umum. Kebiasaan menyangkut pinjaman meminjam yang dapat

mempengaruhi timbulnya penyakiit menular seperti baju, sabun mandi,

handuk, sisir haruslah dihindari.14,27

Salah satu penyebab dari kejadian skabies adalah pakaian yang

kurang bersih dan saling bertukar-tukar pakaian dengan keluarga yang

menderita skabies. Pada penelitian yang dilakukan di institute pendidikan

dhaka bangladesh menyatakan bahwa kejaian skabies dipengaruhi oleh

perilaku yang buruk, yaitu 25% mandi 1x sehari, 21% memakai handuk

bersama, 8% melakukan pinjam meminjam pakaian dalam, 30% tidur

dalam satu tempat tidur yang sama, dan 81% menyimpan pakaian yang

sudah digunakan.14,
23

B. Kerangka Teori

Pada kerangka teori dibawa ini, dapat dijelaskan bahwa terjadinya

penyakit skabies dipengaruhi oleh host, agent (tungau) dan enviroment

(lingkungan dan pakaian). Dimulai dengan agent (Tungau Sarcoptes

Scabie) yang berperan pada awal mulanya penyakit skabies. Kekebalan

tubuh seseorang dipengaruhi oleh nutrisi sedangkan nutrisi dipengaruhi

oleh intake makanan sesuai dengan pola makan dengan usia.

Tempat tinggal mempengaruhi terjadinya skabies yang dapat kita liat

dari keadaan rumah serta lingkungan sekitar. Kemudian kita liat tingkat

pendidikan pada orang tua yang rendah juga merupakan salah satu faktor

yang berkontribusi terhadap kejadian skabies pada penderita karana

semakin rendah tingkat pendidikan seseorang maka tingkat pengetahuan

tentang kebiasaan (personal higiene) juga semakin rendah, akibatnya

menjadi kurang peduli tentang pentingnya personal higiene.

Pada penelitian ini, peneliti merasa perlu untuk meneliiti beberapa

profil yang dapat mempengaruhi terjadinya skabies, yaitu profil demografi

(usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan), higiene, lingkungan penderita

skabies dan riwayat keluarga.


24
25

C. Kerangka Konsep

Usia Jenis Tingkat Higiene Sanitasi Riwayat


Kelamin Pendidikan Lingkungan Keluarga

Penderita
Scabies di RSU
Anutapura tahun Tungau Sarcoptei Scabei
A Angka Kejadian
2017
Epidermismenginduksi
Scabies
Antibodi IgE  Terjadi reaksi
Penderita
Scabies di RSUD Hipersensivitas tipe cepat
Undata palu tahun
2017

V Variabel Bebas
V

Variabel Tergantung
V

Variabel Antara
V

Variabel Kendali

Gambar 6. Kerangka Konsep


26

D. Definisi Oprerasional

a. Penderita skabies

Yang dimaksud dengan penderita skabies dalam penelian ini adalah

penderita skabies yang telah terdiagnosis oleh dokter spesialis penyakit

kulit dan kelamin di wilayah kerja puskesmas Kamonji yang memasuki

kriteria inklusif dan tidak memiliki kriteria ekslusif.

b. Usia

Yang dimaksud dengan usia pada penelitian ini adalah pasien-pasien

yang menderita skabies. Data diperoleh dari rekam medis kemudian ditulis

pada lembar kuisioner dan case repot, yang disesuaikan dengan

kelompok usia menurut WHO (World Health Organiz) 2015.

Kriteria objek :

1. 0 – 17 tahun : Pasien-pasien di bawah umur


2. 18 – 65 tahun : Pemuda
3. 66 – 79 tahun : Setengah baya
4. 80 – 99 tahun : Orang tua
5. 100 tahun ke atas : Orang tua berusia panjang

c. Jenis kelamin

Yang dimaksud denggan jenis kelamin padda penelitian ini adalah

dibedakan menjadi laki-laki perempuan, data diperoleh melauli status


27

pasien kemudian ditulis pada digit 2 nomor kode subyek pada lebaran

kuisioner dan case report oleh peneliti, dengan kriteria objektif:

1. Laki-laki

2. Perempuan

d. Tingkat Pendidikan

Yang dimaksud dengan tingkat pendidikan pada penelitian ini adalah

pendidikan formal terakhir yang sudah dilewati atau yang pernah dicapai

oleh subyek. Data diperoleh dari rekam medis kemudian diisi pada

lembaran kuisioner oleh penelitian.

