Anda di halaman 1dari 12

Pembuatan Selulosa Asetat Berbahan Dasar Nata De Soya

Adityo Sawong Seto

PEMBUATAN SELULOSA ASETAT BERBAHAN DASAR NATA DE SOYA

Adityo Sawong Seto1), Alvika Meta Sari1)


Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Jakarta
phika_80@yahoo.com

ABSTRAK. Selulosa asetat umumnya dibuat dengan mengunakan sumber selulosa yang
berasal dari kayu dan kapas, penggunaan kayu dan kapas tersebut pun akan semakin
meningkat seiring bertambahnya kebutuhan akan selulosa asetat dari tahun ketahun yang
kemudian akan dapat menimbulkan gangguan pada kelestarian alam, oleh karena itu
diperlukan sumber selulosa lain untuk mengatasi masalah tersebut. Pada penelitian ini kami
memanfaatkan limbah produksi tahu sebagai sumber altematif selulosa dalam pembuatan
selulosa asetat. Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan
katalis terhadap rendemen dan kadar asetil dari selulosa asetat yang dihasilkan dan
mengetahui volume katalis yang optimal untuk menghasilkan selulosa asetat.

Limbah tahu yang tidak dimanfaalkan dijadikan bahan dasar untuk membuat selulosa (nata de
soya), nata de soya dibuat dari limbah tahu dengan bantuan bakteri acetobacter xylinium yang
kemudian dikeringkan dan dihaluskan untuk menghasilkan serbuk selulosa Serbuk selulosa
kemudian direaksikan dengan pereaksi asetilisasi asam asetat anhidrat dengan bantuan
katalis H2SO4 (p) dan dalam pemanasan 40°C yang kemudian menjadi selulosa asetaiPada
penelitian ini dilakukan variasi terhadap volume katalis dengan variasi volume 0,25 ml, 0,5 ml,
0,75 ml, 1 ml, 1,25 ml, dan 1,5 ml untuk mendapatkan jumlah volume yang optimal dalam
mendapatkan selulosa asetat.

Dari penelitian yang dilakukan didapat volume katalis yang paling optimal adalah 1ml dengan
rendemen sebesar 67,93% dan kadar asetil sebesar 44,42%. Kadar asetil yang terkandung
tersebut melebihi standar yang tercantum dalam SNI yaitu 39-40%.

Kata kunci : selulosa asetat, nata de soya, katalis

1
KONVERSI Vol. 2 No. 2 Oktober 2013 ISSN 2252-7311

PENDAHULUAN diantaranya oleh Safriani (2000),


Yulianawati (2002), dan Arifin (2004).
Latar Belakang Selulosa asetat banyak digunakan untuk
berbagai macam hal, yaitu sebagai bahan
Tahu merupakan salah satu makanan yang untuk pembuatan benang tenun dalam
umum dikonsumsi oleh penduduk industri tekstil, sebagai filter pada sigaret,
Indonesia karena harganya yang relatif bahan untuk lembaran-lembaran plastik,
murah. Tahu dibuat dengan bahan dasar film dan juga cat. Oleh karena itu selulosa
kedelai yang memiliki kandungan protein asetat merupakan bahan industri yang
tinggi, yaitu sebesar 35% atau bahkan cukup penting peranannya.
mencapai 40- 43% pada varietas unggul.
(IPTEKnet 2002). Penelitian ini dilakukan sebagai salah satu
Setiap 100 kg kedelai akan menghasilkan langkah untuk dapat mengantisipasi dan
1500-2000 liter air limbah. Limbah cair memberikan altematif meningkatnya
yang dihasilkan mengandung padatan kebutuhan sumber selulosa yang selama
tersuspensi maupun terlarut, akan ini berasal dari kayu dan kapas. Dengan
mengalami perubahan fisika, kimia, dan memanfaatkan limbah tahu ini diharapkan
hayati yang akan menghasilkan zat dapat menjadi salah satu solusi bagi
beracun atau menciptakan media untuk limbah-limbah produksi tahu yang belum
tumbuhnya kuman sehingga air limbah dimanfaatkan serta dapat mengurangi
akan berubah wamanya menjadi coklat ketergantungan terhadap kapas dan kayu
kehitaman dan berbau busuk. dalam pembuatan selulosa yang akibatnya
Pemanfaatan limbah cair produksi tahu dapat mengancam kelestarian lingkungan.
diantaranya sebagai bahan pembuatan
biogas dan bahan baku pembuatan nata de Tinjauan Pustaka
soya. Akan tetapi sampai saat ini limbah
cair produksi tahu tersebut belum Nata De Soya
termanfaatkan secara optimal. Oleh karena
itu, diperlukan pemanfaatan limbah cair Nata adalah sejenis bahan mirip agar-agar,
produksi tahu lebih lanjut untuk tetapi kekerasannya mendekati kekerasan
memperoleh produk yang lebih bemilai dan kolang-kaling. Nata de soya dapat
salah satunya adalah selulosa asetat. digunakan sebagai makanan penyegar,
Selulosa yang merupakan bahan baku yaitu dihidangkan dalam bentuk campuran
utama dalam pembuatan selulosa asetat dengan buah-buahan.
umumnya diperoleh dari kayu dan kapas. Sebenarnya nata adalah “Bacterial
Semakin tinggi populasi manusia di bumi, Cellulosa” atau selulosa sitesis, hasil
semakin menyempit pula lahan untuk sintesa dari gula oleh bakteri pembentuk
tumbuhan, akibatnya harus dicari alternatif nata, yaitu Acetobacter Xylinum, yang
sumber selulosa. Selain tumbuhan merupakan bakteri asam asetat, yang
selulosa juga dapat dihasilkan oleh bakteri bersifat aerobic (butuh udara), gram positif
(acetobacter, agrobacterium, rhizobium, berbentuk batang. Dalam medium cair
sarcina) yang dikenal sebagai selulosa Acetobacter Xylinum membentuk suatu
bakterial (krystynowicz & bielecki 2001). lapisan/massa yang dapat mencapai
Media yang umum digunakan adalah air ketebalan beberapa centimeter.
kelapa, seiring dengan berkembangnya Dengan pertolongan bakteri tersebut
industri nata de coco harga air kelapa (Acetobacter xylinum) maka komponen
menjadi meningkat oleh gula yang ditambahkan ke dalam substrat
air limbah tahu dapat diubah menjadi suatu
karena itu limbah produksi tahu dapat bahan yang menyerupai gel dan terbentuk
dijadikan altematif penghasil selulosa di permukaan media. Menurut hasil
bakterial. Produk yang dihasilkan tersebut penelitian microbial cellulose ini nata selain
dinamakan nata de soya. untuk makanan, sekarang (terutama di
Nata de soya merupakan suatu selulosa Jepang) telah dikembangkan untuk
bakterial yang dapat dijadikan sebagai keperluan peralatan-peralatan yang
sumber untuk pembuatan selulosa asetat. berteknologi tinggi.
Proses pembuatan selulosa asetat dari Menurut Alaban (1962), faktor yang
selulosa bakterial telah banyak dilakukan, berpengaruh pada pembuatan nata

