Anda di halaman 1dari 3

Jangan Sembarangan Membuang Obat, Kenali "Dagusibu" agar Obat

Anda Tak Disalahgunakan

Banyak banget tuh obat. Mau dikemanain?" tanya saya ke salah seorang teman
waktu itu. "Mau dibuanglah. Udah lama gak dipakai lagi. Sisa-sisa pas gue sakit
dulu. Lagian beberapa udah kedaluwarsa juga," kata teman saya lagi sambil
melempar plastik bening berisi sisa obat ke tempat sampah. Sebagain besar
memang bungkusnya sudah rusak tapi ada juga yang masih setengah utuh dalam
bentuk blister, strip dan botol.

Dari sini, saya menyadari bahwa nyatanya masih ada dari kita, dan mungkin ada
banyak di luar sana yang belum mengerti cara memperlakukan obat dengan benar.
Hah? Jadi maksudnya membuang obat yang kedaluwarsa itu salah? Ya nggak juga
sih.

Membuang obat yang sudah tidak terpakai atau kedaluwarsa itu boleh-boleh
saja. Tapi harus dilakukan dengan cara yang benar dan tidak boleh hanya dibuang
begitu saja ke tempat sampah. Ya ampun, ribet banget ya kelihatannya?

Beberapa tahun terakhir, Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) gencar mencanangkan


program Gerakan Keluarga Sadar Obat (GKSO) sebagai bentuk pengabdian
masyarakat dengan memberikan edukasi tentang obat. Jadi kita diharapkan tidak
hanya tahu bahwa obat digunakan untuk mengobati penyakit, tetapi kita juga perlu
memahami cara memperlakukan obat dengan benar.

Pernah mendengar istilah "DAGUSIBU"? Ya, ini merupakan singkatan dari Dapatkan,
Gunakan, Simpan, dan Buang. Hingga saat ini, sosialisasi "Dagusibu" masih terus dilakukan
oleh tenaga-tenaga farmasis kepada masyarakat awam.

Biasanya farmasis mengadakan sosialisasi saat event-event tertentu yang dihadiri


orang banyak seperti Car Free Day, Hari Kesehatan Nasional (HKN), atau
mengadakan penyuluhan warga di tingkat RT & RW hingga terjun langsung door to
door dengan membawa pamflet atau alat peraga.

Latar belakang diadakannya sosialisasi "Dagusibu" ini adalah bahwa faktanya masih
banyak orang yang belum memahami betul tentang cara mendapatkan,
menggunakan, menyimpan, dan membuang obat dengan baik dan benar. Perlakuan
yang salah terhadap obat dapat menyebabkan obat tersebut tidak bisa dipakai
hingga berpotensi merugikan orang lain dan lingkungan.

Dan karena kebetulan saya adalah adalah seorang farmasis yang suka menulis di
Kompasiana, maka kali ini tidak ada salahnya saya ikut membagikan apa yang telah
saya ketahui dan pelajari kepada seluruh Kompasianer tentang "Dagusibu".
Tentunya dengan cara saya, yakni menulis.
Harapan saya, setelah membaca artikel ini para Kompasianer bisa meneruskan
informasi ini ke keluarga, teman, sahabat, rekan sekantor dan handai taulan di luar
sana. Macam pesan berantai gitu deh..

Jadi sebenarnya "Dagusibu" itu apa sih?

"DA" (Dapatkan obat dengan benar)

Saya pernah menulis artikel tentang obat tradisional dan dalam artikel tersebut saya menganjurkan
untuk membeli obat tradisional di tempat yang terjamin. Dan hal ini juga berlaku ketika kita mau
membeli obat (sintetis) maupun suplemen makanan.

Apotek, rumah sakit hingga toko obat berizin adalah beberapa tempat yang bisa kita datangi untuk
mendapatkan obat yang kita perlukan. Mengapa? Karena di tempat-tempat ini, obat yang dijual
pastinya memiliki Nomor Izin Edar (NIE) resmi dari BPOM dan bukannya obat-obat ilegal.

Selain itu di tempat-tempat ini juga, obat disimpan dengan baik dan benar sehingga kualitas
obat lebih terjamin.

