Anda di halaman 1dari 12

Nama : Eva Amanda Rahmawati

NPM : 1102007103

I Memahami dan Menjelaskan Karsinoma Hepatoseluler

1.1 Definisi Karsinoma Hepatoseluler

Karsinoma hepatoseluler (hepatocelluler carcinoma=HCC) merupakan tumor ganas


hati primer yang berasal dari hepatosit, demikian pula dengan karsinoma fibromelar dan
hepatoblastoma.

1.2 Epidemiologi Karsinoma Hepatoseluler

Di Eropa Utara, Inggris, dan Amerika, tumor ganas ini relatif jarang ditemukan, berkisar
1 – 2 per 100.000 penduduk. Insidens tertinggi di benua Afrika, terutama di selatan gurun
Sahara. Insidensnya mencapai 98% kasus per 100.000 penduduk. Negara asia tenggara
khususnya Cina, Korea, dan Jepang juga memiliki insidens cukup tinggi, mencapai lebih dari
20% kasus per 100.000 penduduk.

Rerata usia tersering di negara barat pada usia 55 – 65 tahun, India 35 – 40 tahun, dan di
Mozambique 25 – 30 tahun, lebih sering pada pria dibanding wanita dengan insidens 4:1 dan
mencapai 8:1 pada daerah insidens tinggi.

1.3 Etiologi Karsinoma Hepatoseluler

Penyebab karsinoma hepatoseluler sampai sekarang belum diketahui secara pasti. Namun
karsinoma hepatoseluler cenderung terjadi pada hati/liver yang rusak karena cacat lahir,
penyalahgunaan alkohol, atau infeksi kronis akibat penyakit seperti hepatitis B dan C,
hemochromatosis (terlalu banyaknya kadar besi dalam hati), dan sirosis. Lebih dari 50% orang
yang terdiagnosa kanker hati primer, telah mengalami sirosis hati. Mereka yang menderita
kondisi genetik yang disebut hemochromatosis memiliki risiko yang lebih besar.

Berbagai zat penyebab kanker yang berhubungan dengan kanker hati primer, termasuk di
antaranya: herbisida, aflatoksin (sejenis jamur tanaman pada gandum & palawija), dan bahan
kimia tertentu seperti vinil klorida dan arsen. Merokok plus penyalahgunaan alkohol juga dapat
meningkatkan risiko terkena kanker hati.

Faktor risiko lainnya untuk kanker hati, termasuk:

 Jenis kelamin (pria/wanita): pria lebih beresiko tinggi kanker hati daripada wanita.
 Berat badan: Obesitas dapat meningkatkan risiko untuk kanker hati.
 Ras: Kanker hati umum terjadi pada ras Asia & Oceania.
 Penggunaan steroid anabolic: hormon yang disalahgunakan oleh para atlet untuk
mengembangkan otot ini, sedikit dapat meningkatkan risiko kanker hati dalam jangka
panjang.
 Riwayat diabetes: Studi telah menyatakan adanya hubungan antara diabetes dan kanker
hati.
 Penyakit metabolik yang diwariskan: terbukti dapat meningkatkan risiko kanker hati.
 Penyakit langka: Penelitian telah menemukan hubungan antara kanker hati dan beberapa
penyakit langka seperti defisiensi alfa-1-antitrypsin, tyrosinemia, dan penyakit Wilson.

Faktor – faktor yang dapat merusak hati dan penyebab kanker hati:

1. Tidur terlalu malam dan bangun terlalu siang.


2. Tidak buang air di pagi hari.
3. Pola makan yang terlalu berlebihan.
4. Tidak makan pagi.
5. Terlalu banyak mengkonsumsi obat – obatan.
6. Terlalu banyak mengkonsumsi bahan pengawet, zat tambahan, zat pewarna, dan pemanis
buatan.
7. Minyak goreng yang tidak sehat. Sedapat mungkin kurangi penggunaan minyak goreng
saat menggoreng makanan. Jangan mengkonsumsi makanan yang di goreng bila kita
dalam kondisi penat, kecuali dalam kondisi tubuh yang fit.
8. Mengkonsumsi makanan mentah (sangat matang) juga menambah beban hati. Sayur yang
digoreng harus dimakan habis saat itu juga, jangan disimpan.
9. Alkohol.
10. Keturunan.
11. Hepatis B, C.