Kriteria Objek :

1. Tidak sekolah

2. Belum sekolah

3. SD (Sekolah Dasar)

4. SMP (Sekolah Menegah Pertama)

5. SMA (Sekolah Menegah Atas)

6. Perguruan Tinggi

e. Higiene

Yang dimaksud dengan higiene pada penderita skabies dalam

penelitian ini adalah tinggkat kebersihan diri dari individu dan dari orang

disekitarnya.
28

f. Lingkungan

Yang dimaksud dengan lingkungan pada penderita skabies dalam

penelitian ini adalah tempat tinggal penderita dan lingkungan disekitar

penderita skabies.

g. Riwayat keluarga

Yang dimaksud dengan riwayat keluarga pada penelitian ini adalah

terdapat anggota keluarga dekat dalam satu rumah atau tinggal bersama

menderita penyakit yang sama. Data diperoleh dari rekam medis

kemudian diisi pada lembar kuisioner oleh peneliti, dengan kriteria objektif:

1. Ada riwayat keluarga

2. Tidak ada riwayat keluarga


DAFTAR PUSTAKA

Ariza L., Walter B., Worth C. Brockmann, Weber M.L., & et al. (2012).
Investigation of a scabies outbreak in kindergarten in constance
germany. Eur J. Clin Microbial Infect Dis (DOI) 10,1007-1096.

Azizah I.N. & Setiyowati W. (2011). Hubungan tingkat pengetahuan ibu


pemulung tentang personal hygiene dengan kejadian skabies pada
balita di tempat pembuangan akhir kota semarang. Dinamika
Kebidanan 1, 1-5.

Bandi K.M. & Saikumar C. (2012). Sarcoptic mange-a zoonotic


ectoparasitic skin disease. Journal of Clinical and Diagnostic Research
4839, 1-2.

Baur B, Sarkar J, Manna N, et al.. The pattern of dermatological disorder


among patient \s attending the skin O.P.D of a tertiary care hospital in
Kolkata India. 2013, Journal of Dental and Medical Science (diakses
24 Januari 2017) From :http://iosrjournals.org/iosjdms/.

Barker F. Scabies management. Paediatr Child Health. 2010;6:775-7.

Beegs J, ed. 2012. Scabies Prevention and Control Manual. Michigan:


Michigan Departement of Community Health Scabies Prevention and
Control Manual.

Buku Arsip Jumlah Penderita Tahunan Rumah Sakit Umum Daerah


Undata Palu dan Rumah Sakit Umum Anutapura Palu, 2016.

Currie B.J, et al. 2010. Clinical Microbiology Reviews: Problems in


Diagnosting Scabies, a Global Disease in Human and Animal
Populations.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Sistem Kesehatan


Nasional. Jakarta.
Dinas Kesehatan Kota Padang. 2010. Profil Kesehatan Kota Padang
2010.

Djuanda, Adhi. T.N (Ed),. Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi
keempat. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013.

Emodiet, I.J. et al., Skin disease among sttending the out patient clinic of
the University of Nigeria teaching hospital, Enug. 2013. (diakses 22
Januari 2017)From: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/ PMC.

Gunawan IMES. Profil skabies di Poliklinik Kulit dan Kelamin RSU Prof.
Dr. R. D. Kandou Manado periode Januari – Desember 2012 [Skipsi].
Manado: FK Unsrat, 2013.

Gunning, K, Pipitt, K, Kiraly, B. 2012. ‘Pediculosis and scabies : A


Treatment Update. American Family Physician, Vol. 86, No. 6, Hal.
535. (diakses 27 Januari 2017) From : Http://www.aafp.org/2
012/0915/p535.html.

Habif TP. Hodgson S. Clinical Dermatology Ed.4, London Moshy; 2010. P.


497-506.

Hill, Mc Graw. Companies. Flitzpatrick’s Dermatology in General Medicine.


