Anda di halaman 1dari 13

Nama: M Naufal Firdaus

NIM : 1830912310125

1. Liken simpleks kronis atau Neurodermatitis Sirkumskripta adalah


peradangan kulit kronis, gatal yang ditandai dengan garis kulit tampak
menonjol (likenifikasi) yang disebabkan oleh penyakit gagal ginjal kronis,
obstruksi saluran empedu, limfoma Hodgkin, hipertiroidia, penyakit kulit
(seperti Dermatitis Atopi, Dermatitis Kontak Alergi, Insect Bite) serta aspek
emosional dan psikologis.

2. Urtikaria adalah kelainan kulit berupa gatal dan lesi urtika (edem permukaan
kulit, batas tegas, eritem dan pucat ditengahnya) yang disebabkan oleh:
a.Obat
Perangsang sel mass untuk menghasilkan histamine: kodein, opium.
Penghambat sintesis prostaglandin dan asam arachidonat: aspirin.
b.Makanan
protein tinggi (telur, ikan, kacang, udang), bahan pengawet, penyedap rasa,
bahan campuran seperti asam nitrat, asam benzoate, ragi, salisilat, dan
penisilin.
c.Gigitan serangga
diperantai oleh Hipersensitivitas tipe 1 atau 4
d.Bahan fotosensitizer
seperti Griseofulvin, Fenotiazin, Sulfonamid, Bahan kosmetik, dan sabun
germisid
e.Inhalan
serbuk sari bunga,debu, jamur, bulu binatang, aerosol
f.Kontaktan
seperti kutu binatang, tumbuh-tumbuhan, buah-buahan, bahan kimia, dan
bahan kosmetik.
g.Trauma fisik
dingin, panas, sinar matahari , sinar UV, radiasi panas, tekanan, goresan,
pakaian ketat
h.Infeksi dam Infestasi
Infeksi bakteri (sinusitis, infeksi gigi, tonsillitis), Infeksi jamur (Kandida dan
dermatofit), Infeksi Virus (Hepatitis) dan Infestasi parasite (Infestasi cacing)
i.Psikis
Stress dapat memacu peningkatan permeabilitas vaskuler dan vasodilatasi
kapilar.
j.Genetik
Familial cold urtikaria, familial localized urtikaria
k.Penyakit sistemik
seperti Hipertiroid, SLE, RA

3. Akne Vulgaris adalah radang menahun pada folikel pilosebasea yang


umumnya terjadi pada remaja yang disebabkan oleh Propionibacterium
acnes, dulu: Corynebacterium acnes, Pityrosporum ovale, Staphylococcus
epidermidis.

4. Faktor resiko dari D.seboroik dikenal dengan istilah seborrhoeic state) yang
diturunkan secara genetic, Bayi baru lahir pada bulan-bulan pertama dimana
pada masa itu terjadi aktivasi glandula sebasea (Glandula sebasea aktif pada
bayi baru lahir dan tidak aktif selama 9-12 tahun akibat stimulasi hormone
androgen dari ibu berhenti). Insidensi D.seboroik mencapai puncak pada
usia 18-40 tahun, pada umur tua lebih sering terjadi pada pria. D.seboroik
juga dapat terjadi pada proliferasi epidermis yang meningkat pada psoriasis.
Selain itu D.seboroik dapat dicetuskan oleh factor kelelahan, stress
emosional, infeksi, atau defisiensi imun.

5. Herpes genitalis adalah penyakit yang disebabkan oleh HSV-1 atau HSV-2,
Masa inkubasinya adalah 2-10 hari, dapat mencapai 3 minggu.

