Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Filsafat merupakan sebuah alat untuk berfikir, jadi salahlah orang
yang menganggap bahwa filsafat itu merupakan hal sesat. Filsafat
hanyalah sebuah alat, sama halnya seperti pisau, apakah alat ini digunakan
untuk hal benar atau menyimpang. Namun saat sekarang ini kebanyakan
orang lebih memandang filsafat sebagai produk pemikiran, bukan filsafat
sebagai metodologi berfikir, sehingga lahirlah anggapan bahwa filsafat itu
ilmu yang sesat, dikarenakan memang banyak produk pemikiran filsafat
yang menyimpang dari kebenaran yang diyakini umat Islam.
Setiap orang mempunyai filsafat dalam dirinya walaupun
sederhana, mungkin ia sendiri tidak menyadari bahwa dirinya mempunyai
ide-ide tentang benda, hidup, mati, alam dan lain-lain. Namun karena tidak
adanya pengasahan berfikir yang mendalam sampai ke hakekat tentang
hal-hal tersebut, konsep yang terbentuk hanyalah sebatas konsep yang
dangkal dan lebih cenderung mengambil kesimpulan dari yang kasat mata
tentang hal tersebut namun mengesampingkan apa makna yang ada di
balik hal tersebut.
Filsafat merupakan ilmu yang sangat penting , karena ia
merupakan induk dari segala ilmu pengetahuan. Dasar pertama untuk
masuk ke dunia filsafat ialah dengan akal, dari akal tersebut ia dapat
berfikir dan terus berfikir hingga sampai pada hakekat dari hal yag
difikirkannnya tersebut, dari cara berfikir yang mendalam tersebutlah
lahirlah teori-teori tentang ilmu-ilmu yang beragam sehingga bisa
dikatakan bahwa filsafat merupakan induk dari segala ilmu pengetahuan.
Namun pada saat sekarang ini dalam dunia pendidikan di Indonesia, lebih
cenderung memisahkan filsafat dan ilmu pengetahuan. Sehingga terjadi
kecacatan dalam dunia pendidikan terutama pada SLTP dan SLTA.
Mereka di arahkan untuk mempelajari ilmu-ilmu pengetahuan yang
notabenenya merupakan hasil dari berfilsafat, namun disisi lain mereka
tidak diajarkan berfilsafat, sehingga lahirlah generasi peserta didik di
Indonesia yang lebih cenderung mengafal apa yang sudah ada, namun
tidak mengerti cara berfikir. Hal ini tentu mengakibatkan turunnya
kreatifitas berfikir siswa dan menjadi siswa menjadi kaku seperti robot
yang telah di berikan program-progaram yang harus dijalankan.

1
Penulis sebagai calon pendidik kelak, menyadari betapa
pentingnya mempelajari filsafat, dan sebagai seorang muslim, penulis juga
harus berfikir karena banyak dalil-dalil yang menyuruh manusia agar
berfikir, namun bukan berati bebas berfikir mengenai apa saja, karena
dalan Islam ada batasan-batasan yang tidak boleh di tembus, seperti
tentang Dzat Allah.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan Filsafat?
2. Apa itu Filsafat Islam?
3. Apa saja Ruang Lingkup Pembahasan Filsafat?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk Memahami Tentang filsafat
2. Agar Memahami Tentang filsafat Islam
3. Untuk mengetahui Ruang Lingkup Pembahasan Filsafat

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. APA ITU FILSAFAT?