7 th. 2010.

http://www.nejm.org/doi/pdf/10.1056/NEJMcp052784. (diakses 27 Januari


2017)

http://www.michigan.gov/documents/scabies_manual_130866_7.pdf.
(diakses 22 Januari 2017).

http://erabaru.net/2015/08/19/who-mengeluarkan-kriteria-baru-kelompok-
usia/ (Diakses 13 November 2017).

Johnston G. and Sladden M., 2013. Scabies: Diagnosis And Treatment.


British Medical Journal, 331:619-622.
Khotimah, K. 2011. Beberapa faktor yang berhubungan dengan kejadian
skabies di pondok pesantren nurul hikmah tahun 2011. skripsi.
semarang. UNDIP.

Kline K., James S. McCarthy, Pearson M, Loukas A., & Hotez P. (2013).
Neglected tropical diseases of oceania: review of their prevalence,
distribution, and opportunities for control. Plos neglected tropical
diseases, 7, 17-55.

Murtiastutik D. Buku Ajar Infeksi Menular Seksual : Skabies. Edisi 1.


Surabaya : Airlangga University Press. 2005 : 202-208.

Muin.,R. Hubungan umur, pendidikan, jenis kelamin dan kepadatan


hunian ruang tidur terhadap kejadian skabies. FKM. Skripsi,
Universitas Muhammadiyah Surakarta. 2011. (diakses 4 Februari
2016) From : Http://ep rints.ums.ac.id/24180/10/02._NASKAH_PU
BLIKASI.pdf.

Natoatmodjo, Soekidjo. 2012. Promosi Kesehatan dan Perilaku


Kesehatan, Jakarta ; Rineka Cipta.

Rohmawati, N, R. Hubungan antara faktor pengetahuan dan perilaku


dengan kejadian skabies di pondok pesantren Al Muayyad Surakarta,
Skripsi, Universitas Muhammad Surakarta 2011.

Siregar, R.S., 2010. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Jakarta:


Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Sudirman, T. Scabies : Masalah Diagnosis dan Pengobatan Majalah


Kesehatan Damianus. Vol.5, 2013.

World Health Organization. Adolescent Health, WHO. 2014. (diakses 20


Januari 2017) From http://www.who.int//topics/adolescent_health/.

Zayyid, M.M. et al.,. Prevalence of scabies and head lice among children
in a welfare home in Pulau Pinang Malaysia (serial online) 2013.
29

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Metode yang digunakan adalah metode Deskriptif Kategorik dengan

mengunakan cross sectional di Wilayah Kerja Puskesmas Kamonji tahun

2018.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Tempat Penelitian

Tempat penelitian ini dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Kamonji

Kota Palu, Provinsi Sulawesi Tengah.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan tahun 2018.


30

C. Populasi dan Subyek Penelitian

1. Populasi

Pasien yang datang berobat jalan di Wilayah Kerja Puskesmas

Kamonji pada tahun 2018 yang di diagnosis menderita skabies oleh dokter

umum.

2. Subyek Penelitian

Pasien yang datang berobat jalan di Wilayah Kerja Puskesmas

Kamonji pada tahun 2018 yang didiagnosis menderita skabies oleh dokter

umum yang memenuhi kriteria penelitian.

D. Kriteria Inklusi dan Ekslusi

a. Kriteria Inklusi

1) Semua pasien yang berobat di Wilayah Kerja Puskesmas Kamonji

yang di diagnosis menderita skabies oleh dokter umum.

2) Penderita perempuan dan laki-laki.

3) Variable yang akan diteliti terdapat didalam medical record.

b. Kriteria Ekslusi

1) Menderita hipersensitif.

2) Variable yang akan diteliti tidak ditemukan didalam medical record.


31

E. Besar Sampel

Penelitian ini bersifat deskriptif kategorik, maka besar sampel yang

dibutuhkan berdasarkan perhitungan dengan rumus Teknik Slovin.

Rumus yang digunakan:

Ket: N = Besar Populasi

n = Besar Sampel

nilai e = Tingkat kepercayaan atau ketepatan yang diinginkan

Diketahui Besar Populasi pasien yang menderita skabies yang


berobat di Wilayah Kerja Puskesmas Kamonji tahun 2016 berjumlah 229
orang.