Hingga saat ini, penyebab langsung carsinoma hepatoseluler masih belum diketahui
dengan jelas, namun pasti berhubungan dengan berbagai faktor berikut:

1. Hepatitis kronis
Virus hepatitis berhubungan dengan patogenesis kanker liver, data menunjukkan
bahwa lebih dari 30% pasien kanker liver memiliki sejarah hepatitis kronis, hepatitis B
adalah yang paling sering dijumpai.
2. Sirosis hepatis
Pengamatan medis menunjukkan bahwa sekitar 50% - 90% pasien kanker liver
mengalami proses sirosis yang berbeda, maka dari itu pasien sirosis seharusnya segera
berobat dan melakukan pemeriksaan secara berkala, guna mengantisipasi terjadinya
kanker liver.
3. Mengkonsumsi air yang terkontaminasi dalam jangka panjang.
4. Mengkonsumsi makanan berjamur dalam jangka panjang.
5. Mengkonsumsi makanan yang diasinkan, digoreng, diasapkan dalam jangka panjang.
6. Selain daripada itu, penyakit parasit (terutama yang dimaksudkan adalah penyakit parasit
liver), banyak mengkonsumsi alkohol jangka panjang, polusi lingkungan dan sebagainya
juga merupakan faktor penyebab kanker liver.

1.4 Klasifikasi Karsinoma Hepatoseluler


1.5 Patofisiologi Karsinoma Hepatoseluler

Kanker hati terjadi akibat kerusakan pada sel – sel parenkim hati yang biasa secara
langsung disebabkan oleh primer penyakit hati atau secara tidak langsung oleh obstruksi aliran
empedu atau gangguan sirkulasi hepatik yang menyebabkan disfungsi hati. Sel parenkim hati
akan bereaksi tehadap unsur – unsur yang paling toksik melalui penggantian glikogen dengan
lipid sehingga terjadi infiltrasi lemak dengan atau tanpa nekrosis atau kematian sel. Keadaan ini
sering disertai dengan infiltrasi sel radang dan pertumbuhan jaringan fibrosis. Regenerasi sel
dapat terjadi jika proses perjalanan penyakit tidak terlampau toksik bagi sel –sel hati. Sehingga
terjadi pengecilan dan fibrosis selanjutnya akan menjadi kanker hati.
1.6 Diagnosis dan Diagnosis Banding Karsinoma Hepatoseluler

Manifestasi klinis
1. Nafsu makan menurun secara signifikan, bagian perut kembung, pencernaan tidak baik,
terkadang mual, muntah.
2. Perut bagian kanan atas sakit, muncul rasa sakit yang berkelanjutan atau berselang pada
daerah liver, terkadang mengubah posisi tubuh maka rasa sakit bertambah.
3. Badan lemah, kurus, demam yang tidak jelas penyebabnya, dan edema.
4. Muncul penyakit kuning, asites, kulit gatal, dan gejala lainnya.
5. Sering mimisan, pendarahan pada subkutan.

Kemunculan kanker liver cenderung tersembunyi, pada stadium awal umumnya tidak
dijumpai gejala apapun, namun ketika muncul gejala tertentu, kanker liver telah memasuki
stadium medium dan lanjut, pada saat itu biasanya pasien telah kehilangan kesempatan untuk
menjalani operasi, oleh karena itu general medical check-up sangat penting untuk dilakukan

Kanker hati seringkali tidak menimbulkan gejala. Ketika kanker bertambah besar, orang
mungkin melihat satu atau lebih dari gejala umum ini:
1. Rasa sakit di perut bagian atas di sisi kanan.
2. Sebuah benjolan atau rasa berat di perut bagian atas.
3. Bengkak (kembung) pada perut.
4. Kehilangan nafsu makan dan perut terasa penuh.
5. Penurunan berat badan tanpa sebab jelas.
6. Kelelahan kronis.
7. Mual dan muntah.
8. Kulit dan mata berwarna kuning, tinja pucat, dan urine berwarna gelap.
9. Demam

Anamnesis

A. Identitas
Usia: Biasanya menyerang dewasa dan orang tua.
Jenis kelamin: Kanker hati sering terjadi pada laki – laki dari pada perumpuan.
Pekerjaan: Dapat ditemukan pada orang dengan aktivitas yang berlebihan.

