Anda di halaman 1dari 12

REFERAT

Urolithiasis

Pembimbing:
dr. Yulfitra Soni, Sp.U

Oleh:
Phoenix Hong (406172048)

KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIAWI - BOGOR
PERIODE 22 OKTOBER - 29 DESEMBER 2018
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA
JAKARTA
LEMBAR PENGESAHAN

Referat :
UROLITHIASIS

Disusun oleh :
Phoenix Hong (406172048)
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

Sebagai salah satu syarat untuk mengikuti ujian Kepaniteraan Ilmu Bedah
RSUD Ciawi

Ciawi, November 2018

dr. Yulfitra Soni, Sp.U

ii
KATA PEN GANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
Rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan referat dengan judul “Urolithiasis“.
Tujuan pembuatan referat ini adalah untuk memenuhi salah satu dari syarat program
pendidikan profesi di bagian Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah di Rumah Sakit Umum Daerah
Ciawi.
Pada kesempatan kali ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebanyak-
banyaknya kepada dr. Yulfitra Soni, Sp.U selaku pembimbing dan semua pihak yang telah
membantu penulis selama proses penyusunan referat ini.
Penulis memohon maaf apabila terdapat kesalahan ataupun kekurangan dalam
penulisan referat ini. Demikian, penulis berharap semoga referat ini dapat bermanfaat bagi
penulis sendiri maupun pembacanya.

Ciawi, November 2018

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...........................................................................................................i


HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................................ii
KATA PENGANTAR .......................................................................................................iii
DAFTAR ISI .......................................................................................................................iv
BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................................1
1.1 Latar belakang...........................................................................................................1
1.2 Tujuan .......................................................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................2
2.1 Anatomi Sistem Urogenitalia....................................................................................2
2.2 Definisi Urolithiasis ..................................................................................................8
2.3 Epidemiologi Urolithiasis .........................................................................................8
2.4 Etiologi Urolithiasis ..................................................................................................9
2.5 Patofisiologi dan Patogenesis Urolithiasis ................................................................11
2.6 Komposisi Batu Saluran Kemih ...............................................................................12
2.7 Gambaran Klinis Urolithiasis ...................................................................................13
2.8 Pemeriksaan fisik Urolithiasis ..................................................................................16
2.9 Pemeriksaan Penunjang Urolithiasis ........................................................................16
2.10 Diagnosis Urolithiasis ...............................................................................................17
2.11 Diagnosis Banding Urolithiasis ................................................................................18
2.12 Tatalaksana Urolithiasis ............................................................................................10
2.13 Komplikasi Urolithiasis ............................................................................................24
2.14 Prognosis ...................................................................................................................24
2.15 KIE ............................................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................................25

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kista merupakan suatu rongga yang dilapisi oleh epitel dan berisi cairan. Kista ginjal
adalah struktur berisi cairan di dalam atau di tepi ginjal. Ginjal merupakan salah satu lokasi
tersering terjadinya kista pada tubuh. Kista ginjal dapat berkembang pada setiap lokasi di
sepanjang tubulus ginjal, dari kapsul Bowman ke duktus kolektivus melalui proses yang
diwariskan, melalui perkembangan atau didapat.
Meskipun lesi kista memiliki kondisi histologis yang serupa (mikroskopik atau
makroskopik, kantung dilapisi epitel), namun jumlah, lokasi, dan gambaran klinis kista
berbeda. Beberapa kista ginjal sebenarnya merupakan ektasi tubulus atau duktus kolektivus
pada nefron. Gardner (1988) mengemukakan bahwa duktus yang melebar hingga empat kali
diameter normal dapat disebut kista. Beberapa kista merupakan struktur sakular atau fusiform
yang menyerupai divertikula dan terletak pada berbagai lokasi di sepanjang nefron. Kista
dapat berhubungan dengan glomerulus, tubulus, duktus kolektivus, atau kaliks. Kista
mungkin terletak difus seluruh ginjal atau pada satu segmen saja serta dapat unilateral atau
bilateral. Kista juga dapat mewakili suatu bentuk displasia serta dapat pula timbul bersama-
sama dengan displasia.
Kista ginjal dapat disebabkan oleh anomali kongenital ataupun kelainan yang didapat.
Kista ginjal dapat merupakan bagian dari kelainan bawaan dan dapat muncul pada saat lahir
atau berkembang beberapa waktu setelahnya atau bahkan dapat timbul pada saat dewasa.
Beberapa jenis kista yang berbeda memiliki gambaran serupa, misalnya pada penyakit ginjal
dominan autosomal (ADPKD), tuberus sklerosis, penyakit VHL, dan penyakit ginjal kistik
didapat (ARCD), tampak kista memiliki lapisan hiperplastik, kadang-kadang terdapat nodul
hiperplasia atau polip yang mengarah ke dalam lumen kista. Namun, kondisi hiperplastik tiap
jenis kista ini sangat berbeda satu sama lain. Contoh lain dari kesamaan tersebut adalah ektasi
pada duktus kolektivus yang tampak pada penyakit ginjal polikistik resesif autosomal
(ARPKD) dan medullary sponge kidney.

