Anda di halaman 1dari 17

1.

ANATOMI MATA
1.1.Makroanatomi Mata
Mata tertanam di dalam korpus adiposum orbital, tetapi dipisahkan dari korpusadiposum ini oleh selubung
fascial bola mata.
Bola mata terdiri atas tiga lapisan, dari luar ke dalam: tunika fibrosa, tunika vaskulosa (uvea) yang
berpigmen, dan tunikanervosa.
Isi bola mata adalah media refraksi: humor aquosus, korpus vitreum, dan lensa
a. Humor aquosus
adalah cairan bening yang mengisi kamera anterior dan kamera posterior bulbi. Diduga cairan ini
merupakan sekret dari prosesus siliaris, dari sini mengalir ke dalam kamera anterior melalui pupil dan
mengalir keluar melalui celah yang ada di angulus iridokornealis masul ke dalam kanalis Schlemmi.
Hambatan aliran keluar humor aquosus mengakibatkan peningkatan tekanan intraokular, yang disebut
glaukoma. Keadaan ini dapat menimbulkan kerusakan degeneratif pada retina, yang berakibat kebutaan.
Fungsi humor aquosus ini adalah untuk menyokong dinding bola mata denganmemberi tekanan dari
dalam, sehingga menjaga bentuk bola matanya.
Cairan ini juga memberi makanan pada kornea dan lensa dan mengangkut hasil-hasil metabolisme.
Fungsi ini penting karena kornea dan lensa tidak mempunyai pembuluh darah.
b. Korpus vitreum
mengisi bola mata di belakang lensa dan merupakan gel yangtransparan.
Kanalis hyaloideus adalah saluran sempit yang berjalan melalui korpus vitreum dari diskus nervi optici
ke permukaan posterior lensa.
Pada janin, saluran ini berisi arteri hyaloidea, yang menghilang beberapa saat sebelum lahir.
Fungsi korpus vitreum adalah sedikit menambah daya pembesaran mata, juga menyokong permukaan
posterior lensa dan membantu meletakkan pars nervosa retina ke pars pigmentosa retina.
c. Lensa
adalah struktur bikonveks yang transparan, yang dibungkus oleh kapsula transparan. Lensa terletak di
belakang iris dan di depan korpus vitreum, sertadikelilingi prosesus siliaris.
Lensa terdiri atas (1) kapsula elastis, yang membungkus struktur; (2) epitelkuboid, yang terbatas pada
permukaan anterior lensa; dan (3) fibrae lentis, yangdibetuk oleh epitel kuboid pada equator lentis.
Fibrae lentis menyusun bagianterbesar lensa. Untuk mengakomodasikan mata pada objek yang dekat,
m. siliaris berkontraksi dan menarik korpus siliaris ke depan dan dalam, sehingga serabut-serabut radial
ligamentum suspensorium menjadi relaksasi. Keadaan ini memungkinkan lensa yangelastis menjadi
lebih bulat

Saraf Saraf Orbita


1. N.optikus
N. optikus masuk ke orbita melalui canalis optikus dari fossa cranii media , disertai oleh arteri
opthalmica, yang terletak di sisi lateral bawahnya. Saraf ini dikelilingi oleh selubung piameter,
aracnoideamater, dan duramater. Berjalan ke depandan lateral di dalam kerucut mm.recti dan
menembus sklera pada suatu titik di medial polus posterior bola mata.
2. Nervus Lakrimalis
N. lakrimalis dipercabangkan dari divisi ophthalmica n.trigeminus pada dinding lateral sinus
cavernosus. Saraf ini halus dan masuk ke orbita melaluibagian atas fisura orbitalis superior.
Berjalan ke depan sepanjang pinggir atas m.rectus lateralis. Saraf ini bergabung dengan cabang n.
zigomaticotemporalis. N. lacrimalis berakhir dengan mempersarafi kulit bagian lateral palpebra
superior.
3. Nervus Frontalis
N. frontalis dipercabangkan dari divisi opthalmica n.trigeminus pada dinding lateral sinus
cavernosus. Masuk ke orbita melalui bagian atas fisura orbitalis superior dan berjalan ke depan
pada permukaan superior m.levator palpebrae superior, diantara otot ini dan atap orbita. Saraf ini
bercabang menjadi n.suprathoclearis dan n.supraorbitalis. N.supratroclearis berjalan diatas trochlea
untuk m.obliquus superior dan melingkari pinggir atas orbita untuk mempersarafi kulit dahi.

1
4. Nervus Trochlearis
N.trochlearis meninggalkan dinding lateral meninggalkan dinding lateral sinus caveronsus daan
masuk ke orbita melalui bagian atas fissura orbitalis superior. Saraf tersebut berjalan ke depan dan
ke medial, melintasi origo m.levator palpebrae superior dan mempersarafi m. Obliquus superior.
5. N.occulomotorius
Terdiri dari :
a) Ramus superior
N.occulomotorius meninggalkan dinding lateral sinus cavernosus dan masuk ke orbita
melalui bagian bawah fissura orbitalis superior, di dalam annulus tendineus. Cabang ini
mempersarafi m.rectus superior, kemudian menembus otot ini, dan memperdarafi m.levator
palpebrae superior yang ada di atasnya.
b) Ramus posterior
N.occulomotorius masuk ke orbita dengan cara yang sama dan memberikan cabang-cabang
ke m.rectud inferior. Saraf ke m.obliquus inferior memberikan sebuah cabang yang berjalan
ke gangglion ciliaris dan membawa serabut-serabut parasimpatis ke m.sphincter puppilae dan
m.cilliaris.
6. Nervus abducens
N.abdusens meninggalkan sinus cavernosus dan masuk ke orbita melalui bagian bawah fissura
orbitalis superior, di dalam anulus tendineus. Saraf ini berjalan ke depan dan mempersarafi
m.rectus lateralis.
7. Nervus Nasociliaris
N. Nasociliaris dipercabangkan dari divisi ophthalmica n. Trigeminus pada dinding lateral
sinus cavernosus. Nervus ini masuk ke orbita melalui bagian bawah fissura orbitalis, di dalam
annulus tendineus. Saraf ini melimtas di atas n. Optikus bersama a. Ophthalmica mencapai dinding
orbita. Kemudian n. Nasociliaris berjalan ke depa. Sepanjang punggir atas m. Rektus medialis dan
berakhir dengan bercabang dua menjadi n. Ethomoidalis anterior dan n. Infratrochlearis.
Cabang-cabang
a) Ramus communicans ke ganglion ciliaris
b) Nn. Ciliares
c) N. Ethmoidalis
d) N. Infratrochlearis
e) N. Ethmoidalis anterior.

Ganglion Ciliaris
Merupakan ganglion parasimpatis dan terletak pada bagian posterior orbita di lateral n.optikus.
Ganglion ini menerima serabut-serabut parasimpatiis preganglionik dari n.occulomotorius melalui
saraf tersebut ke m.obliquus inferior. Sejumlah serabut simpatis berjalan dari plexus caroticus internus
masuk ke dalam orbita dan berjalan melalui ganglion tanpa bersinaps.