2
Pembuatan Selulosa Asetat Berbahan Dasar Nata De Soya
Adityo Sawong Seto

meliputi sumber gula, suhu fermentasi,


tingkat keasaman medium, lama Jaringan selulosa bakterial yang terbentuk
fermentasi, dan aktivitas bakterinya. lembaran yang mengapung di permukaan
Air limbah tahu merupakan suatu medium medianya telah terbukti mempunyai daya
yang baik untuk pertumbuhan bakteri, regang, elastisitas, kekenyalan, daya
karena mengandung bahan-bahan seperti tahan, ketahanan bentuk, dan kapasitas
senyawa nitrogen, vitamin, dan mineral. serap air yang tinggi (Schmitt et al
Oleh karena itu penyiapan air limbah tahu 1991).kapasitas serap air BC mencapai
untuk pembuatan nata harus ditangani 100-120 kali bobot keringnya, lebih banyak
secara cepat. daripada yang mampu diserap oleh pulp
kayu Kedua sifat itu membuat selulosa
Bahan penunjang lainnya yaitu gula, asam bakterial banyak diaplikasikar. dalam
asetat glacial, dan starter. Gula yang biasa bidang medis. Selulosa bakterial bersifat
digunakan adalah gula pasir dari olahan mudah terdegradasi, dapat didaur ulang,
tebu, dengan kadar sukrosa lebih dari 95 biocompatible, karena memiliki
%. Penggunaan gula pasir bermutu rendah kelembaman metabolic, nontoksik, dan
yang berwarna agak gelap menyebabkan nonalergenik.
timbulnya wama kecoklatan yang tidak
disukai pada nata yang dihasilkan Selulosa Asetat
(Collado, 1986). Acetobacter Xylinum akan
memenfaatkan gula sebagai sumber Pemanfaatan bahan baku selulosa asetat
tenaga Gula ini disintesis menjadi sellulosa oleh industri -industri pemakainya
atau nata de soya. meningkat tiap tahun. Hal ini dapat dilihat
Dalam proses inkubasi, khususnya dari peningkatan irapor selulosa asetat
pembuatan nata de soya dilakukan dengan yang terus mengalami peningkatan setiap
penembahan starter yang bertujuan untuk tahunnya dimana berdasarkan data dari
memperbanyak sel-sel bakteri sehingga Badan Pusat Statistik tahun 2007 selulosa
reaksi biokimianya dapat beijalan dengan asetat pada tahun 2006 meningkat pada
baik dan lancar. (Basrah Enie dan kisaran 15.897 ton/tahun, walaupun tingkat
Supriatna, 1993, Lestari, 1994). konsumsi selulosa asetat cukup
meningkat, namun sampai saat ini pabrik -
Kekhasan Selulosa Bacterial pabrik selulosa asetat yang ada belum
mampu memenuhi kebutuhan para
Produk selulosa bakterial dari suatu galur pemakainnya. Untuk itulah dalam jangka
acetobacter mumi secara kimiawi, yaitu panjang diharapkan akan berdiri pabrik
bebas dari lignin dan hemiselulosa serta selulosa asetat di Indonesia yang dapat
produk-produk biogenic lainnya (masaoka menutupi ketergantungan akan impor
et al. 1993, geyer et al. 1994). Karena itu, selulosa asetat dari luar negeri.
selulosa bakterial dapat dimumikan dari
media dan dari sel-sel bakteri yang Selulosa asetat merupakan ester organik
terperangkap didalamnya, dengan yang berbentuk padatan tidak berbau, tidak
perlakuan lembut memakai basa encer, beracun, tidak berasa dan berwama putih
misalnya NaOH 0,1 N. Unit ulang dari yang dibuat dengan mereaksikan selulosa
rantai struktur selulosa adalah unit dengan asam asetat anhidrida dengan
selulosa. Rumus Haworth selulosa terlihat bantuan asam sulfat sebagai katalis
pada gambar 3
(Kroswitch, 1990). Selulosa yang
digunakan dalam pembuatan turunan
selulosa harus memiliki kemurnian tinggi.
Menurut Ulman’s encyclopedia (1999),
bahan baku selulosa dari kapas
kemurniannya tinggi dengan nilai
a-selulosa sampai 99%, sedangkan dari
pulp kayu nilai selulosanya dalam kisaran
90-97%.
Gambar 1. Rumus Haworth Selulosa
(Fengel & Wegener 1984).