Sebagian besar dari kita pasti belum mengetahui secara detail
tentang filsafat dan masih heran sebenarnya filsafat itu apa?. Dikarenakan
tidak adanya pelajaran filsafat di SD, SLTP dan SLTA. Sehingga kita
belum mampu berfikir secara filosofis. Hal ini merupakan dampak dari 12
tahun kita diajar untuk mengafal, bukan untuk berfikir.dan bisa saya
asumikan mungkin hal ini yang menyebabkan bangsa Indonesia sulit maju.
Berbicara mengenai filsafat, secara historis-sosiologis, istilah
filsafat berasal dari bahasa Yunani, Philosophia, yang merupakan
gabungan dari dua kata : philo dan sophia. Philo berati cinta dan sophia
berati kebijaksanaan (yang mencakup pengetahuan, keterampilan,
pengalaman, dan intelegensi). Jadi filsafat berati cinta kebijaksanaan.1dan
juga bisa diartikan cinta dan upaya untuk terus menerus mencari
kebijaksanaan.2
Namun, dalam konteks historis Yunani klasik, makna istilah
sophia tersebut bukan hanya kebijaksanaan dalam pemahaman kita hari ini
yang bersifat parsialistik (tidak menyeluruh). Para filsuf dari Yunani klasik
dahulu, memaknai sophia bukan hanya kebijaksanaan atau kearifan saja,
melainkan juga meliputi mengenal Tuhan, pengetahuan yang luas,
kebajikan intelektual, pertimbangan yang sehat sampai keterampilan, dan
bahkan kecerdikan dalam memutuskan persoalan-persoalan praktis.3
Kita semua sebagai manusia bukanlah sophos, sang pemilik
kebijaksanaan dan kebenaran utuh, melainkan hanya philosophos, sang
pencinta kebijaksanaan dan pencari kebenaran. Dengan kata lain,
philosophos adalah orang yang mencintai kebijaksanaan dan mencari
kebenaran, bukan orang yang sudah memiliki kebijaksanaan dan
kebenaran secara lengkap. Dengan demikian, mencintai kebijaksanaan
bukanlah sebuah situasi, melainkan sebuah aktifitas, bukan sebuah
pencapaian, melainkan sebuah dambaan (kerinduan). Filsafat adalah
sebuah dambaan, dan dambaan hanya mungkin hadir jika masih ada
sesuatu yang belum selesai, masih ada sesuatu yang belum tuntas, masih

1
Zaprulkhan, Filsafat Umum : Sebuah Pendekatan Tematik, (Jakarta: Rajawali Press, 2013),hlm. 3.
2
Sulisyanto, Pengantar Filsafat Dakwah, (Yogyakarta: TERAS, 2006), hlm. 2.
3
Zaprulkhan, Filsafat Umum : Sebuah Pendekatan Tematik, (Jakarta: Rajawali Press, 2013),hlm. 3.

3
ada sesuatu yang dicari, masih ada sesuatu kekurangan atau defisit.4maka
dari itu seorang filosof tidak pernah berhenti mencari kebenaran hingga
batas kemampuan akalnya.
Filsafat mempunyai beberapa istilah diantaranya ialah :
1. Falsafah
Merupakan istilah dalam bahasa Arab, yang berasal dari
serapan kata bahasa Yunani kuno melalui terjemahan. Menurut al-
Kindi, falsafah ialah ilmu yang mempelajari sesuatu sebatas
kemampuan manusia.. falsafah teoritis mencari kebenaran, falsafah
praktis mengarahkan pelakunya agar ikut kebenaran. Falsafah
merupakan usaha manusia mengenal dirinya. Menurut Ikhwan as-
Shafa, falsafah itu berangkat dari rasa ingin tahu. Adapun puncaknya
adalah berkata dan berbuat sesuai dengan apa yang anda tahu.
2. Hikmah
Menurut Al-‘Amiri, hikmah berasal dari Allah, dan diantara
manusia pertama yang dianugerahi hikmah oleh Allah ialah Luqman
al-Hakim. Menurut Ibn Sina, hikmah adalah kesempurnaan jiwa
manusia tatkala berhasil menangkap makna segala sesuatu dan mampu
menyatakan kebenaran dengan pikiran dan perbuatannya sebatas
kemampuannya sebagai manusia.
3. ‘Ulum al-‘Awail
Artinya ialah ilmu-ilmu orang zaman dahulu, yaitu ilmu-ilmu
ynag berasal dari peradaban kuno pra-Islam seperti India, Persia,
Yunani dan Romawi. Termasuk diantaranya ilmu logika, matematika,
astronomi, fisika, biologi, kedokteran dan sebagainnya.
Secara terminologi pengertian filsafat memang sangat beragam,
baik dalam ungkapan maupun titik tekannya. Menurut Poedjawijatna,
filsafat adalah sejenis pengetahuan yang berusaha mencari sebab yang
sedalam-dalamnya tentang segala sesuatu berdasarkan pikiran belaka.
Sementara Hasbullah Bakry, mengatakan bahwa filsafat adalah sejenis
pengetahuan yang menyelidiki segala sesuatu dengan mendalam
mengenai ketuhanan, alam semesta dan manusia. Plato mendefinisikan
filsafat adalah pengetahuan yang berminat mencapai kebenaran asli
(hakiki), dan kata Aristoteles filsafat adalah peengetahuan yang meliputi
kebenaran yang tergabung di dalamnya metafisika, logika, retorika,
ekonomi, politik dan estetika. Selanjutnya, menurut Immanuel Kant
4
Ibid, hlm. 4-5.