B. Riwayat kesehatan
Keluhan utama: Keluhan pasien pada waktu dikaji.
Riwayat penyakit dahulu: Pasien dahulu pernah menderita penyakit apa dan bagaimana
pengobatanya.
Riwayat penyakit sekarang.

C. Data fokus terkait perubahan pola fungsi


Aktivitas: Klien akan mengalami kelelahan, kelemahan, dan malaise.
Sirkulasi: Bradikardi akibat hiperbilirubin berat, ikterik pada sclera, kulit, dan membran mukosa.
Eliminasi: Warna urin gelap (seperti teh), diare feses warna tanah liat.
Makanan dan cairan: Anoreksia, berat badan menurun, perasaan mual dan muntah, terjadi
peningkatan edema, asites.
Neurosensori: Peka terhadap rangsangan, cenderung tidur, dan asteriksis.
Nyeri/kenyamanan: Kram abdomen, nyeri tekan pada abdomen kuadran kanan atas, mialgia,
sakit kepala, gatal – gatal.
Keamanan: Urtikaria, demam, eritema, splenomegali, pembesaran nodus servical posteior.
Seksualitas: Perilaku homoseksual aktif atau biseksual pada wanita dapat meningkatkan faktor
resiko.

Pemeriksaan fisik

Hasil pemeriksaan fisik pada pasien kanker hati adalah:

1. Tanda – tanda vital: Tekanan darah meningkat, nadi brakikardial, suhu meningkat, dan
pernafasan meningkat.
2. Mata: Skera ikterik.
3. Mulut: Mukosa kering, bibir pucat.
4. Abdomen: Terdapat nyeri tekan pada kuadran kanan atas, pembesaran hati, asites, dan
permukaan teraba ireguler.
5. Kulit: Gatal – gatal (pruritus).
6. Ekstremitas: Mengalami kelemahan dan peningkatan edema.

Pemeriksaan penunjang

1. Pemeriksaan laboratorium
HbsAg positf dalam serum
Kalium, Kalsium ≥
Darah lengkap: SGOT, SGPT, LDH, CPK, Alkali Fostatase
AST/SGOT meningkat (normal 10 – 40 unit (4,8 -19 U/L)
ALT/SGPT meningkat (normal 5 – 35 unit (2,4 – 17 U/L)
LDH meningkat (normal (165 – 400 unit (80 – 192 U/L)
Alkali Fostatase meningkat (normal ( 2 - 5 unit (20 – 90 U/L)
Albumin menurun (normal (3,5 – 5,5 g/dL (35-55 g/L)
Globulin meningkat (normal (1,5 – 3,0 g/dl (15 – 30g/L)

2. Pemeriksaan radiologi

Pemeriksaan barium esofagus: Menunjukkan peningkatan tekanan portal.


Foto rongent abdomen: Pada penderita kanker hati akan terlihat perubahan ukuran hati.
Arteriografi pembuluh darah seliaka: Untuk melihat hati dan pankreas.
Laparoskopi: Melihat perbedaan permukaan hati antara lobus kanan dengan kiri sehingga jika
ada kelainan akan terlihat jelas.
Biobsi hati: Menentukan perubahan anatomis pada jaringan hati.
Ultrasonografi: Memperlihatkan ukuran – ukuran organ abdomen.
Diagnosis banding