Otot penggerak bola mata


Otot ini menggerakan mata dengan fungsi ganda dan untuk pergerakan mata tergantung pada letak
dan sumbu penglihatan sewaktu aksi otot . otot pengerakan bola mata terdiri atas enam otot, yaitu:
1. Musculus oblique inferior
Muscilus ini mempunyai origo pada fosa lakrimal tulang lakrimal. Berinsersi pada sklera
posterior 2 mm dari kedudukan makula , dipersarafi oleh saraf okulomotor , bekerja untuk
menggerakan mata ke arah abduksi dan eksiklotorsi.
2. Musculus oblique inferior
Musculus ini berorigo pada naulus zinn dan ala parva tulang sfenoid di atas formaen optikus.
Musculus ini dipersarafi oleh N.IV atau saraf troklear yang keluar dari bagian dorsal susunan saraf
pusat. Musculus ini mempunyai aksi pergerakan miring dari troklea pada bola mata dengan kerja
utama terjadi bila sumbu aksi dan sumbu penglihatan searah atau mata melihat ke arah nasal.
Berfungsi menggerakan bola mata untuk depresi terutama bila mata melihat ke nasal.

2
3. Musculus Rektus inferior
Mempunyai origo pada anulus Zinn, berjalan antara oblik inferior dan bola mata atau sklera dan
insersi 6 mm di belakang limbus yang pada persil dengan oblik inferior diikat kuat oleh ligamen
lockwood. Rektus inferior dipersarafi oleh n. III. Rektus inferior membentuk sudut 23 derajat dengan
sumbu penglihatan.

Fungsi menggerakkan mata :


Depresi (gerak primer)
Eksoklotorsi (gerak sekunder)
Aduksi (gerakvsekunder)

4. Musculus Rektus lateral


Rektus lateralmempunyai origo pada anulus Zinn di atas dan di bawah foramen optik. Rekyus
lateral dipersarafi oleh N. VI. Dengan pekerjaan menggerakan mata terutama abduksi.
5. Musculus Rektus Medius
Mempunyai origo pasa anuluz Zinn dan pembungkus dura saraf optik yng sering memberikan
dan rasa sakit pada pergerKan mata bila terdapat neuritis rettobulbar, dan berinsersi 5 mm dibelakang
limbus. Rektus medius merupakan otot mata yang paling tebal dengan tendon terpendek.
Menggerakan mata untuk aduksi ( gerak primer).

Vaskularisasi
1. Arteri ophthalmica
Arteri ophthalmica adalah cabang dari a.carotis interna setelah pembuluh ini keluar dari sinus
cavernosus. Arteri ini berjalan ke depan melalui canalis optikus bersama nervus optikus. Pumbuluh
ini berjalan di depan dan laterak dari n.optikus, kemudian menyilang di atasnya untuk sampai ke
dinding medial orbita. Kemudian arteri ini memberikan banyak cabang dan sebagian cabang-cabang
megikuti saraf-saraf di dalam orbita.
Cabang-cabangnya :
a) A.centralis retinae
b) Rami muscularis
c) Aa.ciliaris
d) A.lacrimalis
e) A.supratrochlearis dan a.supraorbitalis

2. Vena-vena ophthalmica
V.ophthalmica Superior berhubungan di depan dengan v.facialis. v. Ophthalmica inferior
berhubungan melalui fissura orbitalis inferior dengan plexus venosus pterygoideus. Kedua vena ini
berjalan ke belakang melalui fissura orbitalis dan bermuara ke dalam sinus cavernosus.

1.2. Mikroanatomi (Histologi) Mata (Media Refrakter)


Isi bola mata adalah media refraksi: kornea, aquos humor, lensa, dan korpus vitreus.
A. Sklera
Sklera terdiri atas jaringan fibrosa padat dan mempertahankan bentuk ukuran bolamata. Berkas serat
kolagen yang gepeng pada sklera sebagian besar terletak sejajar permukaan, tetapi berkas saling
menyilang di segala arah, dengan jaring-jaring halusserat elastik di antara berkas, juga sejumlah substansi
dasar, dan sejumlah kecilfibroblas yang gepeng/pipih dan bercabang-cabang.
Lapisan paling luar, jaringan episkleralis, merupakan cabang fibroelastik jarang yang di luar melanjutkan
diri dengan jaringan fibrosa padat kapsula Tenon, dengan dibatasi oleh jaringan longgar (ruangTenon).
Tendo otot ekstraokular berjalan melalui kapsula untuk berinsersi ke sklera.
Bola mata dapat berputar oleh karena ruang ini dan karena lemak orbital. Antara skleranya sendiri dengan
koroid terdapat suatu lapisan tipis, lamina fuska (lapis gelap), dengan berkas kolagen kecil, sejumlah
besar serat elastik, dan melanosit.Di posterior, sklera ditembusi serat-serat saraf optik pada lamina
kribrosa. Sklera mengandung pembuluh darah, terutama pada limbus, dan beberapa serat saraf elastis.

3
B. Kornea
Kornea jernih dan tembus cahaya dengan permukaan yang licin, tetapi tidak melengkung secara
uniform/seragam. Daya refraksi kornea, yang merupakan ‘hasil’indeks refraksi dan radius lengkung
kornea lebih besar daripada daya refraksi lensa.
Secara anatomis, kornea mempunyai dua bagian:
kornea asli dan limbus (suatu daerah peralihan dengan lebar sekitar 1 mm pada tepi kornea). Sementara
kornea asli bersifat avaskular, limbus mempunyai pembuluh darah dan limf.

Kornea asli, secara histologik, terdiri dari lima lapisan:


1. Epitel.
Pada permukaan luar terdapat epitel, yaitu suatu epiles berlapis gepeng tanpalapisan tanduk, dengan
lima hingga enam lapisan sel. Lapisan basal silindris rendah,kemudian tiga atau empat lapisan sel
polihedral (sel ‘sayap’), dan satu atau dualapisan sel permukaan yang gepeng. Epitel ini sangat
sensitif, dengan banyak akhir saraf bebas, dan mempunyai daya regenerasi istimewa/sangat baik,
mitosis hanyaterjadi dalam lapisan basal.
2. Membran Bowman.
Di bawah epitel terdapat membran Bowman, dengan tebal 8 μm,tak berbentuk dan tak mengandung
sel, dibentuk oleh perpadatan substansi antar seldengan serabut kolagen halus yang tersebar tak
beraturan. Membran ini berakhir dengan tegas/mendadak pada limbus.
3. Substansi propria.
Substansi propria membentuk massa kornea (90% ketebalannya), bersifat tembus cahaya, dan terdiri
dari lamel kolagen dengan sel. Lamel merupakanserat lebar, seperti pita, serabut dalam setiap lamel
sejajar, dengan lamel pada sudut-sudut yang berbeda. Lamel saling melekat karena adanya pertukaran
serabut antaralamel yang berdampingan. Fibroblas berbentuk bintang, gepeng dengan cabang
yangramping, terletak antara lamel.
4. Membran Descemet
Membran Descemet, tampak homogen, terletak sebelah dalamsubstansi propria. Dengan mikroskop
elektron, tampak membran ini mengandungserabut kecil dengan periodisitas 100 nm yang tersusun
dalam pola heksagona yangamat teratur. Secara kimiawi, materinya adalah kolagen.
5. Endotel.
Membran Descemet adalah membrana basal untuk endotel, merupakan satulapis sel kuboid yang
melapisi permukaan dalam kornea. Sel menunjukkan komplekstautan, permukaan antar sel yang tak
teratur, dan sejumlah besar vesikula pinositotik. Vesikula ini mentransportasikan cairan dan
larutan.Kornea bersifat avaskular (tak berpembuluh darah), mendapatkan nutrisi dandifusi pembuluh
perifer dalam limbus dan dari humor aqueus di bagian tengah.