1.2 Tujuan
Penulisan referat ini bertujuan untuk lebih memahami mengenai masalah kista ginjal,
cara menegakkan diagnosis melalui anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
terutama dengan pencitraan, serta penatalaksanaan, dan komplikasi kista ginjal serta untuk
memberi pengetahuan kepada penulis.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ginjal
Ginjal adalah sepasang organ saluran kemih yang terletak di rongga retroperitoneal
bagian atas. Bentuknya menyerupai kacang dengan sisi cekungnya menghadap ke medial.
cekungan ini disebut sebagai hilus renalis, yang di dalamnya terdapat apeks pelvis renalis dan
struktur lain yang merawat ginjal, yakni pembuluh darah, sistem limfatik dan sistem saraf.1
Besar dan berat ginjal sangat bervariasi tergantung pada jenis kelamin, umur, serta ada
tidaknya ginjal pada sisi yang lain. Dalam hal ini, ginjal lelaki relatif lebih besar ukurannya
dari perempuan. Pada autopsi klinis didapatkan bahwa ukuran rerata ginjal orang dewasa
adalah 11,5 cm x 6 cm x 3,5 cm. Beratnya bervariasi antara 120-170 gram atau 0,4% dari
BB.
- Struktur di sekitar ginjal.1,
Ginjal dibungkus oleh jaringan fibrous tipis dan mengkilat yang disebut kapsula
fibrosa (true capsule) ginjal, yang melekat pada parenkim ginjal. Di luar kapsul fibrosa
terdapat jaringan lemak yang di sebelah luarnya dibatasi oleh fasia Gerota. Diantara kapsula
fibrosa ginjal dengan kapsula Gerota terdapat rongga perirenal. Di sebelah kranial ginjal
terdapat kelenjar suprarenal yang berwarna kuning. Kelenjar suprarenal bersama-sama ginjal
dan jaringan lemak perirenal dibungkus oleh fasia Gerota. Fasia ini berfungi sebagai barier
yang mnghambat meluasnya perdarahan dari parenkim ginjal serta mencegah ekstravasaasi
urine pada saat terjadi trauma ginjal. Selain itu fasia Gerota dapat pula berfungsi sebagai
barier dalam menghambat penyebaran infeksi atau menghambat metastasis tumor ginjal ke
organ di sekitarnya. Di luar fasia Gerota terdapat jaringan lemak retroperitoneal yang
terbungkus oleh peritoneum posterior. Rongga di antara kapsula Gerota dan peritoneum ini
disebut rongga pararenal. Di sebelah posterior, ginjal dilindungi oleh berbagai otot punggung
ang tebal serta tulang rusuk ke XI dan XII, sedangkan disebelah anterior dilindungi oleh
organ intraperitoneal. Ginjal kanan dikelilingi oleh hepar, kolon dan duodenum; sedangkan
Ginjal kiri dikelilingi Oleh lien, lambug, pankreas, jejunum dan kolon.1,4

2
Gambar 2.2 Struktur sekitar ginjal1
- Struktur ginjal
Secara anatomis, ginjal terbagi menjadi 2 bagian yaitu korteks dan medula ginjal.
korteks ginjal terletak di superfisial dan di dalamnya terdapat berjuta-juta nefron. Nefron
merupakan unit fungsional terkecil ginjal. Medula ginjal yang terletak lebih profundus banyak
terdapat duktuli atau saluran kecil yang mengalirkan hasil ultrafiltrasi berupa urine. Nefron
terdiri dari glomerulus, tubulus kontortus proksimal, loop of henle, tubulus kontortus distalis
dan duktur koligentes. Darah yang membawa sisa hasil metabolisme tubuh difiltrasi di dalam
glomerulus dan kemudian setelah sampai di tubulus ginjal, beberapa zat yang masih
diperlukan tubuh mengalami reabsorbsi dan zat sisa metabolisme yang tidak diperlukan oleh
tubuh mengalami sekresi mebentuk urin. Setiap hari tidak kurang 180 liter cairan tubuh
difiltrasi di glomerulus dan menghasilkan urine sebanyak 1-2 liter. Urine yang terbentuk di
dalam nefron disalurkan melalui piramida ke sistem pelvikalises ginjal untuk kemudian
disalurkan ke dalam ureter. Sistem perlvikalises ginjal terdiri dari kaliks minor, infundibulum,
kaliks major, dan pielum/pelvis renalis. Mukosa sistem pelvikalises terdiri dari epitel
transisional dan dindingnya terdiri atas otot polos yang mampu berkontraksi untuk
mengalirkan urine sampai ke ureter.1,4