4
filsafat adalah pengetahuan yang menjadi pokok pangkal segala
pengetahuan yang tercakup di dalamnya empat persoalan, yaitu : (a) apa
yang dapat diketahui, jawabannya adalah metafisika, (b) apa yang
seharusnya diketahui, jawabannya adalah etika, (c) sampai di mana
harapan kita, jawabannya adalah agama dan (d) apa itu manusia,
jawabannya adalah antropologi.5
Ilmu filsafat merupakan ilmu yang mengajarkan berfikir mencari
hakekat dari sesuatu hal, secara sistematis dan sampai ke akar-akar
maknanya hingga batas kemampuan akal manusia. Hingga sampai ke
makna yang dasar dan tidak bisa dijabarkan lagi. Setiap orang harus
berfilsafat, namun bukan berati harus menjadi ahli filsafat. Filsafat
menuntut manusia untuk hidup serius secara reflektif atau tidak asal-asalan
dengan mempertanyakan secara kritis setiap hal yang kita perbuat secara
mendalam atau dalam Islam sering disebut dengan istilah muhasabah.
Filsafat merupakan sebuah perenunagn atau pemikiran, yang
berupa meragukan segala sesuatu, mengajukan pertanyaan,
menghubungkan gagasan yang satu dengan yang lainnya, menanyakan
“mengapa”, mencari jawaban ynag lebih baik dibandingkan dengan
jawaban ynag tersedia pada pandangan pertama. Filsafat sebagai
perenungan mengusahakan kejelasan, keruntutan, dan keadaan
memadainya pengetahuan, agar kita dapat memperoleh pemahaman.6
Filsafat sejati sangat sulit didefinisikan dalam ungkapan frasa dan
kat-kata. Sebab hakiakat filsafat berhubungan dengan seluruh aktivitas
kehidupan kita sebagai manusia, petualangan tanpa akhir. Setiap manusia
dalam mencari makna tentang eksistensi keberadaannya, tujuan hidupnya,
alam semesta, dan hubungannya dengan Sang pencipta yang hanya akan
dibungkam oleh datangnya kematian.
Dengan alasan inilah, kiranya cukup beralasan apabila para ahli
filsafat mengatakan bahwa filsafat hakikatnya tidak bisa didefinisikan
melainkan dengan berfilsafat itu sendiri. Karena filsafat merupakan sebuah
kata kerja, sebuah aktifitas, dan sebuah pergumulan mencari kebenaran,
pengetahuan, kebajikan, dan kebijaksanaan, maka siapa pun ynag ingin
benar-benar memahami makna filsafat, ia harus melakukan pencarian
tersebut dengan dirinya sendiri.7 Namun pada dasarnya inti persoalan

5
Muhammad Ngasomudin, makalah pengertian Filsafat, Ruang Lingkup dan Objek Kajian
Filsafat, diakses pada 20 maret 2019. Pukul 20:32
6
Zaprulkhan, Filsafat Umum : Sebuah Pendekatan Tematik, (Jakarta: Rajawali Press, 2013),hlm.
20.
7
Ibid, hlm. 21.

5
definisi filsafat itu sama yaitu cara berfikir yang bertujuan mencari
kebenaran yang sedalam-dalamnya sesuai kemampuan akal budi manusia.