1. Hemangioma.
2. Abses hepar.
3. Tumor metastasis.

1.7 Penatalaksanaan Karsinoma Hepatoseluler

1. Operasi
Fungsi liver normal dan volume pengangkatan tidak lebih dari 70%; Sirosis medium
tidak lebih dari 50% atau yang hanya bisa melakukan hepatectomy kiri: pasien sirosis dengan
kondisi parah tidak dapat melakukan operasi pengangkatan. Apabila pengangkatan regularity
digantikan dengan pengangkatan lokal maka hasilnya akan lebih baik.
2. Kemoterapi intervensi
Melalui kateter, obat emboli dan obat anti kanker dimasukkan ke dalam tumor agar
tumor tidak mendapatkan asupan nutrisi dari pembuluh darah. Obat anti kanker konsentrasi
tinggi pada daerah embolisasi menyebabkan tumor mengecil atau menghilang.
3. Terapi radiasi
Cara pengobatan radiasi (juga di sebut dengan radioterapi) adalah dengan
menggunakan energi tinggi dari sinar radiasi untuk membunuh sel kanker. Penanaman radio
partikel hanya berpengaruh pada sel lesi kanker.
4. Pengobatan tradisional China
Pengobatan tradisional China berfungsi untuk menyeimbangkan secara menyeluruh,
menguatkan fungsi anti kanker, dengan metode konsumsi (oral), terus menerus perfusi arteri
obat herbal China dan penyerapan atomisasi obat herbal China, tidak hanya dapat
memperbaiki gejala yang timbul, seperti rasa sakit pada liver, radang, distensi abdomen,
asites dan lainnya, namun juga berfungsi untuk mengontrol pertumbuhan kanker, tidak
menimbulkan efek samping beracun.

1.8 Pencegahan Karsinoma Hepatoseluler

Tindakan pencegahan sebaiknya dilakukan saat pasien belum mengalami penyakit hati
kronis yang dapat menyebabkan kanker hati. Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan antara
lain:
1. Hindari alkohol.
2. Melakukan tindakan pencegahan & vaksinasi terhadap Hepatitis B.
3. Melakukan screening secara berkala pada pasien yang terkena penyakit hati.
4. Makan yang seimbang, diet rendah lemak, dan mengkonsumsi vitamin.
1.9 Prognosis Karsinoma Hepatoseluler

Hasil biasa yang miskin, karena hanya 10 – 20% dari karsinoma hepatoseluler dapat
dihilangkan sepenuhnya menggunakan operasi.

Jika kanker tidak dapat sepenuhnya dihapus, penyakit ini biasanya berakibat fatal dalam
waktu 3 – 6 bulan. Namun, kelangsungan hidup dapat bervariasi, dan kadang – kadang orang
akan bertahan lebih lama dari 6 bulan.

1.10 Komplikasi Karsinoma Hepatoseluler

Kanker hati dapat menyebabkan komplikasi sebagai berikut:


1. Mungkin memiliki risiko yang lebih tinggi untuk gagal hati.
2. Pendarahan internal.
II Memahami dan Menjelaskan Pandangan Islam Mengenai Transplantasi Organ

Kebanyakan dari para pemerhati masalah transpalnasi ini ketika membahas hukum
mereka akan mengklasifikasikan kapan transplantasi itu dilakukan, menurut Prof. Masyfuk
Zuhdi, apabila pencangkokan tersebut dilakukan pada saat pendonor dalam keadaan hidup sehat
wal afiat, begitu juga sakit (koma) atau hampir meninggal, maka hukumnya adalah dilarang
(haram), sedangkan apabila di lakukan ketika pendonor sudah meninggal maka hukumnya ada
yang mengharamkan juga ada yang memperbolehkannya dengan syarat - syarat tertentu. Adapun
syarat – syarat tersebut adalah:

1. Resipien dalam keadaan darurat, yang dapat mengancam jiwanya dan ia sudah
menempuh pengobatan secara medis dan non medis, tapi tidak berhasil.
2. Pencangkokan tidak menimbulkan komplikasi penyakit yang lebih berat bagi repisien
dibandingkan dengan keadaan sebelum pencangkokan.