Jadi, Sampel yang dibutuhkan adalah 70 orang penderita skabies


yang berobat di Wilayah Kerja Puskesmas Kamonji.

F. Cara Pengambilan Sampel

Pada penelitian ini cara pengambilan sampel adalah dengan melihat


data subyek pada medical record tahun 2018 dan metode pengambilan
mengunakan cara “consecutive sampling” yaitu penderita skabies yang
berobat di Wilayah Kerja Puskesmas Kamonji.
32

G. Alur Penelitian

Penderita skabies di Wilayah Kerja


Puskesmas Kamonji

Didapatkan dari Medical Surat Izin


Record

Subyek Penelitian Kriteria Inklusi

Pengambilan Data
Usia, jenis kelamin, tingkat
pendidikan, higine,
lingkungan penderita
skabies dan riwayat keluarga

Pengumpulan Data

Analisis Data

Penulisan Hasil

Penyajian Hasil SPSS

Gambar 7. Alur Penelitian


33

H. Prosedur Penelitian

1. Populasi yang akan diteliti adalah semua penderita skabies yang

didiagnosis oleh dokter di Wilayah Kerja Puskesmas Kamonji.

2. Data didapatkan dari rekam medik puskesmas kamonji yang di

diagnosis oleh dokter menderita skabies tahun 2018 setelah

mendapatkan izin dari di Wilayah Kerja Puskesmas Kamonji.

3. Subyek penelitian yang memenuhi kriteria inklusi dan tidak memiliki

kreetiria eksklusi akan diikutikan dalam penelitian.

4. Selanjutnya melakukan pengambilan data dengan wawancara dan

pengisian case report tentang usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan,

higiene, lingkungan penderita skabies dan riwayat keluarga.

5. Semua data yang telah terkumpul akan di input ke dalam komputer

dalam tabel untuk analisa deskriptif.

6. Selanjutnya akan dilakukan pengolahan dan analisa data lebih lanjut

dengan menggunakan program SPSS.

7. Setelah analisa data selesai, penelitian mempersiapkan untuk

melakukan penulisan hasil.

8. Selanjutnya diseminarkan pada penyajian hasil.


34

I. Analisis Data

Menggunakan deskriptif Kategorik dan Numerik dengan hasil berupa


frekuensi dan presentase (proporsi) yang dapat disajikan dalam bentuk
tabel maupun grafik.

J. Aspek Etika

Penelitian ini memiliki implikasi etika karena :


1) Semua data subyek diambil dari medical record.
2) Penelitian ini tidak memberikan dampak negative karena hanya
menggunakan data sekunder .
3) Penelitian ini tidak dipunggut biaya.
35

BAB IV

Lampiran

A. LAMPIRAN 1. Jadwal Penelitian

TIME TABLE PENELITIAN


2018
NO Kegiatan 2013 2014 2015 2016 2017
1 2 3 4 5 6 7 8
I Persiapan
1 Pembuatan Proposal
2 Seminar Proposal
3 Pengurusan Izin
4 Pengurusan Rekomendasi Etik
5 Persiapan Alat
6 Perbaikan
II Pelaksanaan
1 Pengambilan Data
2 Pemasukan Data
3 Analisis Data
4 Penulisan Laporan
III Pelaporan
1 Progres Report
2 Seminar Hasil
3 Perbaikan Laporan
4 Ujian Skripsi
37

B. Lampiran 2. Informed Consent

a. Naskah Penjelasan Untuk Responden

Naskah Penjelasan untuk Subyek

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh / Selamat pagi / siang

/ sore, Saya Julaika ingin melakukan penelitian tentang penyakit kudis.

Kudis merupakan suatu kondisi kulit yang diakibatkan oleh tungau / kutu

yang memberikan gejala seperti gatal yang hebat pada waktu malam hari

di celah-celah jari, bagian punggung dan alat kelamin. Kudis ini sendiri

menjadi masalah umum di dunia yang mengenai hampir semua golongan

usia, ras, dan kelompok sosial ekonomi.