Limbus kornea
merupakan zona peralihan atau zona pertemuan, dengan tebalhanya 1 mm, antara kornea dan sklera. Di sini,
epitel kornea menebal sampai 10 ataulebih lapisan dan melanjutkan diri dengan konjungtiva, membran
Bowman berhentidengan tiba-tiba, membran Descemet menipis dan memecah dan melanjutkan dirimenjadi
trabekula ligamen pektinata, dan stroma kornea menjadi kurang teratur dansecara bertahap susunannya
berubah dari susunan lamelar yang khas menjadi kurangteratur seperti yang ditemukan pada sklera. Limbus
memiliki vaskularisasi yang baik.

Lensa
Lensa kristalina bentuknya bikonveks, permukaan posterior lebih melengkung dari padaanterior. Di bagian
tengah pada kedua permukaannya terdapat kutub anterior dan kutub posterior. Garis yang menghubungkan
keduanya,
axis, dan batas sekelilingnya adalah ekuator. Pada orang muda, lensa bersifat elastik, dan akan bertambah
keras dan sklerotik dengan bertambahnya usia. Lensa cenderung menjadi bulat, tetapi daya ini ditahan (dan
lensa menggepeng) karena tegangan pada zonula.
Secara struktural,terdapat tiga komponen:
1. Kapsul lensa

4
Kapsul lensa meliputi lensa. Tebalnya sekitar 10 μm pada permukaananterior, tetapi hanya 5-6 μm
pada permukaan posteriornya. Kapsul ini homogen,agaknya merupakan membran yang tak
berbentuk, bersifat elastik, dan mengandungglikoprotein dan kolagen tipe IV. Padanya melekat serat
zonula, yang berjalan ke badan siliar sebagai ligamen suspensorium/penyokong.
2. Epitel subkapsular
Hanya pada permukaan anterior, di bawah kapsula, terdapatepitel subkapsular, merupakan satu
lapisan sel kuboid. Bagian dasar sel ini terletak di luar dalam hubungan dengan kapsula. Apeksnya
terletak di dalam dan membentuk kompleks jungsional dengan serat lensa. Ke arah ekuator, sel ini
bertambah tinggidan beralih menjadi serat lensa, lensa tumbuh sepanjang kehidupan dengan
penambahan serat ini. Dengan memanjangnya sel kapsul pada ekuator, ujung anteriornya bergeser di
bawah epitel lensa dengan ujung posterior di bawah kapsul di bagian posterior.
3. Substansi lensa
Substansi lensa terdiri dari serat lensa, yang masing-masing berbentuk sebagai prisma heksagonal.
Sebagian besar serat tersusun secarakonsentris dan sejajar permukaan lensa. Di permukaan, pada
korteks, serat yanglebih muda mengandung inti dan beberapa organel. Di bagian tengah, dalam
intilensa, serat yang lebih tua telah kehilangan inti dan tampak homogen. Serat yang berdampingan
menunjukkan suatu kompleks yang terdiri dari juluran sitoplasmayang saling mengunci dengan
banyak tautan celah dan desmosom bercak.Lensa sama sekali tanpa pembuluh darah, karenanya
mendapatkan nutrisi darihumor aqueus dan badan vitreus. Lensa bersifat tumbuh cahaya, dan
membran plasmaserat lensanya sangat tidak permeabel.
Lensa dipertahankan pada tempatnya olehligamen suspensorium, disebut zonula, yang terdiri dari
lembaran (serat zonular) terdiridari materi fibrilar yang berjalan dari badan siliar ke ekuator lensa,
sehingga meliputilensa. Pada perlekatannya ke lensa, serat zonular memecah menjadi serat yang
lebih halus yang menyatu dengan kapsul lensa.

Korpus Vitreus
Korpus vitreus merupakan suatu agar-agar yang jernih dan tembus cahaya yangmemenuhi ruang antara
retina dan lensa. Oleh karenanya bentuknya sferoid/bundar dengan lekukan pada bagian anterior untuk
menyesuaikan dengan lensa. Bagian inimelekat pada epitel siliar, terutama sekeliling diskus optik dan ora
serrata. Badan siliar mengandung glikosaminoglikans yang terhidrasi, khususnya asam hialuronat,
danserabut kolagen dalam bentuk jalinan halus. Serabut ini lebih padat pada bagian perifer dan sekeliling
saluran berbentuk tabung yang berisi cairan dan berjalan anteroposterior.

Saluran ini disebut kanal hyaloidea, yang semula mengandung arteri hyaloidea padamasa janin. Beberapa sel
ditemukan di sini, khususnya pada bagian tepi, danmerupakan makrofag dan sel (hialosit) berperan dalam
sintesis dan pemeliharaankolagen dan asam hialuronat. Di bagian tepi, badan vitreus melekat pada
membranlimitans interna. Badan vitreus juga memelihara bentuk dan kekenyalan bola mata.

2.FISIOLOGI MATA
2.1.Fungsi Komponen Mata
a. Lapisan terluar
yang keras pada bola mata adalahn tunika fibrosa. Bagian posterior tunika fibrosa adalah sklera opaque
yang berisi jaringan ikat fibrosa putih.
1. Sklera
memberi bentuk pada bola mata dan memberikan tempat perlekatanuntuk otot ekstrinsik
2. Kornea
adalah perpanjangan anterior yang transparan pada sklera di bagiandepan mata. Bagian ini
mentransmisi cahaya dan memfokuskan berkas cahaya
b. Lapisan tengah
bola mata disebut tunika vascular (uvea), dan tersusun atas koroid, badan siliaris, dan iris.
1. Lapisan koroid

5
adalah bagian yang sangat terpigmentasi untuk mencegahrefleksi internal berkas cahaya. Bagian ini
juga sangat tervaskularisasi untuk memberikan nutrisi pada mata, dan elastik sehingga dapat menarik
ligamentumsuspensori.
2. Badan siliaris,
suatu penebalan di bagian anterior lapisan koroid, mengandung pembuluh darah dan otot siliaris.
Otot melekat pada ligamentum suspensori, tempat perlekatan lensa. Otot ini penting dalam
akomodasi penglihatan, atau kemampuan untuk mengubah fokus dari objek berjarak jauh ke objek
berjarak dekat di depan mata.
3. Iris
perpanjangan dari sisi anterior koroid, merupakan bagian mata yang berwarna bening. Bagian ini
terdiri dari jaringan ikat dan otot radialis sertasirkularis, yang berfungsi untuk mengendalikan
diameter pupil.
4. Pupil
adalah ruang terbuka yang bulat pada iris yang harus dilalui cahaya untuk dapat masuk ke interior
mata.
c. Lensa
adalah struktur bikonveks yang bening tepat di belakang pupil. Elastisitasnyasangat tinggi, suatu sifat
yang akan menurun seiring proses penuaan.
d.Rongga mata.
Lensa memisahkan interior mata menjadi dua rongga: ronggaanterior dan rongga posterior.
1. Rongga anterior terbagi menjadi dua ruang.
A. Ruang anterior terletak di belakang kornea dan di depan iris; ruang posterior terletak di depan
lensa dan di belakang iris.
Ruang tersebut berisi aqueous humor, suatu cairan bening yang diproduksi oleh prosesussiliaris
untuk mencukupi kebutuhan nutrisi lensa dan kornea. Aqueous humor mengalir ke saluran
Schlemm dan masuk ke sirkulasi darah vena.
B. Tekanan intraokular
pada aqueous humor penting untuk mempertahankan bentuk bola mata. Jika aliran aqueous
humor terhambat, tekanan akan meningkat dan mengakibatkan kerusakan penglihatan, suatu
kondisi yang disebut glaukoma.
2. Rongga posterior
terletak di antara lensa dan retina dan berisi vitreus humor,semacam gel transparan yang juga berperan
untuk mempertahankan bentuk bolamata dan mempertahankan posisi retina terhadap kornea.

e. Retina
lapisan terdalam mata, adalah lapisan tipis dan transparan.
Lapisan ini terdiri dari lapisan terpigmentasi luar, dan lapisan jaringan saraf dalam.
A. Lapisan terpigmentasi luar
pada retina melekat pada lapisan koroid. Lapisanini adalah lapisan tunggal sel epitel kuboid yang
mengandung pigmen melanindan berfungsi untuk menyerap cahaya berlebih dan mencegah refleksi
internal berkas cahaya yang melalui bola mata. Lapisan ini juga menyimpan vitamin A.