3
KONVERSI Vol. 2 No. 2 Oktober 2013 ISSN 2252-7311

Selulosa asetat adalah suatu senyawa dibedakan berdasarkan derajat subtitusi


kimia buatan yang digunakan dalam film dan pelarutnya diuraikan pada tabel 3
fotografi. Secara kimia, selulosa asetat
adalah ester dari asam asetat dan Tabel 2. hubungan antara derajat subtitusi
selulosa. Senyawa ini periama kali dibuat selulosa asetat, kadar asetil
pada tahun 1865. Selain pada film dan aplikasinya (Frengel & Wegener 1984)
fotografi, senyawa ini juga digunakan
sebagai komponen dalam bahan perekat, Derajat Kadar asetil
Aplikasi
serta sebagai serat sintetik. subtitusi (%)

0,6 - 0,9 13,0-18,6 -


Film fotografi yang terbuat dari asam asetat
pertama kali diperkenalkan pada 1934, 1,2-1,8 22,2 - 32,2 Plastic
menggantikan selulosa nitrat yang 2,2-2,7 36,5 - 42,2 Benang, film
sebelumnya menjadi standar. Kelemahan
film selulosa nitrat adalah senyawa 2,8-3,0 43,0 - 44,8 Kain,
pembungkus
tersebut tidak stabil dan mudah sekali
terbakar. Bila terjadi kontak dengan
oksigen, film selulosa asetat menjadi rusak Tabel 3. kelas - kelas komersial selulosa
dan tidak dapat digunakan lagi, serta asetat (Immergut 1975)
melepaskan asam asetat. Fenomena ini DS Pelarut Aplikasi
disebut "sindrom cuka", karena asam Air - propanol Tekstil
asetat merupakan bahan utama dalam 1,8-1,9
-kloroform komposit
cuka. Sejak dekadel980-an, film dari Pemis dan
2,2-2,3 Aseton plastic
poliester (sering juga disebut dengan nama
dagang dari Kodak Estar) mulai 2,3-2,4 Aseton Rayon asetat
menggantikan film dari selulosa asetat,
2,5-2,6 Aseton Film safety
terutama untuk tujuan pengarsipan. dan sinar X
Sebelum munculnya poliester, film selulosa Diklorometana Lembaran
asetat juga dipakai pada pita magnetik. 2,8-2,9
- etanol penginsulasi
Sekarang selulosa asetat masih digunakan
dalam beberapa hal, misalnya negatif dari 2,9-3,0 Diklorometana Tekstil
gambar bergerak
Katalis
Katalis adalah suatu zat yang
mempercepat laju reaksi reaksi kimia pada
suhu tertentu, tanpa mengalami perubahan
atau terpakai oleh reaksi itu sendiri Suatu
katalis berperan dalam reaksi tapi bukan
sebagai pereaksi ataupun produk.
Katalis mempunyai tiga fungsi katalitik,
yaitu:
Gambar 3. Struktur Selulosa Asetat 1. Aktifitas
Berkaitan dengan kemampuan
Sifat - sifat fisik selulosa asetat Titik lebur mempercepat reaksi
°C : 306 Spesifik grafity : 1,27-1,88 Panas 2. Selektifitas
spesifik : 1,46 Berkaitan dengan kemampuannya
mengarahkan suatu reaksi
Kadar asetil merupakan ukuran jumlah 3. Stabilitas
asam asetat yang diesterifikasi pada rantai Berkaitan dengan kemampuannya
selulosa yang akan menentukan nilai menahan hal-hal yang dapat
derajat subtitusi (DS). Semakin tinggi kadar mengarahkan terjadinya deaktifitas
asetil semakin tinggi pula derajat katalis
subtitusinya Hubungan antara derajat
dengan kadar asetil dapat dilihat di tabel. Dalam penetilian ini katalis yang digunakan
Beberapa kelas komersial selulosa asetat adalah asam sulfat, katalis yang digunakan
ini termasuk katalis homogen karena