6. Detergen termasuk iritan basa lemah sehingga dapat menimbulkan


dermatitis kontak iritan kumulatif (berulang-ulang)

7. Untuk diagnosis Candidiasis dapat dibantu dengan pemeriksaan KOH 10%


dan didapatkan gambaran sel ragi, blastospora dan pseudohifa. Selain itu
dapat juga digunakan pemeriksaan lampu wood dan didapatkan warna merah
cherry.
8. Uji temple biasanya dilakukan di punggung. Prosedurnya adalah dengan
menggunakan potongan kecil bahan yang diduga sebagai allergen direndam
dalam air garam yang tidak dibubuhi pengawet atau air kemudian ditempel
ke kulit dengan finn chamber dan dibiarkan dalam 48 jam. Setelah dibiarkan
menempel selama 48 jam, uji temple dilepas. Pembacaan pertama dilakukan
15-30 menit setelah dilepas. Hasilnya:
1 = reaksi lemah (non vesikuler) : eritem, vesikel, papul (+)
2 = reaksi kuat: edem atau vesikel (++)
3 = reaksi sangat kuat (ekstrim): bula atau ulkus (+++)
4 = meragukan: hanya macula eritemotasa
5 = iritasi seperti terbakar, pustule atau purpura
6 = reaksi negative
7 = excited skin
8 = tidak dites

Pembacaan kedua perlu dilakukan sampai 1 minggu setelah aplikasi,


biasanya 72-96 jam setelah aplikasi. Jika pembacaan kesatu dan kedua tipe
crescendo (meningkat) biasanya karena alergik. Tetapi jika menurun
(decrescendo) biasanya karena iritan.

Syarat uji tempel:


Dermatitis sudah tenang (sembuh), Tes dilakukan sekurang-kurangnya 1
minggu setelah pemakaian kortikosteroid sistemik dihentikan, Uji tempel
dibuka setelah 2 hari (pembacaan kedua dilakukan di hari ke-3 sampai ke-7
setelah aplikasi), Penderita dilarang melakukan aktivitas yang membuat tes
tempel menjadi longgar (menempel longgar), dilarang mandi dan menjaga
area tempel tetap kering, Uji tempel jangan dilakukan pada penderita yang
memiliki riwayat urtikaria dadakan Karen dapat menimbulkan urtikaria
generalisata bahkan anafilaksis.

9. Salah satu DD dari P.Versicolor adalah Pitiriasis Alba yang dimana


klinisnya adalah macula hipopigmentasi yang sering terjadi pada anak 3-16
tahun dan predileksinya pada wajah (mulut, dagu, pipi, dahi)
10.Salah satu terapi untuk Ptriasis versicolor adalah dengan selenium sulphide
yang dipakai sebagai shampoo 2-3 kali seminggu. Digosokkan pada lesi dan
didiamkan 15-30 menit, sebelum mandi.

11.Tinea pedis termasuk dalam penyakit mikosis superficial golongan


dermatofitosis. Salah satu terapinya adalah Ketokonazole 200 mg/hari
selama 10-14 hari.

12.Untuk golongan dermatofitosis dapat digunakan obat oral seperti


Griseofulvin 500-1000 mg/hari selama 3-4 minggu (6-12 minggu untuk tinea
capitis), Ketokonazole 200 mg/hari selama 10-14 hari, Itrakonazol 2x100-
200 mg/hari dalam kapsul selama 3 hari (khusus untuk onikomicosis dikenal
dengan dosis denyut selama 3 bulan, diberikan 3 tahap dengan interval 1
bulan, setiap tahap selama 1 minggu dengan dosis 2x200 mg dalam kapsul),
pada onicomicosis dapat juga diberikan terbinafrin 250 mg/hari selama 3
bulan. Terbinafrin dapat bersifat fungisidal dengan dosis 62,5 mg – 250
mg/hari selama 2-3 minggu. Selain itu dapat diberikan obat topical asam
salisil 2-4%, asam benzoate 6-12%, sulphur 4-6%, vioform 3%, dan asam
undesilenat 2-5%.

13.Skabies adalah penyakit yang disebabkan oleh Sarcoptes scabiei dimana


aktivitas tungau ini meningkat pada suhu yang lebih lembap dan panas,
sehingga predileksinya sering di daerah lipatan-lipatan tubuh seperti sela-
sela jari tangan dan kaki, aksila, dada, umbilicus, genital, bokong.