B. Lapisan jaringan saraf dalam (optikal), yang terletak bersebelahan denganlapisan terpigmentasi, adalah
struktur kompleks yang terdiri dari berbagai jenisneuron yang tersusun dalam sedikitnya sepuluh
lapisan terpisah.
1. Sel batang dan kerucut adalah reseptor fotosensitif yang terletak berdekatan dengan
lapisanterpigmentasi.
2. Neuron bipolar
membentuk lapisan tengah dan menghubungkan sel batang dan sel kerucut kesel-sel ganglion.
3. Sel ganglion
mengandung akson yang bergabung pada regia khusus dalam retina untuk membentuk saraf optik.
4. Sel horizontal dan sel amakrin

6
merupakan sel lain yang ditemukan dalam retina, sel ini berperan menghubungkan sinaps-sinaps
lateral.-Cahaya masuk melalui lapisan ganglion, lapisan bipolar, dan badan sel batang dan kerucut
untuk menstimulasi prosesus dendrit dan memicu impuls saraf. Kemudian impuls saraf
menjalar dengan arah terbalik melalui kedua lapisan sel saraf.

∗Bintik buta (diskus optik)


adalah titik keluar saraf optik. Karena tidak adafotoreseptor pada area ini, maka tidak ada sensasi
penglihatan yang terjadi padasaat cahaya jatuh ke area ini.

∗Lutea macula adalah area kekuningan yang terletak agak lateral terhadap pusat.

∗Fovea adalah pelekukan sentral makula lutea yang tidak


memiliki sel batang danhanya mengandung sel kerucut.
Bagian ini adalah pusat visual mata; bayanganyang
terfokus di sini akan diinterpretasikan dengan jelas dan
tajam oleh otak.

2.2.Proses Penglihatan
Berkas-berkas cahaya dari separuh kiri lapangan pandang
jatuh di separuh kanan retina kedua mata. Demikian
sebaliknya, berkas-berkas cahaya dari separuh kanan
lapangan pandang jatuh di separuh kiri retina kedua mata.
Tiap-tiap saraf optikus keluar dari retina membawa informasi
dari kedua belahan retina yang dipersarafi. Informasi ini
dipisahkan sewaktu kedua saraf optikus tersebut bertemu di
kiasma optikus.
Di dalam kiasma optikus, serat-serat dari separuh medial
kedua retina bersilangan ke sisi yang berlawanan, tetapiserat-
serat yang dari separuh lateral tetap disisi yang sama.
Berkas- berkas serat yang telah direorganisasi dan
meninggalkan kiasmaoptikus dikenal sebagaitraktus optikus.
Tiap-tiap traktus optikus membawa informasidari separuh
lateral salah satu retina dan separuh medial retina yang lain.
Dengan demikian, persilangan parsial ini menyatukan serat-serat dari kedua mata yang yangmembawa
informasi dari separuh lapangan pandang yang sama. Tiap-tiap traktus optikus menyampaikan ke belahan
otak di sisi yang sama informasi mengenai separuh lapangan pandang dari sisi yang berlawanan.
Perhentian pertama di otak untuk informasi dalam jalur penglihatan adalah nukleus genikulatus lateralis di
thalamus. Dikorpus atau nucleus genikulatum, serat-serat dari bagian nasal retina dan temporalretina yang
lain bersinaps di sel-sel yang axonnya membentuk traktus genikulokalkarina.
Traktus ini menuju ke lobus oksipitalis korteks serebrum (areaBrodmann 17)

3.MATA MERAH
3.1.Mata Merah dengan Visus Normal
A. Mata Merah dengan Penglihatan Normal dan Tidak Kotor/Belek
a. Pterigium
merupakan suatu pertumbuhan fibrovaskular konjungtiva yang bersifatdegeneratif dan invasif.
Pteregium berbentuk segitiga dengan puncak di bagian sentral atau di daerah kornea. Pterigium
mudah meradang, dan bila terjadi iritasi,maka bagian pterigium akan berwarna merah. Pterigium
dapat mengenai keduamata. Pterigium diduga disebabkan oleh iritasi kronis akibat debu, cahaya
sinar matahari, dan udara yang panas. Etiologinya tidak diketahui dengan jelas dan diduga
merupakan suatu neoplasma, radang, dan degenerasi.

7
b. Pinguekula
merupakan benjolan pada konjungtiva bulbi yang ditemukan padaorang tua, terutama yang
matanya sering mendapat rangsangan sinar matahari,debu, dan angin panas. Letak bercak ini pada
celah kelopak mata terutama di bagiannasal. Pinguekula merupakan degenerasi hialin jaringan
submukosa konjungtiva.
c. Hematoma subkonjungtiva
dapat terjadi pada keadaan dimana pembuluh darahrapuh (umur, hipertensi, arteriosklerosis,
konjungtivitis hemoragik, anemia, pemakaian antikoagulan, dan batuk rejan). Dapat juga terjadi
akibat trauma langsung atau tidak langsung, yang kadang-kadang menutup perforasi jaringan bola
mata yang terjadi.
d. Episkleritis
merupakan reaksi radang jaringan ikat vaskular yang terletak antarakonjungtiva dan permukaan
sklera. Radang episklera dan sklera mungkindisebabkan oleh reaksi hipersensitivitas terhadap
penyakit sistemik, sepertituberkulosis, reumatoid artritis, lues, SLE, dan lainnya. Merupakan suatu
reaksitoksik, alergik, atau bagian dari infeksi. Dapat saja kelainan ini terjadi secaraspontan dan
idiopatik. Episkleritis umumnya mengenai satu mata dan terutama perempuan usia pertengahan
dengan bawaan penyakit reumatik.
e. Skleritis
biasanya disebabkan oleh kelainan atau penyakit sistemik. Lebih seringdisebabkan oleh penyakit
jaringan ikat, pasca herpes, sifilis, dan gout. Kadang-kadang disebabkan oleh tuberkulosis, bakteri
(pseudomonas), sarkoidosis,hipertensi, benda asing, dan pasca bedah. Skleritis biasanya terlihat
bilateral dan juga sering terdapat pada perempuan.