4
Pembuatan Selulosa Asetat Berbahan Dasar Nata De Soya
Adityo Sawong Seto

memiliki fasa yang sama dengan pereaksi


yang dikatalisnya.
Dalam reaksi asetilasi antara asam asetat
anhidrid dan selulosa ini, asam sulfat akan
menambah muatan positif pada asam
sehingga akan mempercepat jalannya
reaksi dan menurunkan energi aktifasi
reaksi, dengan menurunnya energi aktifasi
maka semakin mudah terjadi reaksi kimia Selulose merupakan polimer linier dari
sehingga lebih banyak gugus asetil yang
bangun an-hidroglukosa Setiap bangun ini
dapat di subtitusi oleh gugus hidroksil. Bila mengandung 3 komponen hidrosil, pada
dibandingkan dengan katalis lain seperti proses pembentukan selulose asetat,
perchloric acid yang juga bisa digunakan
gugus - OH pada senyawa selulose
untuk proses mi. maka asam sulfat jauh mengalami subtitusi. Langkah pertama
lebih efektif untuk digunakan pada proses pada mekanisme ini adalah asam sulfat
yang berlangsung dengan temperatur akan bereaksi dengan asam asetat
rendah dan waktu reaksi yang singkat, anhidnd membentuk acetylsurfuric-acid.
meskipun dalam jumlah katalis yang Langkah kedua adalah subtitusi senyawa
digunakan sedikit. acetylsulfuric-acid terhadap gugus hidroksil
(-OH) pada selulose sehingga terbentuk
Proses Pembuatan Selulosa Asetat selulose asetat.
Untuk mendapatkan selulosa asetat
diperlukan tiga tahap yaitu asetilasi, rendah kalori adalah selulosa yang
hidrolisis dan purifikasi. Aktivasi dilakukan dihasilkan diberi perlakuan dengan NaOH
agar reaksi esterifikasi berjalan sempuma. 1% pada suhu kamar selama 24 jam dan
Selulosa dapat diaktivasi dengan dinetralkan dengan asam asetat 1 %.
penambahan activator dan katalis. Reaksi Produk selulosa kemudian dicuci dengan
dengan kedua bahan tersebut dapat air dan dikeringkan
menyebabkan serat-serat selulosa Selulosa memiliki tiga gugus Hidroksil per
mengembang sehingga didapatkan luas
residu anhidroglukosa, sehingga dapat
permukaan yang besar dan mengurangi dilakukan reaksi-reaksi seperti esterifikasi,
ikatan intramolekuler hidrogen yang akan adisi, dan lain-lain Selulosa diesterifikasi
meningkatkan tingkat difusi reagen. menjadi selulosa triasetat (mengandung
Aktivator yang biasa digunakan adalah air 44,8% asetil) yang memiliki rumus empirik
atau asam asetat encer (Winding, 1947).
C6H705(CH3CO)3 (Bydson, 1995).
Proses asetilasi dimaksudkan untuk Menurut Faith-Keyes (Industrial Chemical)
mensubstitusi gugus hidroksil selulosa dan George T. Austin ( Shreve’Chemical
dengan gugus asetil, sehingga terbentuk Proses Industries) proses pembuatan
selulosa asetat. Reaksi dilakukan dengan selulosa asetat hanya terdapat satu
mencampurkan asam asetat glacial
macam proses yaitu reaksi esterifikasi
dengan selulosa sampai selulosa larut antara selulosa dengan asetat anhidrida.
sempuma dalam campuran asetilasi dan Selulosa asetat adalah senyawa ester
derajat substitusi antara 2,5-2,40. organic turunan selulosa. Dibuat dengan
Sedangkan proses hidrolisis dimaksudkan
mereaksikan antara selulosa dengan asam
untuk menghilangkan sebagian gugus asetat anhidrida, dengan katalis asam
asetil dari selulosa trimester dan untuk
sulfat. Penambahan katalis asam sulfat
menurunkan kombinasi ester sulfat (Kirk
dengan menggunakan asam asetat
dan Othmer, 1993). anhidrida mula-mula akan membentuk
Reaksi asetilasi selulose berlangsung acetyl sulfuric acid sebuah produk antara,
menurut mekanisme berikut: selanjutnya acetyl sulfuric acid akan
bereaksi dengan selulosa membentuk
selulosa asetat. Reaksi yang terjadi
sebagai berikut :