14.Fenomena autsplitz pada psoriasis


Fenomena auspitz adalah tampak serum atau darah berbintik-bintik yang
disebabkan oleh papilomatosis (kerok skuama sampai dasar) dikarenakan
lapisan epidermis berdiferensiasi secara berlebihan yang berbeda dengan sel
normal. Pada psoriasis keratinosit membentuk amplop cornfield (CE) yang
mudah terjadi pengelupasan, pembentukan lapisan korneum yang berlebihan
menyebabkan penebalan epidermis. Pada fase akhir, kapilarisasi dermal
yang luas menyebabkan infiltrasi sel radang pada ikatan dermal-epidermal
yang tampak sebagai papilomatosis, yang merupakan gambaran khas pada
psoriasis.
15.Jenis-jenis tinea pedis
 Tipe interdigitalis (chronic intertriginous type)
Bentuk klinis yang paling banyak dijumpai. aterdapat skuama, maserasi,
dan eritema pada daerah interdigital dan subdigital kaki, terutama pada
tiga jari lateral. Pada kondisi tertentu infeksi dapat menyebar ke telapak
kaki yang berdekatan dengan dorsum pedis.
 Tipe hiperkeratotik kronik
Klinis tampak skuama difus atau setempat, bilateral, pada kulit yang
tebal (telapak kaki, lateral, dan medial kaki), dikenal sebagai “moccasin-
type”. Dapat timbul sedikit vesikel, meninggalkan skuama kolaret
dengan diameter < 2 mm.
 Tipe vesikobulosa
Klinis tampak vesikel tegang dengan diameter > 3mm, vesikopustul, atau
bula pada kulit tipis telapak kaki dan periplantar.
 Tipe Ulseratif akut
Terjadi ko-infeksi dengan bakteri gram negative menyebabkan
vesikopustul dan daerah luas dengan ulserasi purulent pada permukaan
plantar. Sering diikuti selulitis, limfaginitis, limfadenopati, dan demam.

16.Pengobatan pada tinea dan Pityriasis versicolour


Pengobatan pada tinea
I. Tinea kapitis
Topikal: tidak disarankan bila hanya terapi topikal saja.
Rambut dicuci dengan sampo antimikotik: selenium sulfida 1% dan 2,5% 2-
4 kali/minggu atau sampo ketokonazol 2% 2 hari sekali selama 2-4 minggu

Sistemik
Spesies Microsporum
Obat pilihan: griseofulvin fine particle/microsize 20-25 mg/kgBB/hari dan
ultramicrosize 10-15 mg/kgBB/hari selama 8 minggu.
Alternatif: Itrakonazol 50-100 mg/hari atau 5 mg/kgBB/hari selama 6
minggu

Spesies Trichophyton:
Obat pilihan: terbinafin 62,5 mg/hari untuk BB 10-20 kg, 125 mg untuk BB
20-40 kg dan 250 mg/hari untuk BB >40 kg selama 2-4 minggu
Alternatif :
Griseofulvin 8 minggu
Itrakonazol 2 minggu
Flukonazol 6 mg/kgBB/hari selama 3-4 mingg

Tinea korporis dan kruris


Topikal:
Obat pilihan: golongan alilamin (krim terbinafin, butenafin) sekali sehari
selama 1-2 minggu.
Alternatif :
Golongan azol: misalnya, krim mikonazol, ketokonazol, klotrimazol 2 kali
sehari selama 4-6 minggu

Sistemik:
Diberikan bila lesi kronik, luas, atau sesuai indikasi
Obat pilihan: terbinafin oral 1x250 mg/hari (hingga klinis membaik dan
hasil pemeriksaan laboratorium negatif) selama 2 minggu
Alternatif:
Itrakonazol 2x100 mg/hari selama 2 minggu
Griseofulvin oral 500 mg/hari atau 10-25 mg/kgBB/hari selama 2-4 minggu
Ketokonazol 200 mg/hari

Tinea pedis
Topikal:
Obat pilihan: golongan alilamin (krim terbinafin, butenafin**) sekali sehari
selama 1-2 minggu
Alternatif:
Golongan azol: misalnya, krim mikonazol, ketokonazol, klotrimazol 2 kali
sehari selama 4-6 minggu
Sistemik:
Obat pilihan: terbinafin 250 mg/hari selama 2 minggu. Anak-anak 5
mg/kgBB/hari selama 2 minggu.
Alternatif: itrakonazol 2x100 mg/hari selama 3 minggu atau 100 mg/hari
selama 4 minggu