3
Gambar 2.3 Struktur ginjal1
- Vaskularisasi ginjal
Suplai darah ke ginjal diperankan oleh arteri dan vena renalis. Arteri renalis
merupakan cabang langsung dari aorta abdominalis dan vena renalis yang bermuara langsung
ke dalam vena kava inferior. Arteri memasuki ginjal dan vena keluar dari ginjal di dalam area
hilus renalis. Sistem arteri ginjal adalah end arteries yaitu arteri yang tidak mempunyai
anastomosis dengan cabang-cabang dari arteri lain, sehingga jika terdapat kerusakan pada
salah satu cabang arteri ini, berakibat timbulnya iskemia/nekrosis pada daerah yang
dilayaninya.1,4
- Persarafan ginjal
Ginjal mendapatkan persarafan melalui pleksus renalis, yang seratnya berjalan
bersama dengan arteri renalis. Input dari sistem simpatetik menyebabkan vasokonstriksi yang
menghambat aliran darah ke ginjal. Ginjal diduga tidak mendapatkan persarafan
parasimpatetik. Impuls sensorik dari ginjal berjalan menuju korda spinalis segmen T10-11
dan memberikan sinyal sesuai dengan level dermatomnya. Oleh karena dapat dimengerti
bahwa nyeri didaerah pinggang bisa merupakan nyeri referral dari ginjal.1,4
- Fungsi Ginjal
Selain membuang sisa-sisa metabolisme tubuh melalui urine, ginjal berfungsi juga dalam :1
1. Mengontrol sekresi hormon-hormon aldosteron dan ADH (anti diuretic hormone)
dalam mengatur jumlah cairan tubuh;
2. Mengatur metabolisme ion kalsium dan vitamin D;

4
3. Menghasilkan beberapa hormon, antara lain: eritropoetin yang berperan dalam
pembentukan sel darah merah, renin yang berperan dalam mengatur tekanan darah,
serta hormon prostaglandin.

Gambar 2.4 Struktur ginjal1

2.2 Kista Ginjal


2.2.1 Definisi
Kista berasal dari kata Cystic yang berarti rongga tertutup abnormal, dilapisi epitel yang
mengandung cairan atau bahan semisolid. Kista ginjal adalah kista yang terdapat pada ginjal.
Kista ginjal adalah struktur berisi cairan di dalam atau di tepi ginjal. Ginjal merupakan salah
satu lokasi tersering terjadinya kista pada tubuh. Meskipun lesi kista memiliki kondisi
histologis yang serupa ( mikroskopik atau makroskopik, kantung dilapisi epitel), namun
jumlah, lokasi, dan gambaran klinisnya kista berbeda.

2.2.2 Etiologi
- Anomali kongenital
- Kelainan yang didapat

2.2.3 Klasifikasi
- Ginjal multikistik displatik
Patofisiologi
Secara embriologis terjadi karena kegagalan dalam pertemuan antara sistem collecting
dengan nefron. Biasanya kelainan ini mengenai satu ginjal dengan ditandai oleh
adanya kista yang multipel pada ginjal. Dilaporkan bahwa kelainan ini dapat
mengalami degenerasi maligna.
Pemeriksaan fisik
Pada palpasi bimanual, teraba massa berbentuk iregular dan berlobi-lobi. Ureter

5
biasanya mengalami atretik.
Pemeriksaan penunjang
Kista ini biasanya dapat dideteksi dengan pemeriksaan USG berupa massa kistik
multiple.