5
KONVERSI Vol. 2 No. 2 Oktober 2013 ISSN 2252-7311

Kombinasi asam sulfat dalam hasil reaksi dapat terlihat dari parameter seperti
selulosa asetat yang dipisahkan dengan rendemen selulosa asetat yang dihasilkan,
hidrolisis asam melalui panambahan lamanya waktu pembentukan selulosa
magnesium asetat kemudian dipisahkan asetat dan kadar asetil yang akan
melalui proses penyaringan. Dalam proses diperoleh.
hidrolisis ini juga terjadi perurairan asam
asetat anhidrida Kondisi operasi pada METODOLOGI PENELITIAN
proses hidrolisis berlangsung pada suhu
antara 40 - 80 °C dan tekanan 1 atm. Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilakukan selama kurang
Faktor-faktor yang mempengaruhi lebih 4 bulan, dan dilakukan di laboratorium
kadar asetil pada selulosa asetat Kimia Fakultas Teknik Universitas
Muhammadiyah Jakarta.
Berikut ini adalah beberapa faktor-faktor
yang mungkin dapat mempengaruhi kadar Bahan dan Alat
asetil pada selulosa asetat: Bahan
1. Kadar air selulosa 1. Air limbah indusri tahu
2. Penambahan zat asetilasi 2. Gulapasir pekat
Darwis et al (2003) menyatakan kadar 3. Bibit Acetobacter Xylinum
asetil selulosa asetat akan meningkat 4. Urea / DAP
dengan meningkatnya rasio anhidrida 5. NaOH
asetat. 6. Asam Asetat Anhidrida
3. Penambahan katalis 7. Asam Asetat Glasial
Penambahan katalis asam sulfat pada 8. H2SO4
reaksi asetilasi bertujuan untuk 9. Aquadest
menurunkan energi aktifasi reaksi, 10. NaHCO3
dengan menurunnya energi aktifasi
maka semakin mudah terjadi reaksi Alat
kimia sehingga lebih banyak gugus 1. Bak perendaman
asetil yang dapat di subtitusi oleh gugus 2. Hydraulis pressure
hidroksil 3. Hammer mill
4. Massa selulosa awal 4. Neraca analitik
Jumlah selulosa awal yang digunakan 5. Stirrer bar
untuk proses asetilasi selulosa menjadi 6. Water bath
selulosa asetat memiliki pengaruh yang 7. Pompa saring vacumm
berhubungan langsung dengan jumlah 8. Botol 100 ml
katalis yang digunakan 9. Kaca arloji
5. Suhu 10. Oven
Proses asetilisasi pada suhu tinggi 11. Desikator
dapat mempercepat terjadinya reaksi 12. Erlenmeyer
asetilasi.Pine et al (1998) Kuo et al
(1997) menyatakan proses asetil Pembuatan Nata de Soya
selulosa sebaiknya dilakukan pada 1. Air rebusan tahu (whey tofu) 1 liter
suhu berkisar 50-85°C. yang baru diambil dan masih segar
disaring, dan ditampung dalam
Hipotesa panci email (bukan panci
Penambahan sejumlah katalis yang alumunium), kemudian
digunakan diduga akan berpengaruh ditambahkan gula pasir 75 gr dan
terhadap lamanya pembentukan selulosa DAP 5 gr, diaduk-aduk sampai rata
asetat pada proses asetilasi yang kemudian didihkan selama kira-kira
kemudian juga dapat memberikan dampak 15 menit.
pada rendemen dan kadar asetil yang 2. Di angkat dan ditunggu lalu
dihasilkan, dengan penambahan sejumlah ditambahkan asam cuka 2% ,
katalis yang sesuai diharapkan mampu diaduk sampai homogen.
memberikan hasil yang optimal pada 3. Dimasukan dalam wadah
selulosa asetat yang dihasilkan, hal itu plastik/kaca dengan ketinggian

6
Pembuatan Selulosa Asetat Berbahan Dasar Nata De Soya
Adityo Sawong Seto

larutan kira-kira 3-4 cm, kemudian 4. Direndam dalam 50 ml asam asetat


ditutup lalu didinginkan. glasial selama 3 jam pada suhu
4. Ditambahkan starter/bibit nata cair kamar. Botol dikocok dengan
100 ml. Wadah ditutup dan kecepatan 200 rpm.
disimpan ditempat yang aman dan 5. Selulosa bacterial disaring vakum
bersih selama 12 hari (selama dan diperas sekuat mungkin.
penyimpanan, wadah tidak boleh 6. Selulosa bakterial dimasukkan
digoyang). kembali ke dalam botol bertutup
5. Setelah 12 hari atau ketebalan nata ganda yang baru, lalu ditambahkan
mencapai ketinggian 1.5-2 cm, asam asetat glasial 100 ml dan
lapisan nata de soya sudah boleh di H2SO4 sebagai katalis.
panen. Diagram alir pembuatan 7. Campuran diaduk kuat selama 1
nata de soya dapat dilihat di menit.
Gambar 6. 8. Ditambahkan Anhidrida asam
asetat dengan nisbah 1:5 tetes
Pembuatan Selulosa bakterial demi tetes, kemudian diaduk
1. Selulosa bakterial ( nata de soya ) hingga larutan berwama
yang berbentuk lembaran kemerahan.
dipotong-potong menjadi empat 9. Larutan dibiarkan dalam penangas
bagian. bersuhu 40°C. Waktu dihitung sejak
2. Dimumikan dengan merendamnya ditambahkannya anhidrida asam
di dalam larutan NaOH 1% selama asetat sampai terbentuk larutan
± 12 jam pada suhu kamar. berwama merah.
3. Dicuci kembali dengan air 10. Larutan hasil proses asetilasi
berulang-ulang sampai pH netral. dihidrolisis dengan menggunakan
4. Dipres dengan pompa hidrolik campuran air dan asam asetat
untuk mengeluarkan air dalam glasial (2:1) sebanyak 2.4 ml dan
bahan. dilakukan pengadukan pada
5. Dikeringkan di dalam oven dengan beberapa menit pertama.
suhu antara 30-35 °C. Pengeringan 11. Larutan dibiarkan pada suhu 40°C
pada suhu yang lebih tinggi dari 35 selama 30 menit dihitung sejak
°C akan membuat selulosa kurang ditambahkannya campuran asam
reaktif. asetat dan air.
6. Diperkecil ukurannya dan digiling 12. Larutan hasil hidrolisis disentrifuge
dengan hammer mill. selama 15 menit dengan kecepatan
7. Serbuk selulosa bakterial diukur 4000 rpm untuk memisahkan
kadar air dan kadar abunya. kotoran sisa asetilasi.
13. Supematan dituang perlahan ke
Pembuatan Selulosa Asetat dalam 500 ml air destilasi yang
Pembuatan selulosa asetat pada penelitian diaduk kuat dengan pengaduk
ini merupakan modifikasi prosedur magnetik hingga muncul serpihan
pembuatan selulosa asetat yang dilakukan (endapan) selulosa asetat yang
oleh Arifin (2004) : berwama putih. Serpihan yang
1. Di timbang serbuk selulosa terbentuk disaring vakum.
bakterial sebanyak X gram. 14. Serpihan selulosa asetat ini
2. Dicampurkan dengan 100 ml asam dinetralkan pH-nya dengan
asetat di dalam botol bertutup NaHC03 1 N hingga busa yang
ganda, lalu dikocok dengan muncul hilang kembali.
kecepatan 200 rpm selama 20
menit. Metode Analisa
3. Selulosa bakterial disaring vakum Penetapan Kadar Air
dan diperas sekuat mungkin,
perlakuan ini dilakukan duplo. Hasil 1. Cawan timbang kosong dikeringkan
perasan yang kedua dikembalikan dalam oven bersuhu 105°C selama
ke dalam botol bertutup ganda. 1 jam