Fikih mempertimbangkan kepentingan umat manusia (maslalih) yang terdiri atas 5 hal:
agama (al-din), jiwa (al-nafs), keluarga (alnasl), akal pikiran (al-aql), dan harta benda (al-mal).
Dengan kata lain, tindakan – tindakan tertentu yang di motivasi oleh keterpaksaan (al-dharurah)
dalam rangka melindungi salah satu dari kepentingan – kepentingan ini secara kondisional dapat
dibenarkan. Berikut prinsip – prinsip umum fikih:

1. Suatu yang dapat membawa kepada hal – hal yang diharamkan, maka hukummnya
haram.
2. Seseorang yang terpaksa haru memilih antara dua hal yang buruk, maka ia harus memilih
yang lebih kecil keburukannya untuk mencegah keburukan yang lebih besar.
3. Sesuatu yang dihalalkan karena alasan tertentu akan menjadi tidak halal jika alasan
kehalalannya itu tidak ada lagi.
4. Menggunakan berbagai pilihan untuk hal – hal yang tidak ada ketentuan fikih tentangnya.

Hukum Transplantasi Organ Tubuh Donor Dalam Keadaan Sehat

Apabila transplantasi organ tubuh di ambil dari orang yang masih dalam keadaan hidup
sehat, maka hukumnya ‘Haram’, dengan alasan:

a. Firman Allah dalam Al Quran surah Al Baqarah ayat 195

‫كولك تلهلقلهوا بةأ كهيةدهيلكهم كإلكى التتههللككةة‬


“Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri dalam kebinasaan.”

Ayat tersebut mengingatkan manusia, agar jangan gegabah dan ceroboh dalam melakukan
sesuatu, namun tetap menimbang akibatnya yang kemungkinan bisa berakibat fatal bagi diri
donor, walaupun perbuatan itu mempunyai tujuan kemanusiaan yang baik dan luhur.
Umpamanya seseorang menyumbangkan sebuah ginjalnya atau matanya pada orang lain yang
memerlukannya karena hubungan keluarga, teman, atau karena berharap adanya imbalan dari
orang yang memerlukan dengan alasan krisis ekonomi. Dalam masalah yang terakhir ini, yaitu
donor organ tubuh yang mengharap imbalan atau menjualnya, haram hukumnya, disebabkan
karena organ tubuh manusia itu adalah milik Allah (milk ikhtishash), maka tidak boleh
memperjualbelikannya. Manusia hanya berhak mempergunakannya, walaupun organ tubuh itu
dari orang lain.

Orang yang mendonorkan organ tubuhnya pada waktu masih hidup sehat kepada orang
lain, ia akan menghadapi resiko ketidakwajaran, karena mustahil Allah menciptakan mata atau
ginjal secara berpasangan kalau tidak ada hikmah dan manfaatnya bagi seorang manusia. Maka
bila ginjal si donor tidak berfungsi lagi, maka ia sulit untuk ditolong kembali. Maka sama halnya,
menghilangkan penyakit dari resipien dengan cara membuat penyakit baru bagi si donor. Hal ini
tidak diperbolehkan karena dalam qaidah fiqh disebutkan:

‫ضكرلر لك يلكزالل ةباِل ت‬


‫ض‬ ‫ال ت‬
“Bahaya (kemudharatan) tidak boleh dihilangkan dengan bahaya (kemudharatan) lainnya.”

b. Qaidah Fiqhiyyah

‫ح‬ ‫صاِلة‬
‫“ة‬Menghindari ‫سةد لمقكتدمم كعلكى كجهل ة‬
‫ب هالكم ك‬ ‫كدهرلء هالكمفَاِ ك ة‬
kerusakan/resiko, didahulukan dari/atas menarik kemaslahatan.”

Berkaitan transplantasi, seseorang harus lebih mengutamakan menjaga dirinya dari


kebinasaan, daripada menolong orang lain dengan cara mengorbankan diri sendiri dan berakibat
fatal, akhirnya ia tidak mampu melaksanakan tugas dan kewajibannya, terutama tugas
kewajibannya dalam melaksanakan ibadah.