B. Mata Merah dengan Penglihatan Normal dan Kotor atau Belek


Gejala khusus pada kelainan konjungtiva adalah terbentuknya sekret.
Sekret merupakan produk kelenjar, yang pada konjungtiva bulbi dikeluarkan oleh sel goblet.
Sekretkonjungtivitis dapat bersifat:
∗Air, kemungkinan disebabkan oleh infeksi virus atau alergi
∗Purulen, oleh bakteria atau klamidia
∗Hiperpurulen, disebabkan oleh gonokok atau meningokok
∗Lengket, oleh alergi atau vernal
∗Seros, oleh adenovirusBila pada sekret konjungtiva bulbi dilakukan pemeriksaan sitologik
dengan pewarnaan Giemsa, maka akan didapat dugaan kemungkinan penyebab sekret
sepertiterdapatnya:
∗Limfosit—monosit—sel berisi nukleus sedikit plasma, maka infeksi mungkindisebabkan oleh
virus
∗Neutrofil oleh bakteri
∗Eosinofil oleh alergi
∗Sel epitel dengan badan inklusi basofil sitoplasma oleh klamidia
∗Sel raksasa multinuklear oleh herpes
∗Sel Leber—makrofag raksasa oleh trakoma
∗Keratinisasi dengan filamen oleh pemfigus atau dry eye
∗Badan Guarneri eosinofilik oleh vaksinia

3.2. Mata Merah dengan Visus Menurun


a. Keratitis
Radang kornea biasanya diklasifikasikan dalam lapis kornea yangterkena, seperti keratitis superfisial
dan interstisial/profunda. Keratitis dapatdisebabkan oleh berbagai hal, seperti kurangnya air mata,
keracunan obat, reaksialergi terhadap yang diberi topikal, dan reaksi terhadap konjungtivitis
menahun.Keratitis akan memberikan gejala mata merah, rasa silau, dan merasa kelilipan.
b.Keratokonjungtivitis sika
adalah suatu keadaan keringnya permukaan kornea dankonjungtiva. Kelainan ini dapat terjadi pada
penyakit yang mengakibatkandefisiensi komponen lemak air mata, defisiensi kelenjar air mata,
8
defisiensikomponen musin, akibat penguapan yang berlebihan, atau karena parut pada korneaatau
menghilangnya mikrovil kornea. Pasien akan mengeluh mata gatal, seperti berpasir, silau, penglihatan
kabur. Pada mata didapatkan sekresi mukus yang berlebihan. Sukar menggerakkan kelopak mata.
Mata kering karena dengan erosikornea.
c.Tukak (ulkus) kornea
merupakan hilangnya sebagian permukaan kornea akibatkematian jaringan kornea. Terbentuknya
ulkus pada kornea mungkin banyak ditemukan oleh adanya kolagenase yang dibentuk oleh sel epitel
baru dan selradang. Tukak kornea perifer dapat disebabkan oleh reaksi toksik, alergi, autoimun,dan
infeksi. Infeksi pada kornea perifer biasanya oleh kuman Staphylococcusaureus , H. influenzae , dan
M. lacunata
d.Ulkus Mooren
adalah suatu ulkus menahun superfisial yang dimulai dari tepikornea dengan bagian tepinya tergaung
dan berjalan progresif tanpa kecenderungan perforasi. Lambat laun ulkus ini mengenai seluruh kornea.
Penyebab ulkus Moorensampai sekarang belum diketahui. Banyak teori yang diajukan dan
diduga penyebabnya hipersensitivitas terhadap protein tuberkulosis, virus, autoimun, danalergi
terhadap toksin ankilostoma. Penyakit ini lebih sering terdapat pada wanitausia pertengahan.
e. Glaukoma akut
Mata merah dengan penglihatan turun mendadak biasanya merupakan glaukoma sudut tertutup. Pada
glaukoma sudut tertutup akut, tekanan intraokular meningkat mendadak. Terjadi pada pasien dengan
sudut bilik matasempit. Cairan mata yang berada di belakang iris tidak dapat mengalir melalui pupil,
sehingga mendorong iris ke depan, mencegah keluarnya cairan mata melalui sudut bilik mata
(mekanisme blokade pupil). Biasanya terjadi pada usia lebih daripada 40 tahun.
Pada glaukoma primer sudut tertutup akut, terdapat anamnesa yang khas sekali berupa nyeri pada mata
yang mendapat serangan yang berlangsung beberapa jam dan hilang setelah tidur sebentar. Melihat
palangi (halo) sekitar lampu dan keadaan ini merupakan stadium prodromal. Terdapat gejala
gastrointestinal berupa enek dan muntah yang kadang-kadang mengaburkan gejala daripadaserangan
glaukoma akut.

9
4.KONJUNGTIVITIS
4.1.Konjungtivitis
Konjungtivitis merupakan radang konjungtiva atau radang selaput lendir yang menutupi belakang
kelopak dan bola mata.
Konjungtivitis dibedakan bentuk akut dan kronis. Konjungtivitis dapat disebabkan bakteri seperti
konjungtivitis gonokok, virus, klamidia, alergi toksik, dan molluscumcontagiosum.
Gambaran klinis yang terlihat pada konjungtivitis dapat berupa hiperemikonjungtiva bulbi (injeksi
konjungtiva), lakrimasi, eksudat dengan sekret yang lebih nyata di pagi hari, pseudoptosis akibat
kelopak membengkak, kemosis, hipertrofi papil,folikel, membran, pseudomembran, granulasi, flikten,
mata terasa seperti adanya bendaasing, dan adenopati preaurikular. Biasanya sebagai reaksi
konjungtivitis akibat virus berupa terbentuknya folikel pada konjungtiva. Bilik mata dan pupil dalam
bentuk yang normal.

A. Konjungtivitis Bakteri
Pasien datang dengan keluhan mata merah, sekret mata, dan iritasi mata. Organisme penyebab tersering
adalah Staphylococcus, Streptococcus, Pneumococcus, danHaemophilus. Kondisi ini biasanya sembuh
sendiri meski obat tetes mata antibiotik spektrum luas akan mempercepat kesembuhan. Apusan
konjungtiva untuk kultur diindikasikan bila keadaan ini tidak menyembuh.Oftalmia neonatorum, yaitu
konjungtivitis yang terjadi pada 28 hari pertamakehidupan neonatus, merupakan penyakit yang mudah
dikenali. Apusan untuk kultur harus dilakukan. Selain itu, penting untuk memeriksa kornea untuk
menyingkirkan ulserasi.
Organisme penyebab tersering adalah:
 Konjungtivitis bakteri (biasanya Gram positif).
 Neisseria gonorrhoea
Pada kasus berat dapat menyebabkan perforasi kornea.Penisilin topikal dan sistemik masing-
masing diberikan untuk mengobati penyakitlokal dan sistemik.
 Herpes simpleks
yang dapat menyebabkan parut kornea. Antivirus topikaldigunakan untuk mengobati keadaan ini.
 Klamidia
Penyakit ini dapat menyebabkan konjungtivitis kronis dan parut korneayang dapat mengancam
penglihatan. Salep tetrasiklin topikal dan eritromisinsistemik masing-masing digunakan untuk
mengobati penyakit lokal dan sistemik.