7
KONVERSI Vol. 2 No. 2 Oktober 2013 ISSN 2252-7311

2. didinginan di dalam desikator, dengan 25 ml air suling tiap


kemudian ditimbang bobotnya. pencucian.
3. Contoh uji ditimbang sebanyak 5. Residu dalam kaca masir lalu diberi
0.2-1.0 g di dalam Cawan timbang 40 ml CH3COOH 10%, dan
tersebut lalu dikeringkan kembali dibiarkan selama 5 menit, sebelum
pada suhu yang sama. disaring-vakum kembali.
4. Bobot contoh dan cawan timbang 6. Residu dalam kaca masir
ditimbang setiap interval 1-3 hari. dikeringkan pada suhu (105±3)°C
Setelah bobotnya konstan dapat dalam oven bersirkulasi-udara,
diperoleh kadar air dengan sampai tercapai bobot konstannya
persamaan berikut: (W3).
7. Bobot (residu+kaca masir) itu
ditetapkan setiap interval 1-3 hari,
setelah didinginkan di dalam
desikator. Karena sifat
sangat-higroskopis dari selulosa
penetapan kadar a-selulosa harus
Keterangan :
disertai penetapan kadar air.
W3 : Bobot sampel + Cawan timbang
Penimbangan contoh uji untuk
setelah dikeringkan konstan. W2 : Bobot
kedua penetapan ini harus
sampel yang ditimbang W1 : Bobot kosong
dilakukan bersamaan. Jika kadar
cawan kosong.
air contoh uji dilambangkan (M),
kadar a-selulosa dapat dihitung dari
Penetapan Kadar α-Selulosa
persamaan berikut ini:
Mencuci kaca masir:

Kaca masir kosong dengan 20 ml larutan


pencuci sulfat-kromat dan dibiarkan 1-2
hari. Larutan pencuci ini dibuat dengan Petapan Kadar Asetil Selulosa Asetat
melarutkan 5 gram K2CrCo7 teknis ke Penetapan kadar asetil dilakukan dengan
dalam 100 ml H2SO4 teknis (aq) 1:1. modifokasi prosedur ASTM (1991), dan
Setelah pencucian ini, kaca masir menjadi volume larutan-larutan yang dituliskan
berwama merah kecoklatan, lalu dibilas berikut adalah untuk ±1 gram selulosa
dengan etanol teknis, sehingga sisa kromat asetat
tereduksi menjadi berwarna hijau, yang 1. Ditambahkan 40 ml etanol 75%
lolos dari kaca masir. Jika kaca masir (v/v) dengan pipet ke dalam labu.
masih agak kehijauan, dibilas lagi dengan 2. Dipanaskan di penangas air
air suling seperlunya. Setelah putih bersih, bersuhu 55°C selama 30 menit.
kaca masir dikeringkan selama 1 jam pada 3. Labu dikeluarkan dari penangas,
suhu (105±3)°C dalam oven bersirkulasi kemudian dimasukkan 40 ml NaOH
udara, lalu ditimbang bobotnya dengan 0.5 N ke ndalamnya, dengan buret.
teliti (Wl), setelah didinginkan di dalam 4. Labu dipanaskan kembali selama
desikator. 15 menit pada suhu yang sama.
Selanjutnya, labu ditutup rapat
Penetapan Kadar
dengan lembaran aluminium dan
1. Sebanyak I gram contoh uji dibiarkan selama 72 jam pada suhu
ditimbang teliti (W2) dalam gelas ruang.
piala 250 ml 5. Sisa NaOH dititrasi dengan HC1
2. Ke dalam gelas piala itu, 0.5 N standar menggunakan
ditambahkan 20 ml NaOH teknis indikator fenolftalein (pp) sampai
17.5% (b/v), lalu diaduk selama 5 lenyapnya warna merah muda.
menit. 6. Sebanyak 1 ml titran dilebihkan dari
3. Setelah 15 menit, ditambahkan 25 titik akhir itu, lalu labu ditutup rapat
ml air suling, dan diaduk kembali kembali, dan dibiarkan selama 24
selama 1 menit. Setelah 5 menit, jam pada suhu kamar untuk
4. contoh uji disaring-vakum dengan menarik NaOH yang berdifusi ke
kaca masir tadi, lalu dicuci 12 kali, dalam selulosa teregenerasi.