Tinea unguium
Obat pilihan: terbinafin 1x250 mg/hari selama 6 minggu untuk kuku tangan
dan 12-16 minggu untuk kuku kaki.
Alternatif: itrakonazol dosis denyut (2x200 mg/hari selama 1 minggu,
istirahat 3 minggu) sebanyak 2 denyut untuk kuku tangan dan 3-4 denyut
untuk kuku kaki atau 200 mg/hari selama 2 bulan untuk kuku tangan dan
minimal 3 bulan untuk kuku kaki.

Tinea barbae
Topikal : hanya sebagai adjuvant anti jamur topical
Sistemik: Griseofulvin 1 gr/hari selama 6 minggu, Terbinafrin 250 mg/hari
selama 2-4 minggu, Itrakonazole 200 mg/hari selama 2-4 minggu,
Flukonazole 200 mg/hari selama 4-6 minggu

Pengobtan pada pityriasis versicolor


Obat topical dapat digunakan antara lain selenium sulfide 2.5% yang
dioleskan tiap hari selama 15-30 menit dan kemudian dibilas. Aplikasi yang
dibiarkan sepanjang malam dengan frekuensi 2 kali seminggu juga dapat
digunakan, namun akan kemungkinan reaksi iritasi. Pengolesan dianjurkan
ke seluruh badan kecuali kepala dan genitalia. Sampo Ketokonazol 2% juga
dapat digunakan serupa dengan sampo selenium sulfide 2.5%.
Pada lesi yang terbatas, berbagai krim derivate azol, misalnya mikonazol
2%, dapat diberikan. Obat topical sebaiknya diteruskan selama 2 minggu
setelah hasil pemeriksaan dengan lampu wood dan pemeriksaan mikologis
langsung dengan kerokan dinyatakan negative.
Obat sistemik dipertimbangkan pada lesi luas, kekambuhan, dan gagal terapi
topical. Antara lain dengan ketokonazol 200 mg/hari selama 5-10 hari atau
itrakonazol 200mg/hari selama 5-7 hari.

17.Selulitis
Adalah penyakit kronik biasanya ditandai eritem (menyerang subkutis),
biasanya didahului luka atau trauma disertai gejala konstitusi, disebabkan
oleh Streptococcus B haemolyticus.
Bentuk UKK : eritema dengan batas tidak jelas dan infiltrate difus
disubkutan dengan tanda radang akut.

18.Virus penyebab Pityriasis rosea


Berdasarkan bukti ilmiah, diduga pityriasis rosea merupakan eksantema
virus yang berhubungan dengan reaktivasi Human Herpes Virus (HHV)-7
dan HHV 6.

19.Jenis-jenis psoriasis
1. Psoriasis plakat atau tipe plak
 Bentuk psoriasis yang paling banyak
 Plak eritematosa berbatas tegas dengan skuama berwarna keperakan
adalah karakteristik tetapi tidak harus ada
 Daerah yang terkena biasanya: siku, lutut, kepala, celah intergluteal,
palmar dan plantar
 Kadang-kadang genitalia juga terkena
2. Psoriasis gutata
 Onset mendadak dan biasanya terjadi setelah infeksi streptokokal pada
saluran pernafasan atas
 Bentuk seperti tetesan air, plak merah muda dengan skuama
 Biasanya ditemukan pada badan dan ekstremitas
3. Psoriasis pustulosa generalisata dan lokalisata
Generalisata (psoriasis von Zumbusch)
 Secara khas ditandai oleh pustul steril yang mengenai sebagian besar
area tubuh dan ekstremitas
 Pada kasus yang berat pustul dapat bergabung dan membentuk
kumpulan pus (lake of pustules)
 Fungsi perlindungan kulit hilang dan pasien rentan terhadap infeksi,
hilangnya cairan dan nutrient
 Sering disertai dengan gejala sistemik misalnya demam dan malaise
dan dapat membahayakan kehidupan