Itulah sebabnya saya ingin melakukan penelitian ini, yang bertujuan

untuk mengetahui profil penderita kudis. Hasil penelitian ini diharapkan

dapat mengurangi kejadian penyakit kudis, karena dengan mengetahui

profil penderita kudis, kejadian tersebut dapat dilakukan dengan

pencegahan.

Semua penderita yang direncpasienan akan menjalani pemeriksaan,

termasuk ibu, bapak, saudara, saudari, saya harapkan dapat ikut pada

penelitian saya ini. Memang tak ada keuntungan langsung bagi ibu,

bapak, saudara, saudari tetapi dapat membantu menghindarkan banyak

orang lain dari kejadian penyakit kudis.


38

Jika ibu, bapak, saudara, saudari setuju untuk berpartisipasi, saya

akan menanyakan beberapa hal, antara lain data pribadi pasien-pasien

dari ibu, bapak, saudara, saudari dan beberapa pertanyaan mengenai

kudis. Semua yang akan saya lakukan, Insya Allah, tidak akan

mengganggu kesehatan maupun perasaan Ibu dan bapak, saudara,

saudari.

Pada saat pemeriksaan, saya akan mendampingi ibu dan bapak,

saudara, saudari dan memperhatikan serta mencatat apa saja yang

dilakukan oleh dokter Ahli Kulit dan Kelamin pada saat pemeriksaan,

termasuk semua alat yang digunakan.

Penelitian ini tidak menimbulkan efek apapun pada ibu dan bapak,

saudara, saudari karena saya hanya akan melakukan tanya jawab dengan

responden yaitu ibu dan bapak, saudara, saudari.

Keuntungan mengikuti penelitian ini, adalah bahwa anda dapat

memberikan kontribusi bagi peningkatan mutu Rumah Sakit kedepannya

dan bagi pasien-pasien yang telah di diagnosis menderita kudis sehingga

dapat dilakukan pencegahan. Sehingga tidak ada lagi kesakitan yang

bertambah, biaya bertambah, dan lamanya hari perawatan yang

bertambah. Ibu, bapak, saudara, saudari tidak dikenakan biaya apapun

dalam mengikuti penelitian ini. Semua biaya yang ada hubungannya

dengan penelitian ini akan ditanggung oleh peneliti.


39

Disamping itu memberikan manfaat yang besar bagi ilmu pengetahuan,

karena bertambah informasi mengenai profil penderita kudis. Karena itu

kami akan sangat menghargai keikutsertaan dan kepedulian ibu, bapak,

saudara, saudari terhadap pengembangan ilmu kedokteran.

Sekali lagi perlu ibu, bapak, saudara, saudari ketahui, bahwa keikut

sertaan anda dalam penelitian ini bersifat sukarela tanpa paksaan,

sehingga anda mempunyai hak untuk menolak ikut dalam penelitian ini.

Demikian juga bila terjadi hal-hal yang tidak memungkinkan anda untuk

terus ikut dalam penelitian ini, atau merasa tidak bersedia lagi ikut, maka

berhak untuk mengundurkan diri. Penolakan atau pengunduran diri Ibu,

bapak, saudara, saudari tersebut tidak mempengaruhi pelayanan

kesehatan yang seharusnya anda dapatkan.

Bila ibu, bapak, saudara, saudari merasa masih ada hal yang belum

jelas atau belum dimengerti dengan baik, maka anda dapat menanyakan

atau minta penjelasan pada saya : Julaika (telpon 081241413595)

DISETUJUI OLEH
Identitas peneliti
KOMISI ETIK PENELITIAN
Nama : Julaika KESEHATAN
Alamat : Jln. Langsat FAK. KEDOKTERAN UNHAS
Telepon : HP. 081241413595
TGL. ............................
40

b. Formulir Persetujuan Dari Responden

FORMULIR PERSETUJUAN MENGIKUTI PENELITIAN SETELAH


MENDAPAT PENJELASAN

Saya yang bertandatangan dibawah ini :

No kode :

Setelah mendengar/membaca dan mengerti penjelasan yang diberikan


mengenai tujuan, manfaat apa yang akan dilakukan pada penelitian ini.
Saya dengan ini menyetujui semua data Saya yang dihasilkan pada
penelitian ini disajikan dalam bentuk lisan maupun tulisan.