8
Pembuatan Selulosa Asetat Berbahan Dasar Nata De Soya
Adityo Sawong Seto

7. Sisa HC1 dititrasi dengan NaOH


0.5 N standar sampai muncul
warna merah muda permanen
pertama kali, titrasi dilakukan Keterangan :
dengan hati-hati karena titrat tidak A : Volume NaOH untuk titrasi contoh
tanpa warna, tetapi berwarna (ml)
kuning muda sampai coklat, B : Volume NaOH untuk titrasi blanko
bergantung pada warna selulosa (ml).
asetat setelah penetapan kadar air. Nb : Normalitas NaOH.
8. Blangko, yaitu perlakuan serupa C : Volume HC1 untuk titrasi contoh
dengan penetapan kadar asetil (ml).
contoh, tetapi tanpa menggunakan D : Volume HC1 untuk titrasi blanko
contoh, dibuat bersamaan dengan (ml).
contoh. Na : Normalitas HC1.
9. Kadar asetil selulosa asetat dapat M : Kadar air selulosa asetat (%)
dihitung dari persamaan sebagai W : Bobot selulosa asetat (gram)
berikut:

HASIL DAN PEMBAHASAN


Data pengamatan nata de soya (selulosa bakterial)
Tabel 4. Kadar Air Selulosa Bakterial
Ulangan W1 (g) W2 (g) W3 (g) Kadar Air (%) Rata - Rata
1 2,2375 0,9547 3,1445 5,0%
2 2,4731 09547 3,3157 6,6% 6%
3 2,4735 0,9547 3,3170 6,4%

Tabel 5. Kadar α-selulosa selulosa bacterial


Ulangan Wl(g) W2 (g) W3 (g) Kadar a- Rata - Rata
selulosa (%)

1 30,0411 1,0054 30,9423 85%


2 29,7054 1,0012 30,7276 93% 90,67%
3 29,7160 1,0008 30,7080 94%

Data pengamatan sintesa selulosa asetat


Tabel 6. Hasil pengamatan pada variabel volume katalis (H2SO4)

Bobot (ml) (°C) Waktu Kadar Rendeme Kadar keterangan


sampel H2SO4 Pemanasa pembentuka air n asetil
(Gram) n n (%) (%) (%)
(menit)

,3g 0,25 40°C 130 menit 4,67 51,05 % 44,23


ml % %
3g 0,50 40°C 108 menit 4,30 56,02 % 43,67
ml % %
3g 0,75 40°C 90 menit 4,83 58,44 % 43,35%
ml %
3g 1,00 40°C 65 menit 4,67 67,93 % 44,42

9
KONVERSI Vol. 2 No. 2 Oktober 2013 ISSN 2252-7311

ml % %
3g 1,25 40°C 45 menit 4,77 55,00 % 43,48
ml % %
3g 1,50 40°C Sampel terdekstruksi,
ml sulit untuk disaring
(hitam)

membuat proses pembentukan


Pembahasan semakin lama dan suhu reaksi pun
semakin meninggi karena lamanya
A. Rendemen waktu pembentukan tersebut,
akibatnya selulosa yang digunakan
mengalami degradasi molekul dan
juga membuat katalis H2SO4 yang
ditambahkan semakin bersifat
dekstruktif yang dapat memecah
bentuk serbuk selulosa yang
digunakan menjadi partikel dengan
ukuran lebih kecil dan halus yang
kemudian membuat selulosa asetat
Gambar 9. Grafik hubungan volume katalis yang akan di saring nanti lolos
dengan rendemen hasil dalam dari alat penyaring dalam hal
ini kertas saring yang digunakan.
Berdasarkan tampilan data pada grafik
diatas (gambar 9) diperoleh bahwa volume 2. Dilihat dari grafik pada gambar 9
katalis yang paling optimum dalam sampel dengan penambahan
menghasilkan selulosa asetat adalah katalis > 1ml memiliki hasil
katalis dengan volume sebesar 1ml, hal ini rendemen yang lebih rendah
terlihat pada presentase rendemen yang daripada sampel dengan volume
dihasilkan yang mana data rendemen katalis sebesar 1 ml, hal ini dapat
tersebut menunjukan presentase disebabkan oleh tidak
banyaknya selulosa asetat yang dihasilkan seimbangnya antara penambahan
pada setiap proses sintesa. Hal ini juga katalis dengan sampel selulosa
menunjukan bahwa variasi volume katalis awal yang digunakan yang mungkin
yang ditambahkan memberikan pengaruh dalam hal ini katalis yang
terhadap selulosa asetat yang dihasilkan. digunakan lebih banyak
Berikut ini akan coba dibahas apa saja dibandingkan kebutuhan selulosa
yang dapat mempengaruhi besar kecilnya awal untuk mempercepat proses
rendemen yang diperoleh pada tiap proses asetilasi. Hal tersebut
sintesa selulosa asetat: mengakibatkan waktu reaksi
pembentukan semakin cepat
1. Pada sampel dengan penambahan namun karena antara katalis dan
katalis H2SO4 <1ml diperoleh hasil selulosa awal yang digunakan tidak
rendemen yang lebih rendah dari berimbang maka dapat merusak
sampel dengan penambahan produk yang dihasilkan yaitu
katalis sebesar 1ml, hal ini mungkin selulosa asetat yang dihasilkan
disebabkan oleh karena tidak menjadi rapuh sehingga mudah
seimbangnya antara volume hancur dalam proses
penyaringannya dan lolos pada
kertas saring, asam sulfat
katalis yang digunakan dengan merupakan jenis asam kuat yang
massa selulosa awal yang dipakai penambahan dalam jumlah relatif
yang kemudian banyak dan dalam suhu tinggi