Lokalisata
 Dapat terjadi di palmo plantar, akral dan kuku.
 Pustul dapat terletak di atas plak
 Sangat mengganggu karena kesulitan menggunakan tangan atau kaki
 Sering kali resisten terhadap pengobatan

4. Psoriasis inversa
Lesi terdapat di daerah lipatan, glans penis, dan aksila.

5. Eritroderma psoriatika
 Eritema yang luas dengan skuama yang dapat mengenai sampai 100%
luas permukaan tubuh
 Fungsi perlindungan kulit hilang dan pasien rentan terhadap infeksi,
temperatur tubuh tak dapat terkontrol, terjadi hilangnya cairan dan
nutrient
 Sering disertai dengan gejala sistemik yaitu demam dan malaise
 Dapat membahayakan kehidupan

6. Psoriasis artritis
Biasanya menyerang banyak sendi terutama di distal inter falang,
proksimal
falang, meta carpal

7. Psoriasis kuku

21.Penanganan reaksi kusta

Tatalaksana reaksi kusta tipe Reversal, berdasarkan tingkat keparahan dan


pilihan terapi adalah sebagai berikut:
 Terapi reaksi reversal ringan
Reaksi reversal ringan dapat diterapi dengan aspirin atau parasetamol.
selama beberapa minggu.
 Terapi reaksi reversal berat dan neuritis akut : Kortikosteroid (prednisolon)
masih merupakan terapi utama dan terapi pilihan pada RR, seperti pada tabel
berikut :

Tabel : Regimen standar pemberian obat oral prednisone untuk reaksi tipe 1
WHO berat :
Dosis perhari Minggu terapi
40 mg/hari (1x8 tab) Minggu 1 dan 2
30 mg/hari (1x6 tab) Minggu 3 dan 4
20 mg/hari (1x4 tab) Minggu 5 dan 6
15 mg/hari (1x3 tab) Minggu 7 dan 8
10 mg/hari (1x2 tab) Minggu 9 dan 10
5 mg/hari (1x1 tab) Minggu 11 dan 12
Catatan : Diminum pagi hari sesudah makan.

Tatalaksana reaksi tipe ENL juga sesuai dengan berbagai tingkat keparahan
penyakit maka pilihan pengobatan untuk reaksi ini adalah sebagai berikut:
 Terapi reaksi tipe ENL ringan
Reaksi tipe 2 ringan dapat diterapi dengan obat analgetik dan obat
antiinflamasi, misalnya aspirin dan OAINS lainnya. Aspirin diberikan
dengan dosis 600 mg setiap 6 jam setelah makan.
 Terapi reaksi tipe ENL sedang dengan antimalaria (klorokuin), antimonial
(stibophen) dan kolkisin.
 Terapi reaksi tipe ENL berat
Pasien dengan ENL berat (demam tinggi, lesi ENL luas dengan
pustular/nekrotik, neuritis, gangguan fungsi saraf, iridosiklitis, orkitis, atau
nyeri tulang hebat,dan lain-lain) harus dirawat inap untuk diobservasi dan
ditatalaksana lebih lanjut.

Terapi reaksi tipe ENL berat


Pilihan pertama: prednisone (Pemberian prednisolon jangka pendek, tetapi
dengan dosis awal tinggi ) 40-60 mg sampai ada perbaikan klinis kemudian
taper 5-10 mg setiap minggu selama 6-8 minggu atau lebih.
Dosis rumatan 5-10 mg diperlukan selama beberapa minggu untuk
mencegah rekurensi ENL.

Pilihan kedua: kombinasi prednisolon dan klofazimin.


Kombinasi prednisolon (dosis seperti di atas) dan klofazimin diberikan
dengan dosis sebagai berikut:
- 300 mg/hari selama 1 bulan
- 200 mg/hari selama 3-6 bulan
- 100 mg/hari selama gejala masih ada
Penggunaan klofamizin dengan dosis tinggi dan periode yang cukup lama
dapat mengurangi dosis atau bahkan menghentikan pemberian steroid.
Selain itu dapat mencegah atau mengurangi rekurensi reaksi. Sebaiknya
pemberian klofazimin tidak melebihi 12 bulan.