Saya mengerti bahwa dari semua hal yang dilakukan saudara Julaika
kepada saya hanya menanyakan beberapa pertanyaan mengenai
penyakit saja yang tidak menyebabkan masalah.

Saya tahu bahwa keikut sertaan Saya ini bersifat sukarela tanpa
paksaan, sehingga Saya bisa menolak ikut atau mengundurkan diri dari
penelitian ini tanpa kehilangan hak Saya untuk mendapat pelayanan
kesehatan. Saya berhak bertanya atau meminta penjelasan pada peneliti
bila masih ada hal yang belum jelas atau masih ada hal yang ingin Saya
ketahui tentang penelitian ini.

Saya juga mengerti bahwa semua biaya yang dikeluarkan sehubungan


dengan penelitian ini, akan ditanggung oleh peneliti.
41

Tanda Tangan Tgl/Bln/Thn

Pasien .......................... ..................

Saksi 1 .......................... ..................

Saksi 2 .......................... ..................

Tempat memperoleh tambahan


DISETUJUI OLEH

informasi : KOMISI ETIK PENELITIAN


KESEHATAN
Nama : Julaika
Alamat : Jln. Langsat FAK. KEDOKTERAN UNHAS
Telepon : HP. 081241413595 TGL. .............................
42

Formulir Persetujuan Orang Tua / Wali


FORMULIR PERSETUJUAN MENGIKUTI PENELITIAN SETELAH
MENDAPAT PENJELASAN

Saya yang bertandatangan dibawah ini :

No kode :

Setelah mendengar dan membaca penjelasan tentang penelitian


tersebut, saya mengerti apa yang telah akan dilakukan, tujuan, serta
manfaat dalam penelitian tersebut. Saya mengerti bahwa apa yang
dilakukan pada pasien saya tidak berbahaya dan keterangan tentang
keluarga saya dirahasiakan. Saya juga mengerti akan hak dan kewajiban
saya. Saya selaku orang tua/wali mengizinkan pasien saya untuk ikut
dalam penelitian ini yang bersifat sukarela dan tanpa paksaan. Setelah
mendengar dan membaca penjelasan tentang penelitian ini, saya juga
setuju semua data saya dilampirkan dengan tanpa nama, baik secara
tertulis maupun secara lisan.

Persetujuan ini saya berikan tanpa paksaan dan saya tahu bahwa saya
punya hak untuk menolak mengizinkan pasien saya ikut dalam penelitian
ini, tanpa rasa takut ataupun tekanan dari pihak tertentu. Saya juga
mengetahui bahwa saya memiliki hak untuk bertanya dan mendapatkan
informasi bila ada yang ingin saya tanyakan kembali mengenai penelitian
ini.
43

Tanda Tangan Tgl/Bln/Thn

Orang tua/Wali .......................... ..................

Saksi 1 .......................... ..................

Saksi 2 .......................... ..................

Tempat memperoleh tambahan


DISETUJUI OLEH

informasi : KOMISI ETIK PENELITIAN


KESEHATAN
Nama : Julaika
Alamat : Jln. Langsat FAK. KEDOKTERAN UNHAS
Telepon : HP. 081241413595 TGL. ..............................
44

C. LAMPIRAN 3. Daftar Tim dan Biodata Peneliti

DAFTAR TIM PENELITI

Kedudukan
No Nama Keahlian
Dalam Penelitian

Status Mahasiswa
1. Julaika Peneliti Utama
PSPD Unisa Palu

Dokter Spesialis Kulit


dan Kelamin dan
2. dr. Seniwaty Ismail Rekan Peneliti Dosen Fakultas
Sp.KK
Kedokteran Universitas
Al-khairaat
Dokter Umum dan
Dosen Fakultas
3. dr. Salma Suciaty Rekan Peneliti
Kedokteran Universitas
Al-khairaat

BIODATA PENELITI

1. DATA PRIBADI

Nama : Julaika
Tempat tanggal lahir : Bacan, 5 Mei 1995
Pekerjaan : Mahasiswa
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Kewarganegaraan : Indonesia
Alamat : Jln. Langsat
45

2. RIWAYAT KELUARGA

Nama ayah : Abdullah Fuad

Nama ibu : Djabida Yasin

Saudara : 1. Hamid Addullah

2. Rugaya Abdullah

3. Faruk Abdullah

3. PENDIDIKAN

1. SD Inpres Bertingkat Mandaong tahun 2001-2007.

2. SMP Al-Khairaat Labuha tahun 2007-2010.

3. SMA Negeri 1 Bacan tahun 2010-2013.

4. Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Al-

Khairaat Palu 2013-sekarang.