B. FILSAFAT ISLAM
Pemikiran rasional-filosofis Islam bukan merupakan jiplakan atau
plagiasi dari filsafat Yunani seperti ynag dituduhkan sebagian kalangan
seperti Ernest Renan dan Pierre Duhem. Meski diakui bahwa filsafat
Yunani telah memberikan kontribusi sangat besar bagi perkembangan
pemikiran filsafat Islam sesudahnya. Sebab kenyataan yang ada
menunjukkan bahwa pemikiran rasional dalam hukum (fiqh) dan teologi
Islam Muktazilah telah lebih dahulu mapan sebelum datangnya filsafat
Yunani lewat terjemahan. Pemikiran rasional Islam inilah bahkan ynag
telah berjasa memberikan ruang bagi diterimanya filsafat Yunani.
Sistem pemikiran rasional Islam lahir atau muncul dari analisis dan
perkembangan bahasa Arab (nahwu). Berawal dari analisis dan
raionalisasi bahasa ini kemudian berkembang menjadi rasionalisasi dalam
bidang hukum dan teologi, karena adanya kebutuhan untuk menjelaskan
secara rasional-filosofis atas makna dan maksud teks suci dan menjawab
problem-problem yang muncul saat itu secara rasional.
Pemikiran dan filsafat Yunani masuk ke dalam khazanah
pemikiran Islam pertama kali pada masa Khalifah Al-Makmun (811-833
M) dari dinasti Bani Abbas (750-1258 M), lewat proyek terjemahan.
Proses terjemahan atas pemikiran rasional filsafat Yunani ini sendiri
dilakukan karena telah berkembang dan mapannya tradisi berfikir rasional
filosofis di kalangan masyarakat Islam, disamping itu juga untuk mencari
tambahan referensi dalam menghadapi pemikiran-pemikiran heterodoks
yang juga mulai berkembang saat itu.8
Mengenai definisi tentang filsafat Islam, ada dua pengertian,
Pertama, filsafat Islam berati filsafat tentang Islam (philosophy of Islam).
Dalam hal ini, Islam menjadi objek materialnya, sedang filsafat menajdi
objek formalnya. Dan jika pemahaman ini ynag dipakai, tentu filsafat
(sebagai alat kaji) dari barat, bukan dari Islam. Kedua, filsafat Islam dalam
arti filsafat yang Islami (Islamic philosopy), disini artinya Islam sebagi

8
H.A Khudori Soleh, Filsafat Islam Dari Klasik Hingga Kontemporer, (Yogyakarya: Ar-Ruzz Media,
2016), hlm. 32-33.

6
subjek (sentral pembahasan). Ini artinya, kebenaran Islam adalah akar
yang terbentang dalam dataran filsafat.9
Filsafat Islam juga sering disebut filsafat Arab dan filsafat Muslim
merupakan suatu kajian sistematis terhadap kehidupan, alam semesta,
etika, moralitas, pengetahuan, pemikiran, dan gagasan politik yamg
dilakukan di dalam dunia Islam atau peradaban umat muslim dan
berhubungan dengan ajaran-ajaran Islam.10
Filsafat islam adalah nama generik keseluruhan pemikiran ynag
lahir dan berkembang dalam lingkup peradaban Islam.
Namun yang jadi pertanyaa mendasarnya ialah apakah sebenarnya
perlu untuk berfilsafat dalam Islam?, bukankah berfilsafat malah akan
menimbulkan keraguan karena filsafat menuntut agar mempertanyakan
“kenapa” dalam setiap hal. Sedang dalam Islam kita dituntut untuk
beriman karena banyak hal yang tidak bisa dijangkau dengan akal manusia
secara rasional. disini penulis mencoba mengemukakan alasan mengapa
harus berfilsafat dalam Islam, antara lain:
1. Al-Qur’an menuntun manusia untuk berfilsafat
Di dalam al-Qur’an sendiri memang tidak ditemukan kata
filsafat karena al-Qur’an diturunkan dalam bahasa Arab, sedang
filsafat ialah bahasa Yunani. Al-Qur’an hanya banyak menyebut kata
hikmah (yakni ilmu tentang hakikat sesuatu). “ Allah
menganugerahkan al-hikmah (kefahaman yang dalam tentang al-
Qur’an dan as-sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan
barang siapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah
dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang
berakal lah yang dapat mengambil pelajaran” ( QS. Al-Baqarah : 269).
Hikmah dapat diperoleh manusia dengan mempergunakan akalnya.
Sebagai contoh ialah tentang ayat-ayat mutasyabihat didalam
al-Qur’an, yang menuntut pembacanya melakukan penafsiran untuk
memahaminya. Dan dari ayat-ayat mutasyabihat ini telah memicu
munculnya aliran-aliran seperti khawarij, mu’tazilah, jabariyah dan
lain-lain, dan telah juga memunculkan filsuf-filsuf muslim seperti al-
Razi, Ibnu Rusyd, al-Ghazali dan lain-lain.11
2. Al-Qur’an menghargai penggunaan akal

9
Sulisyanto, Pengantar Filsafat Dakwah, (Yogyakarta: TERAS, 2006), hlm. 14.
10
https://id.m.wikipedia.org. Diakses pada 3 maret 2019, pukul 21:08.
11
Sulisyanto, Pengantar Filsafat Dakwah, (Yogyakarta: TERAS, 2006), hlm. 18-20.