- Ginjal polikistik

Patofisiologi
Ginjal polikistik paling fulminant yang berkembang secara progressif menuju
kerusakan kedua buah ginjal. Terdapat dalam 2 bentuk, yakni bentuk dewasa dan
anak-anak. Keduanya merupakan kelainan herediter autosomal, yaitu pada dewasa
merupakan autosomal dominan, sedang pada anak-anak merupakan autosomal resesif.
Tanda dan gejala
Kedua bentuk ini ditandai dengan kerusakan kedua ginjal dengan adanya infiltrat
kista-kista dari beberapa ukuran ke dalam parenkim ginjal, sehingga fungsi ginjal
menjadi sangat menurun. Pada bayi biasanya pasien juga mengalami hipoplasia paru
dan pasien meninggal karena gagal nafas dan gagal ginjal. Pada bentuk dewasa
kelainan ini biasanya tidak menimbulkan keluhan, sehingga baru terdeteksi pada saat
pasien berusia 40 tahun. Pasien biasanya mengeluh hipertensi, keluhan massa
abdomen, atau keluhan dari komplikasi yakini batu ginjal atau perdarahan. Polikista
pada ginjal dimulai dari timbulnya beberapa kista pada kedua ginjal. Pada
perkembangannya selanjutnya kista menjadi banyak, ukuranya bertambah besar, dan
menginfiltrasi parenkim ginjal, sehingga pada akhirnya pasien terjatuh dalam kondisi
gagal ginjal terminal. Selain di ginjal, polikista dapat dijumpai pada organ-organ lain
seperti liver, lien, ovarium, atau pankreas. Pertolongan pada pasien hanya ditujukan
untuk mengatasi hipertensi dan kelainan metabolik akibat uremia. Prognosis ginjal
polikista ini sangat jelek karena mereka akan jatuh dalam kondisi terminal.

6
- Kista ginjal soliter
Patofisiologi
Kista ginjal soliter biasanya banyak dijumpai pada usia dewasa. Kista ini dapat berupa
kista tunggal atau kista multiple (Gambar 8-5). Kelainan ini lebih sering disebabkan
karena kelainan yang didapat (aquired) daripada kelainan bawaan. Diduga adanya
obstruksi tubulus ginjal atau iskemia akibat trauma pada ginjal merupakan penyebab
dari timbulnya kista ini. Kista soliter biasanya terletak superfisial meskipun pada
beberapa keadaan dapat terletak lebih profundus. Bila terletak lebih profundus, letak
kista berbatasan dengan epitel kalises atau pielum sehingga pada saat operasi sulit
dipisahkan dari ginjal. Meskipun demikian rongga kista dengan sistem pelvikalises
tidak saling berhubungan.

Jika kista ini menjadi besar, dapat menekan parenkim ginjal sehingga merusak
parenkim yang normal. Demikian pula karena letak dan besarnya, kista dapt menekan
ureter sehingga menyebabkan hidronefosis.
Tanda dan gejala
Kista diliputi oleh dinding tipis dan berisi cairan jernih. Kista ini dapat mengalami
kalsifikasi dan didalamnya dapat berisi cairan hemorragis. Adanya cairan hemorragis
ini perlu diwaspadai kemungkinan adanya proses keganasan pada dindingnya.
Keluhan
yang
disampaikan pasien adalah nyeri pinggang akibat massa kista ginjal
yang cukup besar atau adanya hidronefrosis akibat penekanan pada ureter. Kista dapat
mengalami infeksi, sehingga pasien menunjukkan tanda tanda infeksi sistemik. Karena
letaknya dipermukaan , kista ini mudah sekali terkena trauma dari luar sehingga
mengakibatkan perdarahan didalam kista yang yang dirasakan sebagai nyeri yang
sangat.
Pemeriksaan penunjang
Diagnosis dapat ditegakkan dengan pemeriksaan PIV, USG ginjal, maupun CT scan.

7
Kista besar yang menimbulkan keluhan, dapat dicoba dengan dilakukan aspirasi
dengan tuntunan USG. Seringkali setelah aspirasi, kista timbul lagi dan untuk
mencegah timbulnya kekambuhan dapat diberikan obat skleroterapi. Cairan aspirat
dapat dilakukan pemeriksaan sitologi untuk memeriksa kemungkinan adanya
keganasan. Jika terdapat keganasan, harus dilakukan operasi untuk mengangkat ginjal.

Pemeriksaan Penunjang
Simple renal cyst adalah temuan yang sangat umum pada CT dan ultrasonografi (USG) perut
yang terjadi pada lebih dari setengah populasi di atas 55 tahun.
 Simple cyst adalah struktur jinak, berisi cairan, yang sering multipel dan bilateral.
Pada CT scan, cenderung memiliki margin yang tajam di mana mereka memenuhi
parenkim ginjal normal. Mereka memiliki pengukuran kepadatan (angka Hounsfield)
dari kepadatan air (−10 hingga +20). Mereka tidak meningkat dengan kontras
 Pada pemeriksaan ultrasound, Simple cyst adalah massa bebas-gema (anechoic)
dengan kuat melalui transmisi sinyal ultrasound; mereka memiliki batas yang tajam
dimana mereka bertemu parenkim ginjal dan bentuk bulat atau oval. Penebalan
dinding atau gema internal yang padat meningkatkan kecurigaan untuk lesi ganas.

Anda mungkin juga menyukai