22.OAT TB Kutis
Tahap intensif (dua bulan)
Dosis lepasan:
 INH
Dewasa: 5 mg/kgBB/hari, oral, dosis tunggal
Anak <10 tahun: 10 mg/kgBB/hari, dan
 Rifampisin
Dewasa: 10 mg/kgBB/hari, oral, dosis tunggal pada saat lambung
kosong (sebelum makan pagi)
Anak: 10-20 mg/kgBB/hari. Maksimal: 600mg/hari, dan
 Etambutol
Dewasa: 15-25 mg/kgBB/hari, oral, dosis tunggal
Anak: maksimal 1250 mg/hari, dan
 Pirazinamid
Dewasa: 20-30 mg/kgBB/hari, oral, dosis terbagi
Anak: 30-40 mg/kgBB/hari. Maksimal: 2000 mg/hari

Tahap lanjut
Tahap lanjut diberikan hingga 2 bulan setelah lesi kulit menyembuh. Durasi
total pengobatan (tahap intensif + tahap lanjutan) minimal 1 tahun.
Dosis lepasan:
 INH: dewasa 5 mg/kgBB/hari, anak 10 mg/kgBB/hari (maksimal 300
mg/hari), oral, dosis tunggal, dan
 Rifampisin: 10 mg/kgBB/hari, anak 10-20 mg/kgBB/hari (maksimal
600 mg/hari), oral, dosis tunggal pada saat lambung kosong

23.Bentuk-bentuk scabies
1. Skabies In clean (pada orang bersih)
2. Skabies In cognito ( pada penggunaan steroid)
3. Scabies pada bayi (menyerang wajah)
4. Scabies pada orang tua
5. Scabies ditularkan oleh binatang
6. Scabies pada PMS (sifilis, AIDS)
7. Scabies norwegia (Krustacea)
8. Scabies nodularis

24.Bentuk UKK kusta

Bentuk UKK kusta PB


Sifat Tuberkuloid (TT) Borderline Intermediate (I)
Tuberculoid (
BT)
Lesi
Bentuk Makula saja; Makula dibatas Hanya macula
macula dibatasi infiltrate;
infiltrate infiltrate saja
Jumlah Satu, dapat Beberapa atau Satu atau
beberapa satu dengan beberapa
satelit
Distribusi Asimetris Masih simetris Variasi
Permukaan Kering bersisik Kering bersisik Halus, agak
berkilat
Batas Jelas Jelas Dapat jelas atau
dapat tidak jelas
Anestesia Jelas Jelas Taka da sampai
tak jelas
BTA
Lesi kulit Hampir selalu Negatif atau Biasanya
negative hanya +1 negative
Tes lepromin Positif kuat +3 Positif lemah Dapat positif
lemah atau
negative.

Bentuk UKK kusta MB


Sifat Lepramatosa Borderline Mid Borderline
(LL) Lepramatosa (BB)
(BL)
Lesi
Bentuk Makula Makula Plakat
Infiltrat difus Plakat Dome-shaped
Papul Papul (kubah)
Nodus Punched-out
Jumlah Tidak terhitung, Sukar dihitung, Dapat dihitung,
tidak ada kulit masih ada kulit kulit sehat jelas
sehat sehat ada
Distribusi simetris simetris Asimetris
Permukaan Halus berkilat Halus berkilat Agak kasar, agak
berkilat
Batas Tidak Jelas Agak Jelas Agak jelas
Anestesia Tidak ada sampai Tak Jelas Lebih jelas
tidak je;as
BTA
Lesi kulit Banyak, ada Banyak Agak banyak
globus
Tes lepromin Negatif Negatif Biasanya
negative

25.Gambaran Staphylococcus aureus dan Streptococcus beta haemolyticus


dalam mikroskop
 Staphylococcus aureus , dalam mikroskop tambak bulat serta
bergerombol seperti sekelompok anggur
 Streptococcus B haemolyticus dalam mikroskop berbentuk bulat yang
tumbuh dalam rantai panjang.

Anda mungkin juga menyukai