"GU" (Gunakan obat dengan benar)

Penggunaan atau konsumsi obat juga harus dilakukan dengan benar dan sesuai aturan yang
tertera pada wadah atau label kemasan atau sesuai anjuran dokter. Bila ada yang belum
dimengerti, jangan lupa tanyakan cara penggunaannya pada Apoteker. Misalnya:

1. Cara pemakaian

Apakah obat tersebut dikonsumsi sebelum makan atau sesudah makan atau bersama makanan
atau saat perut kosong. Atau apakah obat tersebut diminum dengan cara ditelan, dikunyah,
dihisap atau diletakkan di bawah lidah. Atau apakah obat tersebut boleh/tidak boleh dioles
pada luka terbuka, diteteskan (misal obat tetes mata seharusnya diteteskan ke bagian bawah
lipatan mata dan bukan di permukaan mata) atau harus dimasukkan lewat dubur.

2. Waktu pemakaian

Apakah obat tersebut harus dikonsumsi pada pagi, siang atau malam hari. Beberapa obat ada
yang memberi efek mengantuk sehingga baiknya dikonsumsi pada malam hari atau saat tidak
sedang mengoperasikan mesin. Beberapa obat juga ada yang memberi efek diuretik (sering
buang air kecil) sehingga baiknya tidak dikonsumsi pada malam hari supaya tidak
mengganggu tidur.

3. Lama pemakaian

Apakah obat tersebut harus dikonsumsi sampai habis (misalnya antibiotik dan antivirus) atau
hanya dikonsumsi saat keluhan muncul (misal painkiller). Selain itu ada juga obat yang tidak
boleh dikonsumsi dalam jangka panjang (misal Dexamethason karena dapat menyebabkan
efek moon face/pembengkakan pada wajah) dan ada juga obat yang harus dikonsumsi seumur
hidup (misal obat diabetes)

SI" (Simpan obat dengan benar)

Kualitas obat sangat dipengaruhi oleh intensitas cahaya, suhu dan kelembaban. Oleh sebab itu
cara penyimpanan obat adalah hal yang harus diperhatikan. Biasanya instruksi penyimpanan
juga tertera pada label kemasan. Apakah obat tersebut boleh atau tidak boleh terpapar cahaya
matahari langsung. Misalnya tablet Vitamin C akan rusak dan berubah warna menjadi
kecokelatan bila terkena sinar matahari langsung.

Selain itu perlu diperhatikan juga apakah obat harus disimpan dalam ruangan biasa (suhu
kamar) atau suhu sejuk (kulkas) atau suhu beku (freezer).

Penyimpanan obat yang tidak sesuai aturan dapat menurunkan kualitas hingga merusak obat
tersebut sehingga tidak bermanfaat dan menghambat kesembuhan pasien.

"BU" (Buang obat dengan benar)

Bila ada sisa obat yang sudah tidak digunakan atau kedaluwarsa, sudah pasti tidak boleh dikonsumsi
apalagi diberikan ke orang lain. Obat tersebut tentunya harus dibuang dan pembuangannya pun
tidak boleh sembarangan karena berpotensi untuk disalahgunakan. Pada skala rumah sakit dan
industri, pemusnahan obat berjumlah besar tentunya harus menggunakan insinerator. Tapi pada
skala rumah tangga, tentu perlakuannya berbeda.

Untuk obat-obat berbentuk tablet atau kapsul, harus dikeluarkan dulu dari kemasannya
kemudian direndam dalam air atau dicampur dengan tanah, lalu dimasukkan dalam wadah
plastik tertutup, baru kemudian dibuang ke tempat sampah. Sementara itu untuk obat-obat
berbentuk cairan, baiknya diencerkan dengan cara dicampur air terlebih dahulu, baru
kemudian dibuang melalui saluran pembuangan atau di lubang tanah.

Meski begitu, perlu diketahui juga bahwa kandungan obat tertentu berisiko membunuh
bakteri pembusuk yang justru bermanfaat bagi lingkungan. Dan tak kalah penting, pastikan
seluruh kemasannya telah dirusak sebelum dibuang supaya tidak disalahgunakan.

Semoga bermanfaat! Tanya obat, tanya apoteker.

Anda mungkin juga menyukai