10
Pembuatan Selulosa Asetat Berbahan Dasar Nata De Soya
Adityo Sawong Seto

dapat menyebabkan putusnya yang optimal dengan penambahan katalis


rantai selulosa. sebesar 1ml.
Penambahan katalis asam sulfat pada
B. Waktu Pembentukan proses asetilasi bertujuan untuk
menurunkan energi aktifasi, dengan
menurunnya energi aktifasi maka semakin
mudah teijadi reaksi kimia sehingga lebih
banyak gugus asetil yang dapat di subtitusi
oleh gugus hidroksil. Pada penelitian ini
jumlah volume asam sulfat yang
ditambahkan relatif kecil (<2ml) karena
penambahan katalis dalam jumlah yang
banyak dapat menyebabkan putusnya
rantai selulosa sehingga deraj at
polimerisasi produk yang dihasilkan
rendah, hal ini tidak dikehendaki karena
dapat mengakibatkan produk yang terbuat
Berdasarkan data yang ditampilkan pada dari selulosa asetat ini nantinya memiliki
gambar 10 menunjukan bahwa semakin kekuatan mekanik yang rapuh. Selain itu
banyak volume katalis yang ditambahkan efek dari berlebihnya penambahan katalis
pada proses asetilasi maka waktu dapat membuat serbuk selulosa
pembentukan yang diperlukan pun terdekstrusi karena sifat asam sulfat yang
semakin cepat karena pada dasamya eksoterm mampu membuat serbuk
penambahan katalis bertujuan untuk lebih selulosa asetat rusak dan berubah ke
mempercepat waktu pembentukan serta ukuran partikel yang lebih kecil sehingga
memudahkan teijadinya reaksi kimia. akan mengganggu pada saat proses
Selain itu proses pemanasan serta sifat penyaringan nanti dan menurunkan kadar
katalis yang eksoterm juga memiliki peran asetil dari selulosa asetat, oleh karena
dalam menambah kecepatan dalam penting tentunya untuk dapat
pembentukan selulosa asetat tersebut. menyesuaikan antara bobot selulosa awal
Hasil ini sesuai dengan Nevel dan Zeronian yang digunakan dengan jumlah katalis
(1996) bahwa proses asetilasi pada suhu yang akan digunakan untuk mendapat
tinggi dapat mempercepat teijadi reaksi selulosa asetat yang optimal.
asetilasi tetapi juga dapat menyebabkan Banyaknya gugus asetil yang terdapat di
kerusakan pada selulosa. Kuo et al (1997) dalam selulosa asetat yang dihasilkan
menyatakan sebaiknya proses asetilisasi pada penelitian ini dapat diukur
selulosa dilakukan pada suhu berkisar berdasarkan kadar asetil yang dianalisa
40-60°C. Kadar asetil selulosa asetat dipengaruhi
oleh jumlah gugus asetil yang terdapat
C. Kadar asetil pada molekul- molekul selulosa asetat
tersebut karena kadar asetil berbanding
lurus dengan jumlah gugus asetil yang
terkandung didalamnya.

KESIMPULAN

Gambar 11. Grafik hubungan volume Berdasarkan dari penelitian yang telah
katalis dengan kadar asetil dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut:
Dilihat dari data yang ditampilkan pada 1. Didapatkan sampel dengan volume
gambar 11 diketahui bahwa sampel yang katalis 1ml adalah sampel yang
paling optimal pada analisa kadar asetil menghasilkan rendemen paling
adalah sampel dengan jumlah volume besar yaitu 67,93% dengan kadar
katalis sebesar 1ml ini menunjukan bahwa asetil sebesar 44,42% dan waktu
sampel selulosa dengan massa awal ± pembentukan selama 65 menit
3gram akan menghasilkan kadar selulosa

11
KONVERSI Vol. 2 No. 2 Oktober 2013 ISSN 2252-7311

2. Didapatkan sampel dengan volume


katalis 1,25 ml adalah sampel
dengan waktu pembentukan paling
cepat yaitu selama 45 menit
dengan kadar asetil sebesar
43,48% dan rendemen sebesar
55,5%
3. Dilihat dari kadar asetil yang
diperoleh dari semua sampel,
didapatkan kadar asetil yang
berkisar 43,35 - 44,42%, ini berarti
kadar asetil yang dihasilkan
melebihi range kadar asetil yang
tertera pada SNI yaitu 39 - 40%.

DAFTAR PUSTAKA

Arifin B. 2004. Optimasi kondisi asetilasi


selulosa bakteri dari nata de coco
[Skripsi]. Bogor: Departemen Kimia
Institut Pertanian Bogor.
Krystynowicz A, Bielecki S. 2001.
Biosynthesis of Bacterial Cellulose
and Its Potential Application In the
Different Industries. Polish
Biotechnology.
News.[http://www.Biotechnology-pl.c
om/science/krystynowicz.html], [1
Juli 2005].
Yulianawati N. 2002. Kajian pengaruh
nisbah selulosa dengan pereaksi
asetilasi dan lama asetilasi terhadap
produksi selulosa dari nata de coco
[Skripsi]. Bogor: Departemen Teknik
Industri Pertanian Institut Pertanian
Bogor.
Warintek. 2005. Nata de soya.
http://warintek/natadesoya/pagan/m
erintisbisnis/progressi o. html [8 Mei
2005],

12

Anda mungkin juga menyukai