B. Konjungtivitis Virus
Konjungtivitis ini dibedakan dari konjungtivitis bakteri berdasarkan:
 Sekret berair dan purulen terbatas;
 Adanya folikel konjungtiva dan pembesaran kelenjar getah bening preaurikular;
 Selain itu mungkin juga terdapat edema kelopak dan lakrimasi berlebih.
Konjungtivitis ini merupakan penyakit yang sembuh sendiri namun sangatmenular.
Organisme penyebab tersering adalah adenovirus dan yang lebih jarang,Coxsackie dan pikornavirus.
Adenovirus juga dapat menyebabkan konjungtivitis yang berhubungan dengan pembentukan

10
pseudomembran pada konjungtiva. Serotipeadenovirus tertentu juga menyebabkan keratitis pungtata
yang menyulitkan.
Terapi untuk konjungtivitis ini tidak diperlukan, kecuali terdapat infeksi bakteri sekunder.
Pasien harus diberikan instruksi higiene untuk meminimalkan penyebaran infeksi (misal menggunakan
handuk yang berbeda). Terapi keratitis masih kontroversial.
Penggunaan steroid mengurangi gejala dan menyebabkan hilangnya opasitas kornea, namun inflamasi
ulangan (rebound inflammation) sering terjadi ketika steroid dihentikan.

Infeksi Klamidia
Berbagai serotype Chlamydia trachomatis yang merupakan organisme intraselular obligat menyebabkan dua
bentuk infeksi mata.
a.Keratokonjungtivitis inklusi
Penyakit ini merupakan penyakit yang ditularkansecara seksual dan dapat berlangsung kronis (hingga
18 bulan), kecuali diterapidengan adekuat. Pasien datang dengan konjungtivitis folikular mukopurulen
danterjadi mikropanus (vaskularisasi dan parut kornea superfisial perifer) yang berhubungan dengan
parut subepitel. Uretritis dan servisitis sering terjadi.Diagnosis dikonfirmasi dengan deteksi antigen
klamidia, menggunakanimmunofluoresensi atau dengan identifikasi badan inklusi khas dari
apusankonjungtiva atau spesimen kerokan dengan pewarnaan Giemsa. Konjungtivitis inklusi diobati
dengan tetrasiklin topikal dan sistemik. Pasien harus dirujuk keklinik penyakit menular seksual.
b. Trakoma
merupakan penyebab infektif kebutaan tersering di dunia, meski tidak sering terjadi di negara maju.
Lalat rumah merupakan vektor penyakit ini dan penyakit mudah berkembang dengan higiene yang
buruk dan penduduk yang padatdi iklim kering dan panas. Tanda penting penyakit ini adalah
fibrosissubkonjungtiva yang disebabkan oleh reinfeksi yang sering terjadi pada kondisitidak higienis.
Kebutaan dapat terjadi karena parut kornea akibat keratitis dantrikiasis berulang. Trakoma diobati
dengan tetrasiklin atau eritromisin oral atautopikal. Azitromisin, sebagai alternatif, hanya memerlukan
sekali pemakaian.Entropion dan trikiasis membutuhkan koreksi bedah.

Konjungtivitis Alergi
Konjungtivitis alergi dapat dibagi menjadi akut dan kronis:
 Akut (konjungtivitis demam hay).
Merupakan suatu bentuk reaksi akut yang diperantarai IgE terhadap alergen yang tersebar di udara
(biasanya serbuk sari).
Gejala dan tanda antara lain: rasa gatal, injeksi dan pembengkakan konjungtiva (kemosis), serta
lakrimasi.
 Konjungtivitis vernal (kataral musim semi)
juga diperantarai oleh IgE. Seringmengenai anak laki-laki dengan riwayat atopi. Dapat timbul sepanjang
tahun.Gejala dan tanda antara lain: rasa gatal, fotofobia, lakrimasi, konjungtivitis papilar pada lempeng
tarsal atas (papila dapat bersatu untuk membentuk cobblestone raksasa), folikel dan bintik putih pada
limbus, lesi pungtata pada epitel kornea, plak oval opak yang pada penyakit parah plak ini menggantikan
zona bagian atas epitelkornea.

5. AJARAN ISLAM TENTANG INDERA MATA


Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam Al-Qur`an:“
Katakanlah kepada laki-laki yang beriman (kaum mukminin): “Hendaklah merekamenundukkan sebagian
dari pandangan mereka dan hendaklah mereka menjaga kemaluanmereka….
” (An-Nur: 30)Sekalipun wanita itu terbuka wajahnya, tidaklah berarti boleh memandang wajahnya.
Karenaterdapat perintah untuk menundukkan pandangan. Laki-laki menundukkan pandangannyadari melihat
wanita. Demikian pula sebaliknya, wanita diperintahkan menundukkan pandangannya dari melihat laki-laki.
Allah juga melanjutan firmannya yang menganjurkan para wanita untuk menjaga paandangannya yaitu:“
Katakanlah kepada wanita-wanita yang beriman: ‘Hendaklah mereka menundukkan sebagian dari
pandangan mereka…’.
” (An-Nur: 31)

11
\

DAFTAR PUSTAKA
Ganong, William F. 2002.
Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 20
. Jakarta: EGCIlyas, Sidarta. 2006.
Ilmu Penyakit Mata, Edisi Ketiga
. Jakarta: Balai Penerbit FKUIJames, Bruce. 2005.
Lecture Notes: Oftalmologi, Edisi Kesembilan
. Jakarta: ErlanggaLeeson, C. Roland. 1996.
Buku Ajar Histologi
. Jakarta: EGC Netter, Frank H. & Carlos A.G. Machado. 2003.
Interactive Atlas of Human Anatomy, Version3.0
. New York: Icon Learning Systems LLCSherwood, Lauralee. 2001.
Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem
. Jakarta: EGCSloane, Ethel. 2003.
Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula
. Jakarta: EGCSnell, Richard S. 2006.
Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran, Edisi 6
. Jakarta: EGC
12
KONJUNGTIVITIS
Definisi
Konjungtivitis adalah inflamasi konjungtiva dan ditandai dengan pembengkakan dan eksudat. Pada
konjungtivitis mata tampak merah, sehingga sering disebut mata merah. Konjungtivitis adalah peradangan
pada konjungtiva atau mata merah atau pink eye. Konjungtivitis merupakan peradangan pada konjungtiva
(lapisan luar mata dan lapisan dalam kelopak mata) yang disebabkan oleh mikroorganisme (virus, bakteri,
jamur), alergi, dan iritasi bahan-bahan kimia.

Etiologi
Konjungtivitis dapat disebabkan oleh berbagai hal dan dapat bersifat infeksius seperti :
- Bakteri
- Klamidia
- Virus
- Jamur
- Parasit (oleh bahan iritatif => kimia, suhu, radiasi) maupun imunologi (pada reaksi alergi).
Kebanyakan konjungtivitis bersifat bilateral. Bila hanya unilateral, penyebabnya adalah toksik atau kimia.
Organism penyebab tersering adalah stafilokokus, streptokokus, pneumokokus, dan hemofilius. Adanya
infeksi atau virus. Juga dapat disebabkan oleh butir-butir debu dan serbuk sari, kontak langsung dengan
kosmetika yang mengandung klorin, atau benda asing yang masuk kedalam mata.