Hukum Transplantasi Organ Tubuh Donor Dalam Keadaan Koma

Melakukan transplantasi organ tubuh donor dalam keadaan koma, hukumnya tetap
haram, walaupun menurut dokter, bahwa si donor itu akan segera meninggal, karena hal itu dapat
mempercepat kematiannya dan mendahului kehendak Allah, hal tersebut dapat dikatakan
‘euthanasia’ atau mempercepat kematian. Tidaklah berperasaan/bermoral melakukan
transplantasi atau mengambil organ tubuh dalam keadaan sekarat. Orang yang sehat seharusnya
berusaha untuk menyembuhkan orang yang sedang koma tersebut, meskipun menurut dokter,
bahwa orang yang sudah koma tersebut sudah tidak ada harapan lagi untuk sembuh. Sebab ada
juga orang yang dapat sembuh kembali walau itu hanya sebagian kecil, padahal menurut medis,
pasien tersebut sudah tidak ada harapan untuk hidup.
Maka dari itu, mengambil organ tubuh donor dalam keadaan koma, tidak boleh menurut
Islam dengan alasan sebagai berikut:

a. Hadits Nabi, riwayat Malik dari ‘Amar bin Yahya, riwayat al-Hakim, al-Baihaqi dan al-
Daruquthni dari Abu Sa’id al-Khudri dan riwayat Ibnu Majah dari Ibnu ‘Abbas dan
‘Ubadah bin al-Shamit:

‫ضكركر كولك ة‬
‫ضكراكر‬ ‫لك ك‬
“Tidak boleh membuat madharat pada diri sendiri dan tidak boleh pula membuat madharat
pada orang lain.”

Berdasarkan hadits tersebut, mengambil organ tubuh orang dalam keadaan koma/sekarat
haram hukumnya, karena dapat membuat madharat kepada donor tersebut yang berakibat
mempercepat kematiannya, yang disebut euthanasia.

b. Manusia wajib berusaha untuk menyembuhkan penyakitnya demi mempertahankan


hidupnya, karena hidup dan mati berada di tangan Allah. Oleh karena itu, manusia tidak
boleh mencabut nyawanya sendiri atau mempercepat kematian orang lain, meskipun hal
itu dilakukan oleh dokter dengan maksud mengurangi atau menghilangkan penderitaan
pasien.

Hukum Transplantasi Organ Tubuh Donor Dalam Keadaan Meninggal

Mengambil organ tubuh donor (jantung, mata, atau ginjal) yang sudah meninggal secara
yuridis dan medis, hukumnya mubah, yaitu dibolehkan menurut pandangan Islam dengan syarat
bahwa:

1. Resipien (penerima sumbangan organ tubuh) dalam keadaan darurat yang mengancam
jiwanya bila tidak dilakukan transplantasi itu, sedangkan ia sudah berobat secara optimal
baik medis maupun non medis, tetapi tidak berhasil. Hal ini berdasarkan qaidah
fiqhiyyah:

‫ت تلبةهيلح هالكمهحظلهوكرا ة‬
‫ت‬ ‫ضلرهوكرا ل‬
‫ال ت‬
“Darurat akan membolehkan yang diharamkan.”

Juga berdasarkan qaidah fiqhiyyah :


‫ضكرلر يلكزالل‬
‫ال ت‬
“Bahaya itu harus dihilangkan”.

2. Juga pencangkokan cocok dengan organ resipien dan tidak akan menimbulkan
komplikasi penyakit yang lebih gawat baginya dibandingkan dengan keadaan
sebelumnya. Di samping itu harus ada wasiat dari donor kepada ahli warisnya, untuk
menyumbangkan organ tubuhnya bila ia meninggal, atau ada izin dari ahli warisnya.
Demikian ini sesuai dengan fatwa Majelis Ulama Indonesia tanggal 29 Juni 1987, bahwa
dalam kondisi tidak ada pilihan lain yang lebih baik, maka pengambilan katup jantung orang
yang telah meninggal untuk kepentingan orang yang masih hidup, dapat dibenarkan oleh hukum
Islam dengan syarat ada izin dari yang bersangkutan (lewat wasiat sewaktu masih hidup) dan izin
keluarga/ahli waris.
Daftar Pustaka

http://mata-air-ilmu-pusat-kecemerlangan.blogspot.com/2013/06/hukum-transplantasi-organ-
tubuh.html

http://keperawatanreligiondwiratna.wordpress.com/

Hanafiah,Jusuf.1999.Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan.Jakarta:EGC

Anda mungkin juga menyukai