4. ORGANISASI

1. Asian Medical Student Association (AMSA) FK Unisa periode

2015-2016.
46

D. LAMPIRAN 4. Formulir – formulir

a. Formulir kuesioner
KUESIONER PENELITIAN
Profil penderita skabies yang berobat di Wilayah Kerja Puskesmas
Kamonji Kota Palu

Tanggal :

Pewawancara :

No. Responden :

Wawancara
Profil Responden

1. Usia (dalam tahun sesuai KTP)

1. 0 – 17 tahun : Pasien-pasien di bawah umur

2. 18 – 65 tahun : Pemuda

3. 66 – 79 tahun : Setengah baya

4. 80 – 99 tahun : Orang tua

5. 100 tahun ke atas : Orang tua berusia panjang

2. Jenis kelamin

1) Laki – laki

2) Perempuan

3. Tingkat Pendidikan

1. Tidak Sekolah

2. SD (Sekolah Dasar)
47

3. SMP (Sekolah Menengah Pertama)

4. SMA (Sekolah Menengah Atas)

5. Perguruan Tinggi
48

b. Laporan Kasus (Case Report)

CASE REPORT
Laporan Kasus Penelitian
Profil penderita skabies yang berobat di Wilayah Kerja Puskesmas
Kamonji Kota Palu

1. REGISTRASI
Tempat Yankes : Puskesmas Kamonji
Tgl. Masuk RS. : …………………………………………………

Tgl Pemeriksaan : …………………………………………………

Pemeriksa

2. DATA RESPONDEN

No. Kode Responden :

A. Anamnesis

1. Apakah anda merasakan gatal-gatal pada malam hari?


1. Ya 2. Tidak

2. Apakah anda sering bertukar pakaian dengan orang lain ?


1. Ya 2. Tidak

3. Apakah ada keluarga anda yang menderita penyakit yang sama?


1. Ya 2. Tidak

4. Apakah anda menderita penyakit kulit yang lain (infeksi sekunder)?


1. Ya 2. Tidak

5. Apakah anda mandi 2 kali sehari?


49

1. Ya 2. Tidak

6. Jika ya, apakah anda mengganti pakaian 2 kali sehari?


1. Ya 2. Tidak

7. Apakah teman pernah tidur ditempat tidur anda sendiri ?


1. Ya 2. Tidak

8. Apakah tempat tidur/seprei yang anda gunakan untuk tidur


digunakan untuk bersama-sama?
1. Ya 2. Tidak
50

B. LAMPIRAN 5. Daftar Alat Yang Digunakan

DAFTAR ALAT YANG DIGUNAKAN

NO NAMA ALAT SATUAN JUMLAH

1. Medical Record - 1

2. Kuesioner Eksemplar 62

3. Case Report Eksemplar 62


51

C. LAMPIRAN 6. Rincian Anggaran dan Sumber Dana

RINCIAN ANGGARAN DAN SUMBER DANA

Sumber
No Anggaran Jumlah
Dana

1 Biaya Pembuatan Proposal Rp. 50.500,-

2 Biaya Administrasi Rp. 250.000,-

Biaya Pengambilan Data


3 Rp. 50.000,-
Sekunder

4 Transportasi Rp. 225.600,-


Mandiri
ATK
- Kertas 4 rim Rp. 260.000,-
5 - Tinta print Rp. 60.500,-
- Printer Ink Cartridges Rp. 200.000,-

Honorarium
6 Rp. 100.000,-
Untuk 1 pembantu peneliti

7 Lain-lain Rp. 120.000,-


TOTAL BIAYA Rp. 1.316.600,-

Anda mungkin juga menyukai