7
Al-Qur’an mengajak manusia untuk menggunakan akalanya,
artinya al-Qur’an sangat memeperhatikan potensi akal manusia di
dalam memahami sesuatu. Di dalam al-Qur’an makna yg terkait
dengan akal banyak disebut dalam al-Qur’an, perkataan ya’qilun (50
kali), yatafakkarun (26 kali), yasy’urun (25 kali), ulil albab (16 kali),
dan ulin-nuha (2 kali). Semua itu merupakan ayat-ayat yang secara
langsung mengajak manusia menggunakan akalnya12.
Dalam filsafat islam antara al-Qur’an dan akal tidak mungkin
dipisahkan karena akal telah memungkinkan aktivitas itu menjadi aktifitas
kefilsafatan, sementara al-Qur’an menjadi ciri keislamannya sekaligus
pedoman dalam mempergunakan akal. Menurut al-Ghazali, “akal bagaikan
penglihatan sehat, sedangkan al-Qur’an bagaikan matahari yang
menebarkan sinarnya. Satu sama lain saling membutuhkan, kecuali orang-
orang bodoh. Orang yang mengabaikan akal dan mencukupkan diri dengan
al-Qur’an bagaikan orang yang melihat cahaya matahari dengan menutup
kelopak mata. Tidak ada bedanya orang seperti ini dengan orang yang
buta”. Di sisi lain Imam al-Ghazali juga mengkritik orang yang berlebihan
dalam menggunakan akalnya.13
Tujuan umum filsafat dalam Islam adalah untuk membenarkan
yang benar (ihqaa al-haqq) dan membatalkan yang batil (ibthal al-bathil)
secara rasional.

C. RUANG LINGKUP PEMBAHASAN FILSAFAT


Pembahasan mengenai filsafat terbagi menjadi dua, yaitu :
1. Objek Formal
Objek formal filsafat ialah usaha untuk mencari keterangan
secara radikal (sedalam-dalamnya sampai ke akarnya) tentang objek
material filsafat.
Menurut Oemar Amin Hoesin, objek formal filsafat tidak lain
ialah mencari keterangan ynag sedalam-dalamnya tentang objek
material filsafat (segala sesuatu yang ada dan mungkin ada) 14. Atau
lebih dikenal dengan istilah wajib al-wujud dan mumkin al-wujud.

12
Ibid, hlm. 21
13
Dedi Supriyadi, Pengantar Filsafat Islam : lanjutan teori dan praktik, (Bandung: CV Pustaka
Setia, 2010), hlm. 138.
14
Ali Maksum, Pengantar Filsafat: dari masa klasik jingga postmoderenisme, (Yogyakarta: Ar-
Ruzz Media, 2016), hlm 19.

8
wajib al-wujud adalah wujud yang menurut akal harus ada dan
mustahil tidak ada. wajib al-wujud secara mutlak berdiri sendiri dan
tidak bergantung pada wujud yang lain. Wujud seperti ini dalam Islam
dikenal dengan nama Allah. Seluruh wujud selain Allah adalah fakir
dan bergantung secara mutlak kepada Allah, dengan kata lain
eksistensi keberadaan wujud selain Allah adalah kebergantungan dan
kefakiran itu sendiri. Adapun mumkin al-wujud adalah wujud yang
menurut akal tidak harus ada, tidak harus tidak ada, tetapi boleh ada,
dan boleh pula tidak ada.15
2. Objek Material
Objek material filsafat ialah segala sesuatu yang
dipermasalahkan oleh filsafat. Lapangan kerja filsafat itu sangat luas,
tulis Louis Kattsoff, “meliputi segala pengetahuan manusia serta
segala sesuatu yang ingin diketahui manusia”.
Secara garis besar kajian filsafat itu meliputi tiga persoalan
pokok, yaitu Tuhan, alam, dan manusia.16
Pembahasan tentang Tuhan dalam filsafat itu lebih cenderung
mempersoalkan tentang keberadaan Tuhan, sifat Tuhan, keterkaitan
alam dan manusia dengan Tuhan dan lain-lain.
Dalam persoalan mengenai manusia, filsafat berupaya
melukiskan siapa sebenarnya makhluk yang di sebut sebagai manusi
secara total. Penjelasan filsafat tentang manusia akan menyibak
misteri dari manusia dalam keseluruhan dimensinya, hakikat
kemanusiaannya, motif-motif yang melandasi setiap aktifitasnya, nilai,
tujuan, dan makna hidupnya, serta segala sesuatu yang berhubungan
dengan eksistensinya sepanjang napas kehidupannya17
Pembahasan tentang alam (kosmologi), mencakup tentang
hakikat asal, hakikat susunan, hakikat perubahan, dan hakikat tujuan
akhir dari jagat raya ini.18