Patofisiologi
Konjungtiva selalu berhubungan dengan dunia luar sehingga kemungkinan terinfeksi dengan
mikroorganisme sangat besar. Apabila ada mikroorganisme yang dapat menembus pertahanan konjungtiva
berupa tear film yang juga berfungsi untuk mmelarutkan kotoran-kotoran dan bahan-bahan toksik melalui
meatus nasi inferior maka dapat terjadi konjungtivitas.
Konjungtivitis merupakan penyakit mata eksternal yang diderita oleh masyarakat, ada yang bersifat akut
atau kronis. Gejala yang muncul tergantung dari factor penyebab konjungtivitis dan factor berat ringannya
penyakit yang diderita oleh pasien. Pada konjungtivitis yang akut dan ringan akan sembuh sendiri dalam
waktu 2 minggu tanpa pengobatan. Namun ada juga yang berlanjut menjadi kronis, dan bila tidak mendapat
penanganan yang adekuat akan menimbulkan kerusakan pada kornea mata atau komplikasi lain yang
sifatnya local atau sistemik.
Konjungtiva karena lokasinya terpapar pada banyak mikroorganisme dan factor lingkungan lain yang
mengganggu. Beberapa mekanisme melindungi permukaan mata dari substansi luar. Pada film air mata,
unsure berairnya mengencerkan materi infeksi, mucus menangkap debris dan kerja memompa dari pelpebra
secara tetap menghanyutkan air mata ke duktus air mata dan air mata mengandung substansi antimikroba
termasul lisozim. Adanya agen perusak, menyebabkan cedera pada epitel konjungtiva yang diikuti edema
epitel, kematian sel dan eksfoliasi, hipertrofi epitel atau granuloma. Mungkin pula terdapat edema pada
stroma konjungtiva (kemosis) dan hipertrofi lapis limfoid stroma (pembentukan folikel). Sel-sel radang
bermigrasi dari stroma konjungtiva melalui epitel kepermukaan. Sel-sel kemudian bergabung dengan fibrin
dan mucus dari sel goblet, embentuk eksudat konjungtiva yang menyebabkan perlengketan tepian palpebra
saat bangun tidur.
Adanya peradangan pada konjungtiva ini menyebabkan dilatasi pembuluh-pembuluh konjungtiva
posterior, menyebabkan hoperemi yang tampak paling nyata pada forniks dan mengurang kearah limbus.
Pada hiperemi konjungtiva ini biasanya didapatkan pembengkakan dan hipertrofi papilla yang sering disertai
sensasi benda asing dan sensasi tergores, panas, atau gatal. Sensai ini merangsang sekresi air mata.
Transudasi ringan juga timbul dari pembuluh darah yang hyperemia dan menambah jumlah air mata. Jika
klien mengeluh sakit pada iris atau badan siliare berarti kornea terkena.

Klasifikasi
a.Konjungtivitis Alergi
Konjungtivitis alergi adalah salah satu dari penyakit mata eksternal yang paling sering terjadi. Bentuk
konjungtivitis ini mungkin musiman atau musim-musim tertentu saja dan biasanya ada hubungannya dengan
kesensitifan dengan serbuk sari, protein hewani, bulu-bulu, debu, bahan makanan tertentu, gigitan serangga,

13
obat-obatan. Konjungtivitis alergi mungkin juga dapat terjadi setelah kontak dengan bahan kimia beracun
seperti hair spray, make up, asap, atau asap rokok. Asthma, gatal-gatal karena alergi tanaman dan eksim,
juga berhubungan dengan alergi konjungtivitis.
b.Konjungtivitis Bakteri
Konjungtivitis bakteri disebut juga “Pink Eye”. Bentuk ini adalah konjungtivitis yang mudah ditularkan,
yang biasanya disebabkan oleh staphylococcus aureus. Mungkin juga terjadi setelah sembuh dari
haemophylus influenza atau neiseria gonorhe.
c.Konjungtivitis Bakteri Hiperakut
Neisseria gonnorrhoeae dapat menyebabkan konjungtivitis bakteri hiperakut yang berat dan mengancam
penglihatan.
d.Konjungtivitis Viral
jenis konjungtivitis ini adalah akibat infeksi human adenovirus (yang paling sering adalah
keratokonjungtivitis epidermika) atau dari penyakit virus sistemik seperti mumps dan mononukleus.
Biasanya disertai dengan pembentukan folikel sehingga disebut juga konjungtivitis folikularis. Mata yang
lain biasanya tertular dalam 24-48 jam.
e.Konjungtivitis Blenore
Konjungtivitis purulen (bernanah pada bayi dan konjungtivitis gonore). Blenore neonatorum merupakan
konjungtivitis yang terdapat pada bayi yang baru lahir.

Manifestasi Klinis
Gejala subjektif meliputi rasa gatal, kasar ( ngeres/tercakar ) atau terasa ada benda asing. Penyebab
keluhan ini adalah edema konjungtiva, terbentuknya hipertrofi papilaris, dan folikel yang mengakibatkan
perasaan adanya benda asing didalam mata. Gejala objektif meliputi hyperemia konjungtiva, epifora (keluar
air mata berlebihan), pseudoptosis (kelopak mata atas seperti akan menutup), tampak semacam membrane
atau pseudomembran akibat koagulasi fibrin.
Adapun smanifestasi sesuai klasifikasinya adalah sebagai berikut:
1. Konjungtivitis Alergi
- Edea berat sampai ringan pada konjungtivitas
- Rasa seperti terbakar
- Injekstion vaskuler pada konjungtivitas
- Air mata sering keluar sendiri
- Gatal-gatal adalah bentuk konjungtivitas yang paling berat
2. Konjungtivitis Bakteri
- Pelebaran pembuluh darah
- Edema konjungtiva sedang
- Air mata keluar terus
- Adanya secret atau kotoran pada mata
- Kerusakan kecil pada epitel kornea mungkin ditemukan
3. Konjungtivitis Viral
- Fotofobia
- Rasa seperti ada benda asing didalam mata
- Keluar air mata banyak
- Nyeri prorbital
- Apabila kornea terinfeksi bisa timbul kekeruhan pada kornea
- Kemerahan konjungtiva
- Ditemukan sedikit eksudat
4. Konjungtivitis Bakteri hiperakut
- Infeksi mata menunjukkan secret purulen yang massif
- Mata merah
- Iritasi
- Nyeri palpasi
- Biasanya terdapat kemosis
- Mata bengkak dan adenopati preaurikuler yang nyeri

14
5. Konjungtivitis Blenore
Tanda-tanda blenore adalah sebagai berikut:
- Ditularkan dari ibu yang menderita penyakit GO
- Menyebabkan penyebab utama oftalmia neinatorm
- Memberikan secret purulen padat secret yang kental
- Terlihat setelah lahir atau masa inkubasi antara 12 jam hingga 5 hari
- Perdarahan subkonjungtita dan kemotik

Pemeriksaan Penunjang
a) Pemeriksaan Mata
· Pemeriksaan tajam penglihatan
· Pemeriksaan dengan uji konfrontasi, kampimeter dan perimeter (sebagai alat pemeriksaan pandangan).
· Pemeriksaan dengan melakukan uji fluoresein (untuk melihat adanya efek epitel kornea).
· Pemeriksaan dengan melakukan uji festel (untuk mengetahui letak adanya kebocoran kornea).
· Pemeriksaan oftalmoskop
· Pemeriksaan dengan slitlamp dan loupe dengan sentolop (untuk melihat benda menjadi lebih besar
disbanding ukuran normalnya).
b) Therapy Medik
· Antibiotic topical, obat tetes steroid untuk alergi (kontra indikasi pada herpes simplek virus).
c) Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan secara langsung dari kerokan atau getah mata setelah bahan tersebut dibuat sediaan yang
dicat dengan pegecatan gram atau giemsa dapat dijumpai sel-sel radang polimorfonuklear. Pada
konjungtivitis yang disebabkan alergi pada pengecatan dengan giemsa akan didapatkan sel-sel
eosinofil.