15
Dedi Supriyadi, Pengantar Filsafat Islam : lanjutan teori dan praktik, (Bandung: CV Pustaka
Setia, 2010), hlm. 18.
16
Ali Maksum, Pengantar Filsafat: dari masa klasik jingga postmoderenisme, (Yogyakarta: Ar-
Ruzz Media, 2016), hlm 18-19.
17
Zaprulkhan, Filsafat Umum : Sebuah Pendekatan Tematik, (Jakarta: Rajawali Press, 2013),hlm.
133.
18
Dedi Supriyadi, Pengantar Filsafat Islam : lanjutan teori dan praktik, (Bandung: CV Pustaka
Setia, 2010), hlm. 163.

9
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Filsafat berasal dari bahasa Yunani, Philosophia, yang merupakan
gabungan dari dua kata : philo dan sophia. Philo berati cinta dan sophia
berati kebijaksanaan (yang mencakup pengetahuan, keterampilan,
pengalaman, dan intelegensi). Jadi filsafat berati cinta kebijaksanaan.19dan
juga bisa diartikan cinta dan upaya untuk terus menerus mencari
kebijaksanaan. Secara terminologi filsafat ialah ilmu yang mengajarkan
berfikir mencari hakekat dari sesuatu hal, secara sistematis dan sampai ke
akar-akar maknanya hingga batas kemampuan akal manusia.
Definisi tentang filsafat Islam, ada dua pengertian, Pertama,
filsafat Islam berati filsafat tentang Islam (philosophy of Islam). Dalam hal
ini, Islam menjadi objek materialnya, sedang filsafat menajdi objek
formalnya. Dan jika pemahaman ini ynag dipakai, tentu filsafat (sebagai
alat kaji) dari barat, bukan dari Islam. Kedua, filsafat Islam dalam arti
filsafat yang Islami (Islamic philosopy), disini artinya Islam sebagi subjek
(sentral pembahasan).
Ruang lingkup pembahasan filsafat mencakup dua objek yaitu
Objek formal, ialah usaha untuk mencari keterangan secara radikal
(sedalam-dalamnya sampai ke akarnya) tentang objek material filsafat.
Dan objek material, segala sesuatu yang dipermasalahkan oleh filsafat.
Lapangan kerja filsafat itu sangat luas, tulis Louis Kattsoff, “meliputi
segala pengetahuan manusia serta segala sesuatu yang ingin diketahui
manusia”. Mencakup tiga persoalan pokok yaitu Tuhan, Alam dan
Manusia.
B. SARAN
Hiduplah dengan pertimbangan-pertimbangan yang filosofis
sehingga akan hidup dalam jalur yang penuh dengan kebijaksanaan.
Berfilsafatlah karena pada dasarnya ia merupakan perintah dari agama,
yang menyuruh menjadi manusia yang berakal. Namun Berfilsafatlah
dengan permasalahn ynag relevan dengan kehidupan mu dan bisa
memberikan manfaat yang nyata bagi kehidupanmu.

19
Zaprulkhan, Filsafat Umum : Sebuah Pendekatan Tematik, (Jakarta: Rajawali Press, 2013),hlm.
3.

10
DAFTAR PUSTAKA

Ali Maksum, 2016, Pengantar Filsafat: dari masa klasik hingga


postmoderenisme, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Dedi Supriyadi, 2010, Pengantar Filsafat Islam : lanjutan teori dan praktik,
Bandung: CV Pustaka Setia.
H.A Khudori Soleh, 2016, Filsafat Islam Dari Klasik Hingga Kontemporer,
Yogyakarya: Ar-Ruzz Media.
https://id.m.wikipedia.org. Diakses pada 3 maret 2019, pukul 21:08.
Muhammad Ngasomudin, makalah pengertian Filsafat, Ruang Lingkup dan
Objek Kajian Filsafat, diakses pada 20 maret 2019. Pukul 20:32
Sulisyanto, 2006, Pengantar Filsafat Dakwah, Yogyakarta: TERAS.
Zaprulkhan, 2013, Filsafat Umum : Sebuah Pendekatan Tematik, Jakarta:
Rajawali Press.

11

Anda mungkin juga menyukai