Pentalaksanaan
Secara umum pengobatan dapat dilakukan dengan menggunakan sulfonamide (sulfacetamide 15%) atau
antibiotic (gentamycin 0,3%), chloramphenicol 0,5%. Konjungtivitis akibat alergi dapat diobati dengan
antihistamin (antazoline 0,5%, naphazoline 0,05%) atau dengan kortikosteroid (dexamentosone 0,1%).
Umumnya konjungtivitis dapat sembuhmtanpa pengobatan dalam waktu 10-14 hari, dan dengan pengobatan,
sembuh dalam waktu 1-3 hari.
Adapun penatalaksanaan konjungtivitis sesuai dengan klasifikasinya adalah sebagai berikut:
1. Konjungtivitis Bakteri
Sebelum terdapat hasil pemeriksaan mikrobiologi, dapat diberikan antibiotic tunggal, seperti gentamisin,
kloramfenikol, folimiksin selama 3-5 hari. kemudian bila tidak memberikan hasil yang baik, dihentikan
dan menunggu hasil pemeriksaan. Bila tidak ditemukan kuman dalam sediaan langsung, diberikan tetes
mata disertai antibiotic spectrum obat salep luas tiap jam mata untuk tidur atau salep mata 4-5 kali sehari.

2. Konjungtivitis Bakteri Hiperakut


· Pasien biasanya memerlukan perawatan di rumah sakit untuk terapi topical dan sistemik. Secret
dibersihkan dengan kapas yang dibasahi air bersih atau dengan garam fisiologik setiap ¼ jam.
· Kemudian diberi salep penisilin setiap ¼ jam.

Pengobatan biasanya dengan perawatan di rumah sakit dan terisolasi, medika menstosa :
· Penisilin tetes mata dapat diberikan dalam bentuk larutan penisilin G 10.000-20.000/ml setiap 1 menit
sampai 30 menit.
· Kemudian salep diberikan setiap 5 menit selama 30 menit. Disusul pemberiansalep penisilin setiap 1
jam selama 3 hari.
· Antibiotika sistemik diberikan sesuai dengan pengobatan gonokokus.
· Pengobatan diberhentikan bila pada pemeriksaan mikroskopik yang dibuat setiap hari menghasilkan 3
kali berturut-turut negative

3. Konjungtivitis Alergi

15
Penatalaksanaan keperawatan berupa kompres dingin dan menghindarkan penyebab pencetus penyakit.
Dokter biasanya memberikan obat antihistamin atau bahan vasokonstkiktor dan pemberian astringen,
sodium kromolin, steroid topical dosis rendah. Rasa sakit dapat dikurangi dengan membuang kerak-kerak
dikelopak mata dengan mengusap pelan-pelan dengan salin (gram fisiologi). Pemakaian pelindung
seluloid pada mata yang sakit tidak dianjurkan karena akan memberikan lingkungan yang baik bagi
mikroorganisme.

4. Konjungtivitis Viral
Beberapa pasien mengalami perbaikan gejala setelah pemberian antihistamin/dekongestan topical.
Kompres hangat atau dingin dapat membantu memperbaiki gejala.

5. Penatalaksanaan pada konjungtivitis blenore berupa pemberian penisilin topical mata dibersihkan dari
secret. Pencegahan merupakan cara yang lebih aman yaitu dengan membersihkan mata bayi segera
setelah lahir dengan memberikan salep kloramfenikol. Pengobatan dokter biasnay disesuaikan dengan
diagnosis. Pengobatan konjungtivitis blenore :
· Penisilin topical tetes atau salep sesering mungkin. Tetes ini dapat diberikan setiap setengah jam pada
6 jam pertama disusul dengan setiap jam sampai terlihat tanda-tanda perbaikan.
· Suntikan pada bayi diberikan 50.000 U/KgBB selama 7 hari, karena bila tidak maka pemberian obat
tidak akan efektif.
· Kadang-kadang perlu diberikan bersama-sama dengan tetrasiklin infeksi chlamdya yang banyak
terjadi.

Komplikasi
Penyakit radang mata yang tidak segera ditangani/diobati bisa menyebabkan kerusakan pada
mata/gangguan pada mata dan menimbulkan komplikasi. Beberapa komplikasi dari konjungtivitis yang tidak
tertangani diantaranya:
1. Glaucoma
2. Katarak
3. Ablasi retina
4. Komplikasi pada konjungtivitis kataral teronik merupakan segala penyulit dari blefaritis seperti ekstropin,
trikiasis .
5. Komplikasi pada konjungtivitis purulenta seringnya berupa ulkus kornea.
6. Komplikasi pada konjungtivitis membranasea dan pseudomembranasea adalah bila sembuh akan
meninggalkan jaringan perut yang tebal di kornea yang dapat mengganggu penglihatan, lama- kelamaan
orang bisa menjadi buta.
7. Komplikasi konjungtivitis vernal adalah pembentukan jaringan sikratik dapat mengganggu penglihatan.

PROGNOSIS
Konjungtivitis pada umumnya merupakan self limited disease artinya dapat sembuh dengan sendirinya.
Tanpa pengobatan biasanya sembuh dalam 10-14 hari. Bila diobati sembuh dalam waktu 1-3 hari.
Konjungtivitis karena stafilokokus sering kali menjadi kronis.

Pencegahan
a. Konjungtivitis mudah menular, karena itu sebelum dan sesudah membersihkan atau mengoleskan obat,
penderita harus mencuci tangannya bersih-bersih.
b.Usahakan untuk tidak menyentuh mata yang sehat sesudah menangani mata yang sakit
c. Jangan menggunakan handuk atau lap bersama dengan penghuni rumah lain
d.Gunakan lensa kontak sesuai dengan petunjuk dari dokter dan pabrik pembuatnya.
e. Mengganti sarung bantal dan handuk dengan yang bersih setiap hari.
f. Hindari berbagi bantal, handuk dan saputangan dengan orang lain.
g. Usahakan tangan tidak megang-megang wajah (kecuali untuk keperluan tertentu), dan hindari
mengucek-ngucek mata.

16
h. Bagi penderita konjungtivitis, hendaknya segera membuang tissue atau sejenisnya setelah
membersihkan kotoran mata.

GAMBARAN KLINIS
 Hiperemia konjungtiva : konjungtiva berwarna merah oleh karena pengisian pembuluh darah
konjungtiva yang dalam keadaan normal kosong. Pengisian pembuluh darah konjungtiva terutama di
daerah fornix akan semakin menghilang atau menipis ke arah limbus.
 Epifora : keluarnya airmata yang berlebihan
 Pseudotosis : kelopak mata atas seperti akan menutup, oleh karena edema konjungtiva palpebra dan
eksudasi sel-sel radang pada konjungtiva palpebral
 Hipertrofi papiler : suatu reaksi nonspesifik konjungtiva di daerah tarsus dan limbus, berupa tonjolan’’
yang berbentuk poligonal.
 Folikel : suatu reaksi nonspesifik konjungtiva biasanya karena infeksi virus, berupa tonjolan kecil-kecil
yang berbentuk bulat
 Khemosis : edema köjungtiva
 Membran atau pseudomembran :suatu membran yang terbentuk oleh karena koagulasi fibrin
 reaurikular adenopati : pembesaran kelenjar limfe preaurikular

KLASIFIKASI
Bedasarkan perjalanan penyakitnya konjungtivitis dapat diklasifikasikan menjadi konjungtivitis hiperakut,
akut, subakut dan kronik. Ret atau getah mata dapat bersifat purulent, mukopurulen, mucus, serus atau
kataral.

17

Anda mungkin juga menyukai